NIM 20014104022
MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai bakteri tahan asam (BTA) (WHO, Global Tuberculosis Report, 2015).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkuosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mycobacterium
tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang
sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbon infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer (Hood Alsafgaff, 1995).
B. Etiologi
Penyakit Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk
basil yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis dan dapat menyerang semua
golongan umur. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret
1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Penyakit
tuberkulosis pada paruparu kadang disebut sebagai Koch pulmonum. Sumber penularannya
yaitu pasien tuberkulosis BTA (Bakteri Tahan Asam) positif melalui percikan dahak saat
penderitan batuk. Tuberkulosis dengan BTA negative juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB meskipun tingkat penularannya kecil (Depkes, 2015).
Karakteristik kuman Mycobacterium Tuberculosis ialah mempunyai ukuran 0,5-4 mikron
dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam
mikolat). Bakteri ini dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alcohol,
sehingga disebut basil tahan asam (BTA), tahan terhadap zat kimia dan fisik, serta tahan
dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman (dapat tidur lama) dan aerob. Tuberkulosis
(TBC) Paru disebabkan oleh basil mikroobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis
kuman yang berbentuk batang dengan panjang 1-4/mm dan tebal 0,03-0,6/mm (Alsaggaf,
2009).
Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100ºC selama 5-10 menit atau pada pemanasan
60ºC selama 30 menit, dan dengan alcohol 70-79% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan
selama 1-2 jam di udara, ditempat yang lembab dan gelap bisa berbulan-bulan namun tidak
tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa
mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 4 kali pertukaran udara
per jam (Widoyono, 2008).
C. Manifestasi Klinik
Gejala klinik umum pasien tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 3 minggu dengan atau
tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah
(Mansjoer, 2006). Gejala penyakit tuberkulosis paru yang tampak pada orang dewasa adalah:
1. Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya
kekebalan terhadap Rifampisin. Tahap intensif ini pemberikan secara tepat, penderita
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita
TB BTA positif menjadi negative (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.
2. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis obat
lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kelembutan. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persistan (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
H. Pathway
I. Mind Mapping
World Health Organization (WHO). (2015). Global Tuberculosis Control, Surveilance, Planning,
Financing. WHO Report 2015. Genwa
Alsaggaf, H. (2009). Dasar-dasar limu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press
Mansjoer. Et. Al. (2006) Kapita Selekta Kedokteran. FKUI Jakarta : Medika Aesculpalus.
Jakarta.
Autoanamnese : √ Alloanamnese: √
I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama Initial : A.K
Umur : 19 tahun
Status perkawinan : Belum Nikah
Jumlah anak : -
Agama/ suku : Kristen/Gorontalo
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Manado Melayu
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat rumah : Kota Manado
Kecamatan Wanea Kelurahan Karombasan Utara
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. N.P
Umur : 45 tahun
Alamat rumah : Kota Manado
Kecamatan Malalayang Kelurahan Malalayang II
Hubungan dengan pasien : Tante
B. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 172 cm
Berat badan : 50 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 16,9
Kesimpulan : Kekurangan BB tingkat berat
C. GENOGRAM
Keterangan:
: Laki-laki : Perempuan
3. Observasi :
PemeriksaanFisik
a. Keadaan rambut : Rambut tipis, tidak rontok dan bersih
b. Hidrasi kulit : Kulit lembab
c. Palpebrae : Anemis
/conjungtiva
d. Sklera : Putih bersih
e. Hidung : Tidak ada produksi mucus berlebih
f. Rongga mulut : Lembab, bersih, tidak ada luka/sariawan
g. Gigi : Lengkap, tidak ada nyeri
h. Lidah : Bersih tidak ada kotoran
i. Pharing : Tidak ada pembengkakkan dan nyeri menelan
j. Kelenjar getah : Tidak ada nodul
bening
k. Kelenjar parotis : Tidak ada nodul atau pembengkakkan
l. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Konkaf
Bayangan : Tidak tampak
Vena
Peristaltik : 5 x/mnt
Auskultasi : usus
Palpasi : Nyeri : Tidak ada
: Tidak ada
Benjolan
Ascites Positif ☑ Negatif
Perkusi :
m. Kulit : Edema Positif ☑ Negatif
Positif ☑ Negatif
Icterik
Tanda radang : Tidak ada
n. Lesi : Tidak ada
Sucralfat 10 ml / 8jam
5. Therapy : Lasomprazole 30 ml/ 12 jam
Vit. B. Komp. /8 jam
F. POLA ELIMINASI
1. Keadaan Sebelum sakit :
BAK normal 5-6 kali sehari, BAB 1 kali sehari, normal tidak ada kesulitan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Peristaltik usus : 5 kali/menit
b. Palpasi kandung : Ascites Full blast ☑ Normal
kemih
c. Nyeri ketuk ginjal : Positif ☑ Negatif
d Anus : -
n. Lesi
Peradangan : Tidak ada
Hemorroid : Tidak ada
G. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien beraktivitas normal, tanpa hambatan
3. Observasi
a. Aktivitas harian
Makan : 0 (mandiri)
Mandi : 1 (bantuan dengan alat)
Pakaian : 2 (bantuan orang)
Kerapihan : 2 (bantuan orang)
Buang air besar : 1 (bantuan alat)
Buang air kecil : 1 (bantuan alat)
Mobilisasi di : 0 (mandiri)
Tempat tidur
b. Postur Tubuh : Tegap, tidak ada kelainan bentuk tubuh.
c. Gaya jalan : Pasien mengatakan merasa sesak ketika harus berjalan
d. Disabilitas anggota : Tidak ada
tubuh
4. Pemeriksaan Fisik :
a. CRT : < 3 detik
b. Thorax & Paru
Inspeksi
Bentuk Thorax : Bentuk thoraks normal tidak ada deformitas
Sianosis : Tidak ada
Palpasi
Vocal Premitus : Teraba sama pada kedua lapang paru
Perkusi
Batas hepar : ☑ Sonor Redup Pekak
Auskultasi
Suara nafas : Ronkhi pada kedua lapang paru
Suara ucapan : Jelas tidak ada hambatan
Suara tambahan : Tidak ada
Stridor : Tidak ada
c. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Tidak terlihat
Palpasi
Ictus cordis : Teraba kuat pada ruang interkostal kiri V
Perkusi
Batas atas : Bunyi pekak pada ICS ke 3
Batas kanan : Bunyi pekak pada ICS ke 2 linea sternalis kanan
Batas kiri : Bunyi pekak pada ICS ke 5 kiri linea media klavikularis
Auskultasi
BJ II Aorta : Terdengar pada ICS 2 parasternal kanan
BJ II Pulmonal : Terdengar pada ICS 2 parasternal kiri
BJ I Triskupid : Terdengar pada ICS 4 parasternal kiri
BJ II Mitral : Terdengar pada ICS 5 mid klavikula kiri
BJ II Irama :
Reguler
Gallop
Murmur : Tidak ada
HR : 98 kali/menit
d. Ekstremitas
Atrofi otot : Positif ☑ Negatif
Rentang gerak : Normal
Kaku sendi : Tidak ada
Uji kekuatan otot
Atas Kiri : 1 2 3 4 5
Atas Kanan : 1 2 3 4 5
Bawah Kiri : 1 2 3 4 5
Bawa kanan : 1 2 3 4 5
Refleks patologi :
Babinski, Kiri : ☑ Positif Negatif
Kanan : ☑ Positif Negatif
Clubbing finger : Tidak ada
Varises Tungkai : Tidak ada
Columna
e.
Vetebralis
Inspeksi
Kelainan bentuk : Tidak ada, bentuk normal
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
N. III – IV - VI : Dapat digerakkan ke lateral, medial, atas, bawah, pupil isokor,
refleks cahaya positif
N. V Motorik : Normal, tidak ada deviasi rahang, rahang dapat digerakkan
N. VII Motorik : Normal tidak ada kelumpuhan wajah
N. VIII Romberg :
Positif Negatif (Tidak dikaji, pasien menolak)
Test
N.XI : Normal, kekuatan otot SKM sama kiri dan kanan, trapezius
normal, kekuatan otot normal, tidak ada nyeri tekan
Kaku kuduk : Kaku kuduk negatif (normal)
Pemeriksaan
5. :
diagnostik
Thoraks : Fibroinfiltrat di kedua lapang paru, terutama paru kanan atas
Ceftriaxone 2 gram/ 24 jam, Nebulizer NS3%/24 jam, N. Asetil
6. Therapy :
Sistein 200 mg/8 jam
H. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan Sebelum sakit :
Tidur normal, tidak ada gangguan, tidur 6 jam sehari
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penglihatan
Cornea : Normal, warna hitam
Visus : Normal, tidak mengalami penurunan ketajaman penglihatan
Pupil : Isokor, refleks cahaya positif
Lensamata : Normal, tidak ada kekeruhan lensa
b. Pendengaran
Kanalis : Normal, tidak ada peradangan
Membran Timpani : Normal tidak ada peradangan atau obstruksi
c. N I : Normal, tidak ada anosmia, dapat menghidu dengan baik
d. N II : Normal, tidak ada gangguan penglihatan
e. N V Sensorik : Normal, tidak ada parastesis
f. N VII Sensorik : Normal, tidak ada ageusi atau hilang perasa pengecap
g. N VIII
Pendengaran : Normal, tidak ada gangguan pendengaran
Analisa Data
Objektif:
Pasien batuk berdahak
Objektif:
Berat badan 50 kg
Tinggi badan 172
cm IMT: 16,9
Kesimpulan: Kekurangan BB tingkat berat
Laboratorium:
Eritrosit: 3,89 (4,70-6,10)
Hemoglobin: 9,2 (13-16,5)
SGOT: 70 (<33)
Subjektif: Ketidakseimbanga Intoleransi Aktivitas
Pasien mengeluh lemah badan n antara suplai dan
Pasien mengeluh merasa sesak ketika kebutuhan oksigen
beraktivitas dan berganti posisi
Objektif:
Pasien hanya berbaring di tempat tidur
A. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Proses Infeksi ditandai dengan
Subjektif:
Pasien mengatakan merasa sesak terutama ketika beraktivitas dan berpindah posisi
Pasien mengatakan kesulitan mengeluarkan dahak
Objektif:
Pasien batuk berdahak
Suara napas: ronkhi pada kedua lapang paru
Thoraks: Fibroinfiltrat di kedua lapang paru terutama paru kanan atas
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme ditandai dengan
Subjektif:
Pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan, berat badan sebelum sakit 80 kg
Pasien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan
Objektif:
Berat badan 50 kg
Tinggi badan 172
cm IMT: 16,9
Kesimpulan: Kekurangan BB tingkat berat
Laboratorium:
Eritrosit: 3,89 (4,70-6,10)
Hemoglobin: 9,2 (13-16,5)
SGOT: 70 (<33)
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan
Subjektif:
Pasien mengeluh lemah badan
Pasien mengeluh merasa sesak ketika beraktivitas dan berganti posisi
Objektif:
Pasien hanya berbaring di tempat
tidur Eritrosit: 3,89 (4,70-6,10)
Hemoglobin: 9,2 (13-16,5)
B. Intervensi
No Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 Setelah Manajemen Jalan Napas
dilakukan Observasi
intervensi 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
keperawatan 2. Monitor bunyi napas tambahan (ronkhi)
selama 3 hari 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
diharapkan Terapeutik
Bersihan Jalan 4. Posisikan semifowler atau fowler
Napas 5. Berikan minum hangat
meningkat 6. Lakukan fisioterapi dada
dengan kriteria 7. Berikan oksigen
hasil: Edukasi
1. Batuk efektif 8. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
meningkat 9. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
Pengaruh Batuk Efektif dengan Fisioterapi Dada terhadap Pengeluaran Sputum pada Pasien Tb
Paru di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2019
Penulis:
Siela Febrianti Ainur Rahma (Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth
Medan)
P I C O T
(Problem) (Intervention) (Compar (Outcome) (Time)
ative)
Tuberkulosis Penelitian ini bertujuan - Hasil secara uji Peneliti
adalah penyakit untuk mengetahui pengaruh McNemar di dapatkan an ini
yang disebabkan batuk efektif dengan p value P=0,000 (p< dilakuk
oleh bakteri fisioterapi dada terhadap 0,05) dapat di artikan an pada
mycobacterium pengeluaran sputum pada ada pengaruh batuk tahun
tuberculosis, Pasien TB paru di RSUP efektif dengan 2019
dimana TB paru fisioterapi dada
H.Adam Malik Medan
dapat dapat terhadap pengeluaran
Penelitian ini dilaksanakan
menyebabkan sputum pada pasien TB
pada bulan Maret 2019
penumpukan Paru di RA 2 RSUP
bertempat di RSUP H.Adam
sputum H.Adam Malik Medan
Malik Medan. Jenis
hasil penelitian
yang akhirnya penelitian ini menggunakan
menunjukkan ada
dapat pra experimental design
perbedaan sebelum
mengakibatkan dengan pendekatan one
dilakukan intervensi
gangguan jalan group pre-post tes dengan
pengeluaran sputum
napas. Untuk jumlah 25 responden. Teknik
responden sebanyak 5
meminimalisir pengambilan sampel dalam
orang, sesudah
gangguan jalan penelitian ini adalah
dilakukan intervensi
napas dapat purposive sampling yang
pengeluaran sputum
dilakukan telah di tetapkan oleh peneliti
responden sebanyak 18
dengan cara yaitu didasakan pada
orang.
batuk efektif keyakinan bahwa
dengan pengetahuan peneliti tentang
fisioterapi populasi yang dapat
digunakan untuk diteliti.
dada.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Manajemen Jalan
Napas Sub Pokok Bahasan : Latihan Batuk Efektif
Sasaran : Pasien dan Keluarga Tn.
A.K Tanggal Pelaksanaan : 07 April 2021
Waktu : 13:30-14:00
Penyaji : Faris Albert Wenas, S.Kep.
Metode batuk dengan benar dimana energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah
dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal
5. Etika Batuk
Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar kita, tutup hidung dan mulut dengan
menggunakan tissue atau saputangan atau dengan lengan atas dalam baju anda setiap
kali merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah digunakan ketempat sampah
Langkah 3
Ambil kesempatan untuk mencuci tangan dikamar kecil terdekat atau menggunakan
gel pembersih tangan.
Langkah 4
Setelah itu gunakan masker
D. Media
Penyuluhan Terlampir
E. Metode Penyuluhan
Ceramah
F. Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
5 menit Pembukaan Mendengarkan
15 Pelaksanaan Edukasi: Latihan Batuk Mengikuti gerakan instruktur
menit Efektif
5 menit Evaluasi dan Penutup Memberikan pertanyaan jika ada