Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

Guna memenuhi tugas mata kuliah sejarah Ekonomi islam, bank islam dan
konvensional

Dosen pengampu

Febri Kusuma, SE.Sy,MSI

Disusun oleh:

Muhammad Naufal Anshory : 20200207

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARIAH IMAM AS SYAFI,I


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH & PERBANKAN
SYARIAH

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah
menganugerahkan keimanan, keislaman, kesehatan, dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyusun makalah dengan judul “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM” ini dengan
baik.

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Karena Penyusunan makalah ini tak lepas dari campur tangan berbagai pihak yang
telah berkontribusi secara maksimal

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa memberikan tambahan
wawasan ilmu tentang apa yang dibahas dalam makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 17 Juli 2021


DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………

1. BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...
1.1.Latar Belakang…...…………………………………………………………
1.2.Tujuan Pembahasan………………………………………………………...
2. BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….
2.1.Tiga Mazhab Pemikiran ekonomi islam……………………………………
2.2.Perbedaan dan persamaan pemikiran mazhab ekonomi islam kontemporer..
3. BAB III PENUTUP……...……………………………………………………...
3.1.Kesimpulan……………………………….…………………………………
3.2.Penutup…………………………………….………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………….……………………………………...
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Di sepanjang sejarah umat manusia negara menjadi salah satu fenomena kehidupan umat
manusia. Di zaman sekarang konsep negara berkembang begitu pesatnya menjadi bentuk yang
paling sempurna dari sebelumnya yang sangat sederhana bentuknya. Bersamaan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan umat manusia negara terus menerus dijadikan objek perhatian dan
juga menjadi objek penelitian, disebabkan negara merupakan bentuk organisasi kehidupan
bersama dalam masyarakat.

Agama islam hanyalah satu, yaitu agama yang haq dari Allah SWT. Oleh karenanya tidaklah
mengherankan jika terdapat berbagai macam interpreatsi manusia tentang islam, termasuk
tentang masalah ekonomi dalam islam. Tetapi hal ini tidaklah mengurangi arti eksistensi dan
vitalitas islam. Justru merupakan keragaman yang digunakan untuk memperkokoh islam.

Tulisan berikut ini akan membahas tentang beberapa persamaan dan perbedaan para tokoh
ekonomi islam sebagai salah satu pengerak lokomotiv pembaharuan ekonomi Islam pada masa
kontemporer. Selain sebagai wisata intelektual, juga ingin mencoba menyelami kembali
pembaharuan-pembaharuan pemikiran yang dikeluarkannya, sehingga dapat dijadikan referensi
dalam menghadapi permasalahan-permasalahan ekonomi Islam dimasa depan.

Makalah ini saya tujukan khususnya untuk kalangan remaja, pelajar dan generasi muda yang
tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita semua mengenal beberapa pemikir
islam yang berperan dalam mengembangkan perekonomian islam dan berpengaruh dengan
perekonomian sekarang.

1.2 Tujuan Pembahasan


Dari sisi karakter dasar pemikiran ekonomi islam pada saat ini, secara garis besar terdapat
tiga mazhab ( corak pemikiran) utama yaitu : Mazhab Baqir AsSadr, Mazhab Mainstream,
Mazhab Alternatif-Kritis

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, untuk membatasi pembahasan, maka pertanyaan
penelitian yang dapat dibuat adalah:

1) Tiga Mazhab Pemikiran ekonomi islam


2) Perbedaan dan persamaan pemikiran mazhab ekonomi islam kontemporer

2. BAB II PEMBAHASAN

2.1. Tiga Mazhab pemikiran ekonomi islam

Dalam sejarah pemikiran ekonomi, kehadiran aliran atau mazhab ekonomi biasanya
bertujuan mengkritik, mengevaluasi atau mengoreksi aliran-aliran ekonomi sebelumnya yang
dinilai tidak mampu menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi. Dalam ekonomi
konevensional (umum), kita mengenal aliran ekonomi klasik, neoklasik, marxis, historis,
instituisonal, moneteris, dan lain sebagainya. Ilmu ekonomi Islam pun tidak luput dari aliran atau
mazhab-mahzab ekonomi.

1. Mazhab Baqir AsSadr

Mahzab ini dipelopolri Baqir as-Sadr dengan bukunya yang fenomenal "Iqtishaduna" (Our
Economics). Mazhab ini berpendapat ilmu ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan Islam.
Ekonomi tetap ekonomi dan Islam tetap Islam. Keduanya tidak pernah dapat disatukan karena
keduanya berasal dari fislosofi yang kontradiktif. Yang satu anti-Islam, yang lainnya Islam.

Menurut pandangan mereka, perbedaan filosofis ini berdampak pada perbedaan cara pandang
keduanya dalam melihat masalah ekonomi. Menurut ilmu ekonomi yang sudah kita kenal,
masalah ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak terbatas, sementara
sumber daya yang tersedia untuk memuaskan keinginan manusia jumlahnya terbatas. Mazhab
Baqir menolak pernyataan ini, karena menurut mereka Islam tidak mengenal adanya sumber
daya yang terbatas. Dalil yang dipakai adalah al-Quran. "Sesungguhnya telah kami ciptakan
segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepanya" (QS Al-Qomar [54]: 49).

Dengan demikian, karena segala sesuatunya sudah diukur dengan sempurna, sebenarnya
Allah telah memberikan sumber daya yang cukup bagi seluruh manusia di dunia. Pendapat
bahwa keinginan manusia itu tidak terbatas juga ditolak. Contoh, manusia akan berhenti minum
jika dahaganya sudah terpuaskan. Oleh karena itu, mazhab ini berkesimpulan bahwa keinginan
yang tidak terbatas itu tidak benar sebab pada kenyataannya keinginan manusia terbatas.

Selain itu, semua teori yang dikembangkan oleh ilmu ekonomi konvensional ditolak dan
dibuang. Sebagai gantinya, mazhab ini berusaha menyusun teori-teori baru dalam ekonomi yang
langsung digali dan direduksi dari Al-Quran dan As-Sunnah, meskipun kita belum melihat hasil
pengembangan teori ekonomi yang digali dari wahyu tersebut. Selain Muhammad Baqir as-Sadr,
tokoh-tokoh mazhab ini adalah Abbas Mirakhor, Baqir al-Hasani, Kadim as-Sadr, Iraj
Toutouchian, Hedayati, dan lainnya.

2. Mazhab Mainstream

Mazhab ini berbeda pendapat dengan mazhab baqir. Mazhab kedua ini justru setuju bahwa
masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan
manusia yang tidak terbatas.

Keterbatasan sumber daya memang ada, bahkan diakui pula oleh Islam. Dalil yang dipakai
adalah: "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar" (QS: Al-Baqarah [2]: 155). Sedangkan keinginan manusia yang tidak
terbatas dianggap sebagai hal alamiah. Dalilnya: "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu)" (QS: At-Takaastur [102]:1-3).

Dan sabda Nabi Muhammad Saw, bahwa manusia tidak akan pernah puas. Bila diberikan
emas satu lembah, ia akan meminta emas dua lembah. Bila diberikan dua lembah, ia akan
meminta tiga lembah, dan begitu seterusnya sampai ia masuk kubur. Pandangan mahzab ini
tentang masalah ekonomi hampir tidak ada bedanya dengan pandangan ekonomi konvensional.
Kelangkaan sumber dayalah yang menjadi penyebab munculnya masalah ekonomi. Perbedaan
mazhab mainstream dengan ekonomi konvensional terletak pada cara menyelesaikan masalah
tersebut.

Tokoh-tokoh mazhab ini di antaranya M. Umer Capra, M.A. Mannan, M. Nejatullah Siddiqi,
dan lainnya. Mayoritas dari mereka bekerja di Islamic Development Bank (IDB), yang memiliki
dukungan dana dan akses ke berbagai negara, sehingga penyebaran pemikirannya dapat
dilakukan dengan cepat dan mudah.

3. Mazhab Alternatif-Kritis

Pelopor mahzab ini adalah Timur Kuran (Ketua Jurusan Ekonomi University of Sourthen
California), Jomo (Yale, Cambridge, Harvad, Malaya), Muhammad Arif, dan lain-lain. Mazhab
ini mengkritik mazhab sebelumnya. Mazhab baqir dikirik sebagai mazhab yang berusaha
menemukan hal baru yang sebenarnya sudah ditemukan oleh orang lain. Menghancurkan teori
lama, kemudian menggantinya dengan teori baru. Sementara itu, mazhab mainstream dikritiknya
sebagai jiplakan dari ekonomi neoklasik (modern) yang menghilangkan variabel riba dan
memasukkan variabel zakat dan niat.

Mazhab ini adalah sebuah mazhab yang kritis. Mereka berpendapat bahwa analisis kritis
bukan hanya dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga terhadap ekonomi Islam
itu sendiri. Mereka yakin bahwa Islam pasti benar, tetapi ekonomi Islam belum tentu benar
karena ekonomi Islam adalah hasil tafsiran mansuia atas Al-Quran dan As-Sunnah sebagai
epistimologi ilmu ekonomi Islam, sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Proposisi dan teori
yang diajukan oleh ekonomi Islam harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana dilakukan
terhadap ekonomi konevsional.

2.2. Perbedaan dan persamaan pemikiran mazhab ekonomi islam


kontemporer

Secara asasnya, ketiga pemikiran itu mempunyai pebedaan yang besar di dalam pola
pemikiran. Mazhab Iqtishoduna (Baqir AsSadr) dikritik oleh pemikiran Mainstream. Manakala
aliran alternative-kritis mengkritik kedua-duanya. Secara jelas, kritikan dan komentar
menunjukkan perbedaan yang mengungguli berbanding persamaan. Akan tetapi, beberapa
persamaan antara pemikiran telah dikenal pasti.

a) Persamaan pemikiran 3 Mazhab Ekonomi Islam:


1) ketiga madzhab menyatakan sama-sama memakai pandangan tauhidi yang sama
menundukkan kegiatan-kegiatan ekonomi pada nilai keagamaan dan etika islam1
2) Sumber utama dalam setiap pemikiran dan kegiatan ekonomi mereka adalah Al-qur'an dan
Sunnah, namun mereka berbeda dalam ijtihad dan penafsiran2
3) Mereka juga setuju bahawa masalah-masalah ekonomi kontemporer membutuhkan
pemecahan baru melalui ijtihad sekalipun akan terjadi perbedaan pendapat mengenai siapa
yang memenuhi syarat untuk melakukan ijtihad
4) ketiga mazhab setuju dengan praktek zakat dan larangan riba
5) ketiga mazhab tersebut sama-sama mempunyai kritikan dan komentar yang mengungguli
hujjah masing-masing mazhab
b) Perbedaan pemikiran Tokoh 3 Mazhab ekonomi islam:
1) Prinsip dan pendapat
Mazhab Baqir assadr menolak pandangan ekonomi konvensional mengenai keinginan
manusia yang tak terbatas dengan sumber daya alam yang terbatas. Dengan menggunakan
dalil Q.S. Al-Qomar ayat 49 bahwasanya allah telah mengatur segala sesuatu dengan
ukuran yang sempurna. Sedangkan Mazhab Mainstream berpendapat bahwa masalah
ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang tak terbatas sedangkan sumber
daya alam yang tersedia terbatas sebagaimana pandangan ekonomi konvensional, dengan
menggunakan dalil Q.S. Al-Baqarah yang artinya "Dan sungguh akan kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar". Lain hal nya
dengan Mazhab Alternatif-kritis, mazhab ini merupakan mazhab yang kritis, mereka
berpendapat bahwa analisis kritis bukan hanya dilakukan terhadap sosialisme dan
kapitalisme saja, tetapi juga terhadap ekonomi islam itu sendiri.
2) Tanggung jawab ijtihad

1
Aslam haneef, Pemikiran ekonomi islam kontemporer : analisis komperatif terpilih,(Jakarta utara, PT Rajagrafindo
Persada, 2010 ) hal 156
2
Ibid
Pemikir madzhab iqtishoduna/baqir assadr menempatkan tanggung jawab ijtihad di tangan
para mujtahid atau ulama. Sedangkan Naqvi dan mannan menempatkan (sampai batas
tertentu) pada ahli ekonomi yang terdidik.
Melihat perbedaan tersebut apabila dilihat sekilas akan muncul persepsi bahwa pendapat
Naqvi dan Mannan merujuk pada pemberian urusan pada ahlinya. Karena seorang ulama
belum tentu faham perkara ekonomi. Namun, simpulan ini tidak pula dapat dibenarkan.
Karena bisa jadi ulama yang dimaksud baqr dan teleghani adalah ulama yang faham
perkara ekonomi pula. Mengingat basic keduanya bukan dari dunia ilmu ekonomi.
3) Konsep khilafah dan implikasi pada kepemilikan
Meski Mannan, shiddiqi dan Kahf mengakui hak masyarakat harus diutamakan di atas hak
individu (swasta) namun mereka tidak menafi-kan hak mereka dalam kepemilikan berikut
tanggung jawab atas harta pada pihak lain, yang akhirnya pada Allah Swt. Naqvi,
teleghani dan Sadr memandang kepemilikan kekayaan oleh umum dan individu sebagai
norma islami. Perbedaan dari kedua pendapat diatas adalah keluasan hak seseorang dalam
menggunakan sumber daya alam. Karena semua pemikir ekonomi islam sepakat bahwa
pemilik sebenarnya atas segalanya adalah Allah. Maka dalam mendapatkan harta serta
menggunakan hartanya harus sesuai koridor yang ditunjukan syari'ah.
4) Distribusi
Naqvin menuturkan perlunya pembatasan kekayaan swasta serta distribusi kekayaan awal
(initial wealth) atau sumber daya alam secara besar-besaran. Karena sumber daya alam itu
dimiliki oleh masyarakat dan individu hanya boleh memanfaatkannya sebatas kapasitas
keperluan (isn't loose control exploitation). Pemikir seperti Mannan, siddiqi tidak terlalu
membahas tentang hal ini. Sementara Teleghani dan Sadr memandang ditribusi di dalam
kendala etika dan khilafah manusia. Oleh karenanya sumber daya alam (terutama tanah)
harus didistribusikan kepada yang mau mengolahnya dan dengan demikian mendapatkan
hak atas itu.
Berkenaan Upah minimum pun terdapat perbedaan. Naqvi dengan pendapat
kontroversialnya menuturkan harus adanya kesamarataan pendapatan. Sedangkan Mannan
dan Shiddiqi berpendapat negara harus menyediakan kebutuhan dasar bagi masyarakat.
Juga mereka tidak menolak akan adanya perbedaan pendapatan karena adanya perbedaan
kemampuan. Namun mereka tidak menyetujui adanya ketimpangan yang besar dalam
pendapatan. Sehingga setiap islamic man harus menunaikan kewajibannya
mendistribusikan harta melalui zakat dan pajak. Setelah semua itu dilaksanakan, urusan
akan harta diserahkan pada si individu.
Teleghani dan Sadr berpendapat perlunya pemberian kebutuhan dasar bagi semua anggota
masyarakat dan daripada membahas cara-cara mengurangi pendapatan kaum kaya, mereka
melihat di dalam Islam keharusan mengurangi pengeluaran berlebihan atau pengeluaran
mubadzir.
Ada tiga perbedaan pendapat dalam masalah upah minimum atau pendapatan. Yang pada
intinya semua menginginkan tiadanya ketimpangan ekonomi diantara masyarakat. Meski
berbeda-beda pendapatnya.
5) Pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya
Naqvi berpendapat bahwa pemerintah bukan saja sebagai pengatur dan pengawas kegiatan
ekonomi, melainkan juga peserta langsung dalam produksi barang-barang modal dan
sampai batas tertentu pada barang konsumsi. Namun bukan berarti naqvi tetap
memberikan hak kepada masyarakat. Menurutnya ini sejalan dengan al-'adl wa al-ihsan.
Teleghan dan Sadr terlihat mengambil jarak dalam persoalan kekuatan pasar dan peranan
negara ini. Kedua ahli ini tidak mengutuk kekuatan itu sendiri, melainkan menolak untuk
menerima sistem pasar seperti yang dijumpai dalam sistem ekonomi kapitalis. Keduanya
mengomentari dan membandingkan kapitalisme dan sosialisme sebagai usaha untuk
menunjukkan suatu posisi tidak ke kiri maupun ke kanan. Negara mereka pandang suatu
wuujud kepercayaan Allah Swt. Jadi, mereka berdua itu mengusulkan suatu fungsi negara
yang lebih luas.

3. BAB III PENUTUP


Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga pemikiran itu mempunyai
perbedaan yang besar dalam pola pemikiran. Kritikan serta komentar menunjukan bahwa
setiap pendapat mempunyai keunggulan dalam pemikiranya. Akan tetapi, beberapa
persamaan dan perbedaan telah dikenal pasti yaitu mempunyai tujuan yang sama, mereka
menggunakan sumber yang sama dan larangan riba dan praktek zakat. Persamaan ini hanya
terdapat pada nilai fundamental sahaja. Adapun perbedaan mereka terdapat pada penafsiran
maupun prakteknya.
Penulis dalam hal ini menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan
dan kekurangan, maka dari itu saya minta kritik dan saran dari dosen pengampu mata kuliah
sejarah ekonomi dan perbankan islam.

Demikian Semoga Penjelasan dari kami untuk Materi ini dapat difahami, bermanfaat
juga berfaedah bagi kita semua. Dan semoga Kekurangan dari Materi dan Penjelasan dari
kami dapat dimaklumi.

DAFTAR PUSTAKA
Haneef, Aslam. (2010). Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer: Analisis
Terpilih. Jakarta Utara: Raja Grafindo Persada.

Amalia, Euis. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata


Publishing.

Manan, Abdul. (1997). Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Drs M. Nasangin,
Terjemahan) Yogyakarta: PT dana Bhakti Prima.

Aslam, H. (2010). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. tersedia dari:


khatafrekuensi.blogspot.com

Perbedaan dan Persamaan Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Kontemporer.


(2016) diakses: http://khattafrekuensi.blogspot.com/2016/07/perbedaan-dan-
persamaan-pemikiran-tokoh.html

Anda mungkin juga menyukai