Anda di halaman 1dari 8

IMUNOLOGI

HEMATOPOISIS DAN ORGAN LIMFOID

Oleh:

Deva Tamtama Saputra

(19089016032)

Semester V

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

2021
MATERI HEMATOPOISIS

Hematopoisis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan


perkembangan sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi,
maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. Proliferasi sel
menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel
hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi merupakan
proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel
darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda.

Tempat terjadinya hematopoiesis pada manusia :

1. Embrio dan Fetus


a. Stadium Mesoblastik, Minggu ke 3-6 s/d 3-4 bulan kehamilan : Sel-sel
mesenchym di yolk sac. Minggu ke 6 kehamilan produksi menurun
diganti organ-organ lain.
b. Stadium Hepatik, Minggu ke 6 s/d 5-10 bulan kehamilan : Menurun
dalam waktu relatif singkat. Terjadi di Limpa, hati, kelenjar limfe
c. Stadium Mieloid, Bulan ke 6 kehamilan sampai dengan lahir,
pembentukan di sumsum tulang : Eritrosit, leukosit, megakariosit.
2. Bayi sampai dengan dewasa

Hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang, normal tidak diproduksi di


hepar dan limpa, keadaan abnormal dibantu organ lain.
a. Hematopoiesis Meduler (N)

Lahir sampai dengan 20 tahun : sel sel darah → sumsum tulang. Lebih
dari 20 tahun: corpus tulang panjang berangsur – angsur diganti oleh
jaringan lemak karena produksi menurun.
b. Hematopoiesis Ekstrameduler (AbN)

Dapat terjadi pada keadaan tertentu, misal: Eritroblastosis foetalis,


An.Peniciosa, Thallasemia, An.Sickle sel, Spherositosis herediter,
Leukemia. Organ – organ Ekstrameduler : Limpa, hati, kelenjar
adrenal, tulang rawan, ginjal, dan lain-lain.

Macam-macam Hematopoiesis :
1. Seri Eritrosit (Eritropoesis)
Perkembangan eritrosit ditandai dengan penyusutan ukuran
(makin tua makin kecil), perubahan sitoplasma (dari basofilik makin
tua acidofilik), perubahan inti yaitu nukleoli makin hilang, ukuran sel
makin kecil, kromatin makin padat dan tebal, warna inti gelap.
Tahapan perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut :
a. Proeritroblas

Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri


eritrosit. Proeritroblas adalah sel yang terbesar, dengan diameter
sekitar 15-20μm. Inti mempunyai pola kromatin yang seragam, yang
lebih nyata dari pada pola kromatin hemositoblas, serta satu atau dua
anak inti yang mencolok dan sitoplasma bersifat basofil sedang.
Setelah mengalami sejumlah pembelahan mitosis, proeritroblas
menjadi basofilik eritroblas.
b. Basofilik Eritroblas

Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan


diameternya rata-rata 10μm. Intinya mempunyai heterokromatin padat
dalam jala-jala kasar, dan anak inti biasanya tidak jelas. Sitoplasmanya
yang jarang nampak basofil sekali.
c. Polikromatik Eritroblas (Rubrisit)

Polikromatik Eritoblas adalah Basofilik eritroblas yang


membelah berkali-kali secara mitotris, dan menghasilkan sel-sel yang
memerlukan hemoglobin yang cukup untuk dapat diperlihatkan di
dalam sediaan yang diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman atau
Giemsa, sitoplasma warnanya berbeda-beda, dari biru ungu sampai lila
atau abu-abu karena adanya hemoglobin terwarna merah muda yang
berbeda-beda di dalam sitoplasma yang basofil dari eritroblas. Inti
Polikromatik Eritroblas mempunyai jala kromatin lebih padat dari
basofilik eritroblas, dan selnya lebih kecil.
d. Ortokromatik Eritroblas (Normoblas)

Polikromatik Eritroblas membelah beberapa kali secara


mitosis. Normoblas lebih kecil daripada Polikromatik Eritroblas dan
mengandung inti yang lebih kecil yang terwarnai basofil padat. Intinya
secara bertahap menjadi piknotik. Tidak ada lagi aktivitas mitosis.
Akhirnya inti dikeluarkan dari sel bersama-sama dengan pinggiran
tipis sitoplasma. Inti yang sudah dikeluarkan dimakan oleh
makrofagmakrofag yang ada di dalam stroma sumsum tulang.
e. Retikulosit

Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti


selnya, dan mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam
sitoplasmanya, serta masih dapat mensintesis hemoglobin.
Retikulosit dianggap kehilangan sumsum retikularnya sebelum
meninggalkan sumsum tulang, karena jumlah retikulosit dalam darah
perifer normal kurang dari satu persen dari jumlah eritrosit.
f. Eritrosit

Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan


eritropoesis. Sel ini berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di
sumsum tulang. Pada manusia, sel ini berada di dalam sirkulasi selama
kurang lebih 120 hari. Jumlah normal pada tubuh laki – laki 5,4 juta/μl
dan pada perempuan 4,8 juta/μl. setiap eritrosit memiliki diameter
sekitar 7,5 μm dan tebal 2 μm.

2. Seri Leukosit
a. Leukosit Granulosit / myelosit
Myelosit terdiri dari 3 jenis yaitu neutrofil, eosinofil dan basofil yang
mengandung granula spesifik yang khas. Tahapan perkembangan
myelosit yaitu Mieloblas → Promielosit → Mielosit → Metamielosit.
b. Leukosit non granuler
Limfosit → Monosit

3. Seri Trombosit (Trombopoesis)


Pembentukan Megakariosit dan Keping-keping darah. Megakariosit
adalah sel raksasa (diameter 30-100μm atau lebih). Inti berlobi secara
kompleks dan dihubungkan dengan benang-benang halus dari bahan
kromatin. Sitoplasma mengandung banyak granula azurofil dan
memperlihatkan sifat basofil setempat. Megakariosit membentuk
tonjolantonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai keping-keping
darah. Setelah sitoplasma perifer lepas sebagai keping-keping darah,
megakariosit mengeriput dan intinya hancur.
Organ Limfoid Dan Peran Dalam Sistem Imun

Sistem imun tubuh merupakan suatu organ kompleks yang memproduksi sel
khusus yang dibedakan dengan sistem peredaran darah dari sel eritrosit., akan tetapi
bekerja sama dalam melawan infeksi penyakit ataupun masuknya benda asing
kedalam tubuh (sebagai antigen tubuh). Keseluruhan sel imun memiliki bentuk dan
jenis yang bervariasi dan bersikulasi dalam sistem imun kemudian di produksi oleh
sumsum tulang (bone marrow). Lain halnya dengan kelenjar limfe merupakan
kelenjar yang dihubungkan satu sama lain oleh saluran limfe yang merupakan titik
dimana pertemuan dari sel sistem imun itu mempertahankan diri dari benda asing
yang masuk kedalam tubuh. Limfa merupakan organ yang penting tempat dimana sel
imun itu berkonfontasi dengan mikroba asing, sedangkan kantung-kantung organ
limfoid yang terletak diseluruh bagian tubuh seperti sumsum tulang, thymus, tonsil,
adenoid dan apendik merupakan jaringan limfoid. Sistem imun akan aktif ketika ada
bahan asing (antigen) beredar didalam tubuh setelah masuk dinding sel. Ini
disebabkan karena pertahan pertama tubuh tidak mampu menetralisir agen infeksi
sehingga agen infeksi masuk dan beredar melalui peredaran darah keseluruh tubuh.
Pertahanan pertama yang bertanggung jawab yaitu sel imun non spesifik (innate
immunity) seperti sel monosit, makrofag, neutrophil, basophil, polimorfonuklear, sel
dendrit, sel langerhan dan sel mast. Jika sel tersebut tidak mampu menetralisir agen
infeksi, maka selanjutnya terjadilah penginfeksian dan kemudian sistem pertahan
kedua muncul yang dikenal adaptive immune responses. Pertahanan kedua aktif
terjadi setelah komunikasi diantara sel imun nonspesifik yang dikenal dengan antigen
precenting cells (APC) dan selanjutnya akan mengaktifkan sel B dan sel T.

Organ Limfoid

Organ limfoid berperan sebagai tempat hidup sel fagositik. Organ limfoid
terdiri atas limpa, nodus limpa, sumsum tulang, thymus dan tonsil. Berdasarkan
fungsinya, organ limfoid dibagikan atas :
a. Organ Limfoid Primer

Jaringan limfoid primer berfungsi sebagai tempat diferensiasi limfosit


yang berasal dari jaringan myeloid. Terdapat 2 jaringan limfoid primer, yaitu
kelenjar thymus yang merupakan deferensiasi limfosit T dan sumsum tulang
yang merupakan diferensiasi limfosit B. jaringan limfoid primer mengandung
banyak sel limfoid diantara sedikit sel makrofag dalam anyaman sel stelat
yang berfungsi sebagai stroma dan jarang ditemukan serabut retikuler.

- Thymus

Thymus merupakan organ yang terletak dalam mediastinum di depan


pembuluh - pembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang
termasuk dalam organ limfoid primer. Thymus merupakan satu-satunya
organ limfoid primer pada mamalia yang tampak dan merupakan jaringan
limfoid pertama pada embrio sesudah mendapat sel induk dari saccus
vitellinus.

- Sumsum Tulang

Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel
stemhematopoetik akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan
diferensiasi dirangsang sitokin.

b. Organ Limfoid Sekunder

Organ yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses reaksi imun.


Jaringan limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat menampung sel limfosit
yang telah mengalami diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel yang
imunokompeten yang berfungsi sebagai komponen imunitas tubuh. Dalam
jaringan limfoid sekunder, sebagai stroma terdapat sel retikuler dengan
banyak serabut retikuler. Yang tergolong dalam jaringan ini yaitu :
- Limfa

Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di


sebelah kiri atas di bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh
peritoneum. Lien merupakan organ penyaring yang kompleks yaitu
dengan membersihkan darah terhadap bahan-bahan asing dan sel-sel mati
disamping sebagai pertahanan imunologis terhadap antigen. Lien
berfungsi pula untuk degradasi hemoglobin, metabolisme Fe, tempat
persediaan trombosit, dan tempat limfosit T dan B.

- Tonsil

Tonsil disebut juga amandel. Tonsil terletak di bagian kiri dan kanan
pangkal tenggorokan. Tonsil mensekresikan kelenjar yang banyak
mengandung limfosit, sehingga tonsil dapat berfungsi untuk membunuh
bibit penyakit dan melawan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas
dan faring. Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut
faucia. Di daerah ini membran mukosa tractus digestivus banyak
mengandung kumpulan jaringan limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil
diseluruh bagian di daerah tersebut. Selain itu diyemukan juga organ
limfoid dengan batas-batas nyata.

- Limfonodus

Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut
nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang
disebut sinus. Di dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag. Fungsi
nodus limfa adalah untuk menyaring mikroorganisme yang ada di dalam
limfa. Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderet-
deret sepanjang pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan
kumpulan yang mampu mengenal antigen yang masuk dan memberi reaksi
imunologis secara spesifik. Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval
dengan ukuran 1-2,5 mm. Bagian yang melekuk ke dalam disebut hillus,
yang merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah. Pembuluh
limfe aferen masuk melalui permukaan konveks dan pembuluh limfe
eferen keluar melalui hillus. Nodus lymphaticus tersebar pada ekstrimitas,
leher, ruang retroperitoneal di pelvis dan abdomen dan daerah
mediastinum.

- Jaringan Limfoid Mukosal (MALT)

Terletak di tunika mukosa terutama lamina propria, traktus digestivus,


respiratorius dan genitourinarius. Pada traktus digestivus terdiri dari
limfosit difus, limfonoduli soliter dan berkelompok (tonsila, plaque
Peyeri). Sedangkan pada traktus respiratorius dan genitourinarius terdiri
dari limfosit difus, limfonoduli soliter. Sistem imun mukosa pada jaringan
limfoid mukosa merupakan komponen terbesar sistem limfoid melebihi
lien dan limfonodus

Anda mungkin juga menyukai