1. Upaya pencegahan resiko penularan penyakit Covid-19 bagi tenaga kesehatan melalui
optimalisasi media video dan banner serta SPO kepatuhan penerapan protokol kesehatan
di Ruang Perawatan Isolasi Covid_19 Rumah Sakit Awet Muda Narmada selama
Pandemi Covid 19.
2. Upaya peningkatan kepatuhan petugas dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di
Ruang Perawatan Isolasi Covid_19 Rumah Sakit Awet Muda Narmada selama Pandemi
Covid 19.
DISUSUN OLEH:
dr. IDA AYU PADMITA UTAMI
NIP: 19901007202012012
NDH.11
BAB 1
PENDAHULUAN
Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki tiga fungsi penting, yaitu sebagai pelayan
publik, pelaksana kebijakan, serta perekat dan pemersatu bangsa. Aparatur Sipil Negara (ASN)
menurut UU No. 5 Tahun 2014 merupakan profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Dalam rangka
melaksanakan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun
ASN yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan
bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Fungsi penting ASN sebagai pelayan publik adalah memberikan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat. Salah satunya memberikan pelayanan kesehatan yang optimal di Rumah Sakit,
seperti pemberian pelayanan rawat jalan ataupun pelayanan kesehatan kegawatdaruratan di IGD.
Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan Kesehatan diwajibkan menyelenggarakan
Keselamatan Pasien sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien. Pengaturan Keselamtan Pasien bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penerapan sasaran keselamatan pasien
dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas Kesehatan.
Coronavirus Diseasse 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan
coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya. Seperti kita ketahui pada
awal tahun 2020, COVID-19 menjadi masalah Kesehatan global yang kemudian ditetapkan
sebagai pandemic oleh Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization pada tanggal 11
maret 2020. COVID-19 sudah menyebar di hampir seluruh negara, termasuk Indonesia. Selama
hampir 2 tahun ini kita dihadapkan pada keseharian untuk berdampingan dengan COVID-19 dan
kondisi ini masih akan berlangdung pada beberapa waktu yang akan datang.
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Alarm Bahaya dari Tumbangnya Tenaga
Kesehatan saat Ledakan Covid-19 - Analisis Data
Katadata" , https://katadata.co.id/ariayudhistira/analisisdata/60e7fc858ac7f/alarm-bahaya-dari-
tumbangnya-tenaga-kesehatan-saat-ledakan-covid-19
Penulis: Aria W. Yudhistira
Keamanan pelayanan akan sangat dipengaruhi oleh kepatuhan petugas kesehatan dan
pasien terhadap prosedur, ketersediaan alat pelindung diri (APD) yang standar,
pelatihan yang terstandar, dan pemahaman petugas kesehatan terhadap protokol
penanganan COVID-19. Sedangkan efektifitas pelayanan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana prasarana, ketepatan penanganan dan pengobatan yang untuk
kasus COVID-19 sangat berkejaran dengan waktu.
Promosi kesehatan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu, dengan harapan bahwa dengan adanya
pesan tersebut maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut,
diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku dari sasaran. Promosi kesehatan
juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyai masukan (input) dan (output).
Dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni
perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses
pendidikan disamping faktor masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi atau
pesannya, pendidik atau petugas yang melakukan, dan alat bantu atau media yang di gunakan
untuk menyampaikan pesan Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator. Promosi
kesehatan tidak lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat
lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat lebih mempelajari pesan tersebut sehingga
sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif. Banyak media promosi kesehatan
yang dapat digunakan, salah satunya audio visual. Media audio visual merupakan jenis media
yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambaran yang dapat dilihat,
seperti rekaman vidio, slide suara dan lain sebagainya( Notoatmodji, 2007). Kemampuan media
audio visual ini dianggap lebih baik dan menarik, sebab mengandung kedua unsur, yaitu di
dengar dan dilihat. Salah satu media promosi kesehatan lainnya adalah leaflet. Leaflet adalah
bentuk penyampaian informasi atau pesanpesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi
informasi dapat berbentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi. Informasi melalui media
leaflet merupakan bagian dari media pendidikan kesehatan yaitu suatu usaha dalam
meningkatkan kemampuan (perilaku) nya untuk mencapai kesehatan optimal. Keefektifan media
audio visual pada peneliti yang dilakukan Jusmiat (2012) didapatkan pendidikan kesehatan
menggunakan media audio visual efektif terhadap peningkatan pengetahuan.
Tenaga kesehatan merupakan salah satu kelompok paling rentan terpapar SARSCoV-2 karena
probabilitas kontak langsung dengan orang terinfeksi yang lebih tinggi. Tenaga kesehatan sering
menghadapi paparan COVID-19 yang lebih besar sebagai akibat dari pekerjaan mereka daripada
populasi umum, dan oleh karenanya berisiko lebih tinggi terhadap infeksi, penyakit serius, dan
bahkan kematian. Analisa terbaru dari Amnesty International menemukan setidaknya 7000
tenaga kesehatan telah meninggal dunia di seluruh dunia karena terinfeksi COVID-19. (esa
unggul)
Masalah yang sedang dihadapi di masa pandemi COVID-19 adalah kesulitan untuk secara
bersamaan mencapai perlindungan tenaga kesehatan yang tepat dan perawatan pasien berkualitas
tinggi. Dalam situasi COVID-19, kedua nilai ini yaitu perlindungan tenaga kesehatan dan
perawatan pasien tidak dapat dioptimalkan karena virus itu sendiri serta kondisi yang
ditimbulkan oleh pandemi. Kesejahteraan (kesehatan) tenaga kesehatan merupakan hal yang
penting karena dua alasan yaitu pertama; tenaga kesehatan adalah manusia yang kesehatannya
sama pentingnya dengan orang lain. Kedua; tenaga kesehatan dibutuhkan untuk memberikan
perawatan pasien. Khususnya pada pandemi, pasien akan menderita kerugian jika tenaga
kesehatan secara fisik atau mental tidak dapat melakukan pekerjaannya. Hal ini berarti bahwa
tenaga kesehatan adalah sumber daya perawatan kesehatan yang vital sehingga kesehatan
(kesejahteraan) bagi tenaga kesehatan secara intrinsik dan instrumental merupakan hal yang
berharga. Dalam konteks COVID-19, penting untuk melindungi petugas dengan meminimalkan
risiko infeksi dan meminimalkan beban emosional pekerjaan klinis selama krisis kesehatan
masyarakat ini.
Berbagai pertimbangan di bidang pelayanan kesehatan perlu dibuat sebagai persiapan menuju
adaptasi kebiasaan baru dalam menghadapi pandemi ini (PB IDI, 2020). Prinsip pencegahan dan
pengendalian faktor risiko COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan adalah untuk
meminimalkan risiko terjadinya pajanan virus SARS-CoV-2 kepada tenaga kesehatan dan non
kesehatan, pasien dan pengunjung di fasilitas pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI,
2020b)
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
Unit Kerja
Jabatan
Dalam menjalankan tugas di lapangan, peserta dalam hal ini sebagai dokter umum
melaksanakan tugas pokok sebagaimana tercantum dalam Permenpan No.139 Tahun 2003.
Tugas pokok dokter yaitu memberikan pelayanan Kesehatan pada sarana pelayanan Kesehatan
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, serta membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang
Kesehatan kepada masyarakat.
a. Aktual (A) yaitu Isu yang benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat.
b. Problematika (P) yaitu isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga
perlu dicarikan segera solusinya
c. Kekhalayakan (K) yaitu isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
d. Kelayakan (L) yaitu isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya.
N JUMLA
ISU A P K L PRIORITAS
O H
1 Pelayanan swab PCR covid-19 di
RSAM belum bisa dilakukan
dalam 24 jam dan sample dibatasi 4 3 3 2 12 5
perharinya serta tidak bisa
dilakukan di Laboratorium RSAM
2 Pasien covid1-19 dan susp
COVID-19 dirawat di ruangan 5 5 5 4 19 2
yang sama
3 Pasien terkonfirmasi menolak
dirawat di ruang isolasi RSAM dan 5 4 4 4 17 3
ingin pulang paksa
4 Jumlah Nakes yang terkonfirmasi
5 5 5 5 20 1
positif COVID-19 meningkat
5 Keluarga pasien covid-19 yang
meninggal menolak pemakaman
5 4 4 3 16 4
dengan protokol COVID-19
Berdasarkan penetapan isu dengan menggunakan teknik AKPL, dapat dikerucutkan
menjadi tiga isu yang kemudian akan dipertimbangkan kembali untuk dijadikan isu
prioritas. Kemudian tiga isu tersebut kembali diidentifikasi dengan menggunakan teknik U
(Urgency), S (Seriousness), dan G (Growth).
No ISU U S G Total Ranking
Jumlah Nakes yang terkonfirmasi positif
1 5 5 5 14 1
COVID-19 meningkat
Berdasarkan isu yang di uji dengan menggunakan metode AKPL dan USG, maka dapat
di peroleh isu prioritas yang harus ditangani terlebih dahulu, yaitu “ Jumlah Nakes yang
terkonfirmasi positif COVID-19 di RSAM meningkat.
Pemilihan isu tersebut dilakukan dengan analisis dampak jika hal tersebut tidak
ditangani maka akan berdampak pada hal-hal berikut :
1. Peningkatan resiko penularan infeksi baik pada pasien, keluarga ataupun petugas
lainnya di Rumah Sakit Awet Muda Narmada
2. Berkurangnya jumlah tenaga kesehatan yang melayani pasien sehingga dapat
berimbas pada kurang maksimalnya kualitas pelayanan terhadap pasien
3. Meningkatnya beban kerja tenaga kesehatan tersisa sehingga rawan terjadi kelebihan
beban kerja, kelelahan pada tenaga kesehatan dan kejadian yang tidak diinginkan
pada pasien (KTD,KNC)
Merujuk pada permasalahan di atas, maka penulis mengusulkan sebuah gagasan untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan melalui upaya pencegahan resiko penularan penyakit
COVID-19 bagi tenaga kesehatan melalui media video, leaflet atau banner dalam kepatuhan
penerapan protokol kesehatan COVID-19 dan monitoring evaluasi pengaplikasiannya. Untuk
mewujudkan gagasan di atas, maka dibutuhkan beberapa rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan
aktualisasi nilai-nilai dasar di tempat kerja. Rangkaian kegiatan aktualisasi yaitu:
1. Melakukan konsultasi dengan mentor terkait isu dan gagasan yang dibuat.
2. Melakukan konsultasi dengan coach.
3. Meminta persetujuan mentor terkait dengan isu dan gagasan yang diangkat.
4. Mempelajari bahan dan materi terkait SOP pencegahan penularan COVID-19 yang akan
diusulkan
5. Melakukan koordinasi dengan Kepala Bidang Medik, Kepala ruang isolasi, Kepala IGD,
Kepala Instalasi Laboratorium , Radiologi dan koordinator PPI tentang judul gagasan
yang dibuat.
6. Melakukan konsultasi dengan mentor terkait SOP pencegahan penularan COVID-19
yang telah dilengkapi serta SOP Pemisahan perawatan pasien covid-19 yang telah
terkonfirmasi dan yang suspect COVID-19 serta SOP desinfeksi ruang jaga dokter dan
perawat.
7. Menyusun kuesioner dan bahan pretest posttest tentang pemahaman protokol kesehatan
covid-19 bagi tenaga kesehatan yang beresiko terpapar (dokter jaga ruang isolasi, DPJP,
dokter jaga IGD, Perawat ruang isolasi, perawat IGD, petugas laboratorium dan
radiologi)
8. Menyiapkan video dan Membuat banner dan leaflet terkait protokol pencegahan
penularan COVID-19 diantaranya cara pemakaian dan pelepasan APD yang tepat dan
benar, cara keluar masuk ruang isolasi yang benar, daerah infeksius dan non infeksius
pada ruang isolasi dan IGD.
9. Melakukan sosialisasi SOP dan kepada petugas Kesehatan Bersama dengan komite PPI
10. Mengimplementasikan penerapan SOP
11. Mendokumentasikan implentasi yang sudah dilakukan.
12. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan Bersama dengan Komite PPI
13. Menganalisa data hasil pelaksanaan kegiatan.
14. Melakukan konsultasi dan diskusi dengan mentor terkait aktualisasi yang
telah dilaksanakan.
15. Menyusun kegiatan laporan aktualisasi.