A. Defenisi Stroke
kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak.
Secara sederhana stroke dapat didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya
suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke non hemoragik) ataupun perdarahan
(stroke hemoragik) (Junaidi, 2011).
B. Tujuan.
Menurut Potter dan Perry (2005) tujuan merubah posisi yaitu :
1. Mencegah nyeri otot
2. Mengurangi tekanan
3. Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah
4. Mencegah kontraktur otot
5. Mempertahankan tonus otot dan reflek
6. Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun keperawatan.
D. Penata Laksanaan.
1. Farmakologi
c. Masa protombin
d. Urinalisis (Padila, 2012)
E. Komplikasi
Menurut pudjiastuti (2011), pada pasin stroke berbaring lama dapat menyebabkan
masalah emosional dan fisik yaitu:
1. Bekuan darah
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan,
pembengkakan selain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang
terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.
2. Dekubitus
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit bila
memar ini tidak bisa dirawat bisa menjadi infeksi.
3. Pneumonia
4. Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini menyebabkan
cairan berkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan pneumonia.
F. Pengkajian
a. Identitas klien
1. Pasien (diisi lengkap): Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Status
perkawinan, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku Bangsa, Tanggal Masuk
RS, No CM.
2. Penanggungjawab (diisi lengkap): Nama, Umur, Alamat, Jenis Kelamin,
Agama, Pendidikan, Pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
2. Keluhan yang dirasakan pasien pada saat pengkajian.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien pada saat masuk rumah sakit.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh keluarga yang lain atau riwayat
penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi sensori
pemeriksaan 5 indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecap, perasa.
b) Sistem persyarafan
Bagaimana tingkat kesadarn, GCS, reflek bicara, pupil, orientasi
waktu dan tempat.
c) Sistem pernafasan
Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan nafas.
d) Sistem kardiovaskuler
Nilai tekanan darah, nadi dan irama, kualitas dan frekuensi.
e) Sistem gastrointestinal
Nilai kemampuan menelan, nafsu makan atau minum, peristaltik,
eliminasi.
f) Sistem integumen
Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien.
g) Sistem reproduksi
h) Sistem perkemihan
Nilai frekuensi BAK, dan Volime BAK.
d. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: pada pasien hipertensi terdapat
juga kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan.
2. Pola aktivitas dan latihan: pada pasien hipertensi terkadang mengalami atau
merasa lemas, pusing, kelelahan, kelemahan otot, dan kesadaran menurun.
3. Pola nutrisi dan metabolisme: pada pasien hipertensi terkadang
mengalami mual muntah
a. Pola eliminasi
b. Pola istirahat tidur
c. Pola kognitif perceptual
d. Pola persepsi dan konsep diri
e. Pola toleransi dan koping strees: biasanya mengalami strees psikologi
f. Pola seksual reproduktif
g. Pola hubungan peran
h. Pola nilai dan keyakinan.
G. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan intra
kranial.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energi dan
kelelahan.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
d. Resiko kerusakan integritas kuli berhubungan dengan imobilitas fisik.
H. Intervensi
Intervensi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nafas
menjadi efektif dengan kriteria hasil:
1. Tidak terpasang oksigen
2. Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
3. Pasien mempunyai irama dan kecepatan bernafas dalam batas normal
antara 16-24x/ menit.
Intervensi
(1) Monitor keadaan pernafasan
Rasional: untuk memastikan kepatenan jalan nafas
(2) Tinggikan kepala (posisi head up 300 ) Rasional: untuk memberi rasa
nyaman.
(3) Anjurkan pasien membatasi kegiatan Rasional: untuk mengurangi sesak
nafas
(4) Kolaborasi dalam pemberian oksigen
(5) Rasional: untuk membantu pasien dalam suplai oksigen
3. Pasien dapat menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi
Intervensi
(1) Berikan posisi yang nyaman
Rasional : untuk mencegah konraktur, merendahkan tekanan
(2) Berikan posisi tidur yang tepat
Rasional: mempertahankan posisi tegak ditempat tidur dan
mencegah terbentuknya dekubitus.
(3) Ubah posisi pasien tiap 2 jam
Rasional: mengurangi takanan dan mengubah posisi dengan
sering untuk mencegah dekubitus.
(4) Kolaborasi dengan fisioterapi
Rasional: untuk meningkatkan kekuatan otot.
b. Kerusakan integritas kuli berhubungan dengan imobilitas fisik.
NO TINDAKAN
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam
2 Memperkenalkan diri
3 Kontrak waktu
4 Menjelaskan tujuan tindakan
5 Menyiapkan alat ke dekat pasien
6 Mencuci tangan
B FASE KERJA
1 Menjaga privasi pasien
C FASE TERMINASI
1 Merapikan pasien
2 Melakukan evaluasi tindakan
3 Merapikan alat
4 Berpamitan
5 Mencuci tangan
K. Alat Ukur Evaluasi Dari Aplikasi Tindakan Berdasarkan Riset
Menurut Potter dan Perry (2005) sebagai hasil ukur yang ditetapkan dalam massase
adalah:
a. Baik : jika massase dilakukan sesuai standard luka decubitus tidak terjadi.
b. Cukup : jika massase dilakukan sesuai standart tapi tidak sesuai jadwal dan
luka decubitus tidak terjadi.
c. Kurang : jika massase dilakukan tidak sesuai standard luka dan
decubitus terjadi kurang satu minggu.
PRATIKUM 5
2. Advocad Klien
Perawat membantu klien dan keluarga :
a. Dalam menginter pretasikan berbagai informasi dari pely.Kes khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperaewatan yang diberikan kepada klien
dengan kasus kritis akibat dari gangguan dari berbagai sistem tubuh manusia.
b. Mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien dengan kasus penyakit kritis,
yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk mementukan nasipnya sendiri dan hak
untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Pendidik/ Edukator
4. Koordinator
5. Kolaborator
Perawat melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterafis, ahli giji dan lain-lain dengan berupaya mengeditifikasi pelayanan
keperawatan kritis yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Konsutan
Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi
tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
7. Peneliti
Perawat melakukan penelitian keperawatan dengan kasus kritis akibat gangguan dari
berbagai sistem tubuh manusia sebagai upaya peningkatan dan pengembangan ilmu
keperawatan yang berkesinambungan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi keperawatan.
B. FUNSI PERAWAT
1. Funsi Indevenden
2. Devenden
a. Perawat dalam melaksanakan tugasnya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.
a. Perawat kritis dalam memberikan askep klien tidak dapat bekerja sendiri namun
membutuhkan kerja sama dengan tim kesehatan lain ( Dokter, Ahli Gizi,
Fisioterapis, Dll)
PRETIKUM 6
1. Pengertian umum
Advokasi adalah usahan untuk memperbaharui kebijakan public melalui bermacam macam bentuk
komuniksai persuasive.
Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, ttp mencakup kegiatan persuasif
memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan tekanan pada pemimpin institusi
keperawatan.
2. Keperawatan
Advokasi perawat adalah perawat membela kepentingan klien dan membantu memahami semua
informasi (termasuk hak-hak pasien) dan upaya kesehatan. Yang doiberikan oleh tim kesehatan
baik secara tradisional maupun professional
Advokasi perawat kritis adalah perawat membela kepentingan klien membantu memahami semua
informasi (termasuk hak-hak pasien) dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan baik
secara tradisional maupun professional.
2. Sebagai mediator
Perawat menjembatangin komunikasi antara klien dengan kasus kritis akibat gangguan dari
berbagai sistem tubuh dengan tim kesehatan lain,termasuk mengkomunikasikan semua
pengobatan yang diterima pasien