Anda di halaman 1dari 14

DESA PERSAWAHAN

Kelompok 2

Aisyah Saragih 190902008

Azizzi Munawwar Simbolon 190902062

Fathiyah Nurul Izzah 190902032

Intan Purnama Adri 190902018

Lestina Sitanggang 190902090

Sarah Pebriana Lumbantoruan 190902078

Srinita Sembiring Milala 190902050

Tabita Loreansa Hura 190902024

Vivo Mei Ester Tambunan 190902080

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. kami juga berterima kasih kepada ibu
Dra.Berlianti M.SP selaku dosen pembimbing kami pada mata kuliah Dinamika Masyarakat
Pedesaan. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, September 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
I.I Latar Belakang.................................................................................................................................1
I.2 Rumusan masalah............................................................................................................................2
I.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................3
2.1Pengertian Desa Persawahan...........................................................................................................3
2.2 Karakteristik Masyarakat Desa Persawahan................................................................................4
2.3 Perolehan Masyarakat Desa Persawahan......................................................................................5
2.4 Contoh Kasus ; Kehidupan Masyarakat Desa Pesawahan di Tanah Karo yang Masih Kental
akan Tradisi Gotong-royongnya..........................................................................................................6
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................9
3.2 Saran..............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Desa merupakan satuan wilayah pemerintahan terkecil setelah kecamatan, kabupaten/kota
dalam suatu wilayah provinsi di Indonesia. Dengan demikian, desa terintegrasi dalam wilayah
kecamatan, kabupaten/kota/provinsi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Potensi sumber daya yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah memiliki ciri
khas dan kemampuan mengolah sumber daya alam yang ada. Sumber daya tersebut
memengaruhi mata pencaharian masyarakat setempat sebagai sumber ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

Perbedaan sumber daya alam yang ada di setiap daerah seringkali dipengaruhi oleh keadaan
geografis suatu daerah. Salah satunya adalah ketersediaan lahan pertanian. Lahan pertanian
dibedakan menjadi lahan sawah dan lahan bukan sawah. Lahan sawah meliputi lahan sawah
irigasi, dan lahan sawah non irigasi yang diantaranya lahan sawah tadah hujan, lahan sawah
pasang surut, dan lahan sawah lebak.

Perbedaan produksi padi sawah irigasi dan padi sawah tadah hujan baik nasional, provinsi,
dan kabupaten di karena adanya deferensiasi areal yang berkaitan dengan corak wilayah.
Integrasi fenomena menjadikan suatu tempat atau wilayah mempunyai corak individualitas
tersendiri sebagai suatu region yang berbeda dari tempat atau wilayah yang lain (Suharyono dan
Moch. Amien, 1994:33).

Aktivitas petani sawah tadah hujan sangat ditentukan oleh datangnya musim penghujan.
Hanya pada musim penghujan petani sawah tadah hujan dapat menanam padi di sawah.
Sementara ketika musim kemarau daerah tersebut tidak dapat ditanami padi sawah, karena
sarana irigasi tidak ada dan debit air sungai menjadi menurun. Setelah musim panen padi sawah
penghasilan petani tidak menentu, karena petani hanya dapat mengandalkan air yang bersumber
dari air hujan yang turun sekali dalam setahun. Sumber air irigasi pada lahan tadah hujan
umumnya hanya mengandalkan curah hujan. Berbeda dengan sawah irigasi yang sumber airnya
stabil, sehingga masa tanam dan panennya tidak bergantung musim.

1
I.2 Rumusan masalah
1) Bagaimana Ciri-ciri dan seperti apa bentuk geografis Desa pesawahan?

2) Bagaimana Kehidupan Masyarakat desa pesawahan dalam Bertani dan seperti apa
karakteristik nya?

3) Berapa jumlah Pengahasilan atau perolehan masyarakat dalam desa Pesawahan?

4) Apakah Kasus - kasus yang pernah terjadi di desa pesawahan?

I.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai ciri ciri dari bentuk geografis
desa pesawahan.

2) Agar para pembaca memahami karakteristik dari desa pesawahan.

3) Untuk mengetahui penghasilan dan apa sumber mata pencaharian yang ada di desa
pesawahan.

4) Untuk memahami dan mengetahui penyebab dan kasus yang terjadi di desa pesawahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Desa Persawahan

Berdasarkan tipologi desa, maka banyak dicetuskan berbagai klasifikasi desa yang
didasarkan pada berbagai aspek yang menonjol dari desa tersebut. Setiap ahli yang membedakan
klasifikasi desa juga memiliki pertimbangan atas pengamatan masing-masing atas karakteristik
desa yang diamatinya. Berdasarkan berbagai klasifikasi oleh para ahli tersebut, jelas bahwa
belum ada keseragaman dalam penentuan tipologi desa. Namun terdapat kesamaan pandangan
dalam penentuan tipologi desa yaitu didasarkan pada kegiatan perekonomian yang utama dari
desa.

Pada penulisan makalah ini, kami memfokuskan pada Desa Persawahan. Menurut
Soedrajad (1997) Desa persawahan adalah desa yang mayoritas penggunaan lahan untuk
persawahan terutama tergantung pada produktivitas penanaman padi. Hasil analisis
Agusta (2014:7-8) memaparkan bahwa desa dengan tipologi persawahan masih mendominasi
proporsi tipologi desa di Indonesia yang dimana ada sebanyak 31.791 desa atau sebesar 40%.
Yang diikuti oleh Desa Perkebunan yaitu sebanyak 13.861 atau 18%, lalu Desa Pesisir yaitu
sebanyak 11.884 atau 18% dan diikuti oleh jenis desa-desa lainnya.

Namun, meskipun memiliki jumlah yang banyak dan notabenenya masih menjadi
penghasil pangan utama yang dominan pada tahun 2011, Desa persawahan mengalami
penurunan yang drastis setiap tahunnya. Contohnya saja pada 2003 desa persawahan masih
mendominasi sebesar 70%, tetapi pada 2017 menurun menjadi 40%.

Di Indonesia sendiri, desa persawahan banyak ditemukan di Jawa Timur, dan dinobatkan
menjadi daerah penghasil beras terbesar di Indonesia. Jumlah GKG yang diproduksi di Jawa
Timur sepanjang Januari-April 2020 mencapai 4,20 juta ton. Maka dari besarnya jumlah tersebut
dapat disimpulkan bahwa pekerjaan utama masyarakat di daerah Jawa Timur merupakan petani.

3
2.2 Karakteristik Masyarakat Desa Persawahan
A. Pengertian Masyarakat Desa Persawahan
Masyarakat dan pedesaan atau desa, dua kata yang mempunya arti tersendiri. Untuk
mendapatkan pengertian dari dua kata ini harus diartikan terlebih dahulu kata perkata. Misalnya,
Masyarakat diartikan golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia dengan atau
karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain.
Masyarakat dapat juga diartikan sebagai sekumpulan manusia yang saling berinteraksi. Menurut
Soedrajad (1997) Desa persawahan adalah desa yang mayoritas penggunaan lahan untuk
persawahan terutama tergantung pada produktivitas penanaman padi.

Dari kedua pengertian diatas, dapat kita rumuskan bahwa masyarakat desa persawahan
adalah beberapa atau sekumpulan manusia yang mendiami daerah yang sama yang mayoritas
kesehariannya dilakukan dengan penggunaan lahan untuk persawahan terutama tergantung pada
produktivitas penanaman padi.

B. Karakteristik Masyarakat Desa Persawahan

Secara spesifik, belum ada literatur yang menyebutkan dan menjabarkan tentang ciri
ataupun karakteristik khusus dari masyarakat desa persawahan. Namun, jika ditelisik lebih
dalam, masyarakat desa persawahan memiliki karakteristik yang sama dengan masyarakat desa
pada umumnya. Adapun karakteristik masyarakat desa pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Pertama, di dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang


lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar
batas wilayahnya.

2. Kedua, sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.

3. Ketiga, sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.

4. Keempat, masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama,
adat istiadat, dan sebagainya.

Tetapi Raharjdo (1999) menambahkan bahwa sejumlah sosiolog dalam merumuskan


karakteristik masyarakat cenderung mengacu pada pola-pola pikiran yang bersifat teoritik,

4
seperti konsep dari Ferdinand Tonnies (1855- 1936), Emile Durkheim (1858-1917) dan
Charles Horton Cooley (1864-1929).

2.3 Perolehan Masyarakat Desa Persawahan


Umumnya desa persawahan yaitu bertani padi, merupakan salah satu mata pencaharian
pokok masyarakat desa persawahan . Padi sebagai komoditas pangan utama mempunyai nilai
yang strategis yang sangat tinggi sehingga di perlukan adanya penanganan yang serius dalam
upaya peningkatan produktifitas. Besarnya peranan pemerintah dalam pengolahan komoditas
pangan khususnya padi dapat di lihat mulai dari pra produksi seperti penyedia bibit unggul,
pupuk, obat-obatan, sarana irigasi, kredit produksi dan penguatan modal. Oleh karena itu, petani
padi sangat dibutuhkan dalammenjaga keseimbangan perkembangan padi, sehingga memperoleh
padi yang berkualitas di masa panen tiba.

Adapun teknik bercocok tanam padi yang baik sangat di perlukan untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan harapan sebagai berikut:

1. Persemaian Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanamm padi di mana dimulai
dengan menggunakan benih unggul. Benih yang digunakan harus sebaikbaiknya dan sehat
dimana tujuannya adalah membantu memberikan keadaan lingkungan yang baik untuk saat
awal pertumbuhan. Dari umur 25-40 hari benuh siap ditanam disawah yang terlah disediakan.

2. Persiapan dan pengolahan tanah sawah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan
alat tertentu sehingga memperoleh susunan tanah yang dikehendaki oleh tanaman,
pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan.

3. Penanaman dalam penanaman yang baik harus memperhatikan sebelummnya adalah persiapan
lahan umur bibit dan tahap penanaman.

4. Pemeliharaan Tanaman padi ditanam dengan baik dapat menumbuhkan hasil yang
memuaskan, sesuai dengan apa yang diharapkan. Yang perlu di perhatikan dalam
pemeliharaan adalah penyulaman dan penyiangan. Pengairan padi sawah dan pemupukan.

5. Pengendalian organisme tanaman Menurut Soemartono.B (1984). Dalam sudi, 2013. Ada
beberapa cara memberantas pengganggu tanaman padi sawah yaitu :

5
- Cara fisik dan mekanik , misalnya dengan cara gropyokan untuk memberantas hama
tikus.

- Cara biologis, dengan mewnggunakan predator atau parasit misalnya burung yang
memakan ulat

- Dengan mengatur waktu tanaman dengan cara bergiliran tanam.


- Menanam tanaman yang resisten, yaitu tanaman yang tahan terhadap hama dan
penyakit.

- Penggunaan bahan kimia yaitu dengan cara menggunakan pestisida ( fungisida,


insektisida, rodentisida, dan herbisida).

6. Panen adalah tahap terakhir penanaman padi sawah. Bila hasil yang diharapkan telah menjadi
kenyataan, berarti buah padi sudah cukup masak dan siap untuk dipanen atau dipetik. Namun
pemaneman padi harus dilakukan pada waktu yang tepat, sebab ketepatan waktu memanen
berpengaruh terhadap jumlah dan mutuh gabah dan berasnya.

7. Pemasaran adalah aktifitas jual beli dalam bidang ekonomi pemasaran tidak terbatas pada
kegiatan jual beli saja, akan tetapi semua aktifitas ekonomi uang memungkinkan barang dan
jasa bergerak dari produsen sampai kekonsumen.

Nah bentuk perolehan pendapatan masyarakat desa persawahan terkhusus petani padi
tersebut dilihat dari suatu usaha tergantung pada hubungan antara biaya produksi yang
dikeluarkan dengan jumlah penerimaan dari hasil penjualan. Salah satu cara untuk memperoleh
keuntungan ialah dengan menekan biaya pengeluaran. Pendapatan petani selisi antara
pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam perbulan, pertahun,
dan permusim.

2.4 Contoh Kasus ; Kehidupan Masyarakat Desa Pesawahan di Tanah Karo yang Masih
Kental akan Tradisi Gotong-royongnya
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang
terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan yang berada pada ketinggian 120 –
1600 m di atas permukaan laut. Ibukota kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang berjarak
75 Km atau 1,5 jam perjalanan darat dari Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara.

6
Masyarakat karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan
persawahan sebagai mata pencaharian utama penduduknya. Hal tersebut terjadi karena tanah
karo memiliki lahan yang sangat subur, udara yang dingin dan sejuk, serta pengairan lahan
persawahan yang cukup setiap tahunnya. Ada banyak variasi tanaman yang tumbuh subur di
lahan persawahan masyarakat, salah satunya adalah tanaman padi, yang merupakan tanaman
yang wajib ditanam sekali setahun oleh penduduk. Selain itu, karena cuaca dan iklim yang relatif
mendukung penduduk banyak diuntungkan oleh hasil sayur- mayur dan buah yang unggul dan
relatif banyak, sebagai tanaman seling setelah padi. Untuk kebanyakan kebutuhan beras/sayur
dan buah masyarakat karo pada umumnya tidak terlalu mempersoalkan hal tersebut untuk harus
dibeli, karena kebanyakan penduduk memiliki sayuran dan buah yang mereka tanam sendiri di
ladang maupun di pekarangan mereka. Dan walaupun tidak ada beras/buah/sayur yang mereka
punya, penduduk tersebut masih bisa memintanya ke tetangga maupun penduduk desanya yang
lain, karena mereka masih menganut hubungan batin yang murni, bersifat alami dan kekal
(Gemeinschaft).

Walaupun sempat mengalami banyak gangguan persawahan akibat erupsi gunung


sinabung yang aktif sampai sekarang. Penduduk yang hampir semua berprofesi sebagai petani
tidak lekas menyerah, walaupun semua hasil persawahan gagal dalam satu letusan gunung yang
mengeluarkan debu vulkanik. Debu vulkanik tersebut memiliki suhu yang cukup untuk
menghambat pertumbuhan padi, hingga menutupi seluruh batang padi tersebut, sehingga tidak
ada yang bisa di panen saat itu. Setelah letusan gunung sinabung kembali mereda, penduduk
mulai bersemangat kembali untuk melakukan aktifitas persawahan. Hingga sekarang produk
persawahan tanah karo masih melakukan ekspor beras ke kota-kota besar lainnya. Beberapa
komoditas tanaman selingan persawahan di tanah Karo yang sering di ekspor adalah kol, cabai,
tomat, wortel, bawang, jeruk, markisah, pepaya, coklat, kopi dan lain-lain.

Kegiatan gotong royong masih banyak terlihat dan dilakukan oleh masyarakat karo dalam
mengerjakan perawatan tumbuhan padi. Pekerja lepas atau buruh tani (aron) merupakan pekerja
yang akan selalu dibutuhkan dalam pengerjaan sebuah lahan pertanian untuk mempercepat
pekerjaan. Menurut bangun, 1986 istilah aron berasal dari kata sisaron-saron (saling bantu) yang
diwujudkan dalam bentuk kerja orang-orang muda atau dewasa yaitu sekitar 6 hingga 9 orang.

7
Didalam pola kerjanya terdapat teraturan antara sesama peserta aron dengan tujuan agar
tetap terjaga hubungan yang baik.

Pesawahan ditanah karo merupakan sumber penghidupan utama bagi seluruh


masyarakatnya. Setelah musim penanaman padi dimulai seluruh pemandangan desa tampak
begitu luar biasa indahnya. Setelah 4 bulan padi ditanam, para petani akan mulai memanen
tanaman padi tersebut. Biasanya masyarakat akan mengukur kebutuhan beras mereka hingga
panen selanjutnya, dan sisanya akan dijual. Perkembangan persawahan ditanah karo, tidak luput
karena dibantu oleh teknologi yang semakin maju. Persawahan ditanah karo tidak hanya menjadi
simbol spiritualitas baru dalam bertani, tetapi juga mampu mengungkapkan nilai-nilai budaya
yang ada.

8
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sesuia dengan pembahasan dapat di peroleh beberapa kesimpulan :

1. Desa persawahan adalah Desa yang mayoritas pengguna lahan untuk pesawahan terutama
tergantung pada produktivitas penanaman padi.

2. Hasil analisis Agusta (2014:7-8) memaparkan bahwa desa dengan tipologi persawahan masih
mendominasi proporsi tipologi desa di Indonesia yang dimana ada sebanyak 31.791 desa atau
sebesar 40%. Yang diikuti oleh Desa Perkebunan yaitu sebanyak 13.861 atau 18%, lalu Desa
Pesisir yaitu sebanyak 11.884 atau 18% dan diikuti oleh jenis desa-desa lainnya.

3. Di Indonesia sendiri, desa persawahan banyak ditemukan di Jawa Timur, dan dinobatkan
menjadi daerah penghasil beras terbesar di Indonesia. Jumlah GKG yang diproduksi di Jawa
Timur sepanjang Januari-April 2020 mencapai 4,20 juta ton. Maka dari besarnya jumlah
tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerjaan utama masyarakat di daerah Jawa Timur
merupakan petani.

4. Raharjdo (1999) menambahkan bahwa sejumlah sosiolog dalam merumuskan karakteristik


masyarakat cenderung mengacu pada pola-pola pikiran yang bersifat teoritik.

5. Bentuk perolehan pendapatan masyarakat desa persawahan terkhusus petani padi tersebut
dilihat dari suatu usaha tergantung pada hubungan antara biaya produksi yang dikeluarkan
dengan jumlah penerimaan dari hasil penjualan. Salah satu cara untuk memperoleh
keuntungan ialah dengan menekan biaya pengeluaran. Pendapatan petani selisi antara
pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam perbulan,
pertahun, dan permusim.

9
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan untuk bisa lebih memahami tentang Desa
Persawahan, mulai dari bentuknya, tipologinya, sampai contoh kasus yang terjadi di kawasan
Desa Persawahan dan bagaimana penyelesaaiannya. Oleh karena itu, kami berharap para
pembaca bisa menjadikan makalah ini menjadi referensi untuk proses pengembangan Desa
Persawahan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Diektorat Pemukiman dan Perumahan.2017. Kajian Pembangunan Ekonomi Desa Untuk


Mengatasi Kemiskinan. https://www.bappenas.go.id
Yogi Pasca Pratama, Bimo Rizki Samudro, Sutomo. 2018. Pemberdayaan dan Pembangunan
Desa. Riau: Draft Media.
http://digilib.unimed.ac.id/18385/3/7.%20NIM.%20308121054%20CHAPTER%20I.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/227628-modal-sosial-petani-sawah-berlahan-sempi-
5c0c7195.pdf
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/2107-Full_Text.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/109146-ID-analisis-pendapatan-usahatani-padi-
sawah.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai