Bahan baku obat atau BBO merupakan bahan baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar mutu sebagai bahan farmasi. Bahan baku obat terbagi dua: 1. Bahan Aktif Obat Tiap bahan atau campuran bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi dan apabila digunakan dalam pembuatan obat menjadi zat aktif obat tersebut. Bahan yang ditujukan untuk menciptakan khasiat farmakologi atau efek langsung lain dalam diagnosis, penyembuhan, peredaan, pengobatan atau pencegahan penyakit atau untuk memengaruhi struktur dan fungsi tubuh (1). 2. Bahan Tambahan Obat Bahan tambahan obat atau yang disebut juga dengan eksipien merupakan bahan tambahan atau pendukung dalam suatu formula sediaan, bersifat inert, dan tidak mempunyai efek farmakologis (2,3).
B. INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA
Industri farmasi sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 24 tahun 2017 merupakan badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat (2). Saat ini di Indonesia terdapat 11 perusahaan bahan baku obat dan 226 perusahaan farmasi. Sebanyak 90% kebutuhan obat berasal dari produksi dalam negeri sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia sudah mampu memenuhi kebutuhan obat secara mandiri. Hanya saja, industri farmasi di Indonesia masih sangat bergantung pada impor bahan baku. Hampir 96% bahan baku yang digunakan masih diperoleh dari impor. Hal ini berdampak pada fluktuasi ketersediaan dan harga obat jadi, menghambat perkembangan industri bahan baku obat lokal, dan berpotensi mendorong bangsa Indonesia menjadi bangsa yang konsumtif (4).
C. PENGEMBANGAN BAHAN BAKU OBAT DALAM NEGERI
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat merupakan komponen penting dan strategis dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin keamanan, mutu, dan manfaatnya dengan harga yang terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Obat memiliki peranan ganda yaitu peran sosial dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tetapi memiliki peran ekonomis yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa obat mempunyai peranan strategis yang mempengaruhi ketahanan nasional, oleh karena itu kemandirian dalam produksi obat-obatan harus diupayakan agar Indonesia tidak selalu tergantung dari negara lain. Oleh karena itu upaya untuk melakukan kemandirian bahan baku obat jangan hanya dilihat dari sudut ekonomi saja, karena pada tahap awal produksinya maka bahan baku dalam negeri mungkin saja lebih mahal dari bahan baku impor. Pengembangan bahan baku obat dalam negeri hendaknya juga dipandang sebagai suatu upaya untuk menjaga ketahanan nasional di bidang obat, karena akan sangat riskan bagi suatu negara sebesar Indonesia apabila kita tetap membiarkan ketergantungan industri farmasi dalam negeri terhadap bahan baku obat impor. Salah satu proses pengembangan bahan baku obat dalam negeri ialah melalui pemanfaatan sumber daya hayati Indonesia. Ada tiga stake holder utama yang memiliki peran sentral dalam pengembangan dan penyediaan bahan baku obat. Pertama, industri farmasi yang memiliki tanggung jawab dalam hal pengembangan bahan baku obat dalam negeri. Kedua, peneliti dan akademisi yang memiliki kapasitas untuk pengembangan bahan baku obat. Ketiga, pemerintah yang harus memiliki “political will” untuk melaksanakan peningkatan kemandirian bahan baku obat ini. Pemerintah harus memberikan insentif dan membuat kebijakan yang kondusif bagi industri untuk mengembangkan bahan baku obat, serta menciptakan berbagai skema pendanaan penelitian untuk mendorong kolaborasi riset antara peneliti dan industri. Pada saat ini ada beberapa pendapat untuk memasukkan lembaga pembiayaan keuangan seperti bank, koperasi, dan lain-lain sebagai salah satu stake holder penting dalam pengembangan industri bahan baku obat (4).
D. PILAR PENGEMBANGAN BAHAN BAKU OBAT
Skenario pengembangan Industri farmasi akan dilakukan secara bertahap dalam empat pilar fokus utama pengembangan bahan baku sediaan farmasi di bidang bahan baku obat kimia, natural, bioteknologi, dan vaksin (5). 1. Skenario Pengembangan Produk Bioteknologi Tabel 1. Skenario Pengembangan Produk Bioteknologi (5)
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Aneks 8 Pedoman Cara
Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 2009. h. 91. 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2017 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 2017. h. 5, 6. 3. Anwar, E. Eksipien dalam sediaan farmasi: karakterisasi dan aplikasi. Jakarta: Dian Rakyat; 2012. Penerbit Dian Rakyat: Jakarta. 4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengembangan Bahan Baku Obat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. h. 4, 5, 6, 7. 5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. h. 32-5.