Anda di halaman 1dari 29

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. A.K


DENGAN SUSPEK TB PARU DI RUANGAN IRINA C-3

NAMA : FARIS ALBERT WENAS, S.KEP.

NIM 20014104022

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai bakteri tahan asam (BTA) (WHO, Global Tuberculosis Report, 2015).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkuosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mycobacterium
tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang
sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbon infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer (Hood Alsafgaff, 1995).
B. Etiologi
Penyakit Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk
basil yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis dan dapat menyerang semua
golongan umur. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret
1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Penyakit
tuberkulosis pada paruparu kadang disebut sebagai Koch pulmonum. Sumber penularannya
yaitu pasien tuberkulosis BTA (Bakteri Tahan Asam) positif melalui percikan dahak saat
penderitan batuk. Tuberkulosis dengan BTA negative juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB meskipun tingkat penularannya kecil (Depkes, 2015).
Karakteristik kuman Mycobacterium Tuberculosis ialah mempunyai ukuran 0,5-4 mikron
dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam
mikolat). Bakteri ini dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alcohol,
sehingga disebut basil tahan asam (BTA), tahan terhadap zat kimia dan fisik, serta tahan
dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman (dapat tidur lama) dan aerob. Tuberkulosis
(TBC) Paru disebabkan oleh basil mikroobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis
kuman yang berbentuk batang dengan panjang 1-4/mm dan tebal 0,03-0,6/mm (Alsaggaf,
2009).
Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100ºC selama 5-10 menit atau pada pemanasan
60ºC selama 30 menit, dan dengan alcohol 70-79% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan
selama 1-2 jam di udara, ditempat yang lembab dan gelap bisa berbulan-bulan namun tidak
tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa
mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 4 kali pertukaran udara
per jam (Widoyono, 2008).
C. Manifestasi Klinik
Gejala klinik umum pasien tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 3 minggu dengan atau
tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah
(Mansjoer, 2006). Gejala penyakit tuberkulosis paru yang tampak pada orang dewasa adalah:

Gejala sistemik atau umum yaitu:


1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat. Kadang-kadang serangan seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4. Perasaan tidak enak (malaise) dan
lemah Gejala khusus yaitu :
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan pada bagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
2. Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
D. Cara Penularan
Penularan penyakit tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
ditularakan melalui udara (droplet nuclei) saat pasien tuberculosis batuk atau bersin sehingga
mengakibatkan adanya percikan ludah yang mengandung bakteri ini terhirup oleh orang lain
saat bernapas. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Masa inkubasi
selama 3-6 bulan (Widoyono, 2008).
Lingkungan yang kurang baik sebagai salah satu sumber atau tempat bagi penularan penyakit
menular seperti penyakit tuberkulosis. Menurut Azwar (1990), peranan faktor lingkungan
sebagai predisposing artinya berperan dalam menunjang terjadinya penyait pada manusia,
misalnya sebuah keluarga yang berdiam dalam satu rumah yang lembab dalam keadaan
endemis terhadap penyakit tuberkulosis. Risiko tertular tergantung dari tingkat panjanan
dengan percikan dahak. Pasien tuberkulosis dengan BTA memberikan risiko yang lebih besar
daripada pasien dengan BTA negative (Depkes, 2015). Cara penularan penyakit tuberkulosis,
yaitu:
1. Pada saat batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet nuclei).
2. Penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak pasien mengenai orang lain
dalam waktu yang lama. Ventilasi yang baik dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
3. Daya penularan seorang pasien tuberculosis ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak,
makin menular pasien tuberculosis tersebut.
4. Faktor yang memungkinkan seorang terpajan kuman tuberculosis ditentukan oleh
konsistensi perciakan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Risiko tertular
penyakit tuberkulosis tergantung dari tingkat panjanan dengan percikan dahak.
5. Pasien tuberkulosis paru dengan BTA positif merupakan risiko terbesar dalam penularan
tuberkulosis daripada pasien dengan BTA negatife. Pasien tuberkulosis dengan BTA
positif dapat menularkan kepada 10-15 orang lain setiap tahunnya
E. Patofisiologi
Penyebaran bakteri Mycrobacterium tuberculosis bisa masuk melalui tiga tempat yaitu
saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi
bakteri ini paling sering terjadi melalui udara yang penularannya dengan inhalasi droplet
yang mengandung bakteri dari orang yang terinfeksi terlebih dahulu (Danusantoso, 2012).
Basil tuberkulosis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu
unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, di bawah
lobus atas paru-paru atau di bagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan
reaksi peradangan. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar
getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi esebagian bersatu membentuk
sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit (Danusantoso, 2012).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatife padat seperti keju, disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri sari sel epiteloid dan fibrioblast menimbulkan respons berbeda.
Jaringan granulasi membentuk kolagenosa yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut fokus ghon dan
bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang
sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin (Danusantoso,2012).
Awal penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul yaitu penyebaran
limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian
ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah dalam
jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain (Danusantoso,2012)
F. Diagnosis
Diagnosa tuberkulosis paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditentukannya kuman
tuberkulosis. Program penanggulangan Tuberkulosis Nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Suspek tuberkulosis semua
diperiksa 3 spesimen dahak mikroskopis dalam wkatu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewatu
(SPS) (Depkes RI, 2007) yaitu :
S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang berkunjung pertama
kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada
hari kedua.
P (pagi): dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot
dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat penyerahan dahak pagi.

1. Pleuritis dan empiema


2. Pneumotoraks spontan terjadi bila udara memasuki rongga pleura sesudah terjadi
robekan pada kavitas tuberkulosis. Hal ini mengakibatkan rasa sakit pada dada secara
akut dan tiba-tiba pada bagian itu bersamaan dengan sesak napas dan dapat berlanjut
menjadi suatu empiema
3. Laryngitis tuberculosis
4. Korpulmonal (gagal jantung kongestif karena tekanan balik akibat kerusakan paru).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuberkulosis paru mmpunyai tujuan yaitu memusnahkan basil tuberkulosis
dengan cepat dan mencegah kekambuhan. Obat yang digunakan untuk penyait tuberkulosis
ada 2 macam, yaitu:
1. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisisn, Etambutol, Streptomisisn, Pirazinamid.
Obat primer memperlihatkan keefektisan yang ttinggi dengan toksisitas yang masih dapt
ditolelir.
2. Obat sekunder : Exsionamid, Paraaminisalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin,
protionamid, tiazetazon, viomisin dan Kanamisin.

Pengobatan tuberkulosis ada 2 tahap menurut Depkes (2007) yaitu:

1. Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya
kekebalan terhadap Rifampisin. Tahap intensif ini pemberikan secara tepat, penderita
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita
TB BTA positif menjadi negative (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.
2. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis obat
lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kelembutan. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persistan (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

H. Pathway
I. Mind Mapping

Menginfeksi paru-paru Infeksi Lokal:


Mycobacterium Sistem Imun Bakteri TB Dormant
Primary TB
Tuberculosis
(Asimptomatik,
Fagositosis Makrofag alveolar gagal seperti gejala flu)
TB
3 minggu

u, sesak, nyeri dada, demam >1 bulan, malaise,


Pemeriksaan
↓ nafsu
Thoraks:
makan,
Infeksi
Cavitas/Infiltrat
↓menyebar
BB, diaphoresis
ke lapang
malam
paruhari
lain (upper lobes) Cell-
k: Suhu subfebris, R↑, bunyi napas bronchial,ronkhi basah
BTA 3x SPS Nekrosis Kaseosa
mediated
(Cheese like)
imunity
mengelilingi
Sistemik TB: infeksi local
ginjal, meningens, (focus ghon)
lumbar,
peritoneum,
liver,)

alaksanaan: OAT Kategori 1 (baru):


E (2 bulan) dan 4RH3 (4 bulan)

Kategori 2 (lama): 2(RHZE)s (2 bulan), RHZE (1 bulan) dan 5(RH)3E3 (5 bulan)


Daftar Pustaka

World Health Organization (WHO). (2015). Global Tuberculosis Control, Surveilance, Planning,
Financing. WHO Report 2015. Genwa

Alsaggaf, H. (2009). Dasar-dasar limu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press

Departeman Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis. Jakarta : Departemen kesehatan RI.

Mansjoer. Et. Al. (2006) Kapita Selekta Kedokteran. FKUI Jakarta : Medika Aesculpalus.

Widoyono. (2008). Penyakit tropis : Epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya.


Jakarta : Erlangga.

Azwar, A. (1990). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Yayasan

Mutiara. Danusantoso, H. (2012). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Hipokrates:

Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Kebijakan Nasional Kolaborasi TB/HIV.


Edisi pertama. Depkes RI. Jakarta
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Faris Albert Wenas


Nama Klien : A. K
Ruang/ Kamar : Irina C-3/204
No. Rekam Medis : 00739026
Tanggal Masuk RS : 13/04/2021
Tanggal Pengkajian : 15/04/2021
Diagnosa Medik : Supek TB Paru

Autoanamnese : √ Alloanamnese: √

I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama Initial : A.K
Umur : 19 tahun
Status perkawinan : Belum Nikah
Jumlah anak : -
Agama/ suku : Kristen/Gorontalo
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Manado Melayu
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat rumah : Kota Manado
Kecamatan Wanea Kelurahan Karombasan Utara
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. N.P
Umur : 45 tahun
Alamat rumah : Kota Manado
Kecamatan Malalayang Kelurahan Malalayang II
Hubungan dengan pasien : Tante

II. DATA MEDIK


Diagnosa Medik : Supek TB Paru
Saat masuk : Suspek TB Paru
Saat Pengkajian : Supek TB Paru

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit ringan/ sedang / berat / tidak tampak sakit
Pasien sadar penuh, TTV stabil, memerlukan
Alasan :
observasi dan kebutuhan dibantu sebagian
TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
Skala Coma Glasgow
a. Respon Motorik : 6
b. Respon Bicara : 5
c. Respon Membuka Mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Compos Mentis
2. Tekanan Darah : 106/69 mmHg
MAP : 81,3 mmHg
Kesimpulan : Normal (70-110 mmHg)
3. Nadi : x/mnt
Tachycard
Irama : √ Teratur Bradicardi
i
Kuat Lemah
4. Suhu : 36,4 √ Kulit Oral
5. Pernafasan : 20 x/mnt
Cheynes-
Irama : √ Teratur Kusmaul
Stokes
Jenis : √ Dada Perut

B. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 172 cm
Berat badan : 50 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 16,9
Kesimpulan : Kekurangan BB tingkat berat

C. GENOGRAM

Keterangan:

: Laki-laki : Perempuan

: Perempuan Meninggal : Laki-laki meniggal-------------Tinggal serumah


IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
D. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
Pasien mengatakan tidak mengetahui cara mengatasi
1 Keadaan Sebelum sakit :
penyakit yang dialami

2 Riwayat penyakit saatini :


a. Keluhan utama : Lemah badan
Pasien mengeluh lemah badan sejak 5 hari yang lalu.
Mengeluh sesak napas terutama saat beraktivitas dan
b. Riwayat keluhan utama :
berganti posisi ke duduk atau beridiri. Pasien batuk
berdahak dan mengatakan sulit mengeluarkan lendir.

Pasien mulai merasa lemah badan dan sesak semenjak


Riwayat penyakit yang : 5 bulan yang lalu, sebelumnya sempat dirawat di
rumah sakit dengan pembesaran hati.
pernah di alami
3 Riwayat Kesehatan keluarga : Hanya pasien yang menderita sakit seperti ini
4 Pemeriksaan Fisik :
a. Kebersihan rambut : Rambut bersih, lembab, tidak ada ketomber
b. Kulit Kepala : Bersih, tidak ada perlukaan
c. Kebersihan kulit : Kulit bersih dan lembab
d. Hygiene rongga mulut : Mulut bersih, tidak ada kotoran
e. Kebersihan genitalia : -
f. Kebersihan anus : -

E. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1. Keadaan Sebelum sakit :
Sebelum sakit pasien mengatakan makan normal, sehari 3 kali, berat badan 80 kg

2. Keadaan sejak sakit :


Saat sakit pasien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, makan hanya sedikit
tapi sering, berat badan 50 kg, dan mengeluh merasakan mual.

3. Observasi :
PemeriksaanFisik
a. Keadaan rambut : Rambut tipis, tidak rontok dan bersih
b. Hidrasi kulit : Kulit lembab
c. Palpebrae : Anemis
/conjungtiva
d. Sklera : Putih bersih
e. Hidung : Tidak ada produksi mucus berlebih
f. Rongga mulut : Lembab, bersih, tidak ada luka/sariawan
g. Gigi : Lengkap, tidak ada nyeri
h. Lidah : Bersih tidak ada kotoran
i. Pharing : Tidak ada pembengkakkan dan nyeri menelan
j. Kelenjar getah : Tidak ada nodul
bening
k. Kelenjar parotis : Tidak ada nodul atau pembengkakkan
l. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Konkaf
Bayangan : Tidak tampak
Vena
Peristaltik : 5 x/mnt
Auskultasi : usus
Palpasi : Nyeri : Tidak ada
: Tidak ada
Benjolan
Ascites Positif ☑ Negatif
Perkusi :
m. Kulit : Edema Positif ☑ Negatif
Positif ☑ Negatif
Icterik
Tanda radang : Tidak ada
n. Lesi : Tidak ada

Sucralfat 10 ml / 8jam
5. Therapy : Lasomprazole 30 ml/ 12 jam
Vit. B. Komp. /8 jam

F. POLA ELIMINASI
1. Keadaan Sebelum sakit :
BAK normal 5-6 kali sehari, BAB 1 kali sehari, normal tidak ada kesulitan

2. Keadaan sejak sakit :


BAK normal 5-6 kali sehari, belum BAB sejak 5 hari yang lalu

3. Pemeriksaan Fisik
a. Peristaltik usus : 5 kali/menit
b. Palpasi kandung : Ascites Full blast ☑ Normal
kemih
c. Nyeri ketuk ginjal : Positif ☑ Negatif
d Anus : -
n. Lesi
Peradangan : Tidak ada
Hemorroid : Tidak ada
G. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien beraktivitas normal, tanpa hambatan

2. Keadaan sejak sakit :


Sesak saat beraktivitas dan mengganti posis

3. Observasi
a. Aktivitas harian
Makan : 0 (mandiri)
Mandi : 1 (bantuan dengan alat)
Pakaian : 2 (bantuan orang)
Kerapihan : 2 (bantuan orang)
Buang air besar : 1 (bantuan alat)
Buang air kecil : 1 (bantuan alat)
Mobilisasi di : 0 (mandiri)
Tempat tidur
b. Postur Tubuh : Tegap, tidak ada kelainan bentuk tubuh.
c. Gaya jalan : Pasien mengatakan merasa sesak ketika harus berjalan
d. Disabilitas anggota : Tidak ada
tubuh
4. Pemeriksaan Fisik :
a. CRT : < 3 detik
b. Thorax & Paru
Inspeksi
Bentuk Thorax : Bentuk thoraks normal tidak ada deformitas
Sianosis : Tidak ada
Palpasi
Vocal Premitus : Teraba sama pada kedua lapang paru
Perkusi
Batas hepar : ☑ Sonor Redup Pekak

Auskultasi
Suara nafas : Ronkhi pada kedua lapang paru
Suara ucapan : Jelas tidak ada hambatan
Suara tambahan : Tidak ada
Stridor : Tidak ada
c. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Tidak terlihat
Palpasi
Ictus cordis : Teraba kuat pada ruang interkostal kiri V
Perkusi
Batas atas : Bunyi pekak pada ICS ke 3
Batas kanan : Bunyi pekak pada ICS ke 2 linea sternalis kanan
Batas kiri : Bunyi pekak pada ICS ke 5 kiri linea media klavikularis
Auskultasi
BJ II Aorta : Terdengar pada ICS 2 parasternal kanan
BJ II Pulmonal : Terdengar pada ICS 2 parasternal kiri
BJ I Triskupid : Terdengar pada ICS 4 parasternal kiri
BJ II Mitral : Terdengar pada ICS 5 mid klavikula kiri
BJ II Irama :
Reguler
Gallop
Murmur : Tidak ada
HR : 98 kali/menit
d. Ekstremitas
Atrofi otot : Positif ☑ Negatif
Rentang gerak : Normal
Kaku sendi : Tidak ada
Uji kekuatan otot
Atas Kiri : 1 2 3 4 5
Atas Kanan : 1 2 3 4 5
Bawah Kiri : 1 2 3 4 5
Bawa kanan : 1 2 3 4 5

Refleks patologi :
Babinski, Kiri : ☑ Positif Negatif
Kanan : ☑ Positif Negatif
Clubbing finger : Tidak ada
Varises Tungkai : Tidak ada
Columna
e.
Vetebralis
Inspeksi
Kelainan bentuk : Tidak ada, bentuk normal
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
N. III – IV - VI : Dapat digerakkan ke lateral, medial, atas, bawah, pupil isokor,
refleks cahaya positif
N. V Motorik : Normal, tidak ada deviasi rahang, rahang dapat digerakkan
N. VII Motorik : Normal tidak ada kelumpuhan wajah
N. VIII Romberg :
Positif Negatif (Tidak dikaji, pasien menolak)
Test
N.XI : Normal, kekuatan otot SKM sama kiri dan kanan, trapezius
normal, kekuatan otot normal, tidak ada nyeri tekan
Kaku kuduk : Kaku kuduk negatif (normal)
Pemeriksaan
5. :
diagnostik
Thoraks : Fibroinfiltrat di kedua lapang paru, terutama paru kanan atas
Ceftriaxone 2 gram/ 24 jam, Nebulizer NS3%/24 jam, N. Asetil
6. Therapy :
Sistein 200 mg/8 jam
H. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan Sebelum sakit :
Tidur normal, tidak ada gangguan, tidur 6 jam sehari

2. Keadaan sejak sakit :


Kesulitan tidur karena sesak napas, hanya tidur 1 jam dan sering terbangun
3. Observasi :
Ekspresi wajah : Positif ☑ Negatif
mengantuk
Positif ☑ Negatif
Banyak menguap :
Palpebra inferior gelap : Positif ☑ Negatif

I. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pengambilan keputusan mandiri, memori tidak ada gangguan, bahasa yang
digunakan Manado Melayu, berbicara dan mendegar normal

2. Keadaan sejak sakit :


Pengambilan keputusan dibantu keluarga, tidak ada gangguan memori dan
penggunaan bahasa

3. Pemeriksaan Fisik
a. Penglihatan
Cornea : Normal, warna hitam
Visus : Normal, tidak mengalami penurunan ketajaman penglihatan
Pupil : Isokor, refleks cahaya positif
Lensamata : Normal, tidak ada kekeruhan lensa
b. Pendengaran
Kanalis : Normal, tidak ada peradangan
Membran Timpani : Normal tidak ada peradangan atau obstruksi
c. N I : Normal, tidak ada anosmia, dapat menghidu dengan baik
d. N II : Normal, tidak ada gangguan penglihatan
e. N V Sensorik : Normal, tidak ada parastesis
f. N VII Sensorik : Normal, tidak ada ageusi atau hilang perasa pengecap
g. N VIII
Pendengaran : Normal, tidak ada gangguan pendengaran

J. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan Sebelum sakit :
Menganggap dirinya berarti dan berharga, tidak terdapat kecemasan yang berarti

2. Keadaan sejak sakit :


Pasien mengatakan masih dapat mengatasi kecemasan yang dirasakan, pasien optimis untuk
sembuh
3. Observasi
a. Kontak mata : Kontak mata positif dengan pemeriksa
b. Rentang Perhatian : Rentang perhatian normal selama pemeriksaan
c. Suara, cara bicara : Suaran jelas dan lantang
d. Postur Tubuh : Pasien tidur terlentang
4. PemeriksaanFisik
a. Kelainan Kongenital : Tidak ada
b. Abdomen
Bentuk : Konkaf
Bayangan Vena : Tidak ada
Benjolan massa : Tidak ada
c. Kulit (Masalah : Tidak ada
Kulit)
d. Penggunaan Protesa : Tidak ada

K. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien tinggal bersama dengan tantenya, kedua orang tua sudah meninggal,
pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, pasien tidak bekerja.
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan tantenya, dan teman-teman yang datang
berkunjung

L. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien belum menikah dan tidak aktif secara seksual
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien belum menikah dan tidak aktif secara seksual

M. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien menerima kondisi apapun yang dialami, pasien dapat menyelesaikan masalahnya
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan menerima kondisi yang dialami dan akan berusaha yang terbaik untuk
sembuh
3. Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah
Berbaring : 106/69 mmHg
HR : 98 x/mnt
Kulit
Pasien mengatakan sering berkeringat dingin terutama pada
Keringat dingin : malam hari
N. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan beragama Kristen Protestan dan rutin menjalankan ibadah
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien berserah kepada Tuhan dengan kondisi yang dialami, pasien percaya dapat sembuh
dengan pertolongan Tuhan

Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Subjektif: Proses infeksi Bersihan Jalan Napas
Pasien mengatakan merasa sesak terutama Tidak Efektif
ketika beraktivitas dan berpindah posisi
Pasien mengatakan kesulitas mengeluarkan
dahak

Objektif:
Pasien batuk berdahak

Suara napas: ronkhi pada kedua lapang paru

Thoraks: Fibroinfiltrat di kedua lapang paru


terutama paru kanan atas
Subjektif: Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
Pasien mengatakan mengalami penurunan mengabsorbsi
berat badan, berat badan sebelum sakit 80 kg nutrien

Pasien mengatakan mengalami penurunan


nafsu makan dan mual

Objektif:
Berat badan 50 kg
Tinggi badan 172
cm IMT: 16,9
Kesimpulan: Kekurangan BB tingkat berat

Laboratorium:
Eritrosit: 3,89 (4,70-6,10)
Hemoglobin: 9,2 (13-16,5)
SGOT: 70 (<33)
Subjektif: Ketidakseimbanga Intoleransi Aktivitas
Pasien mengeluh lemah badan n antara suplai dan
Pasien mengeluh merasa sesak ketika kebutuhan oksigen
beraktivitas dan berganti posisi
Objektif:
Pasien hanya berbaring di tempat tidur

Eritrosit: 3,89 (4,70-6,10)


Hemoglobin: 9,2 (13-16,5)

A. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Proses Infeksi ditandai dengan
Subjektif:
Pasien mengatakan merasa sesak terutama ketika beraktivitas dan berpindah posisi
Pasien mengatakan kesulitan mengeluarkan dahak
Objektif:
Pasien batuk berdahak
Suara napas: ronkhi pada kedua lapang paru
Thoraks: Fibroinfiltrat di kedua lapang paru terutama paru kanan atas
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme ditandai dengan
Subjektif:
Pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan, berat badan sebelum sakit 80 kg
Pasien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan
Objektif:
Berat badan 50 kg
Tinggi badan 172
cm IMT: 16,9
Kesimpulan: Kekurangan BB tingkat berat
Laboratorium:
Eritrosit: 3,89 (4,70-6,10)
Hemoglobin: 9,2 (13-16,5)
SGOT: 70 (<33)
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan
Subjektif:
Pasien mengeluh lemah badan
Pasien mengeluh merasa sesak ketika beraktivitas dan berganti posisi
Objektif:
Pasien hanya berbaring di tempat
tidur Eritrosit: 3,89 (4,70-6,10)
Hemoglobin: 9,2 (13-16,5)
B. Intervensi
No Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 Setelah Manajemen Jalan Napas
dilakukan Observasi
intervensi 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
keperawatan 2. Monitor bunyi napas tambahan (ronkhi)
selama 3 hari 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
diharapkan Terapeutik
Bersihan Jalan 4. Posisikan semifowler atau fowler
Napas 5. Berikan minum hangat
meningkat 6. Lakukan fisioterapi dada
dengan kriteria 7. Berikan oksigen
hasil: Edukasi
1. Batuk efektif 8. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
meningkat 9. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik

Latihan Batuk Efektif


Observasi
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum
Terapeutik
3. Atur posisi fowler atau semifowler
4. Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
6. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
7. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
8. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam
yang ke 3
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
2 Setelah Manajemen Nutrisi
dilakukan Observasi
intervensi 1. Identifikasi status nutrisi
keperawatan 2. Identifikasi makanan yang disukai
selama 3 hari 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
diharapakan 4. Monitor berat badan
Status Nutrisi 5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
membaik dengan Terapeutik
kriteria hasil: 6. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
7. Berikan makanan tinggi serat
Edukasi
1. Porsi makan 8. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
yang 9. Ajarkan diet yang diprogramkan
dihabiskan Kolaborasi
2. Nafsu makan 10. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum sebelum makan
membaik (pereda nyeri, antiemetik) jika perlu
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
3 Setelah Manajemen Energi
dilakukan Observasi
intervensi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
keperawatan kelelahan
selama 3 hari 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
diharapkan 3. Monitor pola dan jam tidur
Toleransi 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
Aktivitas aktivitas
meningkat Terapeutik
dengan kriteria 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (cahaya,
hasil: suara, kunjungan)
1. Keluhan lelah 6. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
menurun atau berjalan
Edukasi
7. Anjurkan tirah baring
8. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
C. Implementasi dan Evaluasi
Tgl/Wkt No. Dx Implementasi Evaluasi
15/04//21 14:00
08:00 1 Kolaborasi pemberian Nebulizer NS 3% Subjektif:
R: Nebulizer dilakukan sampai cairan NS 3% habis Pasien mengatakan masih merasa sesak terutama saat
merubah posisi
08:30 Mengidentifikasi kemampuan batuk Pasien dapat makan sedikit demi sedikit
R: Pasien tidak dapat melakukan Pasien mengeluh lemah dan sesak saat beraktivitas
batuk
08:35 Objektif:
Memonitor adanya retensi sputum Pasien batuk berdahak
R: Pasien mengatakan sulit mengeluarkan dahak Suara napas: ronkhi pada kedua lapang paru
08:40 2 Memonitor berat badan Pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering
R: Berat badan pasien 50 kg Pasien terbaring di tempat tidur

08:45 Mengidentifikasi status nutrisi Assessment:


R: IMT 16,9 (Kekurangan BB tingkat berat) Batuk efektif belum meningkat, masih terdapat retensi
sputum
08:50 3 Memonitor kelelahan fisik dan emosional Porsi makan dihabiskan setengah porsi
R: Pasien mengeluh lemah badan dan tidak dapat melakukan Nafsu makan belum membaik
aktivitas Pasien masih mengeluh lemah

08:55 Memonitor pola dan jam tidur Planning:


R: Pasien mengatakan sulit tertidur pada malam hari, tidur hanya 1. Monitor pola napas
±1 jam dan sering terbangun 2. Monitor suara napas
3. Monitor sputum
09:00 1 Mengatur posisi pasien semifowler 4. Memberikan minum air hangat
R: Pasien mengatakan merasa lebih nyaman dengan posisi yang 5. Mengatur posisi pasien semifowler
diberikan 6. Ajarkan batuk efektif
7. Lakukan fisioterapi dada
10:00 Memberikan oksigen nasal kanul 4 liter/menit 8. Berikan oksigen
R: Pasien mengarakan lebih nyaman dengan pemberian oksigen 9. Identifikasi makanan yang disukai
10. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
12:00 1&2 Kolaborasi terapi Acetylcysteine 200 mg, Sucralfat 10ml, 11. Identifikasi status nutrisi
Lazomprazole 30 ml, Vit. B-Complex 12. Anjurkan tirah baring
R: Pasien meminum obat sesuai intruksi 13. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
14. Fasilitasi pasien untuk berpindah
15. Kolaborasi pemberian terapi: Acetylcysteine 200
mg, Sucralfat 10ml, Lazomprazole 30 ml, Vit. B-
Complex
16. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan, menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
16/04/21 14:00
07:00 1 Memonitor pola napas Subjektif:
R: Frekuensi napas 22 kali/menit, pasien mengatakan agak sesak Pasien mengatakan masih merasa sesak terutama saat
sejak semalam, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan. merubah posisi tetapi sudah dapat lebih dikendalikan
dan dahak keluar sedikit
07:03 Kolaborasi pemberian oksigen nasal kanul 4 liter/menit Pasien dapat makan sedikit demi sedikit
R: Pasien mengatakan merasa lebih nyaman dengan pemberian Pasien mengeluh lemah dan sesak saat beraktivitas
oksigen
Objektif:
07:05 Mengatur posisi semifowler Pasien batuk berdahak
R: Pasien nyaman dengan posisi yang diberikan Suara napas: ronkhi pada kedua lapang paru
Pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering
07:10 Memonitor sputum Pasien terbaring di tempat tidur
R: Pasien mengatakan belum dapat mengeluarkan sputum
Assessment:
07:15 Menganjurkan pasien untuk minum air hangat Batuk efektif belum meningkat, masih terdapat retensi
R: Pasien mengatakan akan mengikuti anjuran yang diberikan sputum
Ronkhi lapang paru kiri dan kanan
07:30 Mengajarkan pasien untuk melakukan teknik batuk efektif Porsi makan dihabiskan setengah porsi
R: Pasien dapat melakukan sesuai intruksi Nafsun makan belum membaik
Pasien masih mengeluh lemah
07:45 3 Menganjurkan pasien untuk meningkatkan tirah baring
R: Pasien mengatakan akan mengikuti anjuran yang diberikan Planning:
1. Monitor pola napas
2. Monitor suara napas
10:00 2 Menganjurkan pasien untuk memakan makanan yang disukai 3. Monitor sputum
sedikit tapi sering setiap 15-30 menit sekali 4. Memberikan minum air hangat
R: Pasien mengatakan akan melakukan sesuai anjuran yang 5. Mengatur posisi pasien semifowler
diberikan 6. Ajarkan batuk efektif
7. Lakukan fisioterapi dada
11:00 1 Melakukan fisioterapi dada 8. Berikan oksigen
R: Pasien kooperatif dan mengikuti prosedur tindakan yang 9. Identifikasi makanan yang disukai
diberikan 10. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
11. Identifikasi status nutrisi
12: 00 1&2 Kolaborasi pemberian terapi Acetylcysteine 200 mg, Sucralfat 12. Anjurkan tirah baring
10ml, Vit. B-Complex, Paracetamol 500 mg 13. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
R: Pasien dapat meminum obat sesuai anjuran 14. Fasilitasi pasien untuk berpindah
15. Kolaborasi pemberian terapi: Acetylcysteine 200
mg, Sucralfat 10ml, Lazomprazole 30 ml, Vit. B-
Complex
16. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan, menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
17/04/21 14:00
07:00 1 Memonitor pola napas Subjektif:
R: Frekuensi napas 21 kali/menit, pasien mengatakan masih terasa Pasien mengatakan masih merasa sesak terutama saat
sesak dan batuk sejak semalam, tidak ada penggunaan otot bantu merubah posisi tetapi sudah dapat lebih dikendalikan
pernapasan. dan dahak keluar sedikit
07:05 Pasien dapat makan sedikit demi sedikit
Mengatur posisi semifowler Pasien mengeluh lemah dan sesak saat beraktivitas
R: Pasien nyaman dengan posisi yang diberikan
07:10 Objektif:
Memonitor sputum Pasien batuk berdahak
R: Pasien mengatakan sputum keluar sedikit Suara napas: ronkhi pada kedua lapang paru
07:15 Pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering
Menganjurkan pasien untuk minum air hangat Pasien terbaring di tempat tidur
R: Pasien mengatakan sudah mengikuti anjuran yang diberikan
07:20 Assessment:
Menganjurkan latihan batuk efektif Batuk efektif belum meningkat, masih terdapat retensi
R: Pasien dapat melakukan sesuai intruksi sputum
10:00 Porsi makan dihabiskan setengah porsi
Melakukan fisioterapi dada Nafsun makan belum membaik
10:30 R: Pasien kooperatif dan mengikuti sesuai prosedur Pasien masih mengeluh lemah

3 Menganjurkan pasien untuk meningkatkan tirah baring Planning:


11:00 R: Pasien mengatakan akan mengikuti anjuran yang diberikan 1. Monitor pola napas
2. Monitor suara napas
3. Monitor sputum
1 Menganjurkan pasien untuk memakan makanan yang disukai 4. Memberikan minum air hangat
12:00 sedikit tapi sering setiap 15-30 menit sekali 5. Mengatur posisi pasien semifowler
R: Pasien mengatakan akan melakukan sesuai anjuran yang 6. Ajarkan batuk efektif
diberikan 7. Lakukan fisioterapi dada
8. Berikan oksigen
1&2 Kolaborasi pemberian terapi Acetylcysteine 200 mg, Sucralfat 9. Identifikasi makanan yang disukai
10ml, Vit. B-Complex, Paracetamol 500 mg 10. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
R: Pasien dapat meminum obat sesuai anjuran 11. Identifikasi status nutrisi
12. Anjurkan tirah baring
13. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
14. Fasilitasi pasien untuk berpindah
15. Kolaborasi pemberian terapi: Acetylcysteine 200
mg, Sucralfat 10ml, Lazomprazole 30 ml, Vit. B-
Complex
16. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan, menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
JURNAL PENELITIAN
Judul Penelitian:

Pengaruh Batuk Efektif dengan Fisioterapi Dada terhadap Pengeluaran Sputum pada Pasien Tb
Paru di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2019

Penulis:

Siela Febrianti Ainur Rahma (Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth
Medan)

P I C O T
(Problem) (Intervention) (Compar (Outcome) (Time)
ative)
Tuberkulosis Penelitian ini bertujuan - Hasil secara uji Peneliti
adalah penyakit untuk mengetahui pengaruh McNemar di dapatkan an ini
yang disebabkan batuk efektif dengan p value P=0,000 (p< dilakuk
oleh bakteri fisioterapi dada terhadap 0,05) dapat di artikan an pada
mycobacterium pengeluaran sputum pada ada pengaruh batuk tahun
tuberculosis, Pasien TB paru di RSUP efektif dengan 2019
dimana TB paru fisioterapi dada
H.Adam Malik Medan
dapat dapat terhadap pengeluaran
Penelitian ini dilaksanakan
menyebabkan sputum pada pasien TB
pada bulan Maret 2019
penumpukan Paru di RA 2 RSUP
bertempat di RSUP H.Adam
sputum H.Adam Malik Medan
Malik Medan. Jenis
hasil penelitian
yang akhirnya penelitian ini menggunakan
menunjukkan ada
dapat pra experimental design
perbedaan sebelum
mengakibatkan dengan pendekatan one
dilakukan intervensi
gangguan jalan group pre-post tes dengan
pengeluaran sputum
napas. Untuk jumlah 25 responden. Teknik
responden sebanyak 5
meminimalisir pengambilan sampel dalam
orang, sesudah
gangguan jalan penelitian ini adalah
dilakukan intervensi
napas dapat purposive sampling yang
pengeluaran sputum
dilakukan telah di tetapkan oleh peneliti
responden sebanyak 18
dengan cara yaitu didasakan pada
orang.
batuk efektif keyakinan bahwa
dengan pengetahuan peneliti tentang
fisioterapi populasi yang dapat
digunakan untuk diteliti.
dada.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Manajemen Jalan
Napas Sub Pokok Bahasan : Latihan Batuk Efektif
Sasaran : Pasien dan Keluarga Tn.
A.K Tanggal Pelaksanaan : 07 April 2021
Waktu : 13:30-14:00
Penyaji : Faris Albert Wenas, S.Kep.

A. Tujuan Intruksional Umum


Pasien dan keluarga mampu memahami teknik batuk efektif serta
dapat mempraktikannya.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti edukasi selama 30 menit diharapkan pasien dan keluarga Tn. A.K
dapat:
1. Menjelaskan definisi batuk efektif
2. Menjelaskan tujuan batuk efektif
3. Menjelaskan cara batuk efektif
4. Menyebutkan alat yang digunakan
5. Mengetahui etika batuk
C. Materi Penyuluhan
Materi Penyuluhan

1. Pengertian batuk efektif

Metode batuk dengan benar dimana energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah
dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal

2. Tujuan Batuk Efektif


- Membebaskan jalan nafas dari hambatan dahak
- Mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan diagnostik laborat
- Mengurangi sesak nafas akibat pennumpukkan dahak
- Meningkatkan distribusi udara saat bernafas
- Meningkatkan volume paru
- Memfasilitasi pembersihan saluran nafas

3. Teknik Batuk Efektif


- Tarik nafas dalam 4-5 kali
- Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2 detik
- Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat dan spontan
- Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha” atau “hhuf..huf..huf”
- Lakukan berulang kal sesuai kebutuhan

4. Alat yang digunakan


- Tissue/sapu tangan
- Wadah tertutup tempat penampung dahak
- Gelas berisi air hangat

5. Etika Batuk

Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar kita, tutup hidung dan mulut dengan
menggunakan tissue atau saputangan atau dengan lengan atas dalam baju anda setiap
kali merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.

Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah digunakan ketempat sampah

Langkah 3
Ambil kesempatan untuk mencuci tangan dikamar kecil terdekat atau menggunakan
gel pembersih tangan.

Langkah 4
Setelah itu gunakan masker

D. Media
Penyuluhan Terlampir
E. Metode Penyuluhan
Ceramah
F. Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
5 menit Pembukaan Mendengarkan
15 Pelaksanaan Edukasi: Latihan Batuk Mengikuti gerakan instruktur
menit Efektif
5 menit Evaluasi dan Penutup Memberikan pertanyaan jika ada

LAPORAN KEGIATAN HARIAN


Tanggal Jam Kegiatan Paraf CI
15/04/21 07:00 Mengganti diaper pasien Tn. JL
09:15 Mengatur cairan IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
09:40 Mengantar sampel pemeriksaan AGD Tn. DM dan Ny. MM
10:00 Menibang berat badan pasien Ny. M.L
10:15 Mengatur posisi tempat tidur pasien Ny. M.L
12:00 Memberikan obat N. Asetil Sistein Tn. JL, DM, KA, dan Ny.
LU
12:15 Memberikan obat Simvastatin Ny. CW
16/04/21 06:30 Tiba di ruangan Irina C-3
06:45 Mengganti diaper pasien Tn. JL
07:15 Mengantar jenazah pasien Ny. MM
07:20 Mengganti cairan Amino Acid 12 tpm pasien Ny. L.P
10:00 Mengantar pasien Tn. W.Y ke IBS dengan diagnosis medias
kolilitiasis
12:00 Memberikan obat N. Asetil Sistein pada Tn. AK, DK, DM
17/04/21 07:00 Mengganti diaper pasien Tn. JL
09:15 Mengantar jenazah pasien Tn. DM dengan kamar jenazah
09:40 Mengantar sampel pemeriksaan AGD Tn. C dan Ny. MM
10:00 Mengantar jenzah pasien Ny. M ke ruangan jenazah
10:15 Mengatur posisi tempat tidur pasien Ny. M.L
12:00 Memberikan obat N. Asetil Sistein Tn. JL, DM, KA, dan Ny.
LU
12:15 Mengganti cairan NaCl 0,9% pasien Tn. Y

Anda mungkin juga menyukai