Anda di halaman 1dari 16

RANCANGAN AKTUALISASI

1. Upaya pencegahan resiko penularan penyakit Covid-19 bagi tenaga kesehatan melalui
optimalisasi media video dan banner serta SPO kepatuhan penerapan protokol kesehatan
di Ruang Perawatan Isolasi Covid_19 Rumah Sakit Awet Muda Narmada selama
Pandemi Covid 19.
2. Upaya peningkatan kepatuhan petugas dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di
Ruang Perawatan Isolasi Covid_19 Rumah Sakit Awet Muda Narmada selama Pandemi
Covid 19.

DISUSUN OLEH:
dr. IDA AYU PADMITA UTAMI
NIP: 19901007202012012
NDH.11

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


GOLONGAN III ANGKATAN XXX
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT
TAHUN 2021

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki tiga fungsi penting, yaitu sebagai pelayan
publik, pelaksana kebijakan, serta perekat dan pemersatu bangsa. Aparatur Sipil Negara (ASN)
menurut UU No. 5 Tahun 2014 merupakan profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Dalam rangka
melaksanakan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun
ASN yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan
bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

Fungsi penting ASN sebagai pelayan publik adalah memberikan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat. Salah satunya memberikan pelayanan kesehatan yang optimal di Rumah Sakit,
seperti pemberian pelayanan rawat jalan ataupun pelayanan kesehatan kegawatdaruratan di IGD.
Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan Kesehatan diwajibkan menyelenggarakan
Keselamatan Pasien sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien. Pengaturan Keselamtan Pasien bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penerapan sasaran keselamatan pasien
dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas Kesehatan.

Coronavirus Diseasse 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan
coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya. Seperti kita ketahui pada
awal tahun 2020, COVID-19 menjadi masalah Kesehatan global yang kemudian ditetapkan
sebagai pandemic oleh Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization pada tanggal 11
maret 2020. COVID-19 sudah menyebar di hampir seluruh negara, termasuk Indonesia. Selama
hampir 2 tahun ini kita dihadapkan pada keseharian untuk berdampingan dengan COVID-19 dan
kondisi ini masih akan berlangdung pada beberapa waktu yang akan datang.

Berkaitan dengan kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular, Indonesia telah


memiliki Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penangulangan Wabah Penyakit Menular, dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Untuk itu dalam rangka
upaya penanggulangan dini wabah COVID19, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel
Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangannya. Penetapan didasari oleh pertimbangan bahwa Infeksi Novel
Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) telah dinyatakan WHO sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC).

Pedoman mengenai Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) tertuang di dalam


Peraturan Menteri Kesehatan RI No 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Tujuan pengorganisasian program PPI
adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang didapat serta ditularkan di antara
pasien, petugas ataupun keluarga. Saat ini angka kejadian tenaga Kesehatan yang terinfeksi
COVID-19 dilaporkan meningkat. Untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada
pasien, petugas dan keluarga yang berkunjung ke rumah sakit dengan cara memutus siklus
penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar. Kewaspadaan standar adalah
kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh
pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah terdiagnosa,
diduga terinfeksi atau kolonisasi. Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan 11
komponen utama yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan standar, salah
satunya yaitu penempatan pasien. Hal ini juga dijelaskan pada PMK No.27 tahun 2014 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Dari data LaporCovid19, didapatkan 1967 tenaga kesehatan di Indonesia yang gugur
terkena COVID-19 dan pada tahun 2021 jumlah tertinggi didapatkan pada bulan juli dan agustus.
Bulan Juli sebanyak 485 tenaga kesehatan dan 119 pada bulan Agustus ini. Hal ini juga berlaku
di NTB. Meningkatnya angka kematian nakes ini seharusnya menjadi alarm darurat bagi sistem
kesehatan di Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19. Sejumlah rumah sakit diketahui
mengalami lonjakan pasien. Akibatnya para nakes kewalahan dalam melakukan perawatan.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Alarm Bahaya dari Tumbangnya Tenaga
Kesehatan saat Ledakan Covid-19 - Analisis Data
Katadata" , https://katadata.co.id/ariayudhistira/analisisdata/60e7fc858ac7f/alarm-bahaya-dari-
tumbangnya-tenaga-kesehatan-saat-ledakan-covid-19
Penulis: Aria W. Yudhistira

Sejak kasus positif COVID-19 meningkat drastis hampir sebulan terakhir, banyak rumah sakit di


daerah kewalahan menangani lonjakan pasien yang terinfeksi coronavirus.
Tak hanya di Indonesia, pandemi COVID-19 menyebabkan banyak rumah sakit di seluruh
dunia mengalami kesulitan baik secara manajemen maupun sarana prasarana dalam memberikan
pelayanan karena jumlah pasien melonjak dalam waktu singkat.
Terlebih COVID-19 merupakan penyakit menular mematikan dengan waktu dari mulainya
penyakit sampai dengan menjadi parah terjadi dalam satu minggu.. Pasien dapat mengalami
kegagalan sistem pernafasan akut dan membutuhkan sarana dan prasarana khusus seperti ICU,
ruangan isolasi khusus, oksigen atau ventilator.
Kondisi bencana COVID membawa dampak pada kualitas dan keamanan dari
pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.
Ukuran dari dampak tersebut susah untuk diukur akan tetapi dapat dikaji menggunakan
dimensi kualitas dari Institute of Medicine (IOM) yakni pelayanan kesehatan yang
diberikan harus aman, efektif, berfokus pada pasien, tepat waktu, efisien, dan adil.
Pada kondisi normal, rumah sakit merupakan organisasi yang kompleks secara desain
dan sangat rentan terhadap terjadinya kesalahan. Sebagai contoh, dengan
menggunakan rujukan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada kapasitas normal
untuk rumah sakit di negara maju, 1 dari 10 pasien berpeluang mengalami insiden
keselamatan pasien, misalnya pasien jatuh, operasi salah sisi, operasi salah pasien,
kesalahan pengobatan atau insiden lainnya ketika menjalani perawatan di rumah sakit.
Sedangkan tingkat infeksi nosokomial (infeksi yang dapat terjadi pada pasien selama
mereka menjalani perawatan di rumah sakit) terjadi pada 7-10 pasien di antara 100
pasien yang menjalani rawat inap.
Kesalahan atau keterlambatan diagnosis penyakit berkontribusi terhadap kematian
yang terjadi di rumah sakit sekitar 10%. Selain itu kegagalan dalam berkomunikasi di
antara tenaga kesehatan dalam memberikan perawatan berkontribusi 70% terhadap
insiden yang menyebabkan pasien meninggal atau menyebabkan pasien mengalami
disabilitas.
Pada kondisi pandemi ini, angka-angka tersebut kemungkinan menjadi lebih besar.

Misalnya, keterlambatan diagnosis kasus COVID-19 terjadi karena pasien dan dokter


butuh waktu berhari-hari mendapatkan hasil tes swab (PCR). Hal ini menyebabkan
pasien tidak mendapatkan perawatan sesuai standar COVID-19 dan mengakibatkan
pasien meninggal saat dalam perawatan sebelum terkonfirmasi positif terinfeksi COVID-
19.
Untuk mencegah infeksi selama di rumah sakit, protokol pengendalian infeksi COVID-
19 dibuat sangat ketat.
Item yang diatur meliputi berbagai aspek, mulai dari alur masuk pasien ke rumah sakit,
ketika pasien berada di ruang tunggu, pengelompokan pasien berdasar kondisinya,
saat pasien harus dibawa ke unit pelayanan lain di rumah sakit, perawatan di ruang
isolasi ataupun di ruang perawatan intensif, pengelolaan linen, bahkan sampai
pengelolaan limbah.

Keamanan pelayanan akan sangat dipengaruhi oleh kepatuhan petugas kesehatan dan
pasien terhadap prosedur, ketersediaan alat pelindung diri (APD) yang standar,
pelatihan yang terstandar, dan pemahaman petugas kesehatan terhadap protokol
penanganan COVID-19. Sedangkan efektifitas pelayanan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana prasarana, ketepatan penanganan dan pengobatan yang untuk
kasus COVID-19 sangat berkejaran dengan waktu.

Promosi kesehatan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu, dengan harapan bahwa dengan adanya
pesan tersebut maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut,
diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku dari sasaran. Promosi kesehatan
juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyai masukan (input) dan (output).
Dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni
perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses
pendidikan disamping faktor masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi atau
pesannya, pendidik atau petugas yang melakukan, dan alat bantu atau media yang di gunakan
untuk menyampaikan pesan Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator. Promosi
kesehatan tidak lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat
lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat lebih mempelajari pesan tersebut sehingga
sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif. Banyak media promosi kesehatan
yang dapat digunakan, salah satunya audio visual. Media audio visual merupakan jenis media
yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambaran yang dapat dilihat,
seperti rekaman vidio, slide suara dan lain sebagainya( Notoatmodji, 2007). Kemampuan media
audio visual ini dianggap lebih baik dan menarik, sebab mengandung kedua unsur, yaitu di
dengar dan dilihat. Salah satu media promosi kesehatan lainnya adalah leaflet. Leaflet adalah
bentuk penyampaian informasi atau pesanpesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi
informasi dapat berbentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi. Informasi melalui media
leaflet merupakan bagian dari media pendidikan kesehatan yaitu suatu usaha dalam
meningkatkan kemampuan (perilaku) nya untuk mencapai kesehatan optimal. Keefektifan media
audio visual pada peneliti yang dilakukan Jusmiat (2012) didapatkan pendidikan kesehatan
menggunakan media audio visual efektif terhadap peningkatan pengetahuan.

Tenaga kesehatan merupakan salah satu kelompok paling rentan terpapar SARSCoV-2 karena
probabilitas kontak langsung dengan orang terinfeksi yang lebih tinggi. Tenaga kesehatan sering
menghadapi paparan COVID-19 yang lebih besar sebagai akibat dari pekerjaan mereka daripada
populasi umum, dan oleh karenanya berisiko lebih tinggi terhadap infeksi, penyakit serius, dan
bahkan kematian. Analisa terbaru dari Amnesty International menemukan setidaknya 7000
tenaga kesehatan telah meninggal dunia di seluruh dunia karena terinfeksi COVID-19. (esa
unggul)

Masalah yang sedang dihadapi di masa pandemi COVID-19 adalah kesulitan untuk secara
bersamaan mencapai perlindungan tenaga kesehatan yang tepat dan perawatan pasien berkualitas
tinggi. Dalam situasi COVID-19, kedua nilai ini yaitu perlindungan tenaga kesehatan dan
perawatan pasien tidak dapat dioptimalkan karena virus itu sendiri serta kondisi yang
ditimbulkan oleh pandemi. Kesejahteraan (kesehatan) tenaga kesehatan merupakan hal yang
penting karena dua alasan yaitu pertama; tenaga kesehatan adalah manusia yang kesehatannya
sama pentingnya dengan orang lain. Kedua; tenaga kesehatan dibutuhkan untuk memberikan
perawatan pasien. Khususnya pada pandemi, pasien akan menderita kerugian jika tenaga
kesehatan secara fisik atau mental tidak dapat melakukan pekerjaannya. Hal ini berarti bahwa
tenaga kesehatan adalah sumber daya perawatan kesehatan yang vital sehingga kesehatan
(kesejahteraan) bagi tenaga kesehatan secara intrinsik dan instrumental merupakan hal yang
berharga. Dalam konteks COVID-19, penting untuk melindungi petugas dengan meminimalkan
risiko infeksi dan meminimalkan beban emosional pekerjaan klinis selama krisis kesehatan
masyarakat ini.

Berbagai pertimbangan di bidang pelayanan kesehatan perlu dibuat sebagai persiapan menuju
adaptasi kebiasaan baru dalam menghadapi pandemi ini (PB IDI, 2020). Prinsip pencegahan dan
pengendalian faktor risiko COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan adalah untuk
meminimalkan risiko terjadinya pajanan virus SARS-CoV-2 kepada tenaga kesehatan dan non
kesehatan, pasien dan pengunjung di fasilitas pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI,
2020b)
BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Penetapan Isu yang Diangkat

Unit Kerja

Rumah Sakit Awet Muda Narmada

Jabatan

Ahli Pertama - Dokter

Pekerjaan dan Uraian Tugas

Dalam menjalankan tugas di lapangan, peserta dalam hal ini sebagai dokter umum
melaksanakan tugas pokok sebagaimana tercantum dalam Permenpan No.139 Tahun 2003.
Tugas pokok dokter yaitu memberikan pelayanan Kesehatan pada sarana pelayanan Kesehatan
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, serta membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang
Kesehatan kepada masyarakat.

Adapun uraian tugas pokok sebagai berikut:

1. Melaksanakan pelayanan medis rawat jalan


2. Melaksanakan pelayanan medis rawat inap.
3. Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan medis.
4. Melaksanakan pelayanan gizi dan KIA.
5. Menganalisis data dan hasil pemeriksaan pasien sesuai dengan pedoman kerja untuk
menyusun catatan medis pasien.
6. Menyusun draft visum et repertum.
7. Melaksanakan tugas jaga.
8. Menyusun draft laporan pelaksanaan tugas.
9. Menyusun laporan pelaksanaan tugas.
10. Menyusun laporan pelaksanaan tugas.
11. Menyusun laporan lain-lain.

3.1.1 Identifikasi Isu

Rancangan aktualisasi terdiri dari identifikasi isu, pengajuan gagasan pemecahan


isu/masalah dengan menyusun daftar rencana kegiatan, tahapan kegiatan dan output kegiatan,
mendeskripsikan keterkaitan antara rencana kegiatan yang diusulkan dengan substansi mata
pelatihan nilai-nilai dasar ASN yang terdiri dari ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi). Isu isu yang menjadi dasar laporan aktualisasi
bersumber dari aspek: 1) Manajemen ASN, 2) Pelayanan Publik, 3) Whole of Government.
Berdasarkan pengalaman melaksanakan tugas sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Dokter Ahli pertama di Rumah Sakit Awet Muda Narmada, terdapat beberapa isu didapatkan.
Identifikasi berbagai isu yang ada terlihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Identifikasi Isu


No Identifikasi Isu Kondisi Saat Ini Kondisi yang
Diharapkan
1 Pelayanan swab PCR covid- Skrining Swab hanya bisa Swab bisa dilakukan real
19 di RSAM hasil lama dan dilakukan H+1 time langsung dan bisa di
jumlah sample terbatas pendaftaran pasien dan lab RSAM
hanya bisa menerima 20
Sample / hari. Serta
sample harus dikirim ke
lab luar RSAM
2 Pasien covid1-19 dan susp Ruang Isolasi covid-19 Terpisahnya peratan
COVID-19 dirawat di ruangan terkadang pasien terkonfirmasi
yang sama menggabungkan covid-19 dan pasien yang
perawatan pasien covid- masih suspek covid-19
19 terkonfirmasi dan
pasien yang masih suspek
covid-19 bila kondisi
pasien membludak
3 Pasien terkonfirmasi menolak Masih ada keluarga pasien Keluarga paham dan setuju
dirawat di ruang isolasi yang menganggap RS dengan angkah COVID-
RSAM dan ingin pulang paksa meng-covid-kan pasien 19 serta setuju dirawat di
ruang isolasi bila
diperlukan
4 Jumlah Nakes yang Jumlah tenaga medis Penurunan angka
terkonfirmasi positif COVID- RSAM yang dilaporkan konfirmasi tenaga medis
19 meningkat positif terkena COVID-19 yang terkonfirmasi covid-
saat ini …… % (tahun 19
2021)
5 Keluarga pasien covid-19 Masih ada keluarga yang Keluarga paham dan
yang meninggal menolak menolak pemakaman menyetujui pemakaman
pemakaman dengan protokol secara angkah covid pasien covid secara
COVID-19 angkah kesehatan
Dari beberapa isu diatas, langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan isu mana yang akan
menjadi prioritas utama yang dapat dicari solusi berdasarkan Tupoksi. Selanjutnya penulis
menganalisis isu tersebut menggunakan Metode AKPL untuk mengetahui isu mana yang
dominan dari nilai AKPL. Metode AKPL tersebut yaitu:

a. Aktual (A) yaitu Isu yang benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat.
b. Problematika (P) yaitu isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga
perlu dicarikan segera solusinya
c. Kekhalayakan (K) yaitu isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
d. Kelayakan (L) yaitu isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya.

Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada table 3.2

N JUMLA
ISU A P K L PRIORITAS
O H
1 Pelayanan swab PCR covid-19 di
RSAM belum bisa dilakukan
dalam 24 jam dan sample dibatasi 4 3 3 2 12 5
perharinya serta tidak bisa
dilakukan di Laboratorium RSAM
2 Pasien covid1-19 dan susp
COVID-19 dirawat di ruangan 5 5 5 4 19 2
yang sama
3 Pasien terkonfirmasi menolak
dirawat di ruang isolasi RSAM dan 5 4 4 4 17 3
ingin pulang paksa
4 Jumlah Nakes yang terkonfirmasi
5 5 5 5 20 1
positif COVID-19 meningkat
5 Keluarga pasien covid-19 yang
meninggal menolak pemakaman
5 4 4 3 16 4
dengan protokol COVID-19
Berdasarkan penetapan isu dengan menggunakan teknik AKPL, dapat dikerucutkan
menjadi tiga isu yang kemudian akan dipertimbangkan kembali untuk dijadikan isu
prioritas. Kemudian tiga isu tersebut kembali diidentifikasi dengan menggunakan teknik U
(Urgency), S (Seriousness), dan G (Growth).
No ISU U S G Total Ranking
Jumlah Nakes yang terkonfirmasi positif
1 5 5 5 14 1
COVID-19 meningkat

Pasien COVID-19 dan susp COVID-19


2 5 4 4 13 2
dirawat di ruangan yang sama

Pasien terkonfirmasi menolak dirawat di


3 4 4 4 12 3
ruang isolasi RSAM dan ingin pulang paksa

Adapun kriteria penetapan indikator USG, yaitu:


Urgency :
1: Tidak penting
2: Kurang penting
3: Cukup penting
4: Penting
5: Sangat penting
Seriousness :
1: Akibat yang ditimbulkan tidak serius
2: Akibat yang ditimbulkan kurang serius
3: Akibat yang ditimbulkan cukup serius
4: Akibat yang ditimbulkan serius
5: Akibat yang ditimbulkan sangat serius
Growth :
1: Tidak berkembang
2: Kurang berkembang
3: Cukup berkembang
4: Berkembang
5: Sangat berkembang
Berdasarkan pendekatan analisis teknik AKPL dan USG tersebut, maka kesimpulan
yang diperoleh mengarah pada isu : Jumlah Nakes yang terkonfirmasi positif COVID-19
di RSAM meningkat.

3.1.2 Penetapan Isu

Berdasarkan isu yang di uji dengan menggunakan metode AKPL dan USG, maka dapat
di peroleh isu prioritas yang harus ditangani terlebih dahulu, yaitu “ Jumlah Nakes yang
terkonfirmasi positif COVID-19 di RSAM meningkat.

Pemilihan isu tersebut dilakukan dengan analisis dampak jika hal tersebut tidak
ditangani maka akan berdampak pada hal-hal berikut :

1. Peningkatan resiko penularan infeksi baik pada pasien, keluarga ataupun petugas
lainnya di Rumah Sakit Awet Muda Narmada
2. Berkurangnya jumlah tenaga kesehatan yang melayani pasien sehingga dapat
berimbas pada kurang maksimalnya kualitas pelayanan terhadap pasien
3. Meningkatnya beban kerja tenaga kesehatan tersisa sehingga rawan terjadi kelebihan
beban kerja, kelelahan pada tenaga kesehatan dan kejadian yang tidak diinginkan
pada pasien (KTD,KNC)

3.2 Gagasan Pemecah Isu

Merujuk pada permasalahan di atas, maka penulis mengusulkan sebuah gagasan untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan melalui upaya pencegahan resiko penularan penyakit
COVID-19 bagi tenaga kesehatan melalui media video, leaflet atau banner dalam kepatuhan
penerapan protokol kesehatan COVID-19 dan monitoring evaluasi pengaplikasiannya. Untuk
mewujudkan gagasan di atas, maka dibutuhkan beberapa rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan
aktualisasi nilai-nilai dasar di tempat kerja. Rangkaian kegiatan aktualisasi yaitu:

1. Melakukan konsultasi dengan mentor terkait isu dan gagasan yang dibuat.
2. Melakukan konsultasi dengan coach.
3. Meminta persetujuan mentor terkait dengan isu dan gagasan yang diangkat.
4. Mempelajari bahan dan materi terkait SOP pencegahan penularan COVID-19 yang akan
diusulkan
5. Melakukan koordinasi dengan Kepala Bidang Medik, Kepala ruang isolasi, Kepala IGD,
Kepala Instalasi Laboratorium , Radiologi dan koordinator PPI tentang judul gagasan
yang dibuat.
6. Melakukan konsultasi dengan mentor terkait SOP pencegahan penularan COVID-19
yang telah dilengkapi serta SOP Pemisahan perawatan pasien covid-19 yang telah
terkonfirmasi dan yang suspect COVID-19 serta SOP desinfeksi ruang jaga dokter dan
perawat.
7. Menyusun kuesioner dan bahan pretest posttest tentang pemahaman protokol kesehatan
covid-19 bagi tenaga kesehatan yang beresiko terpapar (dokter jaga ruang isolasi, DPJP,
dokter jaga IGD, Perawat ruang isolasi, perawat IGD, petugas laboratorium dan
radiologi)
8. Menyiapkan video dan Membuat banner dan leaflet terkait protokol pencegahan
penularan COVID-19 diantaranya cara pemakaian dan pelepasan APD yang tepat dan
benar, cara keluar masuk ruang isolasi yang benar, daerah infeksius dan non infeksius
pada ruang isolasi dan IGD.
9. Melakukan sosialisasi SOP dan kepada petugas Kesehatan Bersama dengan komite PPI
10. Mengimplementasikan penerapan SOP
11. Mendokumentasikan implentasi yang sudah dilakukan.
12. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan Bersama dengan Komite PPI
13. Menganalisa data hasil pelaksanaan kegiatan.
14. Melakukan konsultasi dan diskusi dengan mentor terkait aktualisasi yang
telah dilaksanakan.
15. Menyusun kegiatan laporan aktualisasi.

No Identifikasi Isu Kondisi Saat Ini Kondisi yang


Diharapkan
1 Pelayanan swab PCR covid- Skrining Swab hanya bisa Swab bisa dilakukan real
19 di RSAM hasil lama dan dilakukan H+1 time langsung dan bisa di
jumlah sample terbatas pendaftaran pasien dan lab RSAM
hanya bisa menerima 20
Sample / hari. Serta
sample harus dikirim ke
lab luar RSAM
2 Pasien covid1-19 dan susp Ruang Isolasi covid-19  Terpisahnya
COVID-19 dirawat di ruangan terkadang peratan pasien
yang sama menggabungkan terkonfirmasi
perawatan pasien covid- covid-19 dan
19 terkonfirmasi dan pasien yang masih
pasien yang masih suspek suspek covid-19
covid-19 bila kondisi  Bertambahnya
pasien membludak jumlah ruang
isolasi
3 Rumah sakit meng-COVID- Masih ada keluarga pasien Keluarga paham dan setuju
kan pasien yang menganggap RS dengan diagnosis COVID-
meng-covid-kan pasien 19 serta setuju dirawat di
dan menolak rawat inap di ruang isolasi bila
ruang isolasi bahkan diperlukan
pulang paksa.
4 Jumlah Nakes yang Jumlah tenaga medis Penurunan angka
terkonfirmasi positif COVID- RSAM yang dilaporkan konfirmasi tenaga medis
19 meningkat positif terkena COVID-19 yang terkonfirmasi
saat ini …… % (tahun COVID-19
2021)
5 Keluarga pasien covid-19 Masih ada keluarga yang Keluarga paham dan
yang meninggal menolak menolak pemakaman menyetujui pemakaman
pemakaman dengan protokol sesuai protokol pasien covid-19 secara
COVID-19 protokol COVID-19

Anda mungkin juga menyukai