Oleh:
KELOMPOK 3
Nama Anggota:
Nadya Elfani 7193143002
Rospita Simamora 7193143010
Tio Birgita Natalia 7193143011
Yolanda Agustina Malau 7193343002
Puji dan Syukur penulis panjatkan keradirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Critical
Book Report Perpajakan ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Haryani Pratiwi Sitompul,
SE., M.Si selaku Dosen Pengampu yang telah membimbing penulis dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan laporan critical book report ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi acuan bagi penulis untuk menjadi lebih
baik. Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa yang masih aktif.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4 Identitas buku yang direview
Buku Utama
1. Judul Buku Perpajakan Edisi 2019
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Akt.,
2. Penulis
QIA., CFrA., CA.
3. Penerbit ANDI
4. Kota Terbit Yogyakarta
5. Tahun Terbit 2019
6. ISBN 978-623-01-0245-5
7. Jumlah Halaman 445 Halaman
Buku Pembanding
1. Judul Buku Perpajakan, Suatu Pengantar
2. Penulis Lazarus Ramandey, S.Sos., M.T
3. Penerbit Deepublish Publisher
4. Kota Terbit Yogyakarta
5. Tahun Terbit 2020
6. ISBN 978-623-02-1033-4
7. Jumlah Halaman 82 Halaman
2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 Buku Utama
Judul Buku Perpajakan Edisi 2019
Penulis Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Akt., QIA., CFrA., CA.
Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah UU No. 6
Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009.
Dalam pembahasannya dijelaskan pengertian pajak, wajib pajak, badab,
masa pajak, tahun pajak, bagian tahun pajak, pajak yang terutang, surat paksa,
kredit pajak untuk PPh, kredit pajak untuk PPN, pemeriksaan, bukti permulaan,
pemeriksaan bukti permulaan, penanggung pajak, dan penelitian.
3
objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu: SPT Masa dan SPT
Tahunan.
4
9) PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPNBM atas impor harus dilunasi
bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk
ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPNBM atas
impor harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan
pabean impor.
10) PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPNBM atas impor yang dipungut oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, harus disetor dalam jangka waktu 1
(satu) hari kerja setelah dilakukan pemungutan pajak.
11) PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh kuasa pengguna
anggaran atau pejabat penanda tangan Surat Perintah Membayar sebagai
Pemungut PPh Pasal 22, harus disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran kepada Pengusaha Kena Pajak rekanan
pemerintah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
12) PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran, harus disetor
paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran atas
penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau belanja Daerah,
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama rekanan dan
ditandatangani oleh bendahara.
13) PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan
tertentu sebagai Pemungut Pajak harus disetor paling lama tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
14) PPN atau PPN dan PPNBM yang terutang dalam satu Masa Pajak harus
disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan
sebelum Surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan.
15) PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud
dan/ atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean harus disetor oleh orang
pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, paling lama tanggal 15
(lima belas) bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.
16) PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus disetor oleh
orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri
paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
17) PPN atau PPN dan PPNBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPN, harus
disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah melalui KP Perbendahaan
Negara.
18) PPN atau PPN dan PPNBM yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaren
sebagai Pemungut PPN, harus disetor paling lama 7 (tujuh) hari setela
tanggal pelaksanaan pembayaran kepada Pengusaha Kena Pajak Rekanan
Pemerintah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
5
19) PPN atau PPN dan PPNBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pemungut
PPN yang ditunjuk selain Bendahara Pemerintah, harus disetor paling lama
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
20) PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 Ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan
beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa, harus dibayar
paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir.
21) Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu harus dibayar paling lama sesuai dengan batas waktu untuk masing-
masing jenis pajak.
b. Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan,
Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
c. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan
Pajak Penghasilan disampaikan.
6
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan atas permohonan tersebut
berupa menerima seluruhnya, menerima sebagian, atau menolak. Surat keputusan
diterbitkan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya
permohonan. Apabila jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja telah terlampaui dan
Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan suatu keputusan, permohonan disetujui
sesuai dengan permohonan Wajib Pajak, dan keputusan persetujuan pengangsuran
pembayaran pajak atau keputusan persetujuan penundaan pembayaran pajak harus
diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja
tersebut berakhir.
7
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
1. Penerbitan STP
STP dikeluarkan apabila:
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat
salah tulis dan/atau salah hitung.
c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi
tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat
waktu.
e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang
tidak mengisi faktur pajak secara lengkap (selain: identitas pembeli, nama
dan tanda tangan).
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak.
g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Ayat
(6a) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
8
penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
9
e. Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan bukan merupakan surat
keberatan sehingga tidak dipertimbangkan dan tidak diterbitkan Surat
Keputusan Keberatan.
f. Pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang tidak
diberikan pada saat pemeriksaan tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian
keberatan, kecuali pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain
tersebut berada di pihak ketiga dan belum diperoleh Wajib Pajak pada saat
pemeriksaan.
g. Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan. Keputusan
Direktorat Jenderal Pajak dapat berupa:
1) Mengabulkan seluruhnya.
2) Mengabulkan sebagian.
3) Menolak.
4) Menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar.
h. Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan telah terlampaui dan
Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan,
keberatan yang diajukan Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan DirJen Pajak
wajib menerbitkan Surat Keputusan Keberatan sesuai dengan keberatan
Wajib Pajak.
i. Apabila pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya,
kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan dengan ketentuan:
1) Untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan.
2) Untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan.
j. Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib
Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh
persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
k. Tetapi apabila kemudian Wajib Pajak mengajukan permohonan banding
atas Surat Keputusan Keberatan, sanksi tersebut tidak dikenakan.
l. Apabila pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran tersebut
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per
bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dengan ketentuan
sebagai berikut:
10
1) Untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan.
2) Untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan.
Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
11
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penyidikan
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian
Tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat tentang tindak pidana diatur dalam UU No 8/1981
tentang KUHAP.
Dasar hukum dan ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah UU No.6
Tahun 1993 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 16 Tahun 2009.
12
yang dibayar lebih besar dari pada yang terutang atau telah dilakukan pembayaran
pajak yang tidak seharusnya terutang.
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisa Buku
Pada buku utama, pokok pembahasan meliputi: Dasar Hukum, Tahun Pajak,
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Surat
Pemberitahuan (SPT), Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pembayaran Pajak, Surat
Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), Surat Tagihan Pajak (STP),
Keberatan dan Banding, Pembetulan, Pengukuhan, Penghapusan, dan Pembatalan,
Kedaluwarsa Penagihan Pajak, Penyidik, Kewajiban dan Hak Wajib Pajak,
Kewajiban Pembukuan, Sanksi Perpajakan, Sanksi Pidana, Sanksi Administrasi,
Sanksi Pidana.
Pada buku pembanding, pokok pembahasan meliputi: Dasar Hukum,
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Pemberitahuan (SPT), Surat Ketetapan
Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Tagihan Pajak
(STP), Keberatan dan Banding.
14
✓ Elemen-elemen komunikatif grafis (teks, tabel) dalam
buku telah ditulis dan disusun dengan baik dan
komunikatif. Contoh: buku utama pada hlm. 74 untuk
menjelaskan sanksi administrasi, dan buku pembanding
pada hlm. 15 untuk menjelaskan SPT-Masa dan SPT-
Tahunan.
Buku Utama dan buku pembanding:
✓ Buku utama memiliki materi yang sangat lengkap,
disertai dengan contoh formulir dari NPWP, SPT
Tahunan PPh WPOP, SPT Tahunan PPH Badan, SPT
Dinilai dari
Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 (PER-14/pj/2013),
3. Aspek Isi
SPT Masa PPN, dan SSP.
Buku
✓ Buku pembanding memiliki materi yang ringkas.
✓ Kedua buku memiliki kesamaan materi yang signifikan.
Serta semua buku yang direview memiliki ISBN dan
daftar pustaka.
Dilihat dari
Menggunakan bahasa yang baku dan dengan kaidah Ejaan
4. Aspek Tata
Yang Disempurnakan (EYD)
Bahasa
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara
perpajakan adalah UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU
No. 16 Tahun 2009.
4.2 Rekomendasi
Setelah membaca materi ketentuan umum dan tata cara perpajakan, kedua
buku ini sangat layak digunakan untuk mahasiswa sebagai buku pedoman dalam
perkuliahan dan juga dapat digunakan menjadi referensi bagi si pembaca dan
diharapkan agar buku ini dapat diperbaharui dalam segi pembahasan materi.
16
DAFTAR PUSTAKA
17