Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk
mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain,
anak sebenarnya mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan
kepuasan dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan
halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberadaan
lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.
Dalam kenyataan sekarang ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak
tanpa disadari telah terpasung ditengah kesibukan orang tua. Namun
kegiatan bermain bebas sering menjadi kunci pembuka bagi gudang-
gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia. Bermain bagi anak
berguna untuk menjelajahi duniannya, dan mengembangkan
kompetensinya dalam usaha mengatasi duniannya dan mengembangkan
kreativitas anak. Fungsi bermain bagi anak usia dini dapat dijadikan
intervensi yang jika dilaksanakan dengan tepat, baik dilengkapi dengan
alat maupun tanpa alat akan sangat membantu perkembangan sosial,
emosional, kkognitif, dan afektif pada umumnya, dan mengembangkan
daya kreativitas anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bermain ?
2. Apa saja fungsi bermain bagi anak ?
3. Apa saja tujuan bermain bagi anak ?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi bermain ?
5. Apa saja klasifikasi bermain bagi anak ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bermain
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi bermain bagi anak
3. Untuk mengetahui apa saja tujuan beermain bagi anak
4. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi bermain
5. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi bermain bagi anak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain adalah cerminan kemampuan
fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media
yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata,
belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah :


“Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari
karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat
menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

B. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995).
1. Perkembangan sensoris-motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan
melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan
ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai
contoh bayi dapat dilakukan rangsangan  taktil,audio dan visual
melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan
meningkat.Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari
kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat

3
mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.Demikian juga
pendengaran,apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui
suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari anak lebih cepat
berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan beerinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu
anak untuk mengembangkan hubungan sodial dan belajar memecahkan
masalahdari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas
bermain, anak belajar eerinteraksi dengan teman, memahami bahsa
lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada
kelompomnya.
3. Perkeembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannyakedalam bentuk objek/kegiatan yang
dilakukanya.melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang suatu alat akan merangsang kreativitasnyauntuk semakin
berkembang.
4. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuanya dalam
mengatur tingkah laku, mengenal kemampuanya dan
membandingkannya dengan orang lain serta mennguji kemampuannya
dengan mencoba pera-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jka anak mengambil mainan
temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar
mengembangkan diri bahwa prilakunya menyakiti temannya.
5. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan gurunya. Dengan melakukan aktivitas
bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-

4
nilai tersebut sehingga dapat diterima dilingkungannya dan dapat
menyesuaikan diridengan aturan aturan kelompok yang ada
dilingkungannya. Melalui bermain anak juga akan belajar nilai moral
dan etika, belajar membedakan man yang benar dan mana yang salah,
serta bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.
Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yanag tidak
baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah
membelajarkan anak untukbertanggung jaawab terhadap tindakan dan
barang yang dimilikinya.
6. Bermaian sebagai terapi
Pada saat dirawat dirumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi Yng dialami anak karna menghadapi beberapa stresor
yang ada dilingkungan rumah sakit. Untk itu, dengan bermain anak
akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karna dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnyapada
permainan dan reaksi melalui kesenangannya melakukan permainan.

C. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.    Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada
saat sakit. Karna pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak
dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga
kesinambungannya.
2.    Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Seperti yang telah di uraikan diatas pada saat sakit dan dirawat di rumah
sakit, anak mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan. Pada anak yang belum dapat mengekspresikannya.

5
3.    Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi, fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. Pada saat
melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada masalah dalam
konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin
tertantang untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.
4.    Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
dirawat di rumah sakit. Stress yang dialami anak dirawat di rumah sakit
tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga yang dialami orang tua.
Untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang
tua untuk dapat beradaptasi dengan stressor yang dialaminya di rumah
sakit secara efektif. Permainan adalah media yang efektif untuk
beradaptasi karena telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut,
nyeri dan marah.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


Ada lima faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak yaitu:
1. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak adalah yang sesuai
dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.tentunya
permainan anak usia bayi tidak llagi efektif untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak usia sekolah. Karna padda dasarnya permainan
adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan
demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan
jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak,
2. Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktivitas bermain dibutuhkan energi. Walaupun
demikian, anak yang sakit tidak perlu bermain. Kebutuhan bermain
pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa.
Yang terpentingpada saat kondisi anak menurun atau terkena sakit,
bahkan dirawat dirumah sakit, orang tua harus jeli memilihkan

6
permaina yang yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip
bermain pada anak yang sedaang dirawat dirumah sakit.

3. Jenis kelamin anak


Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis
kelamin laki-laki atau perempuan. Semua allat permainan dapat
digunakan oleh anak laki-laki atau perempuan untuk mengembangkan
daya pikir, imajinasi, kreativitas, dan kemampuan sosial anak. Akan
tetapi, ada pebdapat yang meyakini bahwa permainan adalah salah satu
alat untuk membantuanak mengenal identitas diri sehingga sebai alat
permainan anak perempuan tidak dianjurkan digunakan oleh anak laki
laki.
4. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan fisik sekitar rumah lebih banyak mempengaruhi ruang
gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan motorik. Lingkungan
rumah yang cukup luas untuk beermain memungkinkan anak mempun
yai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, berlari, melompat, dan
bermain denngan teman sekelompoknya.

E. Klasifikasi Bermain
Berdasarkan isi permainan
1. Social affective paly
Inti perminan ini adalah hubungan intrapersonal yang
menyenangkan antara anak dengan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hububgab yang
menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain. Permainan yang
biasa dilakukan adalah “ciluk ba”, berbicara sambil tersenyum atau
tertawa . bayi akan mencoba terhadap tingkah orang tuanya atau
dengan orang lain tersehut dengan tersenyum, tertawa atau mengoceh.
2. Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan

7
menggunakan pasir, anak akan membut gunung-gunnungan atau
benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya dengn pasir. Bisa juga
dengan mengguynakan air anak akan melakukan macam-macam
permainan,misalnya memindahkan air kebotol, bak, atau tempat lain.
Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin lama semakin asyik
bersentuhan dengan alat permainan ini sehingga susah dihentikan.
3. Skill play
Sesuai dengan sebutannya, perminan ini akan meningkatkan
keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi
akan terampil memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari
satu tempat ketempat lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi,
keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang dilakukan. Semakin sering melakukannya, anak akan
semakin terampil.
4. Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan
alat tertentu dan menggunkan perhitungan atau skor. Permainan ini
bisa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Contoh dari
games atau permainan misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan
lain lain.
5. Unoccupioed behaviour
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau
apasaja yang ada disekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak
memainkan alat permainan terentu, dan situasi atau objek yang ada
disekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak tampak
senang, gembira, dan asyik dengan situasiserta lingkunag tersebut.
6. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya,pada permainan ini anak memainkan
peran sebagai orang lain melalui permainannya.Anak berceloteh
sambil berpakaian meniru orang dewasa,misalnya ibu
guru,ibunya,ayahnya,kakaknya,dan sebagainya yang ingin dia

8
tiru.Apabila anak bermain dengan temannya,akan terjadi percakapan di
antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru.Permainan ini
penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.
Berdasarkan Karakter sosial
Berdasarkan karakter sosialnya, ada lima jenis permainan ,yaitu
onlooker play,solitary play,parallel play,assiciative play, dan cooperative
play.
1. Onlooker play
Pada jenis permainan ini,anak hanya mengamati temannya yang
sedang bermain,tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan.Jadi,anak tersebut bersifat pasif,tetapi ada proses
pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukannya temannya.
2. Solitary play
Pada permainan ini anak tampak berada dalam kelompok
permainan,tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang
dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan
yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupum komunikasi
dengan teman sepermainannya.
3. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu
sama lain sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada
sosialosasi satu sama lain. Biasannya permainan ini dilakukan oleh anak
usia todler.
4. Associative play
Pada permainan ini sudahterjadi komunikasi antara satu anak
dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau
yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh
permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain huja hujanan, dan
bermain masak masakan.
5. Cooperative play

9
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang
memimpin permainan mengatur dan mebgarahkan anggotannya untuk
bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan
dalam permainan tersebaut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada
anak yang memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh
anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu
memenangkan permainan dengan memasukan bola kegawang lawang
mainnya.

Berdasarkan kelompok usia anak


Apabila ditunjau dari kelompok usia anak jenis permainan dapat dibagi
menjadi permainan untuk bayi, todler, prasekolah, sekolah, dan anak usia
remaja.
1. Anak usia bayi
Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0-3 bulan,
4-6 bulan, 7-9 bulan. Karekterestik permainan anak usia bayi adalah
sense of pleasure play.
Bayi usia 0-3 bulan karakteristik khas permainan bagi usia bayi
adalah adanya interaksi sosial yang menyenangkan antara bayi dan
orang tua dan/atau orang dewasa sekitarnya. Selain itu, perasaan senang
juga menjadi ciri khas dari permainan untuk bayi usia dini. Alat
permainan yang digunakan misalnya mainan gantung yang berwarna
terang dengan bunyi musik yang menarik. Dari permainan tersebut,
secara visual bayi diberi objek yang berwarna terang dengan tujuan
menstimulasi penglihatannya. Oleh karena itu, bayi harus ditidurkan
atau diletakkan pada posisi yang memungkinkan agar dapat
memandang bebas ke sekelilingnya. Secara auditori ajak bayi berbicara,
beri kesempatan untuk mendengar pembicaraan, musik, dan nyanyian
yang menyenangkan.
Bayi usia 4-6 bulan. Untuk menstimulasi penglihatan, dapat
dilakukan permainan, seperti mengajak bayi menonton TV, memberi

10
mainan yang mudah dipegangnya dan berwarna terang, serta dapat pula
dengan cara memberi cermin dan meletakkan bayi di depannya,
sehingga memungkinkan bayi dapat melihat bayangan dicermin.
Stimulasi pendengaran dapat dilakukan dengan cara selalu
membiasakan memanggil namanya, mengulangi suara yang
dikeluarkannya, dan sering berbicara dengan bayi, serta meletakan
mainan mainan yang berbunyi didekat telinganya. Untuk stimulasi
taktil, berikan mainan yang dapat digenggamnya,lembut, dan lentur,
atau pada saat memandikannya, biarkan bayi bermain air di dalam bak
mandinya.
Bayi usia 7-9 bulan. Untuk stimulasi penglihatan, dapat dilakukan
dengan memberikan mainan yang berwarna terang, atau berikan
kepadanya kertas dan alat tulis, biarkan dia mencoret coret sesuai
keinginanya. Stimulasi pendengaran dapat dilakukan dengan memberi
bayi boneka yang berbunyi, mainan yang bisa dipegang dan berbunyi
jika digerakkan. Untuk itu, alat permainan yang dapat diberikan pada
bayi, misalkan buku dengan warna yang terang dan mencolok, gelas
dan sendok yang tidak pecah, bola yang besar, berbagai macam boneka,
dan/atau minum yang dapat didorong.
2. Anak usia todler (>1 Tahun sampai 3 tahun)
Anak usia todler seperti menunjukan karakteristik yang khas, yaitu
banyak bergerak, tidak bisa diam, dan mulai mengembangkan otonomi
dan kemampuanya untuk dapat mandiri. Oleh karna itu, sering sekali
mainanya dibongkar pasang, bahkan dirusaknya.untuk itu harus
diperhatikan keamanaan dan keselamatan anak dengan cara tidak
memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan pelukaan.
Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak
melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan
pada usia 2 sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan
secara paralel karna sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya
walaupun belum begitu jelas karn kemampuan berbahasanya belum
begitu lancar. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka,

11
kereta api, truk, sepeda roda tiga, alat masak, alat menggambar, bola ,
pasir, tanah liat, dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda
macam-macam.
3. Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)
Pada usia ini anak sudah lebih aktif, kreatif, dan imajinatif.
Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan
temannya semakin meningkat.
Anak melakukukan permainan bersama-sama dengan temannya
denagan berkomunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasannya.
Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tertantu yang
diidentifikasinya, seperti ayah, ibu, dan bapak atau ibu gurunya.
Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill play) banyak
dipilih anak usia prasekolah. Jenis alat permainan yang tepat diberikan
pada anak, misalnya sepeda, mobil mobilan, alat olahraga, berenng, dan
permainan balok-balok besar.
4. Anak usia sekolah (6 sampai 12 tahun)
Kemampuan sosial anak sekolah semakin meningkat. Mereka lebih
mampu bekerja sama dengan teman sepermainannya. Sering kali
pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar mengengal norma baik
atau buruk. Sisi lain manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah
mengembangkan kemampuannya untuk bersaing secara sehat.
Bagaimana anak dapat menerima kelebihan orang lain melalui
permainan yang ditunjukkannya.
Karestiristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan
menurut jenis kelaminnya. Anak laki laki lebih tepat jika diberikan
mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan
kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki laki, misalnya
mobil mobilan. Anak perempuan lenih tepat diberikan permainan yang
dapat mensitumalisinya untuk mengembangkan perasaan, pemikiran,
dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan,
misalnya alat untuk memasak dan boneka.

12
5. Anak usia remaja (13 sampai 18 tahun)
Anak remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu di sisi akan
meninggalkan masa kanak-kanak dan di sisi lain masuk pada usia
dewasa dan bertindak sebagai individu. Dikatakan bahwa anak remaja
akan mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses melewatinya,
anak akan mencari kompensasi pada hal yang berbahaya, seperti
mengonsumsi obat obatan terlarang, minuman keras, atau seks bebas.
Anak sering kali menyendiri,berkhayal, atau melamun, di sisi lain
mereka mempunayigeng sesama anak remaja. Di sini pentingnya
keberadaan orang tua sebagai teman bicara, dan sebagai orang tua yang
mengetahui kebutuhan mereka.
Melihat karekteristik anak remaja demikian, mereka perlu mengisi
kegiatan yang konstruktif, misalkan dengan melakukan permainan
berbagai macam olahraga, mendengarkan atau bermain musik serta
melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif, seperti kelompok
basket, sepak bola, karang taruna, dan lain-lain. Kegiatan bermain bagi
anak remaja meningkatkan perkembangan fisioemosional, tetapi juga
kearah menyalurkan minat,bakat, dan aspirasi serta membantu remaja
untuk menemukan identitas pribadinya. Alat permainan yang tepat bisa
berupa berbagai macam alat olahraga, alat musik, dan alat gambar atau
lukis.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena
bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan
stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri
dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan
kesejahteraan mental serta sosial anak. Fungsi utama bermain adalah
merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial,
perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan
moral dan bermain sebagai terapi. Dalam bermain kita mengenal beberapa
sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat
demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda, dikatakan
bermain aktif  jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu
memberikan rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat
bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan respons secara
pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang memberikan respons
secara aktif. Bermain juga menyediakan kebebasan untuk
mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap
stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang
tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian
diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif,
regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani
perawatan di rumah sakit.
B. Saran
setelah mempelajari materi di atas diharapkan seluruh mahasiswa
memahami tentang definisi bermain, fungsi bermain bagi perkembangan
anak, kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak dan terapi
bermain pada anak yang dihospitalisasi. Berharap dengan adanya makalah
ini kami serta teman – teman semua menjadi lebih paham dan mendapat
ilmu dari membaca makalah ini. 

14
DAFTAR PUSTAKA

Supartini, Yupi.2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak . Jakarta : EGC

http://santikaputrii.blogspot.com/2014/11/konsep-bermain-pada-anak.html

15

Anda mungkin juga menyukai