Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 2

1. Sulthon Hamdani (43010200038)


2. Aghniya Ma’rifatul Chasanah (43010200039)
3. Rafidatul Aqilah (43010200040)
4. Ahmad Nur Rohman (43010200043)

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

A. Psikologi dan Karakteristik Manusia dalam Psikologi Komunikasi


Pemeran utama dalam komunikasi adalah manusia. Jika fokus psikologi adalah
manusia yang terlibat dalam komunikasi, maka yang harus diketahui adalah karakteristik
manusia sebagai komunikan yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku mereka
dalam berkomunikasi.
Hakikat manusia terletak pada hidup kejiwaannya (rohaniyahnya) juga didukung
oleh jasmaniyahnya agar terwujud kesehatan lahir dan batin. Oleh karena itu, secara
psikologi pendekatan yang dilakukan ialah secara interdiciplinary approach (pendekatan
antar ilmu), dimana manusia dilihat dari segala aspeknya kemudian dipadukan menjadi
satu ilmu pengetahuan yang padudan lengkap.
1. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari kata Psyche : jiwa dan Logos : ilmu, secara harfiah
psiokologi diartikan sebagai “Ilmu Jiwa”. Istilah ilmu jiwa dan psikologi seringkali
dipergunakan secara bergantian dalam masyarakat. Perbedaan dalam makna kedua
istilah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Ilmu jiwa dalam arti umum meliputi segala pemikiran, pengetahuan,
tanggapan dan juga meliputi segala khayalan dan spekulasi mengenai
jiwa itu.
b. Psikologi dalam arti ilmiah merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat
ilmiah yang digunakan untuk merujuk kepada pengetahuan ilmu jiwa
yang bercorak ilmiah tertentu. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
jiwa tingkah laku manusia dalam dalam hubungan dengan lingkungan
yang diperoleh secara sisematis dengan metode-meode ilmiah.
Menurut Aristoteles ( 384-323 SM ) : Ilmu jiwa adalah ilmu mengenai gejala-
gejala hidup sehingga setiap makhluk yang hidup itu sebenarnya mempunyai jiwa.
Menurut aristoteles terdapat 3 macam jiwa yang bertingkat :
1. Jiwa vegetatif (jiwa tumbuh-tumbuhan) memiliki kemampuan:
a. Memperoleh dan mencerna makanan
b. Berkembang biak.
2. Jiwa sensitif (jiwa hewan) disamping memiliki daya kemampuan jiwa
vegetatif juga memiliki kemampuan sbb:
a. Bernafsu/berperasaan.
b. Dapat bergerak dari tempatnya.
c. Dapat melakukan pengamatan.
3. Jiwa intelektif (jiwa manusia) selain memiliki lima kemampuan di atas
juga memiliki daya kemampuan sbb:
a. Berkecerdasan.
b. Berkemauan

2. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian penerimaan
dan pengolahan pesan yang terjadi pada diri seseorang atau dua orang atau
lebih dengan tujuan tertentu. Dalam komunikasi memiliki 6 karakter dasar
atau pokok sebagai berikut :
a. Komunikasi adalah suatu proses.
b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.
c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para
pelaku yang terlibat.
d. Komunikasi bersifat simbolis.
e. Komunikasi bersifat transaksional.
f. Komunikasi menembus waktu dan ruang.
Proses komunikasi melibatkan empat (4) elemen sebagai berikut:
a. Source atau komunikator atau sender atau sumber atau pengirim
pesan.
b. Message atau pesan.
c. Channel atau saluran.
d. Reciever atau komunikan atau penerima.
Menurut Richart West dan Lynn H. Turner komunikasi adalah proses
sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk
menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkngan mereka.
Psikologi Komunikasi adalah sebuah proses memahami lawan bicara
(komunikan) dengan tidak meninggalkan aspek kejiwaan.
Penggunaan psikologi komunikasi ada 5, yaitu :
a. Pengertian.
b. Kesenangan.
c. Memengaruhi sikap.
d. Hubungan sosial yang baik.
e. Tindakan.

3. Konsep Psikologi tentang Manusia


Banyak teori-teori dalam komunikasi yang melatarbelakangi konsep-
konsep psikologi tentang manusia, tetapi hanya empat pendekatan yang paling
dominan, yaitu: Konsepsi Psikoanalisis yang melukiskan manusia sebagai
makhluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (Homo Valens);
Konsepsi Behaviorismeyang memandang manusia sebagai makhluk yang
digerakkan semaunya oleh lingkungan (Homo Mechanichus); Teori
Pengolahan Informasi dibentuk oleh Konsepsi Psikologi Kognitif yang
melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan
mengolah stimulus yang diterimanya (Homo Sapiens); Teori-teori psikologi
juga banyak dipengaruhi oleh Konsepsi Psikologi Humanitis yang
mengambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi
transaksional dengan lingkungannya (Homo Ledens).

B. Persepsi Manusia Menurut Psikoanalisis, Behaviorisme, Kognitif, dan


Humanistik.
Walaupun psikologi telah banyak melahirkan teori-teori tentang manusia,
tetapi empat pendekatan yang dicontohkan diatas adalah yang paling dominan:
psikoanalisis, behaviorisme, psikologi kognitif, dan psikologi humanistis.
1. Psikoanalisis
Salah satunya tokoh Psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856 –
1939) seorang Psikiater lulusan Universitas di Vienna tahun 1881 dengan
spesialisasinya Psikoterapi. Nama asli Freud adalah Sigismund Scholomo.
Namun sejak menjadi mahasiswa Freud tidak mau menggunakan nama itu
karena kata Sigismund adalah bentukan kata Sigmund. Freud lahir pada 6 Mei
1856 di Freiberg, Moravia. Saatitu Moravia merupakan bagian dari kekaisaran
Austria-Hongaria (sekarang Cekoslowakia). Pada usia empat tahun Freud
dibawa hijrah ke Wina, Austria. Kedatangan Freud berbarengan dengan
ramainya teori The Origin of Species karya Charles Darwin.
Menurut Teori Psikoanalisis struktur kejiwaan manusia dapat di bilang
sangat unik yaitu terdiri atas Id, Ego dan Super Ego. Stuktur kejiwaan pada
manusia tersebut oleh freud selanjutnya disebut kepribadian. Teori
Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu
kedokteran dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria
yang sangat menggejala di Wina. Pengaruh Jean-Martin Charcot, neurolog
Prancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan histeria
mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran. Sejak itu Freud dan doktor
Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang menjadi subjek
penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud melihat ketidak
runtutan keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada yang terbelah
dari kepribadian Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa Freud
pada kesimpulan struktur psikis manusia: id, ego, superego dan ketidaksadaran,
prasadar, dan kesadaran.
Freud menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada
manusia, antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran
dorongan yang tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi
keinginan-keinginannya. Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar,
maka keinginan itu mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego
lemah.
Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak
(gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh
peristiwa mental sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan
tidak kita sadari namun bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita
bawa ke alam tidak sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua
struktur mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:
1. Id, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan
semata.
2. Ego, adalah pengawas realitas.Ciri- ciri lapisan ego antara lain sebagai
berikut.
a. Semuanya disadari.
b. Hakikatnyabersifatlogis, rasional.
Bertugas menghadapi kenyataan dalam lingkungan sekitar dan kondisi
lingkungan yang nyata. Membedakan antara pengalaman subjektif dan hakikat
benda- benda (objek) di dunia luar.
3. Superego, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap
individu dari lingkungannya.
Sebagai contoh adalah berikut ini: Anda adalah seorang bendahara yang
diserahi mengelola uang sebesar 1 miliar Rupiah tunai. Id mengatakan pada
Anda: “Pakai saja uang itu sebagian, toh tak ada yang tahu!”.
Sedangkan ego berkata: ”Cek dulu, jangan-jangan nanti ada yang tahu!”.
Sementara superego menegur: ”Jangan lakukan!”.
Pada masa kanak-kanak kira dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada
tahap ini oleh Freud disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak
akan mencari pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan
kebutuhannya (bayi akan mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot
misalnya).
Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang
lebih tua dan pada orang dewasa. Disini disebut sebagai tahap secondary
process thinking. Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan
keinginannya (sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin menabung
misalnya). Walau begitu kadang kala pada orang dewasa muncul sikap
seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas keinginan
(menendang tong sampah karena merasajengkel akibat dimarahi bos di kantor
misalnya). Proses pertama adalah apa yang dinamakan EQ (emotional
quotient), sedangkan proses kedua adalah IQ (intelligence quotient) dan proses
ketiga adalah SQ (spiritual quotient).

2. Psikologi Behaviourisme
Psikologi Behaviorisme pertama kali dipopulerkan di Amerika Serikat
oleh John Broadus Watson (1878- 1958). Behaviorisme artinya serab tingkah
laku. Psikologi Behaviorisme adalah Psikologi tingkah laku dan menekankan
pada tingkah laku. Behaviorisme didasarkan pada ajarana materialism. Hal itu
dimulai ketika muncul tulisan ahli Biologi Jacques Leobtahun 1890 berjudul
“ The Mechanistic conception of life” (konsep mekanistik kehidupan.)
Aliran ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli
pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen
psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940-1950-an. Di sini
psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan
dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak
bisa diamati, maka tidak digolongkan kedalam psikologi.
Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang
dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap
yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive
behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov
melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan anjing
eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak
mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya
dan anjing tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu
dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan,
sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya
meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned
response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
Percobaan yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur
11 bulan dengan seekor tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus
putih maka dipukullah sebatang besi dengan sangat keras sehingga membuat si
anak kaget. Begitu percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada tarafter
tentu maka si anak akan menangis begitu hanya melihat tikus putih tersebut.
Bahkan setelah itu dia menjadi takut dengan segala sesuatu yang berbulu :
kelinci, anjing, baju berbulu dan topeng Sinterklas. Ini yang dinamakan
pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa melakukan apa yang disebut
sebagai kontra pelaziman (counter conditioning).
3. Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif menempatkan manusia sebagai makhluk yang
bereaksi secara aktip terhadap lingkungan, yakni dengan cara berfikir.
Manusia berusaha memahami lingkungan yang dihadapinya dan meresponnya
dengan pikiran yang dimilikinya. Oleh karena itu, maka manusia menurut teori
kognitif ini disebut sebagai Homo Sapiens, yakni manusia yang berfikir. Jadi
dalam mereaksi terhadap stimuli, manusia berfikir dan berusaha menemukan
jati dirinya. Teori Kognitif memang telah menempatkan kembali manusia
sebagai makhluk yang berjiwa, yang bukan hanya berfikir, tetapi juga
berusaha menemukan identitas dirinya (bandingkan dengan teori
behaviorisme).
4. Psikologi Humanistis
Psikologi Humanistik memandang manusia sebagai eksistensi yang
positif dan menentukan. Manusia dipandang sebagai makhluk yang unik yang
memiliki cinta, kreativitas, nilai dan makna serta pertumbuhan pribadi. Pusat
perhatian teori humanistik, adalah pada makna kehidupan, dan masalah ini
dalam psikologi humanistik disebut sebagai Homo Ludens, yaitu manusia
yang mengerti makna kehidupan. Menurut teori psikologi humanistik ini,
setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi (unik),
dan kehidupannya berpusat pada dirinya itu. Prilaku manusia berpusat pada
konsep diri,yaitu pandangan atau persepsi orang terhadap dirinya yang bisa
berubah-ubah dan fleksibel sesuai dengan pengalamannya dengan orang lain.
Psikologi humanistik memandang positif manusia. Menurut teori ini,
manusia selalu berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas
dirinya. Manusia juga cenderung ingin selalu mengaktualisasikan dirinya
dalam kehidupan yang bermakna. Dalam 34 keadaan normal, manusia
cenderung berperilaku rasional dan membangun. Ia juga cenderung memilih
jalan yang mendukung pengembangan dan aktualisasi dirinya. Carl Rogers
(bapak psikologis humanistik) memberikan gambaran besar pandangan
psikologis humanistik:
a. Setiap manusia hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi.
Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia
tentang identitas diri yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah yang
muncul dari suatu fenomena lapangan. Manusia berperilaku untuk
mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan diri.
b. Individu bereaksi, pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya
dan dunianya, ia bereaksi pada “realita” seperti yang dipersepsikan
olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
c. Anggapannya adanya ancaman terhadap dirinya akan diikuti oleh
pertahanan diri berupa penyempitan dan pengakuan persepsi dan
perilaku, penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego,
seperti rasionalisasi.
d. Kecenderungan batiniah manusia menuju kesehatan dan keutuhan diri.
Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif
serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi.
REFERENSI

Jalaluddin Rakhmat. 2015.Psikologi Komunikasi. (cetakan ketiga puluh). Bandung: PT.


Remaja Rosakarya.

Misiak, Henryk and Virginia Staudt Sexton, Ph.D. 1988 .Psikologi Fenomenologi
Eksistensial dan Humanistik : Suatu Survai Historis. Bandung : PT Eresco

Noesjirwan, joesoef. 2000. (Konsep Manusia Menurut Psikologi Transpersonal (dalam


Metodologi Psikologi Islami). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Purwa Atmaja Prawira, psikologi Pendidikan dalam persfektif baru, Ar- Ruz Media,
Jogjakarta, 2011.

Rakhmat Jalaluddin dalam Danah Zohar, SQ – Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual


dalam Berpikir Integralistik dan Holistikuntuk Memaknai Hidup, Mizan, Jakarta,
2000.

Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007.

http://jebhy.blogspot.com/2008/11/psikologi-lintas-budaya.html, diakses tanggal 16


September 2021 pukul 19:20

http://journal.uii.ac.id/index.php/jpi/article/view/191, diakses tanggal 16 September 2021


pukul 19:20

http://www.e-jurnal.com/mazhab-aliran-dalam-psikologi-psikoanalisa-behaviorism-
humanistik-gestalt-psikologi-positif-psikologi-transpersonal-psikologi-lintas-
budaya, diakses tanggal 16 September 2021 pukul 19:20

Anda mungkin juga menyukai