Anda di halaman 1dari 20

Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2, 2 (Maret 2018): 79-98

ANALISIS PEMIKIRAN HADIS A. HASSAN


Dalam Buku Kesopanan Tinggi Secara Islam

Kinkin Syamsudin
Dosen Prodi Ilmu Hadis STAI Persis Garut
Jl. Aruji Kartawinata, Ciawitali Tarogong Kidul Garut
kinkinsyamsudin@gmail.com

Abstrak
Artikel ini membahas mengenai pemikiran hadis A. Hassan dalam buku Kesopanan Tinggi Secara
Islam. Sebagai salah seorang pemikir pembaharu pada pertengahan abad ke-20 di Nusantara ia memiliki
konsern dalam kajian hadis, meskipun hal lain juga tidak luput dari kajiannya. Yang menarik dari
pemikirannya adalah ketegasannya dalam menggunakan ayat Alquran dan hadis sebagai sumber utama
dalam berhujjah. Bila tidak ada ayat Alquran atau hadis, maka baginya tidak ada hujjah, dan berarti tidak
mesti adanya tuntutan untuk mengamalkan. Tetapi prinsipnya ini tidak diindahkan ketika ia menuangkan
pikiran-pikirannya dalam buku di atas. Dengan menggunakan metode studi pustaka (library research) dan
melalui pendekatan analisis isi (content analysis), ditemukan bahwa A. Hassan dengan penuh kesadaran
betul-betul memasukkan hadis-hadis dha’if dalam bukunya. Sebagaimana pengakuannya, hal itu ia
lakukan karena konten buku yang ia suguhkan sejatinya tidak membicarakan topik yang mutlak wajib
atau haram untuk dikerjakan. Hal ini sangat menarik, karena menampilkan sisi lain dari A. Hassan yang
agak cenderung rasionalis ketika memahami hadis-hadis yang ia sajikan, terutama yang berkaitan dengan
etika. Penelitian ini hanya terfokus pada satu buku, perlu kiranya di kemudian hari ada pengkajian
lanjutan pada buku-buku lainnya yang tidak menutup kemungkinan ada pola yang sama yang dipakai oleh
penulis.

Keyword: etika, hadis dha’if, rasionalitas.

A. PENDAHULUAN persoalan yang dihadapkan orang


2
Ahmad Hassan selanjutnya disebut A. kepadanya.
Hassan adalah salah seorang sosok yang ikut Dalam pandangan A. Hassan, hadis
“meramaikan” kajian Islam di Nusantara, memiliki peran penting dalam Islam, karena
hadis khususnya.1 Meskipun tidak ia adalah sumber hukum selain Alquran.
meninggalkan sebuah karya spesifik tentang Rujukan yang selalu ia cantumkan adalah
ilmu hadis, pemikirannya tentang hadis Alquran dan hadis, sedangkan pendapat-
tersebar di sela-sela tulisannya dalam pendapat para ulama yang ia kutip hanya
berbagai buku dan majalah. Dalam beberapa untuk mendukung pemahamannya terhadap
karyanya terlihat bagaimana piawainya ia kedua sumber di atas. Selain itu, menurutnya
menjelaskan kualitas sebuah hadis, biografi pula konsensus ulama (ijma’) dan analogi
perawi, term-term teknis dan pemahaman ilmiah (qiyas) tidaklah berdiri sendiri, tetapi
maknanya, terutama saat menjawab tetap harus merujuk kepada kedua sumber
sebelumnya. A. Hassan meyakini bahwa
ajaran Islam telah sempurna dengan kedua
1
Bografi A. Hassan selengkapnya lihat
Syafiq A. Mughni, Hassan Bandung: Pemikir Islam
Radikal (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1994); Tamar Jaya,
“Riwayat Hidup A. Hassan”, dalam A. Hassan, 2
Lihat misalnya dalam buku Soal Jawab
Tarjamah Bulughul Maram (Bandung: CV Penerbit Masalah Agama. Tak kurang dari 600 pertanyaan ia
Diponegoro, 2001); Howard M. Federspiel, Persatuan jawab dengan lugas, tegas dan argumentatif dengan
Islam; Pembaharuan Islam Indonesia Abad XX dasar ayat-ayat al-Quran dan hadis. Lihat juga
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996); keterampilannya dalam menganalisis kualitas hadis,
Akh. Minhaji, A. Hassan; Sang Ideolog Reformasi keluasaan ilmu tentang biografi rijal dan
Fikih di Indonesia 1887 - 1958, terj. Imam Sofyan ketelitiaannya menganalisis redaksi hadis dalam
(Jakarta: Pembela Islam, 2015). Tarjamah Bulughul Maram.
80 kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98

sumber otoritatif tersebut.3 itu, secara adat, mustahil untuk


Menurut A. Hassan, hadis bisa dijadikan melakukan kebohongan atas Nabi.
landasan hukum apabila memenuhi 3 (tiga) 2. Hadis sahih lidzâtih, yaitu hadis yang
syarat; harus berkualitas sahih, bukan sahih secara sanad-nya bukan karena
termasuk hadis yang mansûkh dan tidak dibantu oleh hadis yang lain.
bertentangan dengan hadis lain yang lebih 3. Hadis sahih lighayrih, yaitu hadis yang
kuat (autsaq) atau dengan Alquran. Hadis derajatnya di bawah sedikit dari hadis
yang tergolong kualitas dha’if, masih bisa yang sahih, lalu ditopang oleh hadis
dipakai asalkan sejalan dengan Alquran. yang semisalnya.
Sementara hadis yang tidak boleh dipakai 4. Hadis hasan lidzâtih, yaitu hadis yang
dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang lemah sah tetapi derajatnya di bawah sedikit
riwayatnya dan yang palsu riwayatnya. dari hadis sahih karena di antara rawi-
Kedua macam hadis ini tidak boleh dipakai rawinya ada rawi yang hafalannya sekali
untuk menetapkan hukum halal, haram, sunat dua kali terganggu.
atau makruh. Ia hanya boleh dipakai untuk 5. Hadis hasan lighayrih, yaitu hadis yang
membantu keterangan saja, bukan jadi pokok lemahnya agak ringan, lalu dibantu atau
pedoman.4 dikuatkan dengan yang semisalnya atau
Pandangan A. Hassan tentang sumber dengan jalan-jalan lain yang dapat
hukum Islam ini merupakan poin yang diterima.
teramat penting. Pengakuannya bahwa hanya Kelima macam hadis ini, lanjut A.
Alquran dan hadis yang menjadi sumber Hassan, dapat dipakai untuk menetapkan
hukum Islam senantiasa tercermin dalam suatu hukum, kecuali hadis hasan lighayrih
seluruh buah pikirannya dan menjadi yang dipakai hanya untuk hukum-hukum
kerangka berpikir yang amat mendasar. Dari yang ringan seperti hukum sunah, makruh
sinilah kemudian muncul pandangan- atau mubah.5 Sementara tentang hadis dha’if
pandangannya tentang masalah agama. atau lemah, A. Hassan berpendapat bahwa
hadis ini juga memiliki tingkatan-tingkatan.
B. PEMBAHASAN Ada yang lemahnya sangat berat, hadis jenis
1. Pemikiran A. Hassan tentang Hadis ini menurut A. Hassan sama sekali tidak
Dha’if dapat dipakai. Ada yang lemahnya kurang
Sebagai sosok yang berpendirian bahwa sedikit dari yang di atas, hadis ini pun
ajaran umat Islam harus bersumber dari menurut A. Hassan juga tidak dapat dipakai
Alquran dan hadis, A. Hassan berpandangan sebagai hujjah. Ada juga yang lemahnya
bahwa dalam melakukan istinbath hukum ringan, karena di antara perawinya ada yang
semuanya harus berlandaskan Alquran dan hafalannya kurang kuat. Hadis jenis ini
hadis. Oleh karenanya, ia senantiasa menurut A. Hassan baru bisa dipakai bila
mendasarkan pemahamannya di atas kedua dibantu atau ditopang oleh satu sanad lain
sumber tersebut. Menurut A. Hassan, hadis- yang semisal dengannya. Karenanya ia naik
hadis yang dapat dipakai sebagai pokok menjadi hadis hasan lighayrih. Hadis
untuk menetapkan hukum-hukum bagi penopang tersebut dalam term ilmu hadis
masalah agama ada lima: disebut sebagai syâhid.6
1. Hadis mutawâtir, yaitu hadis yang A. Hassan mendefinisikan hadis
diriwayatkan dari Nabi oleh orang dha’if sebagai hadis yang ada cacatnya, yang
banyak, lalu disampaikan kepada orang tercela atau yang tidak dapat diterima
banyak pula. Demikian seterusnya menurut ketentuan-ketentuan dan syarat-
sampai tercatat dalam kitab-kitab di syarat yang ada dalam ilmu hadis. Suatu
masa belakangan. Orang-orang banyak hadis dianggap dha’if, kata A. Hassan,

3
Syafiq A. Mughni, Hasan Bandung, 26 – 5
A. Hassan, Soal Jawab Masalah Agama,
27. (Bandung: CV Diponegoro, 1996), vol. 1-2, 19.
4 6
Syafiq A. Mughni, Hasan Bandung, 11. A. Hassan, Soal Jawab, 20.
kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98 81

manakala di antara para perawinya ada yang hujjah. Lain halnya dengan hadis dha’if,
bersifat dituduh berbohong, dituduh suka meskipun hadis jenis ini kualitasnya lebih
keliru, dituduh suka salah, pembohong, suka rendah dibandingkan dengan hadis sahih dan
melanggar hukum agama, tak dapat hasan, tidak serta merta menjadikan hadis ini
dipercaya, banyak salah dalam ditolak secara mutlak.
meriwayatkan, tidak kuat hafalan, bukan Sebagian ulama menyatakan bahwa
orang Islam, belum baligh saat Abd al-Allah bin Mubârrak (w. 181 H), Abd
meriwayatkan, berubah akal, tidak dikenal al-Rahman bin Mahdî (w. 198 H) dan Ahmad
diri dan sifatnya, suka lupa, suka menyamar bin Hanbal (w. 241 H) menerima hadis dha’if
dalam meriwayatkan, suka ragu-ragu dan sebagai hujjah untuk Fadhâil al-A’mal.9
lain-lain yang menyebabkan si perawi Meskipun kemudian dibantah oleh ulama
tercela.7 lainnya. Para ulama yang membantah
Sebelum A. Hassan merumuskan menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
tentang macam-macam hadis daif di atas, hadis dha’if untuk hujjah fadhâil al-a’mâl
perdebatan tentang hal ini sebenarnya sudah ialah hadis hasan yang mulai dibakukan pada
terjadi di antara para muhaddisin generasi zaman al-Tirmidzî sebagaimana yang
awal. Mereka telah menyusun berbagai dinyatakan oleh Ibnu Taimiyah. (al-Jauziyah,
kaidah yang berkenaan dengan pemeriksaan 1973, I: 31 dan at-Tahawani, 1972: 98-99)
terhadap sanad dan matan hadis, untuk Syaikh Muhammad Jamâl al-Dîn al-
mengetahui mana hadis yang maqbûl (yang Qâsimî menyebutkan dalam kitabnya,
dapat diterima) dan mana hadis yang mardûd Qawâ’id al-Tahdîts, “Hadis-hadis dha’if
(yang tidak dapat diterima). Mereka telah tidak bisa dipakai secara mutlak untuk ahkam
bersepakat bahwa suatu hadis bisa maupun untuk fadhâil al-a’mâl, sebagaimana
dikategorikan sebagai hadis sahih dan juga hal ini disebutkan oleh Ibnu Sayyid al-Nâs
bisa dijadikan hujjah setidaknya harus dalam kitabnya, ‘Uyûn al-Atsar dari Yahya
memenuhi lima syarat; bersambung sanadnya bin Ma’în dan disebutkan juga di dalam kitab
(ittishâl al-sanad), diriwayatkan oleh rawi Fath al-Mughîts. Ulama yang berpendapat
yang ‘âdil dan kuat hafalan (‘adalah al- demikian adalah Abû Bakr Ibn al-‘Arabî,
ruwâh wa dhabth al-ruwâh), tidak ber’illat Imam al-Bukhârî, Imam Muslim dan Imam
(ghair al-‘illah) dan tidak bertentangan Ibn Hazm.10
dengan dalil yang lebih kuat (ghair syâdz).8 Ada sebagian ulama yang menerima
Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, hadis dha’if sebagai hujjah, namun hadis
maka hadis yang dimaksud tidak lagi yang bersangkutan harus memenuhi syarat-
dihukumi sebagai hadis sahih, tetapi hanya syarat tertentu, yakni: 1) isinya tidak
bisa disebut sebagai hadis hasan, atau bahkan berkenaan dengan kisah, nasihat, keutamaan
bisa juga dihukumi sebagai hadis dha’if. dan sejenisnya, serta tidak berkaitan dengan
Pada prinsipnya, baik hadis sahih sifat-sifat Allah, tafsir ayat Alquran, hukum
maupun hadis hasan mempunyai sifat-sifat halal haram dan yang semacamnya; 2)
yang dapat diterima (maqbûl), oleh kedha’ifannya tidak parah; 3) ada dalil lain
karenanya jumhur ulama sepakat bahwa (yang kuat atau memenuhi syarat) yang
kedua jenis hadis tersebut bisa dijadikan menjadi dasar pokok bagi hadis dha’if yang
bersangkutan; dan 4) niat pengamalannya
7
A. Hassan, Soal Jawab…, 19 – 20. tidak bersandarkan atas hadis dha’if itu,
8
Abû ‘Amr ‘Abd al-Rahmân al-Syahrazûrî, tetapi atas dasar kehati-hatian.11
Muqaddimah Ibn Shalâh fî ‘Ulûm al-Hadîs (Kairo:
Dâr al-Hadîts, 2010), 19 - 20; ‘Abd al-Rahmân bin
Seandainya diperhatikan dengan
Abî Bakar Jallâl al-Dîn al-Suyûthî, Tadrîb al-Râwî fî seksama syarat-syarat yang diajukan oleh
Syarh Taqrîb al-Nawâwî (Beirut: Dâr al-Fikr, 2006),
31; ‘Abd al-Karîm al-Khudhair, Tahqîq al-Raghbah fî 9
Al-Khatîb, Ushûl al-Hadîs, 231.
10
Taudhîh al-Nukhbah (Riyadh: Maktabah Dâr al- Muhammad Jamâl al-Dîn al-Qâsimî,
Manhâj, 2005), 57 – 58; Muhammad ‘Ajjâj al-Khatîb, Qawaid al-Tahdîts min Funûn Musthalah al-Hadîts,
Ushûl al-Hadîs; ‘Ulûmuh wa Mushthalahuh (Beirut: (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t), 113.
11
Dâr al-Fikr, 2006), 305. Al-Khatîb, Ushûl al-Hadîs, 232.
82 kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98

para ulama untuk menerima hadis dha’if Hassan membuat beberapa pengecualian
sebagai hujjah, maka sebenarnya para ulama terhadap prinsip-prinsipnya tersebut. Dalam
pada prinsipnya menolak hadis dha’if untuk beberapa tulisannya, khususnya yang
dijadikan sebagai hujjah. Hal itu bertambah berkaitan dengan muamalah, A. Hassan tidak
jelas bila diperhatikan syarat-syarat pada mengikuti ketentuan sebagaimana yang ia
butir kedua dan ketiga; dengan dipenuhinya serukan.
kedua syarat tersebut, maka hadis dha’if yang Salah satu contoh kongkrit bisa
bersangkutan sesungguhnya telah meningkat dilihat dalam buku karangannya yang
kualitasnya menjadi hadis hasan li ghairih.12 berjudul Kesopanan Tinggi dalam Islam.14
Pendirian para ulama tersebut dapat Buku ini merupakan panduan akhlak/etika
dipahami, sebab agama merupakan bagi seorang muslim terkait hubungannnya
keyakinan dan keyakinan tidak dapat dengan Allah, orang tua dan manusia
didasarkan pada dalil yang lemah atau lainnya. Untuk memperkuat hujjahnya,
meragukan. Alasan tersebut semakin kuat dalam buku ini A. Hassan mencantumkan
bila dihubungkan dengan pernyataan Nabi beberapa hadis dha’if, sebagaimana
saw yang mengancam dengan siksaan neraka pengakuannya sendiri:
terhadap orang yang sengaja berdusta atas Adapun hadis yang saya pakai di
nama Nabi.13 Ancaman itu bersifat umum, kitab ini ada yang sahih dan ada yang
tanpa membedakan apakah berkaitan dengan dha’if. Maka hadis dha’if yang saya
hukum, nasihat-nasihat untuk beramal, pakai dalam kitab ini, tidak sekali-
ataukah lainnya. kali bagi mewajibkan atau
Kecermatan dan kehati-hatian A. Hassan mengharamkan sesuatu, hanya
untuk hanya menggunakan hadis yang sah, sebagai penambah keterangan di
istilah A. Hassan untuk hadis yang maqbul dalam satu-satu hal yang memang
dan ma‘mul, sebagai hujjah telah sudah ada ayat Alquran atau hadis
menyadarkan umat Islam Nusantara betapa yang sahih jadi pokok bagi hukum itu.
Islam adalah ajaran yang terhormat, Dan ada pula hadis dha’if yang saya
berwibawa dan tidak sembarangan apalagi pakai di sini, tetapi bukan untuk
murahan. Pengorbanan dan perjuangan para hukum wajib atau haram, hanya
maestro hadis dalam perjalanan pencarian untuk menerangkan perangai-
dan pengumpulan hadis dengan mencurahkan perangai baik yang umumnya
seluruh umur, harta, bahkan jiwa, harus dikehendaki oleh Alquran dan
dihargai dengan selektivitas kita dalam pengajaran Nabi.15
mengamalkan hadis-hadis tersebut. A.
Hassan telah tampil di depan sebagai salah Dalam buku tersebut A. Hassan tidak
seorang yang memandu dan mengawal upaya selalu mengindahkan prinsip sebagaimana
ini. lazimnya yang ia pegang bahwa nas harus
Sebagai sosok pembaharu, A. Hassan didahulukan daripada penilaian rasio, apalagi
berusaha dengan konsisten untuk pendapat subjektif yang tidak berdasar
mengimplementasikan prinsip-prinsipnya kepada nas. Meskipun menggunakan
dalam memahami ajaran Islam. Prinsip- beberapa ayat Alquran dan hadis sahih, di
prinsip tersebut terutama terdiri dari desakan beberapa tempat tanpa ragu ia juga
tentang pentingnya ijtihad dan seruan mencantumkan hadis dha’if sebagai penguat
“kembali kepada Alquran dan sunah”. hujjahnya. Meminjam istilah Akh. Minhaji,
Meskipun begitu, dalam beberapa kasus, A.
14
Buku ini sudah mengalami 13 kali cetak.
12
Al-Khatîb, Ushûl al-Hadîs, 230 – 231; al- Pertama kali dicetak tahun 1939 oleh Persatuan Islam
Qâsimî, Qawaid al-Tahdîts, 112. Bangil sampai cetakan ke-6 pada tahun 1965. Cetakan
13
Redaksi hadis yang dimaksud adalah ‫َم ْن‬ ke-7 sampai ke-13 dicetak oleh penerbit Diponegoro
ِّ َّ‫ فَ ْليَتَبَ َّوأْ َم ْقعَدَهُ مِّ نَ الن‬،‫ي ُمتَعَ ِّمدًا‬
‫ار‬ َّ َ‫عل‬ َ َ‫ َكذ‬. Lihat Bukhari no.
َ ‫ب‬ Bandung dan cetakan terakhir ke-13 tahun 1992.
15
1291; Muslim no. 3; Ibnu Majah no. 30, 33, 36, 37; A. Hassan, Kesopanan Tinggi dalam Islam,
Abu Dawud no. 3651; Tirmidzi no. 2659, 3715. (Bandung: CV Diponegoro, 1992), cet. xiii, 6.
kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98 83

ijtihad A. Hassan seperti ini lebih No. Redak Riwayat Hukum


mencerminkan sebuah sikap inkonsistensi.16 si Hadis
‫ت‬ ِ
ُ ْ‫بُعث‬
Muwatha Shahih
Sebagai seorang mujtahid yang mengklaim
Malik no.
tidak berafiliasi kepada salah satu di antara
‫ِِلُتَِمَم َم َكا ِرَم‬ 3357,
beberapa madzhab yang ada, nuansa Musnad
pemikiran hadis A. Hassan juga cenderung ‫َخالَ ِق‬
ْ ‫ْاِل‬ Ahmad no.
rasionalis.17 Disebut rasionalis karena dalam Sedangkan
8952, al-
Adab al-
beberapa tempat terkadang ia lebih redaksi
Mufrad no.
menggunakan dalil yang lemah dengan lain
273, Musnad
alasan tidak kontradiktif dengan keterangan tertulis
‫ت‬ ِ al-Bazzar
lainnya dan dalil yang bersangkutan bukan ُ ْ‫ بُعث‬.1 no. 8949,
‫ِِلُتَِمَم‬
berbicara tentang akidah. Pertimbangan Sunan al-
Kubra
seperti inilah yang kemudian akan
menggambarkan bagaimana ijtihad A. Hasan ‫ُح ْس َن‬ Baihaqi no.
20782 &
َ‫َخال‬ ْ ‫ْاِل‬
ketika menyajikan bahasan tentang etika dan Mushannaf
muamalah. Ibnu Abi
‫ِق‬ Syaibah no.
31773
Hadis-hadis Dha’if dalam Buku ‫ إِمَّنَا‬.2
Kesopanan Tinggi Secara Islam 1
‫ت‬ ِ
Sebagaimana telah diutarakan di atas, ُ ْ‫بُعث‬
A. Hassan sendiri mengakui bahwa dalam
‫ِِلُتَِمَم‬
buku Buku Kesopanan Tinggi Secara Islam
dengan sengaja ia memasukkan hadis-hadis ‫صالِ َح‬ َ
dha’if sebagai penguat untuk beberapa
‫َخ َال‬ ْ ‫ْاِل‬
hujjahnya. Hal ini sekaligus menandakan
bahwa A. Hassan paham betul mengenai ‫ِق‬
‫ إمَّنَا‬.3
seluk beluk hadis sampai kepada hukum dan
penilaian para ahli hadis terhadap hadis-hadis
yang ia pakai. Andaikata ia tidak memahami ‫ثت‬
ُ ‫بُ َع‬
hukum hadis-hadis yang ia gunakan, tentu A.
Hassan tidak akan memberikan penjelasan di
‫ِلَتمَم‬
awal bukunya perihal alasan penggunaan ‫صاِلِِي‬ َ
hadis-hadis dha’if dalam buku tersebut.
Dari total 93 hadis yang dijadikan ‫اِلخال‬
argumen dalam bukunya, A. Hassan ‫ق‬
mencantumkan sekitar 31 hadis yang dinilai
‫ك‬ َ ‫َط ْع َربم‬ ِ‫أ‬ Hilyah al- Dha’if
dha’if oleh para kritikus hadis (33,33%), Auliya,
sedangkan sisanya 44 hadis shahih (47,32%) ‫تُ َس ممى‬ Musnad al-
Harits no.
‫ َوََل‬،‫َعاقِ اال‬
dan 18 hadis hasan (19,36%). Berikut daftar
hadis-hadis yang dicantumkan oleh A. 841 &
Mu’jam
‫ص ِه‬
ِ ‫تَع‬
2
Hassan, termasuk sumber rujukan dan
penilaian para kritikus terhadap hadis yang
ْ Ibnu al-
‘Arabi no.
bersangkutan: ‫تُ َس ممى‬ 1733
‫اه اال‬ ِ‫ج‬
َ
16
Akh. Minhaji, A. Hassan; Sang Ideolog ِ
َ‫اُ ْعبُد هللا‬
Shahih al- Shahih
Reformasi Fikih di Indonesia 1887 - 1958, terj. Imam Bukhari no.
،ُ‫مك تَ َراه‬ َ ‫َكأَن‬
Sofyan (Jakarta: Pembela Islam, 2015), hlm. 263. 50 & 4777
17
Tentang rasionalisme A. Hassan dalam 3
memahami hadis lihat misalnya: Zainuddin MZ ‫فَِإ ْن ََلْ تَ ُك ْن‬
“Critizm rationale of A. Hassan Bangil in validity on
hadith” Journal of Asian Scientific Research, 2014, ُ‫تَ َراهُ فَِإنمه‬
4(11): 690 – 703.
‫‪84‬‬ ‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬

‫يََر َاك‬ ‫س‪،‬‬ ‫النم ْف ِ‬


‫ث‬‫ثََال ٌ‬
‫‪Musnad al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫وق‬
‫َو ُع ُق ُ‬
‫‪Bazzar no.‬‬
‫ات‪:‬‬ ‫ِ‬
‫ُمنَ مجيَ ٌ‬ ‫‪6941, al-‬‬ ‫الوالِ َديْ ِن‪،‬‬
‫َ‬
‫‪Kuna wa al-‬‬
‫َخ ْشيَةُ هللا‬ ‫‪Asma no.‬‬ ‫الزورِ‬
‫َوقَ ْو ُل ُّ‬
‫‪847, Mu’jam‬‬
‫ِ ِ‬
‫السمِر‬
‫ِف م‬ ‫َم ْن‬ ‫‪Mustadrak‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪al-Ausat al-‬‬
‫‪al-Hakim‬‬
‫َوالْ َع َالنِيَ ِة‪،‬‬ ‫أ َْعظَ ُم الن ِ‬
‫‪Thabrani no.‬‬
‫‪5452‬‬ ‫ماس‬ ‫‪no. 7338‬‬

‫‪4‬‬ ‫َوالْ َع ْد ُل ِِف‬ ‫‪9‬‬ ‫َحقًّا َعلَى‬


‫ضى‬ ‫ِ‬
‫الر َ‬ ‫المر ُج ِل؟ قَ َ‬
‫ال‬
‫م‬
‫ب‪،‬‬ ‫ضِ‬ ‫َوالْغَ َ‬ ‫أ ُُّمهُ‬
‫ص ُد ِِف‬ ‫َوالْ َق ْ‬ ‫أَ من َر ُج اال أَتَى‬ ‫‪Adâb al-‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪Dunyâ wa‬‬
‫الْغِ ََن َوالْ َف ْق ِر‬ ‫مب ‪-‬‬ ‫ِ‬
‫َإَل الن ِم‬
‫‪al-Dîn hlm.‬‬
‫‪150.‬‬
‫صلمى م‬
‫اَّللُ‬ ‫َ‬
‫َعلَْي ُك ْم‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫َعلَْيه َو َسلم َم‬‫ِ‬
‫بِ ُسن ِمِت َو ُسنم ِة‬ ‫‪Abu‬‬ ‫ال‪ :‬إ من‬ ‫‪ -‬فَ َق َ‬
‫‪5‬‬ ‫اْلُلَ َف ِاء‬
‫ْ‬ ‫‪Dawud no.‬‬
‫‪4607‬‬
‫ِِل أ ًُّما أ َََن‬
‫ِ‬ ‫ُم ِط ُيع َها‬
‫الْ َم ْهديِم َ‬
‫ني‬
‫ين‬ ‫ِِ‬ ‫أُقْعِ ُد َها َعلَى‬
‫المراشد َ‬
‫ضى‬ ‫َم ْن أ َْر َ‬
‫‪Al-Birru wa‬‬ ‫‪Dha’if‬‬ ‫ظَ ْه ِري‪َ ،‬وََل‬
‫‪al-Shillah li‬‬
‫َوالِ َديِْه فَ َق ْد‬ ‫‪Husain bin‬‬ ‫ف َعْن َها‬ ‫َص ِر ُ‬ ‫أْ‬
‫‪Harb no. 32‬‬
‫ضى‬ ‫أ َْر َ‬ ‫َو ْج ِهي‪َ ،‬وأ َُرُّد‬
‫‪6‬‬ ‫المر ْْحَ َن‪َ ،‬وَم ْن‬ ‫إلَْي َها َك ْسِب‪،‬‬
‫‪10‬‬
‫َس َخطَ ُه َما‬ ‫أْ‬ ‫فَ َه ْل‬
‫ط‬
‫َس َخ َ‬ ‫فَ َق ْد أ ْ‬ ‫ال‬‫َجَزيْ َتها؟ قَ َ‬
‫المر ْْحَ َن‬ ‫ََل وََل بَِزفْ رةٍ‬
‫َ َ‬
‫اثْنَ ِ‬
‫ان‬ ‫‪Al-Adab al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫اح َدةٍ‪.‬‬ ‫وِ‬
‫َ‬
‫‪Mufrad no.‬‬
‫يُ َع ِمجلُ ُه َما‬ ‫‪591‬‬ ‫ِ‬
‫ال‪َ :‬وَلَ؟‬ ‫قَ َ‬
‫‪7‬‬ ‫هللا‪ :‬الْبَ ْغ ُي‬ ‫ال‪ِِ :‬ل مََّنَا‬ ‫قَ َ‬
‫وق‬
‫َو ُع ُق ُ‬ ‫ت‬‫َكانَ ْ‬
‫الْ َوالِ َديْ ِن‬ ‫ََتْ ُد ُمك‬
‫أَ ْك ََُب‬ ‫‪Shahih al-‬‬
‫‪Bukhari no.‬‬
‫‪Shahih‬‬ ‫ب‬‫َوِه َي ُُِت ُّ‬
‫ال َكبَائِِر‪:‬‬ ‫‪6871‬‬ ‫َحيَاتَك‪،‬‬
‫‪8‬‬
‫ا ِإل ْشَر ُاك‬ ‫ت‬‫َوأَنْ َ‬
‫ِِبهلل‪َ ،‬وقَْت ُل‬ ‫ََتْ ُد ُم َها‬
‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬ ‫‪85‬‬

‫ب َم ْوََتَا‬ ‫َوُُِت ُّ‬ ‫ال‪:‬‬ ‫قَ َ‬


‫َجاءَ َر ُج ٌل‬ ‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫فَالَْزْم َها‪ ،‬فَِإ من‬
‫‪Bukhari no.‬‬
‫ول‬‫إِ ََل رس ِ‬ ‫‪5971,‬‬ ‫ت‬ ‫اْلَنمةَ َُتْ َ‬
‫ْ‬
‫َُ‬ ‫‪Shahih‬‬
‫صلمى هللاُ‬ ‫هللا َ‬ ‫‪Muslim no.‬‬ ‫ِر ْجلَْي َها‬
‫َعلَْي ِه َو َسلم َم‬
‫& ‪2548‬‬
‫‪Sunan Ibnu‬‬ ‫ت‬
‫اْلَنمةُ َُْت َ‬
‫ْ‬ ‫‪Musnad al-‬‬
‫‪Syihab no.‬‬
‫‪Dha’if‬‬

‫أَقْ َد ِام‬
‫‪Majah no.‬‬
‫ال‪ََ :‬ي‬ ‫فَ َق َ‬ ‫‪3658‬‬ ‫‪13‬‬ ‫‪119‬‬

‫ول هللا‪،‬‬ ‫َر ُس َ‬ ‫ات‬‫ْاِلُمه ِ‬


‫َ‬
‫َح ُّق‬ ‫َم ْن أ َ‬ ‫ت‬‫إِ َذا ُكْن َ‬
‫‪Al-Firdaus‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪bima’tsur‬‬
‫ماس ِِبُ ْس ِن‬ ‫الن ِ‬ ‫صلِمي‬ ‫تُ َ‬
‫‪al-Khithab‬‬
‫‪al-Dailami‬‬
‫ص َحابَِِت؟‬ ‫َ‬ ‫اك‬
‫فَ َد َع َ‬ ‫‪no. 1105‬‬
‫‪11‬‬
‫ك‪.‬‬ ‫ال‪ :‬أ ُُّم َ‬ ‫قَ َ‬ ‫‪14‬‬ ‫أَبَ َو َاك‬
‫ال‪ُ :‬ثُم َم ْن؟‬ ‫قَ َ‬ ‫ك‬ ‫ِ‬
‫ب أُم َ‬ ‫فَأَج ْ‬
‫ال‪ُ :‬ثُم‬ ‫قَ َ‬ ‫ب‬ ‫ِ‬
‫َوََل ُُت ْ‬
‫ال‪:‬‬ ‫ك‪ .‬قَ َ‬ ‫أ ُُّم َ‬ ‫أ ََِب َك‬
‫ال‪:‬‬ ‫ُثُم َم ْن؟ قَ َ‬ ‫َع ْن أ َْْسَاءَ‬
‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪Bukhari no.‬‬
‫ك‪.‬‬ ‫ُثُم أ ُُّم َ‬ ‫ت أَِِب‬ ‫بِْن ِ‬ ‫& ‪2620‬‬
‫‪5979‬‬
‫ال‪ُ :‬ثُم َم ْن؟‬ ‫قَ َ‬ ‫بَ ْك ٍر َر ِض َي‬
‫ال‪ُ :‬ثُم‬ ‫قَ َ‬ ‫اَّللُ َعْن ُه َما‪،‬‬‫م‬
‫وك‪.‬‬ ‫أَبُ َ‬ ‫ت‪:‬‬ ‫قَالَ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫أَ من َجاِهَةَ‬ ‫ت َعلَ مي‬ ‫قَد َم ْ‬
‫‪Musnad‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪Ahmad no.‬‬
‫َجاءَ إِ ََل‬ ‫‪15538,‬‬ ‫أ ِمُمي َوِه َي‬
‫‪Sunan al-‬‬
‫صلمى‬ ‫مب َ‬ ‫ِ‬
‫الن ِم‬
‫‪Tirmidzi no.‬‬ ‫ُم ْش ِرَكةٌ ِِف‬
‫هللاُ َعلَْي ِه‬ ‫َعه ِد رس ِ‬
‫‪1904, Sunan‬‬
‫‪Nasa`i no.‬‬ ‫ول‬ ‫ْ َُ‬
‫َو َسلم َم‪،‬‬ ‫صلمى هللاُ‬
‫& ‪3104‬‬
‫‪Mushannaf‬‬ ‫‪15‬‬ ‫هللا َ‬
‫ال‪ََ :‬ي‬ ‫فَ َق َ‬ ‫‪Abdul Razaq‬‬
‫‪no. 9290,‬‬
‫َعلَْي ِه َو َسلم َم‪،‬‬
‫ول هللا‪،‬‬ ‫َر ُس َ‬ ‫‪Sunan al-‬‬ ‫ت‬ ‫استَ ْفتَ ْي ُ‬‫فَ ْ‬
‫‪12‬‬ ‫‪Kubra‬‬
‫ت أَ ْن‬ ‫أ ََرْد ُ‬ ‫‪Baihaqi no.‬‬ ‫ول هللا‬ ‫َر ُس َ‬
‫‪17832‬‬
‫أَ ْغُزَو َوقَ ْد‬ ‫صلمى هللاُ‬ ‫َ‬
‫ت‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َعلَْيه َو َسلم َم‪،‬‬
‫جْئ ُ‬
‫َستَ ِش ُري َك‪،‬‬ ‫أْ‬ ‫ت‪َ :‬وِه َي‬ ‫قُ ْل ُ‬
‫ال‪َ :‬ه ْل‬ ‫فَ َق َ‬ ‫رِ‬
‫اغبَةٌ‪،‬‬ ‫َ‬
‫ك ِم ْن أٍمُم؟‬ ‫لَ َ‬ ‫ِ‬
‫أَفَأَص ُل أ مُمي؟‬ ‫ِ‬
‫ال‪ :‬نَ َع ْم‪،‬‬ ‫قَ َ‬ ‫ال‪ :‬نَ َع ْم‬ ‫قَ َ‬
‫‪86‬‬ ‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬

‫ِصلِي أُم ِ‬
‫ك‬ ‫ص ِد ِيق ِه َما‬ ‫َ‬
‫اح َف ْظ‬ ‫ْ‬
‫‪Al-Adab al-‬‬
‫‪Mufrad no.‬‬
‫‪Dha’if‬‬ ‫ََل طَاعَةَ ِِف‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪Muslim no.‬‬ ‫‪h‬‬
‫‪Shahi‬‬

‫يك‪ََ ،‬ل‬ ‫ُومد أَبِ َ‬ ‫‪40‬‬ ‫صيَ ِة هللاِ‪،‬‬ ‫مع ِ‬


‫َْ‬ ‫‪1840‬‬
‫‪19‬‬
‫‪16‬‬ ‫تَ ْقطَ ْعهُ‬ ‫إِمَّنَا الطم َ‬
‫اعةُ‬
‫فَيُطْ ِف َئ م‬
‫اَّللُ‬ ‫وف‬‫ِِف الْمعر ِ‬
‫َ ُْ‬
‫نُ َورَك‬ ‫َع ْن َِبْ ِز بْ ِن‬ ‫‪Sunan‬‬
‫‪Abu Dawud‬‬
‫‪Hasan‬‬

‫ب‬ ‫ِ‬
‫ضى المر م‬ ‫ِر َ‬
‫‪Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzi no.‬‬ ‫‪h‬‬
‫‪Shahi‬‬ ‫َح ِكي ٍم‪َ ،‬ع ْن‬ ‫‪no. 5139‬‬

‫ضى‬ ‫ِِف ِر َ‬ ‫‪1899‬‬ ‫أَبِ ِيه‪َ ،‬ع ْن‬


‫الوالِ ِد‪،‬‬
‫َ‬ ‫ال‪:‬‬ ‫َج مِدهِ‪ ،‬قَ َ‬
‫‪17‬‬
‫ط‬‫َو َس َخ ُ‬ ‫ت ََي‬ ‫قُ ْل ُ‬
‫ب ِِف‬ ‫ِ‬
‫المر م‬ ‫ول هللا‪:‬‬ ‫َر ُس َ‬
‫َس َخ ِط الْ َوالِ ِد‬ ‫‪20‬‬ ‫َم ْن أَبَُّر؟‬
‫إِ ْذ َجاءَهُ‬ ‫ك‪،‬‬ ‫ال‪ :‬أُم َ‬ ‫قَ َ‬
‫‪Sunan Abu‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪Dawud no.‬‬
‫َر ُج ٌل ِم ْن بَِِن‬ ‫‪5142‬‬ ‫ك‪ُ ،‬ثُم‬ ‫ُثُم أُم َ‬
‫َسلَ َمةَ‪،‬‬ ‫ك‪ُ ،‬ثُم‬ ‫أُم َ‬
‫ال‪ََ :‬ي‬ ‫فَ َق َ‬ ‫أ ََِب َك‪ُ ،‬ثُم‬
‫ول هللا‪،‬‬ ‫َر ُس َ‬ ‫ب‪،‬‬ ‫ْاِلَقْ َر َ‬
‫َه ْل بَِق َي ِم ْن‬ ‫ب‬ ‫فَ ْاِلَقْ َر َ‬
‫ي‬‫بِمِر أَبَ َو م‬ ‫أَ من َر ُج اال أَتَى‬ ‫‪Sunan‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪al-Tirmidzi‬‬
‫َش ْيءٌ أَبَُّرُِهَا‬ ‫صلمى‬ ‫مب َ‬ ‫النِ م‬ ‫‪no. 1904‬‬

‫بِِه بَ ْع َد‬ ‫اَّللُ َعلَْي ِه‬


‫م‬
‫َم ْوَتِِ َما؟‬ ‫ال‪:‬‬ ‫َو َسلم َم فَ َق َ‬
‫‪18‬‬ ‫ال‪ :‬نَ َع ْم‬ ‫قَ َ‬ ‫ول‬ ‫ََي َر ُس َ‬
‫ص َالةُ‬ ‫ال م‬ ‫هللا‪ ،‬إِِمّن‬
‫َعلَْي ِه َما‪،‬‬ ‫ت ذَنْباا‬ ‫َصْب ُ‬
‫أَ‬
‫َو ِاَل ْستِ ْغ َف ُار‬ ‫‪21‬‬ ‫يما فَ َه ْل‬ ‫ِ‬
‫َعظ ا‬
‫ََلَُما‪َ ،‬وإِنْ َفاذُ‬ ‫ِِل تَ ْوبَةٌ؟‬
‫َع ْه ِد ِِهَا ِم ْن‬ ‫ال‪َ :‬ه ْل‬ ‫قَ َ‬
‫بَ ْع ِد ِِهَا‪،‬‬ ‫ك ِم ْن أٍمُم؟‬ ‫لَ َ‬
‫َو ِصلَةُ المرِح ِم‬ ‫ال‪ََ :‬ل‪،‬‬ ‫قَ َ‬
‫المِِت ََل‬ ‫ال‪َ :‬ه ْل‬ ‫قَ َ‬
‫وص ُل إِمَل‬ ‫تُ َ‬ ‫ك ِم ْن‬ ‫لَ َ‬
‫ِبِِ َما‪َ ،‬وإِ ْكَر ُام‬ ‫ال‪:‬‬ ‫َخالَ ٍة؟ قَ َ‬
‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬ ‫‪87‬‬

‫ال‪:‬‬
‫نَ َع ْم‪ ،‬قَ َ‬ ‫بِِه بَ ْع َد‬
‫فَِ مَبَها‬ ‫َم ْوَتِِ َما؟‬
‫َما أَ ْكَرَم‬ ‫‪Sunan al-‬‬ ‫‪Dha’if‬‬ ‫ال‪ :‬نَ َع ْم‬ ‫قَ َ‬
‫‪Tirmidzi no.‬‬
‫اب َشْي اخا‬ ‫َش ٌّ‬ ‫‪2022,‬‬ ‫ص َالةُ‬ ‫ال م‬
‫‪Mu’jam al-‬‬
‫لِ ِسنِم ِه إِمَل‬ ‫‪Austah al-‬‬ ‫َعلَْي ِه َما‪،‬‬
‫َو ِاَل ْستِ ْغ َف ُار‬
‫‪Thabrani no.‬‬
‫اَّللُ لَهُ‬
‫ض م‬ ‫قَيِم َ‬ ‫‪5903‬‬

‫َم ْن يُ ْك ِرُمهُ‬ ‫ََلَُما‪َ ،‬وإِنْ َفاذُ‬


‫ِعْن َد ِسنِم ِه‬ ‫َع ْه ِد ِِهَا ِم ْن‬
‫ول‬
‫ال َر ُس ُ‬ ‫قَ َ‬ ‫‪Sunan al-‬‬ ‫‪Dha’if‬‬ ‫بَ ْع ِد ِِهَا‪،‬‬
‫‪Tirmidzi no.‬‬
‫صلمى م‬
‫اَّللُ‬
‫ِ‬
‫هللا َ‬
‫‪2022‬‬ ‫َو ِصلَةُ المرِح ِم‬
‫َعلَْي ِه َو َسلم َم‪:‬‬ ‫المِِت ََل‬
‫َما أَ ْكَرَم‬ ‫وص ُل إِمَل‬ ‫تُ َ‬
‫‪22‬‬ ‫اب َشْي اخا‬ ‫َش ٌّ‬ ‫ِبِِ َما‪َ ،‬وإِ ْكَر ُام‬
‫لِ ِسنِم ِه إَِلم‬ ‫ص ِد ِيق ِه َما‬ ‫َ‬
‫اَّللُ لَهُ‬
‫ض م‬ ‫قَيم َ‬ ‫ول هللا‬ ‫َر ُس َ‬ ‫‪Shahih Ibnu‬‬
‫‪Hibban no.‬‬
‫‪Hasan‬‬

‫َم ْن يُ ْك ِرُمهُ‬ ‫صلمى هللاُ‬


‫& ‪432‬‬
‫َ‬ ‫‪Musnad Abu‬‬
‫ِعْن َد ِسنِم ِه‬ ‫ِ‬
‫َعلَْيه َو َسلم َم‬ ‫‪Ya’la no.‬‬
‫‪5669‬‬
‫ول‬
‫َر ُس َ‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫ول‪َ :‬م ْن‬ ‫يَ ُق ُ‬
‫‪Muslim no.‬‬
‫ِ‬
‫صلمى هللاُ‬ ‫هللا َ‬ ‫ب أَ ْن‬‫َح م‬ ‫أَ‬
‫‪2552‬‬ ‫‪25‬‬

‫َعلَْي ِه َو َسلم َم‬ ‫ص َل أ ََِبهُ ِِف‬ ‫يِ‬


‫َ‬
‫ول‪ :‬إِ من‬ ‫يَ ُق ُ‬ ‫ِ‬
‫قََْبه‪ ،‬فَلْيَص ْل‬‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ِ‬ ‫إِ ْخ َوا َن أَبِ ِيه‬
‫‪23‬‬
‫ِِ‬
‫م ْن أَبَمِر الَْبم‬
‫ِصلَةَ المر ُج ِل‬ ‫بَ ْع َدهُ‬
‫أ َْه َل ُوِمد أَبِ ِيه‬ ‫ول‬
‫ال َر ُس ُ‬ ‫قَ َ‬ ‫‪Mu’jam al-‬‬
‫‪Kabir al-‬‬
‫‪Dha’if‬‬

‫ِ‬
‫ِل‬ ‫ِ‬
‫بَ ْع َد أَ ْن يُ َومَ‬ ‫صلمى هللاُ‬ ‫هللا َ‬
‫‪Thabrani no.‬‬
‫‪450‬‬
‫إِ ْذ َجاءَهُ‬
‫‪Sunan Abu‬‬ ‫‪Dha’if‬‬ ‫َعلَْي ِه َو َسلم َم‪:‬‬
‫‪Dawud no.‬‬
‫ْاِلَ ْك ََُب ِم َن‬
‫‪26‬‬
‫َر ُج ٌل ِم ْن بَِِن‬ ‫‪5142‬‬

‫َسلَ َمةَ‪،‬‬ ‫اإل ْخ َوةِ ِِبَنْ ِزلَِة‬


‫ِْ‬
‫ال‪ََ :‬ي‬ ‫فَ َق َ‬ ‫َب‬‫ْاِل ِ‬
‫يَ ُد الْ ُم ْع ِطي‬
‫‪24‬‬
‫ول هللا‪،‬‬ ‫َر ُس َ‬ ‫‪Sunan‬‬
‫‪Nasa`i no.‬‬
‫‪Shahih‬‬

‫َه ْل بَِق َي ِم ْن‬ ‫الْ ُعلْيَا‪َ ،‬وابْ َدأْ‬ ‫‪2532‬‬

‫ِِبَ ْن تَ ُع ُ‬
‫‪27‬‬
‫ي‬‫بِمِر أَبَ َو م‬ ‫ول‪:‬‬
‫َش ْيءٌ أَبَُّرُِهَا‬ ‫ك‪،‬‬ ‫أُم َ‬
‫‪88‬‬ ‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬

‫َوأ ََِب َك‪،‬‬ ‫َوقِمُروا َم ْن‬ ‫‪Adab al-‬‬


‫‪Dunya wa‬‬
‫‪Dha’if‬‬

‫ك‪،‬‬
‫‪33‬‬ ‫ِ‬
‫ُختَ َ‬
‫َوأ ْ‬ ‫تُ َعلم ُمونَهُ‬ ‫‪al-Din, hlm.‬‬
‫‪84‬‬
‫اك‪ُ ،‬ثُم‬
‫َخ َ‬‫َوأ َ‬ ‫َما َز َال‬ ‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪Bukhari no.‬‬
‫أ َْد ََن َك‪،‬‬ ‫يل‬ ‫ِِ‬
‫ج َْب ُ‬
‫‪6015‬‬
‫أ َْد ََن َك‬ ‫وص ِيِن‬ ‫ي ِ‬
‫ُ‬
‫أَنمهُ أَتَى‬ ‫‪Sunan Abu‬‬
‫‪Dawud no.‬‬
‫‪Dha’if‬‬ ‫‪34‬‬
‫ِِب ْْلَا ِر‪َ ،‬ح مّت‬
‫صلمى‬ ‫مب َ‬ ‫النِ م‬ ‫ت أَنمهُ‬‫ظَنَ ْن ُ‬
‫‪5140‬‬

‫هللاُ َعلَْي ِه‬


‫َسيُ َومِرثُهُ‬
‫َو َسلم َم‪،‬‬ ‫َم ْن َكا َن‬ ‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪Bukhari no.‬‬
‫ال‪ََ :‬ي‬ ‫فَ َق َ‬ ‫يُ ْؤِم ُن ِِبهلل‬ ‫‪6019‬‬
‫ول هللا‬ ‫َر ُس َ‬ ‫‪35‬‬
‫والي وِم ِ‬
‫اآلخ ِر‬
‫‪28‬‬ ‫َ َْ‬
‫َم ْن أَبَُّر؟‬
‫فَ ْليُ ْك ِرْم َج َارهُ‬
‫ك‪،‬‬
‫ال‪ :‬أُم َ‬ ‫قَ َ‬ ‫ان َلَيُْنظَُر‬ ‫اِثْنَ ِ‬ ‫‪ad-Dailami‬‬ ‫‪Dha’if‬‬

‫َوأ ََِب َك‪،‬‬ ‫إِلَْي ِه َما يَ ْوَم‬


‫ك‪،‬‬ ‫ُختَ َ‬ ‫َوأ ْ‬ ‫‪36‬‬ ‫الْ ِقيَ َام ِة‪,‬‬
‫اك‬‫َخ َ‬‫َوأ َ‬ ‫اط ُع المرِح ِم‬ ‫قَ ِ‬
‫الس ْوِء‬
‫َو َج ُار ُّ‬
‫س ِم ْن‬ ‫لَْي َ‬
‫‪Jâmi’ Bayân‬‬
‫‪al-‘Ilm wa‬‬
‫‪Dha’if‬‬
‫َم ْن َكا َن‬ ‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬

‫َخ َال ِق‬


‫‪Bukhari no.‬‬
‫أْ‬ ‫‪Fadhlih no.‬‬
‫‪859, al-‬‬ ‫يُ ْؤِم ُن ِِبهلل‬ ‫‪5185‬‬
‫الْ ُم ْؤِم ِن‬ ‫‪Kamil fi al-‬‬ ‫والي وِم ِ‬
‫اآلخ ِر‬
‫‪Dhuafa al-‬‬ ‫َ َْ‬
‫‪29‬‬ ‫الت َمملُّ ُق إِمَل‬ ‫‪Rijal, juz II‬‬ ‫ِ‬
‫فَالَ يُ ْؤذي‬
‫ب‬ ‫ِِف طَلَ ِ‬ ‫‪hlm. 119,‬‬
‫‪juz VI hlm.‬‬
‫َج َارهُ‬
‫الْعِْل ِم‬ ‫‪15‬‬
‫الْتَ ِم ُسوا‬ ‫‪Mu’jam al-‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪Kabir al-‬‬
‫اْلَ َار قَ ْب َل‬
‫ْ‬ ‫‪Thabrani no.‬‬
‫َوقِمُروا َم ْن‬ ‫‪Adab al-‬‬ ‫‪Dha’if‬‬ ‫‪37‬‬
‫ِ‬
‫‪4379‬‬
‫‪Dunya wa‬‬ ‫الدما ِر َوالمرف َ‬
‫يق‬
‫ِ‬
‫تَتَ َعلم ُمو َن مْنهُ‬
‫‪30‬‬
‫قَ ْب َل الطم ِر ِيق‬
‫‪al-Din, hlm.‬‬
‫‪84‬‬
‫أَ ْك ِرُم ْوا َم ْن‬ ‫‪Adab al-‬‬
‫‪Dunya wa‬‬
‫‪Dha’if‬‬
‫ما آمن ِب‬ ‫‪al-‬‬ ‫‪Hasan‬‬
‫‪Bazzar‬‬
‫َْحلَةَ الْ ُقر ِ‬
‫آن‬ ‫من ِبت‬
‫َ ْ‬
‫‪al-Din, hlm.‬‬
‫‪31‬‬ ‫‪84‬‬
‫فَ َم ْن أَ ْكَرَم ُه ْم‬ ‫شبعان‬
‫‪38‬‬
‫فَ َق ْد أَ ْكَرَم َِن‬ ‫وجاره جائع‬
‫َم ْن َوقم َر‬ ‫‪Adab al-‬‬
‫‪Dunya wa‬‬
‫‪Dha’if‬‬
‫إَل جنبه‬
‫‪32‬‬ ‫َعالِ اما فَ َق ْد‬ ‫‪al-Din, hlm.‬‬ ‫وهو يعلم‬
‫‪67‬‬
‫َوقم َر َربمهُ‬ ‫قُ ْلنَا‪ََ :‬ي‬ ‫‪Al-Taubîkh‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪39‬‬
‫‪wa al-‬‬
‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬ ‫‪89‬‬

‫ول هللا‪،‬‬ ‫َر ُس َ‬ ‫‪Tanbîh li‬‬


‫‪Abû Syaikh‬‬
‫فَاكِ َهةا فَ ْاه ِد‬
‫َما َح ُّق‬ ‫‪al-‬‬ ‫لَهُ ِمْن َها‪،‬‬
‫‪Ashbahânî,‬‬
‫ال‪:‬‬ ‫اْلَِوا ِر؟ قَ َ‬ ‫ْ‬ ‫‪hlm. 26‬‬ ‫ِ‬
‫َوإِمَل فَأ َْدخلْهُ‬
‫إِ ِن‬ ‫ِسًّرا‪ََ ،‬ل‬
‫ك‬ ‫ضَ‬ ‫استَ ْقَر َ‬ ‫ْ‬ ‫ََيُْر ُج َولَ ُد َك‬
‫ضتَه‪ ،‬وإِنِ‬ ‫ٍِ‬
‫أَقْ َر ْ ُ َ‬ ‫بِ َش ْيء مْنهُ‬
‫ك‬‫استَ َعانَ َ‬ ‫ْ‬ ‫يَغِيظُو َن بِِه‬
‫أَعْن تَه‪ ،‬وإِنِ‬ ‫َولَ َدهُ‪.‬‬
‫َ ُ َ‬
‫اج‬ ‫ِ‬
‫احتَ َ‬ ‫ََي ن َساءَ‬
‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫ْ‬ ‫‪Bukhari no.‬‬
‫أ َْعطَْي تَهُ‪َ ،‬وإِ ْن‬ ‫ات‪،‬‬ ‫املسلِم ِ‬ ‫‪2566‬‬
‫ُْ َ‬
‫ض ُع ْدتَهُ‪،‬‬ ‫َم ِر َ‬ ‫َلَ َُْت ِقَرنم‬
‫‪40‬‬
‫َوإِ ْن َم َ‬
‫ات‬ ‫َج َارةٌ‬
‫ت‬ ‫تَبِ ْع َ‬ ‫ِْلَ َارَِتَا‪َ ،‬ولَ ْو‬
‫ِجنَ َازتَهُ‪َ ،‬وإِ ْن‬ ‫فِْرِس َن َشاة‬
‫َصابَهُ َخ ٌْري‬ ‫أَ‬ ‫َع ْن َعائِ َشةَ‬
‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪Bukhari no.‬‬
‫َسمرَك‬ ‫َر ِض َي م‬
‫اَّللُ‬
‫‪2259‬‬

‫َوَهنمأْتَهُ‪َ ،‬وإِ ْن‬ ‫َعْن َها‪،‬‬


‫َصابَْتهُ‬ ‫أَ‬ ‫ت‪ََ :‬ي‬ ‫قُ ْل ُ‬
‫صيبَةٌ‬ ‫مِ‬ ‫ول هللا‪،‬‬ ‫َر ُس َ‬
‫ُ‬
‫ك‬‫َساءَتْ َ‬ ‫إِ من ِِل‬
‫‪41‬‬
‫َو َعمزيْتَهُ‪ََ ،‬ل‬ ‫َج َاريْ ِن فَِإ ََل‬
‫تُ ْؤِذهِ بَِقتَا ِر‬ ‫أَيِمِه َما‬
‫ِ‬ ‫أ ُْه ِدي؟‬
‫ك‪،‬‬ ‫ق ْد ٍر لَ َ‬
‫إِمَل أَ ْن‬ ‫ال‪ :‬إِ ََل‬ ‫قَ َ‬
‫ف ََلُْم‬ ‫تَ ْغ ِر َ‬ ‫ك‬‫أَقْ رِِبِما ِمْن ِ‬
‫َ َ‬
‫ِمْن َها‪َ ،‬وََل‬ ‫َِب اِب‬
‫تَ ْستَ ِط ْل َعلَْي ِه‬ ‫اح ِم ْن‬ ‫النم َك ُ‬
‫ِ‬ ‫‪Sunan Ibnu‬‬ ‫‪Hasan‬‬
‫‪Majah no.‬‬
‫ِِبلْبِنَ ِاء‬ ‫ُسن ِمِت‪ ،‬فَ َم ْن‬ ‫‪1846‬‬

‫ف‬‫لِتُ ْش ِر َ‬ ‫‪42‬‬ ‫ََلْ يَ ْع َم ْل‬


‫َعلَْي ِه‪َ ،‬وتَ ُس مد‬ ‫س‬ ‫ِ ِ‬
‫ب ُسنمِت فَلَْي َ‬
‫يح‬
‫الر َ‬ ‫َعلَْي ِه ِ‬ ‫ِم ِمِن‬
‫م‬
‫إِمَل ِبِِ ْذنِه‪ِ،‬‬ ‫تَنَا َك ُحوا‪،‬‬ ‫‪Mushannaf‬‬ ‫‪Hasan‬‬
‫‪Abdur‬‬
‫ِ‬
‫ت‬ ‫َوإِن ا ْش َََتيْ َ‬ ‫تَكْثُُروا‪ ،‬فَإِِمّن‬
‫‪43‬‬
‫‪Razaq no.‬‬
‫‪10391‬‬
‫‪90‬‬ ‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬

‫أ َُِب ِهي بِ ُك ُم‬ ‫ك ِِف‬


‫َغْي بَ تَ َ‬
‫ْاِل َُم َم يَ ْوَم‬ ‫نَ ْف ِس َها‬
‫الْ ِقيَ َام ِة‬ ‫ك‬ ‫ِ‬
‫َوَمال َ‬
‫انْظُْر إِلَْي َها‪،‬‬ ‫‪Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzi no.‬‬
‫‪Hasan‬‬ ‫تَ َزمو ُجوا‬ ‫‪Sunan Abu‬‬
‫‪Dawud no.‬‬
‫‪Hasan‬‬
‫‪49‬‬
‫َحَرى‬ ‫فَِإنمهُ أ ْ‬ ‫ود‬
‫ود الْ َولُ َ‬ ‫الْ َوُد َ‬
‫‪1087‬‬ ‫‪2050‬‬
‫‪44‬‬
‫أَ ْن يُ ْؤَد َم‬ ‫ب‬ ‫ِ‬
‫إذَا َخطَ َ‬
‫‪Sunan al-‬‬ ‫‪Hasan‬‬
‫‪Tirmidzi no.‬‬
‫بَْي نَ ُك َما‬ ‫إِلَْي ُك ْم َم ْن‬ ‫‪1084‬‬

‫ب‬ ‫ِ‬ ‫تَر ِ‬


‫إ َذا َخطَ َ‬ ‫ض ْو َن دينَهُ‬
‫‪Sunan Abu‬‬ ‫‪Hasan‬‬
‫‪Dawud no.‬‬ ‫َْ‬
‫َح ُد ُك ُم‬
‫أَ‬
‫‪2082‬‬
‫َو ُخلُ َقهُ‬
‫الْ َم ْرأَةَ‪ ،‬فَإِ ِن‬ ‫فَ َزمِو ُجوهُ‪ ،‬إَِلم‬
‫‪50‬‬
‫اع أَ ْن‬ ‫استَطَ َ‬ ‫ْ‬ ‫تَ ْف َعلُوا تَ ُك ْن‬
‫فِْت نَةٌ ِِف‬
‫‪45‬‬
‫ِ‬
‫يَْنظَُر إ ََل َما‬
‫يَ ْد ُعوهُ إِ ََل‬ ‫ض‪،‬‬ ‫اِل َْر ِ‬
‫اح َها‬‫نِ َك ِ‬ ‫اد‬
‫َوفَ َس ٌ‬
‫فَ ْليَ ْف َع ْل‬ ‫يض‬‫َع ِر ٌ‬
‫تُْن َك ُح امل ْرأَةُ‬ ‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫َخ ْ ُريُك ْم‬ ‫‪Sunan Ibnu‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫َ‬ ‫‪Bukhari no.‬‬ ‫‪Majah no.‬‬
‫ِِل َْربَ ٍع‪ :‬لِ َم ِاَلَا‬ ‫‪5090‬‬ ‫َخ ْ ُريُك ْم‬ ‫‪1977, Tarikh‬‬
‫‪Dimasyq Ibn‬‬
‫َو ِِلَ َسبِ َها‬ ‫ِِل َْهلِ ِه‪َ ،‬وأ َََن‬ ‫‪‘Asakir juz‬‬

‫َو ََجَ ِاَلَا‬


‫‪51‬‬ ‫‪13, hlm. 313‬‬
‫َخ ْ ُريُك ْم‬
‫َولِ ِدينِ َها‪،‬‬ ‫ِِل َْهلِي‬
‫‪46‬‬

‫فَاظْ َفر بِ َذ ِ‬
‫ات‬ ‫ْ‬
‫ِ‬
‫ت‬‫ال مدي ِن‪ ،‬تَ ِربَ ْ‬ ‫َشُّر الن ِ‬
‫ماس‬ ‫‪Mu’jam al-‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪Kabir al-‬‬
‫يَ َد َاك‬ ‫‪52‬‬ ‫ضيِم ُق‬
‫الْ ُم َ‬ ‫‪Thabrani‬‬

‫الدُّنْيَا َمتَاعٌ‪،‬‬ ‫‪Shahih‬‬


‫‪Muslim no.‬‬
‫‪Shahih‬‬ ‫َعلَى أ َْهلِ ِه‬
‫َو َخ ْ ُري َمتَ ِاع‬ ‫‪1467‬‬ ‫َما أَ ْكَرَم‬ ‫‪Tarikh‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪47‬‬ ‫‪Dimasyq Ibn‬‬
‫الدُّنْيَا الْ َم ْرأَةُ‬ ‫النِم َساءَ إَِلم‬ ‫‪‘Asakir, juz‬‬
‫‪3 hlm. 313‬‬
‫صِ‬
‫اِلَةُ‬ ‫ال م‬ ‫‪53‬‬ ‫َك ِرْْيٌ َوََل‬
‫َخ ْ ُري النِم َس ِاء‬ ‫‪Mu’jam‬‬
‫‪Kabir al-‬‬
‫‪Shahih‬‬ ‫أ ََه َاَّنُ من إَِلم‬
‫تَ ُسُّرَك إِ َذا‬ ‫‪Thabrani no.‬‬ ‫لَئِْي ٌم‬
‫‪386‬‬
‫ت‪،‬‬ ‫ِ‬
‫ص ْر َ‬
‫أَبْ َ‬ ‫ت‬‫ُسئلَ ْ‬
‫‪Tarikh‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪Dimasyq Ibn‬‬
‫َوتُ ْع ِط َ‬
‫‪48‬‬
‫يك إِذَا‬ ‫َعائِ َشةُ‪:‬‬ ‫‪‘Asakir, juz‬‬
‫‪54‬‬ ‫‪4 hlm. 46‬‬
‫ت‪،‬‬‫أ ََم ْر َ‬ ‫ف َكا َن‬ ‫َكْي َ‬
‫ظ‬
‫َوَُْت َف ُ‬ ‫رسو ُل هللاِ‬
‫َ ُْ‬
‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬ ‫‪91‬‬

‫صلمى هللاُ‬ ‫َ‬ ‫بْ ِن عُْت بَةَ بْ ِن‬


‫ِ‬
‫َعلَْيه َو َسلم َم‬ ‫َربِ َيعةَ َوُه َو‬
‫إِذَا َخالَ ِِف‬ ‫مواَل َِلمرأَةٍ‬
‫َ ْ َْ‬
‫ت؟‬ ‫الْب ي ِ‬ ‫صارِ‬ ‫ِ‬
‫َْ‬ ‫م َن ْاِلَنْ َ‬
‫ني‬
‫ت‪ :‬أَلْ َُ‬ ‫قَالَ ْ‬ ‫َع ْن َحْنظَلَةَ‬
‫‪Sunan al-‬‬ ‫‪Hasan‬‬
‫‪Kubra al-‬‬
‫ماس بَ مس ااما‬ ‫الن ِ‬ ‫بْ ِن أَِِب‬ ‫‪Baihaqi no.‬‬
‫& ‪13898‬‬
‫ض محا اكا‬ ‫َ‬ ‫ُس ْفيَا َن‬ ‫‪Sunan al-‬‬

‫َخو‬ ‫ِ‬ ‫اْلُ َم ِح ِمي ‪,‬‬


‫‪Daruquthni‬‬
‫الْ ُم ْؤم ُن أ ُ‬ ‫ْ‬
‫‪Shahih‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪no. 3797‬‬
‫‪Muslim no.‬‬
‫الْ ُم ْؤِم ِن‪ ،‬فَ َال‬ ‫‪1414‬‬ ‫َع ْن أ ِمُم ِه ‪,‬‬
‫ََِي ُّل لِْل ُم ْؤِم ِن‬
‫‪58‬‬
‫ت‬ ‫ال‪َ :‬رأَيْ ُ‬ ‫قَ َ‬
‫اع‬
‫أَ ْن يَْب تَ َ‬ ‫ت َعْب ِد‬ ‫ُخ َ‬ ‫أْ‬
‫‪55‬‬ ‫َعلَى بَْي ِع‬ ‫المر ْْحَ ِن بْ ِن‬
‫أ َِخ ِيه‪َ ،‬وََل‬ ‫ت‬ ‫ٍ‬
‫َع ْوف َُْت َ‬
‫ب َعلَى‬ ‫ََيْطُ َ‬ ‫بِ َال ٍل‬
‫ِخطْبَ ِة أ َِخ ِيه‬ ‫ب‬‫إذَا َخطَ َ‬
‫ِ‬ ‫‪Sunan al-‬‬ ‫‪Hasan‬‬
‫‪Tirmidzi no.‬‬
‫َح مّت يَ َذ َر‬ ‫إِلَْي ُك ْم َم ْن‬ ‫‪1084‬‬

‫ب‬ ‫تَر ِ‬
‫َوَلَ ََيْطُ َ‬ ‫ض ْو َن دينَهُ‬
‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪Bukhari no.‬‬ ‫َْ‬
‫المر ُج ُل َعلَى‬ ‫‪5142‬‬
‫َو ُخلُ َقهُ‬
‫ِخطْبَ ِة أ َِخ ِيه‪،‬‬ ‫فَ َزمِو ُجوهُ‪ ،‬إَِلم‬
‫‪59‬‬
‫‪56‬‬ ‫َح مّت يَْ َُت َك‬ ‫تَ ْف َعلُوا تَ ُك ْن‬
‫ب‬ ‫ِ‬
‫اْلَاط ُ‬ ‫فِْت نَةٌ ِِف‬
‫قَ ْب لَهُ أ َْو َيْذَ َن‬ ‫ض‪،‬‬ ‫اِل َْر ِ‬
‫ب‬ ‫ِ‬
‫لَهُ اْلَاط ُ‬ ‫اد‬
‫َوفَ َس ٌ‬
‫أَ من أ ََِب‬ ‫يض‬‫َع ِر ٌ‬
‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪Bukhari no.‬‬
‫ُح َذيْ َفةَ بْ َن‬ ‫& ‪4000‬‬ ‫إ من ِم ْن َح مق‬ ‫‪Ibnu Najar‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪Sunan Abu‬‬
‫ُعْت بَةَ بْ ِن‬ ‫الد َعلَى‬ ‫الْو ِ‬
‫‪Dawud no.‬‬
‫َ‬
‫َربِ َيعةَ بْ ِن‬
‫‪2061‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الْ َوالد أَ ْن‬
‫س‪،‬‬ ‫َعْب ِد ََشْ ٍ‬ ‫‪60‬‬ ‫اْسَهُ‪،‬‬ ‫َُْي ِس َن ْ‬
‫‪57‬‬
‫َكا َن تَبَ مَن‬ ‫َوأَ ْن يَُزمِو َجهُ‬
‫َسالِ اما‬ ‫إِ َذا بَلَ َغ‪َ ،‬وأَ ْن‬
‫َوأَنْ َك َحهُ ابْنَةَ‬ ‫ِ‬
‫َُْيس َن أ ََدبَهُ‬
‫أ َِخ ِيه ِهْن َد‬ ‫َح ُّق الْ َولَ ِد‬ ‫‪Sunan al-‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪Kubra al-‬‬
‫بِْنت الْولِ ِ‬
‫يد‬
‫‪61‬‬
‫َعلَى الْ َوالِ ِد‬
‫َ َ‬
‫‪Baihaqi no.‬‬
‫‪19802‬‬
‫‪92‬‬ ‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬

‫ِ‬ ‫صلمى‬
‫أَ ْن يُ َعلم َمهُ‬ ‫مب َ‬ ‫النِ م‬
‫الْ ِكتَابَةَ‬ ‫هللاُ َعلَْي ِه‬
‫احةَ‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫َو َسلم َم فَ َرمد‬
‫السبَ َ‬‫َو م‬
‫َوالمرمايَةَ َوأَ ْن‬ ‫اح َها‬ ‫ِ‬
‫ن َك َ‬
‫َلَيَْرُزقَهُ إَِلم‬ ‫ِ ِ‬
‫أ مَمُروا النم َساءَ‬
‫‪Musnad‬‬ ‫‪Hasan‬‬
‫‪Ahmad no.‬‬
‫طَيِمباا َوأَ ْن‬ ‫‪65‬‬ ‫ِِف بَنَاَتِِ من‬ ‫& ‪4905‬‬
‫‪Sunan Abu‬‬
‫يَُزمِو َجهُ إِذَا‬ ‫‪Dawud no.‬‬
‫‪2095‬‬
‫أ ََر َاد‬
‫أَ من النِ م‬
‫مب‬ ‫‪Musnad‬‬ ‫‪Hasan‬‬
‫‪Ahmad no.‬‬
‫َوََل تُْن َك ُح‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫صلمى هللاُ‬
‫& ‪8957‬‬
‫‪Muslim no.‬‬ ‫َ‬
‫الْبِكُْر َح مّت‬ ‫& ‪1419‬‬
‫ِ‬
‫َعلَْيه َو َسلم َم‬
‫‪Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzi no.‬‬
‫‪Musnad‬‬
‫تُ ْستَأْذَ َن‪،‬‬ ‫‪Ahmad no.‬‬
‫َكا َن إِ َذا َرفمأَ‬
‫‪1091‬‬
‫‪9605‬‬
‫قَالُوا‪ََ :‬ي‬ ‫اَن إِذَا‬ ‫إِنْ َس ا‬
‫ول هللاِ‪،‬‬
‫‪62‬‬
‫َر ُس َ‬ ‫ال‪:‬‬ ‫تَ َزمو َج‪ ،‬قَ َ‬
‫ف إِ ْذ َُّنَا؟‬ ‫َوَكْي َ‬
‫‪66‬‬
‫اَّللُ‬
‫َِب َرَك م‬
‫ال‪ :‬أَ ْن‬ ‫قَ َ‬ ‫ك‪َ ،‬وَِب َرَك‬ ‫لَ َ‬
‫ت‬ ‫تَ ْس ُك َ‬ ‫ك‪،‬‬ ‫َعلَْي َ‬
‫أَ من َجا ِريَةا‬
‫‪Musnad‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪Ahmad no.‬‬ ‫َو ََجَ َع‬
‫ت‬‫بِكْرا أَتَ ِ‬
‫بَْي نَ ُك َما ِِف‬
‫& ‪2469‬‬
‫ا‬ ‫‪Sunan al-‬‬
‫صلى‬ ‫م‬ ‫مب َ‬ ‫النِ م‬ ‫‪Daruquthni‬‬
‫َخ ٍْري‬
‫هللاُ َعلَْي ِه‬
‫‪no. 3566‬‬
‫ول‬‫أ من َر ُس ُ‬ ‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫َو َسلم َم‪،‬‬
‫‪Bukhari no.‬‬
‫‪63‬‬
‫ال َلعْب ِد‬ ‫هللا قَ َ‬ ‫& ‪2048‬‬
‫ت أَ من‬ ‫فَ َذ َكَر ْ‬ ‫المر ْْحَ ِن بْ ُن‬
‫‪Shahih‬‬
‫‪Muslim no.‬‬
‫أ ََِب َها َزمو َج َها‬ ‫‪67‬‬
‫ٍ ِ‬ ‫‪1427‬‬
‫َع ْوف‪ :‬أ َْوَلْ‬
‫َوِه َي َكا ِرَهةٌ‬ ‫ولَو بِشاةٍ‬
‫َْ َ‬
‫فَ َخ مَريَها النمِ ُّ‬
‫ب‬
‫َع ْن َخْن َساءَ‬
‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪Bukhari no.‬‬ ‫َشُّر الطم َع ِام‬ ‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫ت ِخ َذ ٍام‬ ‫بِْن ِ‬ ‫‪6945‬‬ ‫‪Bukhari no.‬‬
‫طَ َع ُام‬ ‫& ‪5177‬‬
‫صا ِريمِة‪:‬‬
‫اِلَنْ َ‬ ‫يم ِة‪،‬‬ ‫ِ‬
‫‪Shahih‬‬
‫الول َ‬ ‫َ‬ ‫‪Muslim no.‬‬
‫أَ من أ ََِب َها‬ ‫‪68‬‬
‫يُ ْد َعى ََلَا‬
‫‪1432‬‬

‫َزمو َج َها َوِه َي‬


‫‪64‬‬
‫ِ‬
‫ِ‬ ‫اِلَ ْغنيَاءُ‬
‫ب‬‫ثَيم ٌ‬
‫َويُْ ََت ُك ال ُف َقَراءُ‬
‫ت‬‫فَ َك ِرَه ْ‬ ‫ب‬‫وَم ْن ََلْ ُُِي ِ‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫ك فَأَتَ ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬
‫ت‬ ‫َذل َ‬ ‫‪69‬‬ ‫‪Muslim no.‬‬
‫مع َوةَ‪ ،‬فَ َق ْد‬ ‫الد ْ‬ ‫‪1432‬‬
‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬ ‫‪93‬‬

‫صى هللاَ‬ ‫َع َ‬ ‫اللم ْه ُو‬


‫َوَر ُسولَهُ‬ ‫َكا َن يَكَْرهُ‬
‫‪Musnad‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪Ahmad no.‬‬
‫إِذَا ُد ِع َي‬ ‫‪Sunan Abu‬‬
‫‪Dawud no.‬‬
‫‪Shahih‬‬ ‫نِ َك ِ‬
‫السمِر‬
‫اح م‬ ‫َ‬
‫‪16712‬‬

‫َح ُد ُك ْم إِ ََل‬ ‫أَ‬


‫‪3736‬‬ ‫ب‬
‫ضَر َ‬ ‫َح مّت يُ ْ‬
‫‪70‬‬
‫يم ِة‬ ‫ِ‬ ‫بِ ُد ٍم‬
‫الْ َول َ‬ ‫ف‪،‬‬
‫فَ ْليَأْ َِتَا‬ ‫‪74‬‬ ‫ال‪:‬‬ ‫َويُ َق َ‬
‫اجتَ َم َع‬‫إِذَا ْ‬ ‫أَتَْي نَا ُك ْم‬
‫‪Musnad‬‬ ‫‪Hasan‬‬
‫‪Ahmad no.‬‬
‫ماعي ِ‬
‫ان‬ ‫ِ‬ ‫أَتَْي نَا ُك ْم‬
‫الد َ‬
‫‪23466‬‬

‫ب‬ ‫ِ‬ ‫وَن‬


‫فَ َحيُّ َ‬
‫فَأَج ْ‬
‫أَقْ َرَِبُ َما َِب اِب‪،‬‬ ‫ُُنَيِمي ُك ْم‬
‫فَِإ من أَقْ َرَِبُ َما‬ ‫أَ ْك َم ُل‬ ‫‪Musnad‬‬
‫‪Ahmad no.‬‬
‫‪Shahih‬‬
‫‪71‬‬
‫َِب اِب أَقْ َرُِبُ َما‬ ‫ني‬ ‫ِِ‬
‫الْ ُم ْؤمن َ‬ ‫‪7402‬‬

‫ِج َو اارا‪ ،‬فَإِ َذا‬ ‫اَن‪،‬‬‫إِميَ ا‬


‫َح ُد ُِهَا‬‫َسبَ َق أ َ‬ ‫َح َسنُ ُه ْم‬ ‫أْ‬
‫فَأ َِج ِ‬
‫‪75‬‬
‫ب‬ ‫ُخلُ اقا‪،‬‬
‫الم ِذي َسبَ َق‬ ‫َو ِخيَ ُارُه ْم‬
‫ني‬
‫ص ٌل بَْ َ‬ ‫فَ ْ‬
‫‪Sunan al-‬‬ ‫‪Hasan‬‬ ‫ِخيَ ُارُه ْم‬
‫‪Tirmidzi no.‬‬
‫اِلََال ِل‬
‫ْ‬ ‫‪1088‬‬ ‫لِنِ َسائِ ِه ْم‬
‫اِلََرِام‪،‬‬
‫َو ْ‬ ‫خريكم‬ ‫‪Tarikh‬‬
‫‪Dimasyq‬‬
‫‪Dha’if‬‬
‫‪72‬‬
‫الد ُّ‬
‫ُّف‬ ‫خريكم ِلهله‬ ‫‪Ibnu ‘Asakir‬‬
‫‪juz 13, hl.‬‬
‫ت ِِف‬ ‫ص ْو ُ‬ ‫َوال م‬ ‫وأَن خريكم‬ ‫‪313‬‬

‫النِم َك ِ‬
‫اح‬ ‫ِلهلي ما‬
‫‪76‬‬
‫ت ْامَرأَةا‬ ‫زفم ِ‬ ‫‪Shahih al-‬‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫أكرم النساء‬
‫َ‬ ‫‪Bukhari no.‬‬
‫ِ‬
‫إِ ََل َر ُج ٍل م َن‬ ‫‪5162‬‬ ‫إَل كرْي وَل‬
‫صا ِر‪،‬‬ ‫اِلَنْ َ‬ ‫أهاَّنن إَل‬
‫ب هللا‬‫ال نَِ ُّ‬ ‫فَ َق َ‬ ‫لئيم‬
‫صلمى هللاُ‬ ‫ََل يَ ْفَرْك‬ ‫‪Musnad‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫َ‬ ‫‪Ahmad no.‬‬
‫‪73‬‬ ‫ِ‬
‫َعلَْيه َو َسلم َم‪:‬‬ ‫ُم ْؤِم ٌن‬ ‫& ‪8363‬‬
‫‪Shahih‬‬
‫ََي َعائِ َشةُ‪،‬‬ ‫ُم ْؤِمنَةا‪ ،‬إِ ْن‬ ‫‪Muslim no.‬‬

‫َك ِرَه ِمْن َها‬


‫‪1469‬‬
‫َما َكا َن‬ ‫‪77‬‬

‫َم َع ُك ْم ََلٌْو؟‬ ‫ُخلُ اقا َر ِض َي‬


‫ِ‬
‫فَِإ من اِلَنْ َ‬
‫ص َار‬ ‫آخَر‬
‫مْن َها َ‬
‫يُ ْع ِجبُ ُه ُم‬
‫‪94‬‬ ‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬

‫ِ‬ ‫لِبَ َش ٍر‪،‬‬


‫دينَ ٌار أَنْ َف ْقتَهُ‬
‫‪Musnad‬‬ ‫‪Shahih‬‬
‫‪Ahmad no.‬‬
‫ِِف سبِ ِيل هللاِ‬ ‫ت‬
‫َ‬
‫& ‪10174‬‬
‫‪Shahih‬‬ ‫َِل ََم ْر ُ‬
‫َوِدينَ ٌار‬ ‫‪Muslim no.‬‬ ‫الْ َم ْرأَةَ أَ ْن‬
‫‪995‬‬
‫أَنْ َف ْقتَهُ ِِف‬ ‫تَ ْس ُج َد‬
‫َرقَبَ ٍة‪َ ،‬وِدينَاٌر‬ ‫لَِزْوِج َها‪ِ ،‬م ْن‬
‫ت بِِه‬ ‫ص مدقْ َ‬ ‫تَ َ‬ ‫ِعظَِم َح ِمق ِه‬
‫َعلَى‬ ‫َعلَْي َها‬
‫ني‪،‬‬‫ِمس ِك ٍ‬ ‫ت‬ ‫إِذَا صلم ِ‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫‪Shahi‬‬
‫‪78‬‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫‪Ibnu Hibban‬‬ ‫‪h‬‬
‫َوِدينَ ٌار‬ ‫الْ َم ْرأَةُ‬ ‫‪no. 4163‬‬

‫أَنْ َف ْقتَهُ َعلَى‬ ‫ُُخُ َس َها‪،‬‬


‫ك‪،‬‬ ‫ِ‬
‫أ َْهل َ‬ ‫ت‬ ‫ص َام ْ‬ ‫َو َ‬
‫أ َْعظَ ُم َها‬ ‫َش ْهَرَها‪،‬‬
‫َجارا الم ِذي‬ ‫أْ‬ ‫ت‬‫صنَ ْ‬ ‫َو َح م‬
‫‪81‬‬
‫أَنْ َف ْقتَهُ َعلَى‬ ‫فَ ْر َج َها‪،‬‬
‫ك‬ ‫ِ‬
‫أ َْهل َ‬ ‫ت‬‫اع ْ‬‫َوأَطَ َ‬
‫ت ِآمارا‬ ‫لَ ْو ُكْن ُ‬
‫‪Sunan‬‬
‫‪Abu Dawud‬‬ ‫‪h‬‬
‫‪Shahi‬‬ ‫بَ ْعلَ َها‪،‬‬
‫َح ادا أَ ْن‬ ‫أَ‬
‫‪no. 2140‬‬ ‫دخلت من‬
‫يَ ْس ُج َد‬ ‫أي أبواب‬
‫َح ٍد‬‫ِل َ‬
‫ِ‬ ‫اْلنة شاءت‬
‫ت‬‫َِل ََم ْر ُ‬ ‫َع ْن َعائِ َشةَ‪،‬‬ ‫‪Mustadr‬‬
‫‪ak al-Hakim‬‬ ‫‪h‬‬
‫‪Shahi‬‬

‫النِم َساءَ أَ ْن‬ ‫َر ِض َي م‬


‫اَّللُ‬
‫‪no. 7244‬‬
‫‪79‬‬
‫يَ ْس ُج ْد َن‬ ‫ت‪:‬‬ ‫َعْن َها قَالَ ْ‬
‫ِِل َْزَو ِاج ِه من‬ ‫ت‪ََ :‬ي‬ ‫قُ ْل ُ‬
‫لِ َما َج َع َل‬ ‫ول هللا‬ ‫َر ُس َ‬
‫اَّللُ ََلُْم‬
‫م‬ ‫ماس‬‫َي الن ِ‬ ‫أ ُّ‬
‫َعلَْي ِه من ِم َن‬ ‫أ َْعظَ ُم َحقًّا‬
‫َعلَى الْ َم ْرأَةِ؟‬
‫‪82‬‬
‫اِلَ ِمق‬
‫ْ‬
‫صلُ ُح‬ ‫ََل يَ ْ‬
‫‪Musnad‬‬
‫‪Ahmad no.‬‬
‫‪Hasan‬‬ ‫ال‪:‬‬ ‫قَ َ‬
‫لِبَ َش ٍر أَ ْن‬ ‫‪12614‬‬ ‫َزْو ُج َها‪.‬‬
‫يَ ْس ُج َد‬ ‫َي‬
‫ت‪ :‬فَأ ُّ‬ ‫قُ ْل ُ‬
‫لِبَ َش ٍر‪َ ،‬ولَ ْو‬
‫‪80‬‬
‫ماس أ َْعظَ ُم‬ ‫الن ِ‬
‫صلَ َح لِبَ َش ٍر‬ ‫َ‬ ‫َحقًّا َعلَى‬
‫أَ ْن يَ ْس ُج َد‬ ‫ال‪:‬‬‫المر ُج ِل؟ قَ َ‬
‫‪kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98‬‬ ‫‪95‬‬

‫أ ُُّمهُ‪.‬‬ ‫لَِزْوِج َها َوِه َي‬


‫ََل ََِيلُّ‬ ‫ََل تَ ْستَ ْغ ِِن‬
‫‪Mustadr‬‬ ‫‪Shahi‬‬
‫‪ak al-Hakim‬‬ ‫‪h‬‬
‫َِل ْمَرأَةٍ تُ ْؤِم ُن‬ ‫‪no. 2770‬‬ ‫َعْنه‬
‫ِِبهلل َوالْيَ ْوِم‬ ‫املرأَةُ ر ِ‬
‫اعيَةٌ‬ ‫َْ َ‬
‫‪Shahih‬‬
‫‪al-Bukhari‬‬ ‫‪h‬‬
‫‪Shahi‬‬

‫ْاآل ِخ ِر‪ ،‬أَ ْن‬ ‫‪88‬‬ ‫ِف ب يتِ‬


‫ِ َْ‬
‫‪no. 5200‬‬

‫‪83‬‬ ‫ََتْ َذ َن ِِف‬ ‫َزْوِج َها‬


‫ت َزْوِج َها‬ ‫بي ِ‬
‫َْ‬ ‫تَ َزمو ُج ْوا وَلَ‬ ‫‪Al-Kamil‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪fi Dhuafa al-‬‬
‫ِ‬
‫َوُه َو َكارهٌ‪،‬‬ ‫تُطَلِم ُق ْوا فَإِ من‬ ‫‪Rijal juz VI,‬‬
‫‪196.‬‬
‫َوََل ََتُْر َج‬ ‫‪89‬‬ ‫الطمالَ َق‬
‫ِ‬
‫َوُه َو َكا ِرهٌ‬ ‫يَ ْهتَ ُّز منْهُ‬
‫أَُّميا امرأَةٍ‬ ‫ش‬
‫الْ َع ْر ُ‬
‫‪Sunan‬‬ ‫‪Hasan‬‬
‫َ َْ‬ ‫‪al-Tirmidzi‬‬
‫ت‬‫َماتَ ْ‬ ‫‪no. 1161‬‬ ‫ض‬
‫أَبْغَ ُ‬
‫‪Sunan‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪Abu Dawud‬‬
‫‪84‬‬ ‫َوَزْو ُج َها‬ ‫اِلََال ِل إِ ََل‬
‫ْ‬ ‫‪no. 2178‬‬
‫‪90‬‬
‫اض‬‫َعْن َها َر ٍ‬ ‫اَل‬‫هللا تَ َع َ‬
‫ت اْلَنمةَ‬ ‫دخلَ ِ‬ ‫الطمَال ُق‬
‫ََ‬
‫أَُّميا امرأَةٍ‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫اَّللُ‬
‫َح مل م‬ ‫َما أ َ‬
‫‪Al-‬‬ ‫‪Sunan‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫َ َْ‬ ‫‪Muttafaq wa‬‬ ‫‪Abu Dawud‬‬
‫ت م ْن‬‫ِ‬
‫َخَر َج ْ‬ ‫‪al-Muftaraq‬‬
‫‪li al-‬‬
‫ض‬‫َشْي ئاا أَبْغَ َ‬
‫‪no. 2177‬‬

‫بَْيتِ َها بِغَِْري‬ ‫إِلَْي ِه ِم َن‬


‫‪91‬‬
‫‪Baghdadi,‬‬

‫إِ ْذ ِن َزْوِج َها‬ ‫الطمَال ِق‬


‫‪juz III, 1760.‬‬

‫ت ِِف‬ ‫َكانَ ْ‬ ‫أَُّميا امرأَةٍ‬ ‫‪Sunan‬‬ ‫‪Hasan‬‬


‫َ َْ‬ ‫‪al-Tirmidzi‬‬
‫‪85‬‬
‫سخ ِط هللاِ‬
‫ُْ‬ ‫ت‬‫َسأَلَ ْ‬ ‫‪no. 1187‬‬
‫ِ‬
‫َح مّت تَ ْرج َع‬ ‫َزْو َج َها‬
‫إِ ََل بَْيتِ َها أَْو‬ ‫‪92‬‬ ‫طَالَقاا ِم ْن‬
‫ضى َعْن َها‬ ‫يَْر َ‬ ‫َغ ِْري ََبْ ٍس‬
‫َزْو ُج َها‬ ‫فَ َحَر ٌام َعلَْي َها‬
‫الْ َم ْرأَةُ ََل‬ ‫‪Musnad‬‬
‫‪Ahmad no.‬‬ ‫‪h‬‬
‫‪Shahi‬‬
‫َرائِ َحةُ اْلَن ِمة‬
‫تُ َؤِمدي َح مق‬ ‫‪19403,‬‬ ‫أَ من َر ُجال‬ ‫‪Musnad‬‬ ‫‪Dha’if‬‬
‫‪Sunan Ibnu‬‬ ‫‪al-Bazzar‬‬
‫‪86‬‬
‫هللاِ َعلَْي َها‬ ‫‪Majah no.‬‬ ‫َكا َن ِِف‬ ‫‪no. 4380‬‬

‫ي‬ ‫ِ‬ ‫& ‪1853‬‬


‫الطمو ِ‬
‫َح مّت تُ َؤمد َ‬ ‫‪Mu’jam al-‬‬ ‫اف‬ ‫َ‬
‫َح مق َزْوِج َها‬ ‫ِ‬
‫‪Kabir al-‬‬
‫‪Thabrani no.‬‬ ‫‪93‬‬ ‫َحامال أُمهُ‬
‫‪5084‬‬
‫وف ِِبَا‬‫يَطُ ُ‬
‫ََل يَْنظُُر هللاُ‬
‫‪Sunan‬‬ ‫‪Shahi‬‬
‫مب‬ ‫ِ‬
‫فَ َسأ ََل الن م‬
‫‪al-Kubra al-‬‬ ‫‪h‬‬
‫‪87‬‬ ‫إِ ََل ْامَرأَةٍ ََل‬ ‫‪Nasai no.‬‬
‫‪9086‬‬ ‫صلمى م‬
‫اَّللُ‬ ‫َ‬
‫تَ ْش َكُر‬
96 kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98

‫َعلَيه َو َسلمم‬ Dari kutipan di 18ُ‫ َوَوقِمُروا َم ْن تُ َعلِم ُمونَه‬،ُ‫َم ْن تَتَ َعلم ُمو َن ِمْنه‬
‫ت‬ُ ْ‫َه ْل أَمدي‬
atas nampak jelas bahwa penulis kitab
tersebut (al-Mawardi) tidak menyebutkan
:‫ال‬َ َ‫مها؟ ق‬ َ ‫َحق‬ secara lengkap para rawi yang terlibat dalam
ٍ‫ وَلَ بَِزفْ رة‬،‫َل‬ transmisi riwayat tersebut. Ia hanya
َ menyebutkan riwayatnya berasal dari Nabi
ٍ‫اح َدة‬
ِ‫و‬
َ yang seolah-olah ia bertemu langsung dengan
Nabi. Hal yang sama juga dilakukan oleh A.
Dari 31 hadis dha’if yang Hasaan ketika mengambil kutipan riwayat
dicantumkan oleh A. Hassan, sebagian besar dari kitab Al-Taubîkh wa al-Tanbîh karangan
tidak termuat dalam kitab-kitab matan hadis, Abû Syaikh al-Ashbahânî.19
tetapi merupakan beberapa riwayat yang Selain itu, A. Hassan juga mengambil
tedapat dalam kitab adab, doa dan dzikir. riwayat yang diambil dari kitab rijal,
Salah satu ciri dari ketiga macam kitab sebagaimana ia mengutip riwayat dh’aif dari
tersebut biasanya tidak menyebutkan kitab al-Kâmil fî Dhu’afâ al-Rijâl karya Abû
rangkaian rawi pembawa riwayat secara Ahmad bin ‘Adî al-Jurjânî atau yang lebih
sempurna dari awal sampai akhir, kalaupun masyhur disebut Ibnu ‘Adi. Contoh riwayat
ada biasanya langsung disandarkan kepada yang ia kutip: ُ‫ج ْوا وَلَ تُطَلِم ُق ْوا فَإِ من الطمالَ َق يَ ْهتَ ُّز ِمْنه‬
ُ ‫تَ َزمو‬
Nabi. Selain itu, kalimat yang biasa
digunakan adalah lafazah yurwâ ‫ش‬
ُ ‫( الْ َع ْر‬menikahlah kalian dan jangan bercerai,
(diriwayatkan). karena perceraian itu bisa menggetarkan
Kalau mengikuti tradisi para ‘arsy).20 Contoh hadis lainnya yang ia kutip
muhadditsîn, penggunaan kata yurwâ ini adalah hadis berikut:
‫صلمى هللاُ َعلَيْ ِه‬ ِ ِ ِ
biasanya untuk menunjukkan suatu riwayat
َ ‫ف َكا َن َر ُس ْو ُل هللا‬
َ ‫ َكْي‬:ُ‫ت َعائ َشة‬
ْ َ‫ ُسئل‬.1
yang lemah yang tidak bisa digunakan ِ
sebagai dasar dalil karena ketidakjelasan
ِ ‫ني النم‬
‫اس بَ مس ااما‬ ْ َ‫َو َسلم َم إِذَا َخالَ ِِف الْبَ ْيت؟ قَال‬
َُ ْ‫ أَل‬:‫ت‬
riwayat itu sendiri. Hanya saja, penulis yang ‫ض محا اكا‬ َ
bersangkutan menyampaikannya kepada ِ ِ ِ ِ ِ ِ
pembaca bukan untuk dijadikan sebagai َ‫ َما أَ ْكَرَم النم َساء‬,‫ َوأ َََن َخ ْ ُريُك ْم ِل َْهلي‬،‫ َخ ْ ُريُك ْم َخ ْ ُريُك ْم ِل َْهله‬.2
landasan dalil yang kuat, melainkan hanya ‫إَِلم َك ِرْْيٌ َوََل أ ََه َاَّنُ من إَِلم لَئِْي ٌم‬
untuk memperkuat pendapatnya tentang tema
Kedua hadis tersebut terdapat dalam kitab
yang tengah dibicarakan, sebagaimana hal ini
Târîkh Dimasyq karangan Abû al-Qâsim ‘Ali
juga dilakukan oleh A. Hassan dalam buku
bin al-Hasan atau yang lebih masyhur dengan
Kesopanan Tinggi dalam Islam. Maka bisa
sebutan Ibnu ‘Asakir. Hadis pertama terdapat
jadi bahwa kutipan semacam ini bukan
pada juz IV halaman 46 sedangkan hadis
sunguh-sungguh untuk dijadikan sebagai
kedua pada juz XIII halaman 313, dan
landasan dalil yang mandiri tentang topik
keduanya dinilai oleh para kritikus hadis
yang dibicarakan, melainkan untuk
dengan derajat dha’if.
menguatkan konteks pembicaraan yang
Sejauh penelitian penulis, hadis-hadis
tengah diwacanakan.
dha’if yang digunakan oleh A. Hassan tidak
Misalnya riwayat yang dikutip oleh
tergolong parah karena dalam beberapa
A. Hassan dari kitab Adâb al-Dun-ya wa al-
Dîn karya al-Mawardi. Dari kitab tersebut ia
18
mengutip beberapa riwayat yang berkaitan Abû al-Hasan Ali bin Muhammad al-
dengan kesopanan murid terhadap gurunya. Mâwardî, Adab al-Dun-yâ wa al-Dîn (t.tmp: Dâr
Maktabah al-Hayâh, 1986), 84.
Salah satu kalimat yang ia kutip seperti 19

berikut: ‫ َوقِمُروا‬:‫ال‬
Lihat Abû Syaikh al-Ashbahânî, Al-
َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلم َم أَنمهُ ق‬
‫صلمى م‬ ِ ِ‫ي َع ْن الن‬
َ ‫مب‬‫م‬ َ ‫ ُرِو‬. Taubîkh wa al-Tanbîh (Kairo: Maktabah al-Furqân,
t.th), 26.
20
Abû Ahmad bin ‘Adî al-Jurjânî, al-Kâmil fî
Dhu’afâ al-Rijâl (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
1997), juz VI, 196.
kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98 97

riwayat lain ada yang menjadi syahid dari Al-Khatîb, Muhammad ‘Ajjâj. Ushûl al-
hadis tersebut. Kemudian, sebagaimana yang Hadîs; ‘Ulûmuh wa Mushthalahuh.
A. Hassan sendiri katakan bahwa hadis-hadis Beirut: Dâr al-Fikr, 2006.
dha’if yang ia masukkan ke dalam bukunya Al-Khudhair, ‘Abd al-Karîm. Tahqîq al-
bukanlah hadis dha’if yang berbicara tentang Raghbah fî Taudhîh al-Nukhbah.
perihal wajib dan haram. Hadis yang ia kutip Riyadh: Maktabah Dâr al-Manhâj.
semata-mata hanya sebagai tambahan 2005.
informasi dari beberapa kitab masyhur yang Al-Mâwardî, Abû al-Hasan Ali bin
seyogianya oleh nalar pembaca pun bisa Muhammad. Adab al-Dun-yâ wa al-
diterima isinya tanpa menganggapnya Dîn. t.tmp: Dâr Maktabah al-
sebagai sebuah kemutlakan. Hayâh. 1986.
Al-Qasimi, Muhammad Jamâl al-Dîn.
C. KESIMPULAN Qawaid al-Tahdîts min Funûn
Buku Kesopanan Tinggi Secara Islam Musthalah al-Hadits. Beirut: Dar al-
merupakan sebuah bukti bahwa A. Hassan Kutub al-‘Ilmiyyah. t.t.
memiliki pemahaman yang utuh perihal hadis Al-Suyûthî, ‘Abd al-Rahmân bin Abî Bakar
dan seputar problematikanya, meskipun sikap Jallâl al-Dîn. Tadrîb al-Râwî fî
dan ijtihad yang ia tuangkan dalam buku Syarh Taqrîb al-Nawâwî. Beirut:
tersebut bukanlah yang pertama kali Dâr al-Fikr. 2006.
dilakukan oleh para penulis kitab atau buku- Al-Syahrazûrî, Abû ‘Amr ‘Abd al-Rahmân.
buku hadis. Artinya, upaya semacam ini Muqaddimah Ibn Shalâh fî ‘Ulûm
sebetulnya sudah dilakukan oleh beberapa al-Hadîts. Kairo: Dâr al-Hadîs.
ulama hadis yang mereka juga sangat selektif 2010.
ketika memilah dan memilih hadis. Artinya, Al-Thahân, Mahmûd. Taisir Musthalah al-
gaya dan pola yang ia jadikan sebagai dasar Hadits (t.tp: Maktabah al-Ma’arif,
dalam penulisan bukunya adalah sebuah 2004.
kelanjutkan dari pemikiran yang pernah Federspliel, Howard M. Persatuan Islam;
dituangkan oleh para penulis hadis terdahulu Pembaharuan Islam Indonesia Abad
dalam kitab hadis mereka. XX, terj. Yudian W. Aswin dan
Meskipun demikian, ijtihad A. Afandi Mukhtar. Yogyakarta:
Hasaan ini tentunya bukan sebuah Gajahmada University Press. 1996.
pengekoran terhadap usaha-usaha yang sudah Hamka, Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H.
dilakukan oleh para penulis kitab hadis Abdul Karim Amrullah dan
generasi sebelumnya. Karena ia sendiri, Perjuangan Kaum Agama di
sebagaimana yang disebutkan dalam Sumatera, Jakarta: Umminda. 1982.
pengantar bukunya, menyiratkan bahwa Hassan, Ahmad. Kesopanan Tinggi dalam
penulisan buku itu bukan karena latah Islam. Bandung: CV Diponegoro,
terhadap pemikiran para penulis hadis yang 1992.
lain. Tetapi semata-semata sebagai bukti _____________. Soal Jawab Masalah
bahwa A. Hassan paham tentang hadis yang Agama. Bandung: CV Diponegoro.
ia tuliskan, meskipun terkadang ia tidak bisa 1996.
melepaskan sikap rasionalisnya dalam Minhaji, Akh. A. Hassan; Sang Ideolog
memaami hadis yang bersangkutan. Reformasi Fikih di Indonesia 1887 -
1958, terj. Imam Sofyan. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Pembela Islam. 2015.
Al-Ashbahânî, Abû Syaikh. Al-Taubîkh wa Mughni, Syafiq A. Hasan Bandung; Pemikir
al-Tanbîh. Kairo: Maktabah al- Islam Radikal, Surabaya: Bina Ilmu.
Furqân. t.th. 1994.
Al-Jurjânî, Abû Ahmad bin ‘Adî. al-Kâmil fî MZ, Zainuddin. “Critizm rationale of A.
Dhu’afâ al-Rijâl. Beirut: Dâr al- Hassan Bangil in validity on hadith”
Kutub al-‘Ilmiyyah. 1997. Journal of Asian Scientific
98 kinkin syamsudin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 2,2 ( Maret 2018):79-98

Research. 4(11) (2014): 690 – 703.


Wahid, Ramli Abdul. “Perkembangan Kajian
Hadis di Indonesia: Studi Tokoh dan
Ormas Islam”, Conference Paper.
Makassar: Postgraduate Program
State Islamic Universities. 2005.

Anda mungkin juga menyukai