Anda di halaman 1dari 45

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN


BUDI PEKERTI
KELAS /SEMESTER : X/ GANJIL
PENYUSUN :

SMAN 1 SUKAPURA
JL.PASAR SAYUR 47-A SUKAPURA
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)
Pengembangan IPK
Sekolah : SMA Negeri I Sukapura
hingga mencapai KD dan
Mata pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : X/ I HOTS
Alokasi Waktu : 15 JP ( 5 pertemuan)

A. KompetensiInti, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pencapaian Kompetensi;

Kompetensi Inti
Sikap
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Pengetahuan

KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pegetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan


rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah

Keterampilan
KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan

    Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

1.1.1 Peserta didik menerima materi Yajň a


Menghayati nilai-nilai Yajň a yang
1.1 Peserta didik menjalankan nilai-nilai Yajň a sesuai
terkandung dalam kitab Rā mā yaṇ a 1.1.2
susastra Hindu.
Peserta didik melaksanakan sikap tanggung jawab
Menghayati sikap bertanggung 2.1.1
yang terkandung dalam kitab Rā mā yaṇ a.
jawab terhadap nilai-nilai Yajň a
2.1
yang terkandung dalam kitab Peserta didik melaksanakan sikap Gotong royong
Rā mā yaṇ a 2.1.2
yang terkandung dalam kitab Rā mā yaṇ a.
3.1 Memahami hakekat dan nilai- Menjelaskan hakekat dan nilai-nilai Yajň a yang
nilai Yajň a yang terkandung 3.1.1
terkandung dalam kitab Rā mā yaṇ a.
dalam kitab Rā mā yaṇ a
3.1.2 Menyebutkan bagian-bagian Yajň a.

3.1.3 Menguraikan pengertian bagian-bagian Yajň a


3.1.4

Mengaitkan nilai – nilai Yajň a dalam Rā mā yaṇ a


dengan fenomena yang terjadi di masyarakat
Menyesuaikan ajaran Yajň a dalam konteks
4.1.1
kehidupan saat ini

Mendemonstrasikan ajaran Yajň a dalam tatanan


Menyajikan nilai-nilai 4.1.2
kehidupan
4.1 pelaksanaan Yajň a menurut kitab
Rā mā yaṇ a dalam kehidupan
Mempraktikkan pelaksanaan panca yajň a yang
4.1.3
terdapat dalam ceritera Rā mā yaṇ a

B. Tujuan Pembelajaran:
Melalui penanaman sradha/keimanan, pemberian contoh dan memotivasi, ceramah,
tanyajawab, diskusi dan presentasi, peserta didik dapat menghayati nilai – nilai yajň a dan
mengembangkan sikap bertanggung jawab, taat sembahyang dan berdoa yang terkandung
dalam Rā mā yaṇ a, pengertian yajň a, Menyebutkan bagian-bagian yajň a, bentuk-bentuk
pelaksanaan yajň a peserta didik dapat mempraktikkan nilai – nilai yajň a tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

C. Materi
1. Pengertian Yajň a (Terlampir)
2. Pembagian Yajň a (Terlampir)
3. Bentuk-bentuk Pelaksanaan Yajň a dalam kehidupan sehari-hari (Terlampir)
4. Ringkasan cerita Rā mā yaṇ a (Terlampir)
5. Nilai – nilai Yajň a dalam Cerita Rā mā yaṇ a (Terlampir)

D. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran


Pendekatan : Saintifik
Metode : ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab, persentasi, penugasan
Model Pembelajaran : Pembelajaran Berbasis Masalah & Investigasi Kelompok
E. Media/Alat
Media/Alat: Lembar Kerja, Papan Tulis/White Board, LCD, Laptop, Video
F. Sumber Belajar :
 Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X, Kementerian dan
Kebudayaan Revisi Tahun 2016.
 Internet : https://drive.google.com/drive/folders/0B30PF2KAFuMgaFd5a05CU0tLbE0
 Buku/ sumber lain yang relevan.

A. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (@3 ×45 menit)
Pendahuluan (15 menit)
1. memberi salam, Om Swastyastu, dan mengajak siswa melakukan Puja Tri Sandhya
(Religius)
2. Mengabsen siswa dan mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
3. Mengkondisikan suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui menyanyikan
lagu wajib nasinal/daerah (Nasionalis)
4. Menanamkan pendidikan karakter dan pembiasaan kepada siswa, mengecek
kebersihan kelas dan sekitarnya, dan mencek kelengkapan atribut sekolah.
(integritas)
5. Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya
berkaitan dengan materi nilai-nilai Yajň a
6. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari berkaitan dengan materi nilai-nilai Yajň a
7. Menyampaikan garis besar cakupan materi nilai-nilai Yajň a dalam Rā mā yaṇ a dan
kegiatan yang akan dilakukan;
Menyampaikan metode pembelajaran dan teknik penilaian yang akan digunakan
saat membahas materi Yajň a
Critical Thinking
Kegiatan Inti (100menit)
a) Mengidentifikasi topik.
Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain dalam suatu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Literasi dalam pembelajaran dan pemahaman konsep

1. Peserta didik membaca buku teks pelajaran materi tentang Yajň a (LITERASI).
2. Peserta didik mendengarkan penjelasan singkat tentang pengertian dan bagian-
bagian dari Yajň a.
3. Peserta didik diminta mengamati fenomena dimasyarakat berkaitan dengan siklus
Yajň a di lingkungannya lalu mengaikatnnya dengan tema pembelajaran yang akan
dilaksanakan tentang ajaran Yajň a yaitu Korban suci yang tulus iklas.
b) Merencanakan Penelitian
Peserta didik memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain. Memiliki
empati dan menghormati perspektif berbeda. Mampu berkompromi dengan anggota yang
lain dalam kelompok demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

pendidik mengarahkan peserta didik membentuk kelompok dan berdiskusi dengan


rekan sekelompok untuk merencanakan penelitian berkaitan dengan permasalahan
yang disajikan. Peserta didik dapat bertanya kepada pendidik seandainya ada yang
belum dipahami. Masing-masing ketua kelompok melaporkan rencana penelitian
kelompoknya kepada pendidik.
Collaboration, Communication & Creativity

c) Implementasi Penelitian (Investigasi)


Peserta didik memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok, kecakapan
berkomunikasi serta kreatifitas dalam mengembangkan gagasan.
Literasi dalam pembelajaran ketika peserta didik mencari informasi dari topik yang
dikaji.

Berdasarkan rencana masing-masing kelompok, peserta didik mencari informasi dan


bahan referensi dari berbagi sumber seperti wawancara dengan tokoh yang dianggap
relevan dengan topik penelitian, studi pustaka ataupun melalui sumber internet
untuk dapat menjawab permasalahan yang berkaitan dengan nilai-nilai Yajň adalam
Agama Hindu. Collaboration, Critical Thinking
& Creativity
d) Menganalisis Hasil Penelitian dan Menyiapkan Laporan
Peserta didik memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok, pemikiran kritis serta
kreatifitas dalam menganalisa informasi atau data.Literasi dalam pembelajaran ketika
peserta didik mengolah informasi dari topik yang dikaji.
Masing-masing kelompok peserta didik bekerja sama menganalisis informasi/data
yang diperoleh dan mempersiapkan laporan yang akan di presentasikan pada
pertemuan berikutnya. Communication& Critical Thinking
e) Mempresentasikan hasil Penelitian.
Peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan hasil
penelitian serta meiliki pemikiran kritis dalam Menyusun dan mengungkapkan,
menganalisa, dan menyelesaikan suatu masalah.
Literasi dalam pembelajaran ketika peserta didik mengolah informasi dari kelompok lain
dan memberikan tanggapan.
Pendidikan karakter dapat ditanamkan dengan menghargai pendapat, kritk dan saran dari
kelompok lain

Pendidik meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil penelitian yang


telah dilakukan di depan kelas, dan kelompok lain memberikan tanggapan dengan
mengajukan pertanyaan ataupun memberikan masukan.
Critical Thinking
f) Membuat kesimpulan bersama tentang siklus kehidupan manusia yang dikaitkan
dengan materi Yajň a
Peserta didik memiliki kemampuan menyimpulkan dari koneksi antara informasi dan
argument yang diperoleh

g) Evaluasi/ tes akhir materi Yajň a(pengertian dan bagian-bagianYajň a)

Penutup (20 menit)


1. Memfasilitasi dalam menemukan kesimpulan tentang materi Yajň amelalui reviu
indikator yang hendak dicapai pada hari itu.
2. Meminta beberapa peserta didik untuk mengungkapkan manfaat mengetahui ajaran
Yajň a
3. Memberikan penghargaan (pujian) terhadap hasil presentasi dan diskusi siswa
yang baik, dan mengingatkan kelompok yang kurang serius.
4. Memberikan tugas kepada peserta didik, dan mengingatkan peserta didik untuk
mempelajari materi yang akan dibahas dipertemuan berikutnya maupun
mempersiapkan diri menghadapi tes/ evaluasi akhir di pertemuan berikutnya
(kegiatan ini dilakukan di pertemuan ke-1).
5. Melakukan penilaian untuk mengetahui tingkat ketercapaian indikator (kegiatan ini
dilakukan di pertemuan ke-2).
6. Diakhiri dengan doa dan mengucapkan salam Paramasantih

Pertemuan 2 (@3 ×45 menit)

Pendahuluan (15 menit)


8. memberi salam, Om Swastyastu, dan mengajak siswa melakukan Puja Tri Sandhya
(Religius)
9. Mengabsen siswa dan mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
10. Mengkondisikan suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui menyanyikan
lagu wajib nasinal/daerah (Nasionalis)
11. Menanamkan pendidikan karakter dan pembiasaan kepada siswa, mengecek
kebersihan kelas dan sekitarnya, dan mencek kelengkapan atribut sekolah.
(integritas)
12. Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya
berkaitan dengan materi nilai-nilai Yajň a
13. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari berkaitan dengan materi nilai-nilai Yajň a
14. Menyampaikan garis besar cakupan materi nilai-nilai Yajň a dalam Rā mā yaṇ a dan
kegiatan yang akan dilakukan;
Menyampaikan metode pembelajaran dan teknik penilaian yang akan digunakan
saat membahas materi Yajň a

Kegiatan Inti (100menit) Critical Thinking


h) Mengidentifikasi topik.
Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain dalam suatu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Literasi dalam pembelajaran dan pemahaman konsep

1. Peserta didik contoh bahan pengamatan berupa gambar atau video tentang Yajň a
atau contoh upakara Yajň a di masyarakat.
2. Fenomena apa yang dapat kalian temukan di masyarakat tentang upakara Yajň a
dalam masyarakat berAgama Hindu ?

i) Merencanakan Penelitian
Peserta didik memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain. Memiliki
empati dan menghormati perspektif berbeda. Mampu berkompromi dengan anggota yang
lain dalam kelompok demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

pendidik mengarahkan peserta didik membentuk kelompok dan berdiskusi dengan


rekan sekelompok untuk merencanakan penelitian berkaitan dengan permasalahan
yang disajikan. Peserta didik dapat bertanya kepada pendidik seandainya ada yang
belum dipahami. Masing-masing ketua kelompok melaporkan rencana penelitian
kelompoknya kepada pendidik. Collaboration, Communication & Creativity

j) Implementasi Penelitian (Investigasi)


Peserta didik memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok, kecakapan
berkomunikasi serta kreatifitas dalam mengembangkan gagasan.
Literasi dalam pembelajaran ketika peserta didik mencari informasi dari topik yang
dikaji.

Berdasarkan rencana masing-masing kelompok, peserta didik mencari informasi dan


bahan referensi dari berbagi sumber seperti wawancara dengan tokoh yang dianggap
relevan dengan topik penelitian, studi pustaka ataupun melalui sumber internet
untuk dapat menjawab permasalahan yang berkaitan dengan nilai-nilai Yajň adalam
Agama Hindu.
Collaboration, Critical Thinking & Creativity

k) Menganalisis Hasil Penelitian dan Menyiapkan Laporan


Peserta didik memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok, pemikiran kritis serta
kreatifitas dalam menganalisa informasi atau data.Literasi dalam pembelajaran ketika
peserta didik mengolah informasi dari topik yang dikaji.

Masing-masing kelompok peserta didik bekerja sama menganalisis informasi/data


yang diperoleh dan mempersiapkan laporan yang akan di presentasikan pada
pertemuan berikutnya.

Communication& Critical Thinking

l) Mempresentasikan hasil Penelitian.


Peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan hasil
penelitian serta meiliki pemikiran kritis dalam Menyusun dan mengungkapkan,
menganalisa, dan menyelesaikan suatu masalah.
Literasi dalam pembelajaran ketika peserta didik mengolah informasi dari kelompok lain
dan memberikan tanggapan.
Pendidikan karakter dapat ditanamkan dengan menghargai pendapat, kritk dan saran dari
kelompok lain

Pendidik meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil penelitian yang


telah dilakukan di depan kelas, dan kelompok lain memberikan tanggapan dengan
mengajukan pertanyaan ataupun memberikan masukan.
Critical Thinking

m) Membuat kesimpulan bersama tentang siklus kehidupan manusia yang dikaitkan


dengan materi Yajň a
Peserta didik memiliki kemampuan menyimpulkan dari koneksi antara informasi dan
argument yang diperoleh

n) Evaluasi/ tes akhir materi Yajň a(pengertian dan bagian-bagianYajň a)

Penutup (20 menit)


7. Memfasilitasi dalam menemukan kesimpulan tentang materi Yajň amelalui reviu
indikator yang hendak dicapai pada hari itu.
8. Meminta beberapa peserta didik untuk mengungkapkan manfaat mengetahui ajaran
Yajň a
9. Memberikan penghargaan (pujian) terhadap hasil presentasi dan diskusi siswa
yang baik, dan mengingatkan kelompok yang kurang serius.
10. Memberikan tugas kepada peserta didik, dan mengingatkan peserta didik untuk
mempelajari materi yang akan dibahas dipertemuan berikutnya maupun
mempersiapkan diri menghadapi tes/ evaluasi akhir di pertemuan berikutnya
(kegiatan ini dilakukan di pertemuan ke-2).
11. Melakukan penilaian untuk mengetahui tingkat ketercapaian indikator (kegiatan ini
dilakukan di pertemuan ke-3).
12. Diakhiri dengan doa dan mengucapkan salam Paramasantih

Pertemuan 3 (@3 ×45 menit)


Pendahuluan (20 menit)
1. Memberi salam, Om Swastyastu, dan mengajak siswa melakukan Puja Tri Sandhya
2. Mengabsen siswa dan mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
3. Menanamkan pendidikan karakter dan pembiasaan kepada siswa, mengecek
kebersihan kelas dan sekitarnya, dan mencek kelengkapan atribut sekolah.
4. Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya
berkaitan dengan materi Yajň a.
5. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari berkaitan dengan materi kewajiban masing-masing Yajň a;
6. Menyampaikan garis besar cakupan materi Yajň adan kegiatan yang akan dilakukan;
7. Menyampaikan metode pembelajaran dan teknik penilaian yang akan digunakan saat
membahas materi Yajň a.
Critical Thinking
Kegiatan Inti (90 menit)
a. Mengidentifikasi Topik

Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain dalam suatu mata
pelajaran dengan fenomena di masyarakatLiterasi dalam pembelajaran dan pemahaman
konsep

Setelah memahami pengertian dan bagian-bagian Yajň a, pendidik membangun


pemikiran kritis peserta didik tentang kewajiban dari masing-masing bagian Yajň a.
Pendidik dapat memberikan Bahan pengamatan berupa gambar atau video tentang
pelaksanaan ritual Yajň a.
Apa permasalahan hidup yang mungkin akan dihadapi terhadap penyimpangan dari
penerapan ajaran Yajň adi Masyarakat.

Collaboration
2. Merencanakan Penelitian
Peserta didik memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain. Memiliki
empati dan menghormati perspektif berbeda. Mampu berkompromi dengan anggota yang
lain dalam kelompok demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Penanaman
pendidikan karakter)

Pendidik mengarahkan peserta didik membentuk kelompok dan berdiskusi dengan


rekan sekelompok untuk merencanakan penelitian berkaitan dengan permasalahan
yang disajikan. Peserta didik dapat bertanya kepada pendidik seandainya ada yang
belum dipahami. Masing-masing ketua kelompok melaporkan rencana penelitian
kelompoknya kepada pendidik.
Collaboration , Communication & Creativity

3. Implementasi Penelitian (Investigasi)

Peserta didik memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok, kecakapan


berkomunikasi serta kreatifitas dalam mengembangkan gagasan.Literasi dalam
pembelajaran ketika peserta didik mencari informasi dari topik yang dikaji.

Berdasarkan rencana masing-masng kelompok, peserta didik mencari informasi dan


bahan referensi dari berbagi sumber seperti wawancara dengan tokoh yang dianggap
relevan dengan topik penelitian, studi pustaka ataupun melalui sumber internet
untuk dapat menjawab permasalahan terhadap penyimpangan penerapan ajaran
dalam kehidupan masyarakat dan kewajiban dari masing-masing jenjang dari ajaran
Yajň a.

Collaboration , Critical Thinking & Creativity


4. Menganalisis Hasil Penelitian dan Menyiapkan Laporan
Peserta didik memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok, pemikiran kritis serta
kreatifitas dalam menganalisa informasi atau data.
Literasi dalam pembelajaran ketika peserta didik mengolah informasi dari topik yang
dikaji.

Masing-masing kelompok peserta didik menganalisis informasi/data yang diperoleh


dan mempersiapkan laporan yang akan di presentasikan pada pertemuan berikutnya.

Critical Thinking & Creativity

5. Mempresentasikan hasil Penelitian.


Peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan hasil
penelitian serta meiliki pemikiran kritis dalam Menyusun dan mengungkapkan,
menganalisa, dan menyelesaikan suatu masalah.Literasi dalam pembelajaran ketika
peserta didik mengolah informasi dari kelompok lain dan memberikan tanggapan.Mampu
memiliki rasa empati dan menghormati perspektif berbeda (PPK)

Pendidik meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil penelitian yang


telah dilakukan di depan kelas, dan kelompok lain memberikan tanggapan dengan
mengajukan pertanyaan ataupun memberikan saran atau masukkan.
Critical Thinking

6. Membuat kesimpulan bersama tentang kewajiban dari masing-masing jenjang dalam


ajaran Yajň a,
Peserta didik memiliki kemampuan menyimpulkan dari koneksi antara informasi dan
argument yang diperoleh

7. Evaluasi/ tes akhir materi Yajň a,(pengertian dan bagian-bagian Yajň a)

Penutup (25 menit)


1. Memfasilitasi dalam menemukan kesimpulan tentang materi Yajň amelalui reviu
indikator yang hendak dicapai pada hari itu.
2. Meminta beberapa peserta didik untuk mengungkapkan manfaat mengetahui ajaran
Yajň aMemberikan penghargaan (pujian) terhadap hasil presentasi dan diskusi siswa
yang baik, dan mengingatkan kelompok yang kurang serius.
3. Memberikan tugas kepada peserta didik, dan mengingatkan peserta didik untuk
mempelajari materi yang akan dibahas dipertemuan berikutnya maupun
mempersiapkan diri menghadapi tes/ evaluasi akhir.
4. Melakukan penilaian untuk mengetahui tingkat ketercapaian indikator.
5. Diakhiri dengan doa dan mengucapkan salam Paramasantih

B. Penilaian
a. Teknik Penilaian:
a) Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan
b) Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
c) Penilaian Keterampilan: Unjuk Kerja/ Praktik, Proyek, Portofolio
b. Bentuk Penilaian.
1. Observasi : lembar pengamatan aktivitas peserta didik
2. Tes tertulis : uraian dan lembar kerja
3. Unjuk kerja : lembar penilaian presentasi
4. Proyek : lembar tugas proyek dan pedoman penilaian
5. Portofolio : pedoman penilaian portofolio
c. Instrumen Penilaian (terlampir)
d. Remedial
- Pembelajaran remedial dilakukan bagi siswa yang capaian KD nya belum tuntas
- Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal),
atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
- Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3 kali tes remedial
belum mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa
tes tertulis kembali.
e. Pengayaan
- Bagi siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran
pengayaan sebagai berikut:
 Siwa yang mencapai nilai n(ketuntasan )<n<n(maksimum ) diberikan
materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan
tambahan
 Siwa yang mencapai nilai n>n (maksimum) diberikan materi melebihi
cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.

Sukapura, Juli 2017


Mengetahui
Kepala SMA Negeri I Sukapura Guru Mata Pelajaran,

Dra. Mustari, M, Pd Dra. lasemi


NIP. 196011201983121002 NIP. 1965052000032002
C. MATERI

1. Pengertian Yajña

Kapan terakhir kali kalian mengucap syukur kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang
Widhi Wasa? Mungkin kita tidak menyadari bahwa ternyata sudah cukup lama kita
tidak mengucapkan syukur lagi kepada Tuhan. Apapun kondisi dan masalah yang kita
hadapi, entah itu baik ataupun buruk, Tuhan menginginkan agar kita senantiasa
mengucap syukur. Bersyukur dengan apa yang masih kita miliki saat ini. Bersyukur
kalau kita masih bisa menikmati hidangan walaupun sangat sederhana. Ungkapan rasa
syukur dan terima kasih kepada Sang Hyang Widhi atau Tuhan itulah dilakukan dengan
Yajña. Sebagai umat Hindu kalian sering mendengar kata Yajña. jarang orang
mengetahui bahwa nilai-nilai Yajña itu dapat kita ambil dari wiracarita Rā mā yana.
Cerita Rā mā yana merupakan suatu pendidikan rohani yang mengandung hakekat
dan nilai-nilai Yajña yang memiliki arti mendalam. Cerita Rā mā yana sesuai dengan
cerita kehidupan manusia dalam mencari kebenaran dan hidup yang sempurna.
Keagungan ceritanya banyak memberikan nilai-nilai falsafah kehidupan bagi manusia
dari jaman ke jaman. Termasuk pula bagi kehidupan keagamaan umat Hindu yang ada
di Indonesia. Nah, untuk itu mari kita mengingat kembali materi tentang Yajña pada
jenjang sebelumnya, lalu kita kaitkan dengan nilai-nilai yang ada pada kitab Rā mā yana.

Gambar 1.Yajña dalam Gambar 2. Upacara Agni Gambar 3. Dewa yajña


Rāmāyana Hotra Sumber:
Sumber: www.ramayana.com Sumber:www.majalahraditya.com bali.panduanwisata.id
Gambar 4. Manusa yajña Gambar 5.Butha yajña
Sumber :www.kb.alitrb.com Sumber :www.balipanduanwisata.com

Yajña menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Hyang Widhi,
manusia dengan sesamanya dan keharmonisan hubungan manusia dengan alam.Hal ini
bertujuan untuk mewujudkan Śraddhā atau keyakinan dalam menyampaikan rasa
hormat, memohon kesucian, perlindungan dan menyampaikan rasa syukur atas rahmat
yang dianugrahkannya.Dengan PañcaYajña merupakan realisasi dari ajaran Tri Ṛ ṇ a
yaitu tiga macam hutang yang kita miliki dalam kehidupan ini.Kemudian PañcaYajña
menjadi rumusan dalam upaya membayar hutang (Ṛ ṇ a).Bagian-bagian dari PañcaYajña
adalah sebagai berikut.
a. Dewa Yajñaartinya suatu persembahan atau korban suci kepada Sang Hyang Widhi
Wasa beserta manifestasiNya
b. Ṛṣi Yajña adalah suatu upacara yajña berupa karya suci keagamaan yang ditujukan
kepada para Maha Rsi, Orang Suci, Rsi, Pinandita, Guru dan yang ada hubungannya
dengan Orang Suci Agama Hindu..
c. Pitra Yajñaartinya suatu korban suci atau persembahan suci kepada Roh, Leluhur
(Pitra) dan orang tua yang masih hidup dengan menghormati dan mengenang
jasanya
d. Manuṣia Yajña adalah suatu korban suci atau persembahan suci demi
kesempurnaan hidup manusia selama hidupnya.
e. Bhūta Yajña adalah suatu korban suci atau pengorbanan suci kepada sarwa Bhūta
atau makhluk-makhluk rendahan, baik yang terlihat (sekala) atau tidak terlihat
(niskala), hewan atau binatang, tumbuh-tumbuhan dan berbagai jenis makhluk lain
cipataan Sang Hyang Widhi Wasa.

2. Bentuk Pelaksanaan Yajñadalam Kehidupan Sehari - hari


Setelah kalian memahami pengertian dan pembagian Yajña di atas, coba kalian baca dan
renungkan sloka berikut ini!

ye yathā māṁ prapadyante tāṁs tathaiva bhajāmy aham,


mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah.
(Bhagavadgītā IV.11.)
‛Sejauh mana orang menyerahkan diri kepadaku, aku menganugrahi mereka sesuai
dengan penyerahan dirinya itu, semua orang menempuh jalanku, dalam segala hal,
Wahai putra Pā rtha’.

Banyak jalan yang bisa kita tempuh untuk menghubungkan diri dengan Tuhan yang
Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa). Berdasarkan waktu pelaksanaanya, Yajña dapat
dibedakan :
1.Nitya Yajna, yaitu Yajna yang dilaksanakan setiap hari, contohnya :

a) Tri Sandhya merupakan bentuk Yajña yang dilaksanakan setiap hari, dengan
kurun waktu pagi hari, siang hari, sore hari. Tujuanya adalah untuk memuja
kemahakuasaan, mohon anugrah keselamatan, mohon pengampunan atas
kesalahan dan kekurangan yang kita lakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
b) YajñaŚeṣa/masaiban/ngejot adalah Yajña yang dilakukan kehadapan Sang Hyang
Widhi Wasa beserta manifestasinya setelah memasak atau sebelum menikmati
makanan. Tujuannya adalah sebagai ucapan rasa bersyukur dan trima kasih dan
segala anugrah yang telah dilimpahkan kepada kita.
c) JñānaYajña merupakan Yajña dalam bentuk pengetahuan. Dengan melalui proses
belajar dan mengajar. Baik secara formal maupun secara informal. Umat Hindu
hendaknya menyadari membiasakan diri belajar, karena hal itu merupakan salah
satu cara mendekati diri kepada Sang Hyang Widhi Waasa (Yajña).

2. NaimittikaYajña adalah Yajña yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang sudah
di jadwal, dasar perhitungan adalah :
a) Berdasarkan perhitungan warna, perpaduan antara TriWara dengan PañcaWara.
Contoh: Hari Kajeng kliwon. Perpaduan antara PañcaWara dengan Sapta Wara.
Contohnya: Budha wage, Budha kliwon, Anggara kasih dan lain sebagainya.
b) Berdasarkan penghitungan Wuku. Contohnya: Galungan, Pagerwesi, Saraswati,
Kuningan.
c) Berdasarkan atas penghitungan Sasih. Contohnya: Purnama, Tilem, Nyepi, Śiwa
Rā tri.
3. Insidental adalah Yajña yang didasarkan atas adanya peristiwa atau kejadian-
kejadian tertentu yang tidak terjadwal, dan dipandang perlu untuk dibuatkan atau
melaksanakanya Yajña.
Gambar 6: Sarana Upacara Yajña
Sumber: www.mbhargo.wordpress.com

Melaksanakan Yajña diharapkan menyesuaikan dengan keadaan, kemampuan, dan


situasi. Secara kwantitas Yajña dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Kanista, artinya yajña tingkatan yang kecil.
2) Madhya artinya yajña pada tingkatan sedang.
3) Utama artinya yajña pada tingkatan besar

Keberhasilan sebuah Yajña bukan ditentukan oleh kemewahan, besar kecilnya materi
yang dipersembahkan. Keberhasilan suatu Yajña sangat ditentukan oleh kesucian dan
ketulusan hati serta kwalitas dari pada Yajña tersebut. Berkaitan dengan kwalitas Yajña
dalam sastra Agama Hindu disebutkan sebagai berikut.

Aphalākāṅkṣibhir yajño vidhi-dṛṣṭo ya ijyante,


yaṣṭaavyam eveti manaḥ samādhāya sa sāttvikaḥ.
(Bhagavadgitā XVII.II.)
Terjemahan:
ʻDiantara korban-korban suci korban suci yang dilakukan menurut kitab suci,
karena kewajiban, oleh orang yang tidak mengharapkan pamerih,
adalah korban suci dalam sifat kebaikanʼ.

Berdasarkan sloka di atas, dapat di jelaskaan bahwa ada tiga pembagian Yajña dilihat
dari kwalitasnya yaitu.
1. TāmasikaYajña adalah Yajña yang dilaksanakan tanpa mengindahkan petunjuk-
petunjuk śāstra, mantra, kidung suci, dakṣiṇa dan ŝraddhā.
2. RājasikaYajña adalah Yajña yang dilaksanakan dengan penuh harapanakan
hasilnya dan bersifat pamer
3. SāttwikaYajña adalah Yajña yang dilaksanakan berdasarkan śraddhā, lascarya,
śāstra agama, dakṣiṇa, anasewa, nāsmita
Untuk mewujudkan pelaksanaan Yajña yang sāttwika, ada tujuh syarat yang wajib
untuk dilaksanan sebagai berikut:
a). Śraddhā artinya melaksanakan Yajña dengan penuh keyakinan.
b). Lascarya artinya melaksanakan Yajña dengan pengorbanan.
c). Śāstra yaitu melaksanakan Yajña dengan berdasarkan sumber śāstra yaitu
sruti, smrti,sila, acara dan atmanastuti
d). Dakṣiṇa adalah pelaksanaan Yajña dengan sarana upacra (benda atau
uang )
e). Mantra dan Gītā adalah pelaksanaan Yajña dengan Mantra dan melantunkan
lagu-lagu suci / kidung untuk pemujaan
f). Annasewa, Adalah Yajña yang dilaksanakan dengan persembahan makan
kepada para tamu yang menghadiri upacara Atithi Yajna
g). Nāsmita adalah Yajña yang dilaksanakan dengan tujuan bukan untuk
memamerkan kemewahan dan kekayaan

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa melaksanakan Yajña merupakan korban suci yang
dilandasi dengan tulus ikhlas akan memberikan suatu kebahagiaan bagi para orang
yang melaksanakannya. Dalam pelaksanaan Yajña mengandung nilai-nilai yang luhur
yang mampu menuntun seseorang untuk mencapi kehidupan yang sejahtera lahir dan
batin.sesuai dengan tujuan hidup yang ada dalam agama Hindu (Mokṣārtham jagadhita
ya ca iti dharma).
Keberadaan cerita Rāmāyana boleh jadi memiliki perjalanan kesejarahan yang panjang
serta dibawa bersamaan dengan munculnya kebudayaan Hindu dari India ke Nusantara.
Dalam perjalanannya tersebut, tentu terdapat persinggungan kebudayaan yang unik
antara India dengan Nusantara atau bahkan dengan Asia. Keunikan tersebut dibuktikan
dengan munculnya berbagai versi gubahan atau saduran pada masa awal persebaran
cerita Rā mā yana dari India ke berbagai daerah di Asia hingga Nusantara.
Tidak hanya pengaruh agama, saat penyebaran cerita ini, terdapat pula kontak sejarah
kebudayaan yang cukup erat antara agama Hindu di Asia dan di India. Kontak ini
meliputi seluruh elemen yang ada dalam kehidupan, khususnya nilai-nilai yang
terkandung di dalam cerita Rā mā yana.
Rā mā yana telah memainkan peran penting dalam proses perpindahan dan penyebaran
elemen Hindu dari India ke negara-negara di Asia. Nilai-nilai Hindu selalu terlihat di
mana pun kisah Valmiki diadopsi oleh negara-negara di Asia. Namun, nilai-nilai Hindu
ini diserap dengan memperhatikan budaya asli negara itu termasuk di Nusantara.

1.Ringkasan Cerita Rāmāyana


a). Balakāṇḍa
Di negeri Kosala dengan ibukotanya Ayodhyā yang diperintah oleh raja Daśaratha.
Daśaratha memiliki tiga permaisuri, yaitu Kauśalyā , Sumitrā , dan Kaikeyī. Setelah
pernikahannya, Daśaratha belum juga dikaruniai anak. Akhirnya ia mengadakan
putrakamayajña (ritual suci) yang dipimpin Ṛ sī Srengga. Dari upacara tersebut,
Daśaratha memperoleh payasam berisi air suci untuk diminum oleh para
permaisurinya. Kauśalyā dan Kaikeyī minum seteguk, sedangkan Sumitrā meminum
dua kali sampai habis. Beberapa bulan kemudian, suara tangis bayi menyemarakkan
istana. Kausalya yang berputra Rāmā sebagai anak tertua, Kaikeyi yang berputra
Bharata dan Sumitra yanmg berputra Laksmana dan Satrughna. Dalam sayenbara di
Wideha, Rāmā berhasil memperoleh Sītā putri raja Janaka sebagai istrinya.

Gambar 7: Putrakamayajña
Sumber: http://pedia.desibantu.com

b). Ayodhyākāṇḍa
Daśaratha merasa sudah tua, maka beliau hendak menyerahkan mahkotanya kepada
Rāmā. Datanglah Kaikeyī yang memperingatkan bahwa ia masih berhak atas dua
permintaan yang mesti dikabulkan oleh raja. Maka permintaan Kaikeyī yang pertama
supaya bukan Rāmā melainkan Bharatalah yang menjadi raja menggantikan Daśaratha.
Permintaan kedua ialah supaya Rāmā dibuang ke hutan selama 14 tahun.
Gambar 8: Rāmā, Lakṣmaṇa dan Sītā istrinya meninggalkan Ayodhyā.
Sumber: http://www.dnaindia.com

Demikianlah Rāmā, Lakṣmaṇa dan Sītā istrinya meninggalkan Ayodhyā. Tak lama
kemudian Daśaratha meninggal dan Bharata menolak untuk dinobatkan menjadi raja. Ia
pergi ke hutan mencari Rāmā. Bagaimana pun ia membujuk kakaknya, Rā mā tetap
pendiriannya untuk mengembara terus sampai 14 tahun. Pulanglah Bharata ke Ayodhyā
dengan membawa terompah Rā mā . Terompah inilah yang ia letakkan di atas
singgasana, sebagai lambang bagi Rāmā yang seharusnya menjadi raja yang sah. Ia
sendiri memerintah atas nama Rāmā.

c).  Āraṇyakāṇḍa
Rā mā di dalam hutan berkali-kali membantu para pertapa yang tidak habis-habisnya
diganggu oleh raksasa. Suatu ketika ia berjumpa dengan raksasa perempuan Surpanaka
namanya, ia jatuh cinta padanya. Oleh Lakṣmana raksasa ini dipotong telinga dan
hidungnya. Kemudian ia melaporkan peristiwa ini kepada kakaknya Ravana, seorang
raja raksasa yang berkepala sepuluh dan memerintah di Alengka. Diceritakan pula
betapa cantiknya istri Rama.
Rā vaṇ a pergi ketempat Rāmā, dengan maksud menculik Sītā sebagai pembalasan
terhadap penghinaan adiknya. Marica seorang raksasa teman Rā vaṇ a, menjelma sebagai
kijang emas, dan berlari-lari kecil di depan kemah. Rāmā dan Sītā sangat tertarik, dan
meminta kepada suaminya untuk menangkap kijang itu. Ternyata kijang itu tidak
sejinak nampaknya, dan Rāmā makin jauh dari tempat tinggalnya. Akhirnya kijang itu
dipanahnya. Seketika itu kijang itu menjelma menjadi raksasa dan menjerit keras.
Jeritan itu dikira oleh Sītā berasal dari Rāmā, maka disuruhnyalah iparnya memberi
pertolongan. Sītā tinggal sendirian. Datanglah seorang Brahmana kepadanya untuk
berpura-pura meminta nasi. Sītā dilarikannya. Dengan sangat bersedih hati mereka
mencari jejak Sītā. Dalam pengembaraan yang tidak menentu itu, mereka bertemu
dengan burung Jatayu. Burung tersebut merupakan bekas kawan baik Daśaratha, dan
ketika ia melihat Sītā di bawa terbang oleh Rā vaṇ a, ia mencoba mencegahnya. Dalam
pertempuran yang terjadi, Jatayu kalah. Sehabis memberikan penjelasan itu, Jatayu
mati.
Gambar 10: Pertempuran antara Rāvaṇadengan Jatayu.
Sumber:https://en.wikipedia.org

d). Kiṣkindhakāṇḍa
Rā mā berjumpa dengan Sugriva, seorang raja kera yang kerajaan serta istrinya direbut
oleh saudaranya sendiri yang bernama Walin. Rā mā bersekutu dengan Sugriwa untuk
memperoleh kerajaan dan istrinya dan sebaliknya Sugriwa akan membantu Rā mā untuk
mendapatkan Sītā dari negeri Alengka.
Khiskinda di gempur. Walin terbunuh oleh panah Rā mā . Sugriwa kembali menjadi raja
Kiṣkindha dan Anggada, anak Walin dijadikan putra mahkota. Tentara kera berangkat
ke Alengka. Di tepi pantai selat yang memisahkan Alengka dari daratan India, tentara itu
berhenti. Dicarilah akal bagaimana untuk dapat menyeberangi lautan.

Gambar 11: Jembatan Situbanda


Sumber:https://en.wikipedia.org

e). Sundarakāṇḍa
Hanuman, kera kepercayaan Sugriva, mendaki gunung Mahendra untuk melompat ke
negeri Alengka. Akhirnya ia dapat pula menemukan Sītā . Kepada Sītā dijelaskan bahwa
tak lama lagi Rāmā akan datang menjemput. Hanuman ditahan oleh tentara Lengka. Ia
diikat erat-erat dan kemudian dibakar. Ia meloncat ke atas rumah dengan ekornya yang
menyala menimbulkan kebakaran di kota Lengka. Kemudian Hanuman melompat
kembali menghadap Rā mā untuk member laporan.

Gambar 12: Hanoman menghadap Sītā


Sumber:http://bbsl.org.uk
f). Yuddhakāṇḍa
Dengan bantuan Dewa Laut tentara kera berhasi membuat jembatan ke Lengka.
Rā vaṇ a yang mengetahui bahwa negaranya terancam musuh menyusun pertahanannya.
Adiknya, Wibisana menasehatkan untuk mengembalikan Sītā kepada Rā mā dan tidak
usah berperang. Rā vaṇ a bukan main marahnya. Adiknya itu diusir dari Alengka dan
menggabungkan diri dengan Rā mā .

Gambar 13: Pertempuran Rāmā dengan Rā vaṇ a


Sumber:http://bbsl.org.uk
Setelah itu terjadilah pertempuran yang sengit, setelah Indrajit dan Kumbakarna gugur,
Rā vaṇ a terjun ke dalam kancah peperangan yang diakhiri dengan kemenangan di pihak
Rāmā dan Rā vaṇ a terbunuh dalam peperangan tersebut. Setelah peperangan selesai
Vibhisana adik Rā vaṇ a yang memihak Rāmā diangkat menjadi raja di negeri Lengka
serta Sītā bertemu kembali dengan Rā mā .
Rā mā tidak mau menerima kembali istrinya, karena sudah sekian lamanya tinggal di
Alengka dan tidak mungkin masih suci. Sītā sedih sekali kemudian ia menyuruh para
abdinya membuat api unggun. Kemudian ia terjun ke dalam api. Nampaknya Dewa Agni
di dalam api tersebut menyerahkan Sītā kepada Rā mā . Rā mā menjelaskan, bahwa ia
sama sekali tidak sanksi dengan kesucian Sītā, akan tetapi sebagai permaisuri
kesuciannya harus terbukti di depan mata rakyatnya. Diiringi oleh tentara kera Rā mā
beserta istri dan adiknya kembali ke Ayodhyā. Mereka disambut oleh Bharata yang
segera menyerahkan tahta kerajaan kepada Rā mā .

g). Uttarakāṇḍa
Bagian ini menceritakan bahwa kepada Rā mā terdengar desas-desus bahwa rakyat
menyangsikan kesucian Sītā. Maka untuk memberi contoh yang sempurna kepada
rakyat diusirlah Sītā dari istana. Tibalah Sītā di pertapaan Vālmīki, yang kemudian
mengubah riwayat Sītā tersebut menjadi wiracarita Rāmāyana. Dipertapaan itu Sītā
melahirkan dua anak laki-laki kembar, Kusa dan Lava. Kedua anak ini dibesarkan oleh
Vā lmīki.
Waktu Rā mā mengadakan Aswamedha, Kusa dan Lava hadir di istana sebagai pembawa
nyanyi-nyanyian Rā mā yana yang digubah oleh Vā lmīki. Segeralah Rā mā mengetahui,
bahwa kedua anak laki-laki itu adalah anaknya sendiri. Maka dipanggilah Vā lmīki untuk
mengantarkankembali Sītā ke istana.

Gambar 14: Pembuktian Sītā


Sumber:http://ramayana.com

Setiba di istana, Sītā bersumpah, janganlah hendaknya raganya diterima oleh bumi
seandainya ia memang tidak suci. Seketika itu belahlah dan muncul Dewi Pertiwi di atas
singasana emas yang didukung oleh ular-ular naga. Sītā dipeluknya dan dibawanya
lenyap ke dalam bumi. Rā mā sangat sedih dan menyesal, tetapi tidak dapat memperoleh
istrinya kembali. Rāmā kemudian menyerahkan mahkotanya kepada kedua anaknya,
dan kembali ia ke kahyangan sebagai Visnu

2. Nilai-nilai Yajña dalam Cerita Rāmāyana


Sebelum mengidentifikasi Nilai-nilai Yajña dalam Cerita Rāmāyana ini, coba kalian cari
beberapa perbedaan antara cerita Rāmāyana yang di sajikan pada e-Modul dengan
cerita Rāmāyana yang kalian peroleh!
Lalu temukan bentuk-bentuk pelaksanaan Yajña pada cerita yang kalian temukan
tersebut!
Tuliskan pada lembar lain apa yang telah kalian temukan tersebut!

CeritaRāmāyana mengisahkan Raja Daśaratha melaksanakan Homa Yajña untuk


memohon keturunan. Beliau meminta RṣīRěṣyasrěngga sebagai purohita untuk
melakukan pemujaan kepada Dewa Siwa dalam upacara Agnihotra. Setelah upacara
tersebut beliau mendapatkan empat orang kesatria dari tiga permaisurinya, yaitu Ś rī
Rā mā , Bharata, Lakṣmaṇ a, dan Satrugṇ a. Kisah persiapan Homa Yajña yang dilakukan
oleh Prabu Daśaratha, dipaparkan juga dalam Kekawin Rāmāyana karya Empu
Yogiswara. Dari beberapa kutipan slokanya dapat dipetik nilai PañcaYajña yang
terkandung dalam cerita Rāmāyana diantaranya, dalamPrathamas Sarggah sloka 24-34
menjelaskan sebagai berikut:
Saji ning yajña ta umandang,
Śrī-Wrĕkṣa samiddha puṣpa gandha phala,
dadhi ghrĕta krĕṣṇatila madhu,
mwang kumbha kusāgra wrĕtti wĕtih.
Terjemahan
Sajen upacara korban telah siap; kayu cendana, kayu bakar, bunga, harum-haruman dan
buah-buahan; susu kental, mentega, wijen hitam, madu; periuk, ujung alang-alang,
bedak dan bertih

Luměkas ta sira mahoma,


prétādi piśāca rākṣasa minantran
bhūta kabéh inilagakěn,
asing mamighnā rikang yajña.
Terjemahan
Mulailah beliau melaksanakan upacara korban api. Roh jahat dan sebagainya, pisaca
raksasa dimanterai. Bhuta Kala semua di usir, segala yang akan mengganggu upacara
korban itu.

Sakalī kāraṇa ginawé,


Āwāhana lén pratiṣṭa sānnidhya,
Paraméśwara inangěn-angěn,
Amunggu ring kuṇda bahnimaya
Terjemahan
Segala perlengkapan upacara telah siap. Doa dan perlengkapan tempat hadirnya
Bhatara. Bhatara Siwa yang dicipta, hadir pada tungku api.

Dari beberapa kutipan sloka tersebut dapat diambil nilai Pancayajña yang terkandung
dalam cerita Rāmāyana

a) Dewa Yajña
Dewa Yajña adalah Yajña yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
atau Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh manifestasinya. Pelaksanaan Homa Yajña
yang dilaksanakan oleh Prabu Daśaratha. Homa Yajña atau Agni Hotra sesuai dengan
asal katanya Agni berarti api dan Hotra berarti penyucian. Upacara ini dimaknai sebagai
upaya penyucian melalui perantara Dewa Agni. Jika Istadevatanya bukan Dewa Agni,
sesuai dengan tujuan yajamana, maka upacara ini dinamai Homa Yajña. Istilah lainnya
adalah Havana dan Huta.
Pada bagian yang lain dari cerita Rāmāyana juga disebutkan bagaimana Śrī Rā mā dan
Lakṣmaṇ aditugaskan oleh Raja Daśarathauntuk mengamankan pelaksanaan Homa yang
dilakukan oleh para pertapa dibawah pimpinan Maharsī Visvamitra. Dari kisah tersebut,
tampak jelas keampuhan upacara Homa Yajña.

Gambar 15: Upacara Dewa Yajña


Sumber:http://bali.tribunnews.com
b). PitraYajña
Upacara ini bertujuan untuk menghormati dan memuja leluhur. Kata pitra bersinonim
dengan pita yang artinya ayah atau dalam pengertian yang lebih luas yaitu orang tua
dan orang yang dituakan pada lingkungan keluarga dan masyarakat. Sebagai umat
manusia yang beradab, hendaknya selalu berbhakti kepada orang tua. Betapa
durhakanya seseorang apabila berani dan tidak bisa menunjukkan rasa bhaktinya
kepada orang tua sebagai pitra.

Gambar 16: Upacara Tiwah di Kalimantan


Sumber:http://humas.kotimkab.go.id

Seperti yang diuaraikan dalam kisah kepahlawanan Rāmāyana, dimana Śrī Rā mā selalu
menunjukkan rasa bhakti yang tinggi terhadap orang tuanya. Seperti yang tertuang
pada Kekawin Rāmāyana Trĕyas Sarggah sloka 9 sebagai berikut:

Sawét nikana satya sang prabhu kinon ng anak minggata,


Kadi pwa ya hilang ng asih nira hiḍĕp nikang mwang kabéh,
Gĕlāna mangarang n galah salahasātimohā ngĕsah,
Mahöm ta sahana nya kapwa umasö ri Sang Rāghawa.
Terjemahan
‘Karena setianya sang prabhu (akan janji) disuruh putranya supaya pergi.
Seperti lenyaplah kasih sayangnya, demikian pikir orang banyak.
Gundah gulana, sedih. Kecewa amat bingung dan berkeluh kesah
Maka berundinglah semuanya menghadap kepada Sang Rā mā .

Demi memenuhi janji orang tuanya (Raja Daśaratha), Śrī Rā mā , Lakṣmaṇ a dan Dewi Sītā
mau menerima perintah dari sang Raja Daśaratha untuk pergi hidup di hutan
meninggalkan kekuasaanya sebagai raja di Ayodhyā. Dari kisah ini tentu dapat dipetik
suatu hakekat nilai yang sangat istimewa bagaimana bhakti seorang anak terhadap
orang tuanya.
c). Manusa Yajña
ManusaYajña atau NaraYajña itu adalah memberi makan pada masyarakat (maweh
apangan ring kraman) dan melayani tamu dalam upacara (athiti puja). Namun dalam
penerapannya di Nusantara, upacara ManusaYajña tergolong Sarira Samskara. Inti
Sarira Samskara adalah peningkatan kualitas manusia. ManusaYajña di Nusantara
dilakukan sejak bayi masih berada dalam kandungan upacara pawiwahan atau upacara
perkawinan.

Gambar 17: Upacara Pernikahan Adat Bali

Manusa Yajña yang termuat di dalam uraian kisah Rāmāyana yang meceritakan Śrī
Rā mā mempersunting Dewi Sītā . Hal ini juga tertuang dalam Kekawin Rāmāyana
Dwitīyas Sarggah sloka 63, yang isinya sebagai berikut :

Rānak naréndra gunamānta suśīla śakti,


Sang Rāmadéwa tamatan papaḍé rikéng rāt,
Sītā ya bhaktya ryanak naranātha tan lén,
Nāhan prayojana naréndra pinét marā ngké.
Terjemahan
‘Putra tuanku gunawan, susila dan bakti. Sang Ramadewa tiada tandingnya di dunia ini,
Sita akan bakti kepada putra tuanku, tidak lain.
Itulah tujuan kami tuanku dimohon kemari.’

Upacara Ś rī Rā mā mempersunting Dewi Sītā merupakan suatu nilai Yajña yang


terkandung didalamnya. Selayaknya suatu pernikahan suci, upacara ini dilaksanakan
dengan Yajña yang lengkap dipimpin oleh seorang purohita raja dan disaksikan oleh
para Dewa, kerabat kerajaan beserta para Mahaṛsī
d). ṚsīYajña

Gambar 18: Ṛsī Yajña


Sumber:http://bali.tribunnews.com

Ṛ sī Yajña itu adalah menghormati dan memuja Ṛ sī atau pendeta. Dalam lontar Agastya
Parwa disebutkan, Ṛ sī Yajñangaranya kapujan ring pandeta sang wruh ring
kalingganing dadi wang, artinya Ṛsī Yajña adalah berbakti pada pendeta dan pada orang
yang tahu hakikat diri menjadi manusia. Dengan demikian melayani pendeta sehari-hari
maupun saat-saat beliau memimpin upacara tergolong ṚsīYajña. Pada kisah Rāmāyana,
nilai-nilai ṚsīYajña dapat dijumpai pada beberapa bagian dimana para tokoh dalam alur
ceritanya sangat menghormati para Ṛsī sebagai pemimpin keagamaan, penasehat
kerajaan dan guru kerohanian. Misalnya pada Kekawin RāmāyanaPrathamas Sarggah
sloka 30, sebagai berikut:

Sāmpun pwa sira pinūjā,


bhinojanan sang mahārṣi paripūrṇna,
kalawan sang wiku sākṣī,
winūrṣita dinakṣiṇān ta sira
Terjemahan
Sesudah beliau dipuja, disuguhkan suguhan sang mahaṚ sī, bersama sang wiku yang
menjadi saksi, dihormati dipersembahkan hadiah untuk beliau.

Mahaṛsī sebagai seorang rohaniawan senantiasa memberikan wejangan suci dan ilmu
pengetahuan keagamaan untuk menuntun umatnya tentang ajaran ketuhanan.
Keberadaan beliau tentu sangat penting dalam kehidupan umat beragama. Dalam epos
Rāmāyana banyak sekali dapat ditemukan nilai-nilai ṛsīyajña yang termuat dalam
kisahnya. Oleh karena itu banyak sekali hakekat yajña yang dapat dipetik untuk
dijadikan pelajaran dalam mengarungi kehidupan sehari-hari.
5. BhūtaYajña
Upacara ini lebih diarahkan pada tujuan untuk nyomia butha kala atau berbagai
kekuatan negatif yang dipandang dapat mengganggu kehidupan manusia. ButhaYajña
pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan butha kala menjadi butha hita.
Buthahita artinya menyejahterakan dan melestarikan alam lingkungan (Sarwaprani).
Upacara buthayajña yang lebih cenderung untuk nyomia atau mendamaikan atau
menetralisir kekuatan-kekuatan negatif agar tidak mengganggu kehidupan umat
manusia dan bahkan diharapkan membantu umat manusia.
Pengertian Bhuta Yajña dalam bentuk upacara amat banyak macamnya. Kesemuanya itu
lebih cenderung sebagai upacara nyomia atau mendamaikan atau mengubah fungsi dari
negatif manjadi positif. Sedang arti sebenarnya bhutayajña adalah memelihara
kesejahteraan dan keseimbangan alam. Pelaksanaan upacara dewayajña selalu di
barengi dengan bhutayajña, hal ini bertujuan untuk menyeimbangkan alam semesta
beserta isinya.

Gambar 19: Upacara Kasada Umat Hindu Tengger


Sumber:https://m.tempo.co

Nilai-nilai bhutayajña juga Nampak jelas pada uraian kisah epos Rāmāyana, hal
ini dapat dilihat pada pelaksanaan homa yajña sebagai yajña yang utama juga dibarengi
dengan ritual bhuta yajña. Hal ini dikuatkan dengan apa yang tertuang pada Kekawin
Rāmāyana Prathamas Sarggah sloka 25 yang isinya sebagai berikut :
Luměkas ta sira mahoma,
prétādi piśāca rākṣasa minantran
bhūta kabéh inilagakěn,
asing mamighnā rikang yajña.
Terjemahan
Mulailah beliau melaksanakan upacara korban api. Roh jahat dan sebagainya, pisaca
raksasa dimanterai. Bhuta Kala semua di usir, segala yang akan mengganggu upacara
korban itu.
Pada setiap pelaksanaan upacara yajña, kekuatan suci harus datang dari segala arah.
Oleh sebab itu, segala macam bentuk unsur negatif harus dinetralisir untuk dapat
menjaga keseimbangan alam semesta. Bhuta yajña sebagai bagian dari yajña
merupakan hal yang sangat pendting untuk mencapai tujuan ini, sehingga tidak salah
pada setiap pelaksanaan upacara dewa yajña akan selalu di barengi dengan upacara
bhuta yajña.
INTRUMEN PENILAIAN SIKAP

Nama Satuan pendidikan : SMA NEGERI I SUKAPURA


Tahun pelajaran : 2017/2018
Kelas/Semester : X / Semester I
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
KEJADIAN/ BUTIR POS/
NO WAKTU NAMA TINDAK LANJUT
PERILAKU SIKAP NEG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Sukapura, 2017
Mengetahui
Kepala SMA Negeri I Sukapura Guru Mata Pelajaran,

Drs. MUSTARI, M. Pd Dra. LASEMI


NIP. 196011201983121002 NIP.1965052000032002
KISI-KISI SOAL

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti


Kelas/Program :X
Semester :I

Kompetensi Stimulus Bentuk No.


No. IPK Materi Indikator Soal
Dasar Soal Soal
3.1.1Menjelaskan
pengertian Panca Yajň a Peserta didik mampu
berdasarkan informasi menjelaskan pengertian
Uraian 1
dari berbagai sumber. yajň a

3.1Memahami
3.1.2 Menyebutkan Peserta didik mampu
hakekat dan bagian-bagian Yajň a. menyebutkan bagian- Uraian 2
nilai-nilai bagian yajň a
3.1.3 Menguraikan
yajň a yang Peserta didik mampu
1 pengertian bagian- Yajň a.
terkandung menjelaskan bagian- Uraian 3 s/d 7
bagian Yajň a
bagian yajň a
dalam kitab
Rā mā yaṇ a Disajikan uraian singkat Peserta didik mampu Uraian 9
3.1.4 Menguraikan keterkaitan Yajň a dalam menganalisa keterkaitan
pengertian bagian - bagian cerita ramayana yajň a di bali dan
Yajň a Mengaitkan nilai – yajň a di india
nilai Yajň a dalam Disajikan uaraian Peserta didik mampu Uraian 10
Rā mā yaṇ a dengan permasalahan tentang menganalisis bagaimana
fenomena yang terjadi di kesalahpahaman permasalahan di atas jika
masyarakat melaksanakan Yajň a dikaitkan dengan kesalah
pahaman beryajň a
INSTRUMEN TES TERTULIS

Satuan Pendidikan : SMA Negeri I Sukapura


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas : X
Kompetensi dasar : 3.1 Memahami hakekat dan nilai-nilai Yajň a yang
terkandung dalam kitab Rāmā yaṇ a
Indikator : 3.1.1 Menjelaskan pengertian Panca Yajň a berdasarkan
informasi dari berbagai sumber.
3.1.2 Menyebutkan bagian-bagian Yajň a.
3.1.3 Menguraikan pengertian bagian-bagian Yajň a
3.1.4 Menguraikan pengertian bagian - bagian yadnya
Mengaitkan nilai – nilai Yajň a dalam Rāmā yaṇ a
dengan fenomena yang terjadi di masyarakat
Soal:
N
Pertanyaan Jawaban Skor
O
Yajñ a berasal dari kata yaj yang artinya memuja Betul
atau memberi pengorbanan atau menjadikan 5
Jelaskanlah
1 suci. Kata ini juga diartikan bertindak sebagai
pengertian Yajñ a
perantara. Arti Yajñ a yang sebenarnya adalah
pengorbanan atau persembahan secara tulus.
1. Dewa Yajña artinya suatu persembahan atau Betul
korban suci kepada Sang Hyang Widhi Wasa 5
beserta manifestasiNya
2. Ṛṣi Yajña adalah suatu upacara yajña berupa
karya suci keagamaan yang ditujukan
kepada para Maha Rsi, Orang Suci, Rsi,
Pinandita, Guru dan yang ada hubungannya
dengan Orang Suci Agama Hindu..
3. Pitra Yajña artinya suatu korban suci atau
Sebutkanlah bagian persembahan suci kepada Roh, Leluhur
– bagian dari panca (Pitra) dan orang tua yang masih hidup
2
dengan menghormati dan mengenang
Yajň a beserta jasanya
artinya 4. Manuṣia Yajña adalah suatu korban suci atau
persembahan suci demi kesempurnaan hidup
manusia selama hidupnya.
5. Bhūta Yajña adalah suatu korban suci atau
pengorbanan suci kepada sarwa Bhūta atau
makhluk-makhluk rendahan, baik yang
terlihat (sekala) atau tidak terlihat (niskala),
hewan atau binatang, tumbuh-tumbuhan dan
berbagai jenis makhluk lain cipataan Sang
Hyang Widhi Wasa.
3 Jelaskanlah 1. NityᾱYajña, yaitu Yajña yang dilaksanakan Betul
pengertian nitya setiap hari, contohnya. 5
Yajň a dan berikan a) Tri Sandhya merupakan bentuk Yajña yang
contohnya dilaksanakan setiap hari, dengan kurun
waktu pagi hari, siang hari, sore hari.
Tujuanya adalah untuk memuja
kemahakuasaan, mohon anugrah
keselamatan, mohon pengampunan atas
kesalahan dan kekurangan yang kita lakukan
baik secara langsung maupun tidak
langsung.
RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

N
Pertanyaan Jawaban Skor
O
b) YajñaŚeṣa/masaiban/ngejot adalah Yajña
yang dilakukan kehadapan Sang Hyang
Widhi Wasa beserta manifestasinya setelah
memasak atau sebelum menikmati makanan.
Tujuannya adalah sebagai ucapan rasa
bersyukur dan trima kasih dan segala
anugrah yang telah dilimpahkan kepada kita.
c) JñānaYajña merupakan Yajña dalam bentuk
pengetahuan. Dengan melalui proses belajar
dan mengajar. Baik secara formal maupun
secara informal. Umat Hindu hendaknya
menyadari membiasakan diri belajar, karena
hal itu merupakan salah satu cara mendekati
diri kepada Sang Hyang Widhi Waasa
(Yajña).

1. Nityᾱ Yajñ a, yaitu Yajñ a yang dilaksanakan Betul


setiap hari. 5
2. NaimittikaYajñ a adalah Yajñ a yang dilakukan
Sebutkandan pada waktu-waktu tertentu yang sudah di
jelaskan jadwalkan berdasarkan sasih, wuku,
4 Yajň aberdasarkan wewaran.
waktu 3. Insidental adalah Yajñ a yang didasarkan atas
pelaksanaanya adanya peristiwa atau kejadian-kejadian
tertentu yang tidak terjadwal, dan dipandang
perlu untuk dibuatkan atau melaksanakanya
Yajñ a.
1. Tā masikaYajñ a adalah Yajñ a yang Betul
dilaksanakan tanpa mengindahkan 10
petunjuk-petunjuk śā stra, mantra, kidung
Jelaskan perbedaan suci, dakṣiṇ a dan ŝraddhā .
2. Rā jasikaYajñ a adalah Yajñ a yang
5 Yajň a berdasarkan dilaksanakan dengan penuh harapan akan
kwalitasnya hasilnya dan bersifat pamer
3. Sā ttwikaYajñ a adalah Yajñ a yang
dilaksanakan berdasarkan śraddhā , lascarya,
śā stra agama, dakṣiṇ a, anasewa, nā smita
Karena adanya Ṛ ṇ a(hutang). Tri Ṛ ṇ a kemudian Betul
Mengapa kita harus menimbulkan Pañ ca Yajñ a yaitu dari Dewa Ṛ na 10
6 menimbulkan Devayajñ a dan Bhutayajñ a, dari
melakukan Yajň a
Ṛ sīṚ na menimbulkan Ṛ sīyajñ a, dan dari Pitra
Ṛ na menimbulkan pitrayajñ a dan manusayajñ a.
Bhiksuka juga sering disebut Sanyasin. Kata Betul
Bhiksuka berasal dari kata Bhiksu, sebutan 10
untuk pendeta Buddha. Bhiksu artinya meminta-
minta.
Jelaskan pengertian Bhiksuka ialah tingkat kehidupan yang lepas
7
Biksuka dari
ikatan keduniawian dan hanya mengabdikan
diri
kepada Hyang Widhi dengan jalan menyebarkan
ajaran-ajaran kesusilaan.
8 Suatu hari Bapak Nityᾱ Yajña pada bagian yajna isidental Yajña Betul
Made akan yang didasarkan atas adanya peristiwa atau 10

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 32


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

N
Pertanyaan Jawaban Skor
O
melakukan kejadian-kejadian tertentu yang tidak terjadwal,
persembahyangan dan dipandang perlu untuk dibuatkan atau
purnama di pura melaksanakanya Yajña.
kahyangan desa.
Dalam perjalanan ke
pura, Bapak Made
mgalami musibah
kecelakaan yang
mengakibatkan
beliau tidak bisa
melanjutkan niatnya
untuk
bersembahyang di
pura. Oleh
keluarganya, Bapak
Made di buatkan
upacara yajñ a di
tempat Bapak Made
mengalami musibah
kecelakaan.
Termasuk kedalam
bagian
Yajň amanakah
bapak made
Caru adalah korban suci yaitu upacara yadnya
yang bertujuan untuk keseimbangan para bhuta Betul
sebagai kekuatan bhuwana alit maupun 20
bhuwana agung sebagaimana disebutkan dalam
kanda pat butha sehingga dengan adanya HOTS
Perhatikan keseimbangan tersebut berguna bagi kehidupan
gambar berikut ini. caru yang dalam sejarahnya disebutkan
: diawali dari terjadinya kekacauan alam semesta
yang mengganggu ketentraman hidup sebagai
akibat dari godaan-godoaan bhuta kala,
sehingga Hyang Widhi Wasa menurunkan
Hyang Tri Murti untuk membantu manusia agar
bisa menetralisisir dan selamat dari godaan-
godaan para bhuta kala itu sehingga mulailah
9 Jelaskanlah makna timbul banten "Caru" sebagaimana disebutkan
filosofi yang dalam mitologi caru dijelaskan pula bahwa,
terkandung Caru (Mecaru, Pecaruan, Tawur) sebagai
dalam upacara upacara yadnya yang bertujuan untuk
keharmonisan bhuwana agung (alam semesta)
“mecaru”sebag dan bhuwana alit agar menjadi baik, indah,
ai bentuk lestari sebagian dari upacara Butha Yadnya,
pelaksanaan Dengan demikian, upacara mecarau adalah
upacara butha aplikasi dari filosofi Tri Hita Karana, seperti
Yajň a? yang disebutkan dalam lontar Pakem Gama
Tirta, agar terjadi keharmonisan. upacara
pecaruan ada yang dilakukan dalam bentuk
kecil sehari-hari, disebut Nitya Karma,
sedangkan upacara pecaruan disaat tertentu
(biasanya lebih besar) disebut Naimitika Karma.

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 33


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

N
Pertanyaan Jawaban Skor
O
Sebagai simbolis meningkatnya seorang anak
HOTS
Perhatikan gambar menjadi dewasa, yakni manusia yang telah
berikut : mendapatkan pencerahan, sesuai dengan
makna kata dewasa, dari kata devaṣya yang
artinya milik dewa atau dewata. Seorang telah
dewasa mengandung makna telah memiliki sifat Betul
dewata (Daivi sampad) seperti diamanatkan 20
dalam kitab suci Bhagavadgītā .

10

Jelaskanlah makna
filosofi yang
terkandung dalam
upacara
“mepandes”sebaga
i bentuk
pelaksanaan
upacara manusa
Yajň a?

Jumlah Skor Perolehan


Nilai siswa : x 100
Jumlah Skor Maksimal

Sukapura, 2017
Mengetahui
Kepala SMA Negeri I Sukapura Guru Mata Pelajaran,

Drs. MUSTARI, M.Pd Dra. LASEMI


NIP. 196011201983121002 NIP.196505112000032002

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 34


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 35


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

INSTRUMEN PENUGASAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri I Sukapura


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas : X
Kompetensi dasar : 3.1 Memahami hakekat dan nilai-nilai Yajň a yang
terkandung dalam kitab Rā mā yaṇ a
Indikator : 3.1.1 Menjelaskan pengertian Panca Yajň a
berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
3.1.2 Menyebutkan bagian-bagian Yajň a.
3.1.3 Menguraikan pengertian bagian-bagian
Yajň aMenguraikan pengertian bagian - bagian
Yajň a Mengaitkan nilai – nilai Yajň a dalam
Rā mā yaṇ a dengan fenomena yang terjadi di
masyarakat
Materi : Yajň a

Contoh Tugas:

Upakara dalam Agama Hindu memang tidak bisa terpisahkan karena kitab suci
memang menganjurkan umat untuk membuat sesajen, sesajen merupakan salah
satu bentuk sradha dan bakti umat Beragama Hindu ? dalam upakara Yajňa ada
lima bagian, sebutkan bagian tersebut dan berikan contoh nama sesajen yang
digunakan di daerah kalian masing – masing.

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 36


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

Rubrik Penilaian

Nama siswa/kelompok: …………………………………………………


Kelas : ………………………………………………….
Tanggal Pengumpulan : .............................................................................

Skor No. Soal


Rambu-rambu Jumlah
1 2 3

 Adanya kerangka berpikir yang logis sesuai 5 10 15 30


dengan materi.
10 10 20 40
 Terjadinya proses pengumpulan data yang
baik, pemecahan masalah secara matematis
terkait materi yang telah dibahas dengan
memperlihatkan cara berpikir kritis dan
kreatif. 5 10 15 30
 Adanya kesimpulan akhir yang sesuai
dengan permasalahan yang dibahas.
Total 20 30 5 100.
0

Tidak melakukan tugas 0 0 0 0

Kriteria:

Sukapura, 2017
Mengetahui
Kepala SMA Negeri I Sukapura Guru Mata Pelajaran,

Drs. MUSTARI, M. Pd Dra. LASEMI


NIP. 196011201983121002 NIP.196505112000032002

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 37


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK

SatuanPendidikan : SMA Negeri I Sukapura


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas : X/I
Kompetensi dasar : 4.1 Menyajikan nilai-nilai pelaksanaan Yajň a menurut
kitab Rā mā yaṇ a dalam kehidupan
Indikator : 4.1.1 Menyesuaikan ajaran Yajň a dalam konteks
kehidupan saat ini
4.1.2 Mendemonstrasikan ajaran Yajň a dalam
tatanan kehidupan
4.1.3 Mempraktikkan pelaksanaan panca yajň a yang
terdapat dalam ceritera Rāmā yaṇ a
Materi : Yajňya

Rubrik Penilaian Ketrampilan Presentasi

Nama/Kelompok : .............................................................
Kelas : .............................................................
Tanggal Penilaian : .............................................................

No Indikator Deskriptor (rentang 4-1) Skor


1. Menunjukkan penguasaan materi
1 Penguasaan materi presentasi dengan sangat baik
presentasi 2. Menunjukkan penguasaan materi
presentasi dengan cukup baik
3. Menunjukkan penguasaan materi
presentasi dengan kurang baik
4. Menunjukkan penguasaan materi
presentasi dengan sangat kurang
baik
1. Materi presentasi disajikan secara
2 Sistematika presentasi runtut dan sistematis
(Pembukaan, isi dan 2. Materi presentasi disajikan secara
penutup ) runtut tetapi kurang sistematis
3. Materi presentasi disajikan secara
kurang runtut dan tidak
sistematis
4. Materi presentasi disajikan secara
tidak runtut dan tidak sistematis
1. Bahasa yang digunakan sangat
3 Penggunaan bahasa mudah dipahami
2. Bahasa yang digunakan cukup
mudah dipahami
3. Bahasa yang digunakan sulit
dipahami
4. Bahasa yang digunakan sangat
sulit dipahami
1. Penyampaian materi disajikan
4 Pemaparan/Presentasi dengan intonasi yang tepat dan
artikulasi/lafal yang jelas
2. Penyampaian materi disajikan

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 38


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

No Indikator Deskriptor (rentang 4-1) Skor


dengan intonasi yang agak tepat
dan artikulasi/lafal yang agak
jelas
3. Penyampaian materi disajikan
dengan intonasi yang kurang
tepat dan artikulasi/lafal yang
kurang jelas
4. Penyampaian materi disajikan
dengan intonasi yang tidak tepat
dan artikulasi/lafal yangtidak
jelas
1. Media yang dimanfaatkan sangat
5 Pemanfaatan Media jelas, menarik, dan menunjang
seluruh sajian
2. Media yang dimanfaatkan jelas
tetapi kurang menarik
3. Media yang dimanfaatkan kurang
jelas dan tidak menarik
4. Media yang dimanfaatkan tidak
jelas dan tidak menarik
1. Mampu mempertahankan dan
6 Kemampuan menanggapi
mempertahankan dan pertanyaan/sanggahan dengan
menanggapi pertanyaan arif dan bijaksana
atau sanggahan
2. Mampu mempertahankan dan
menanggapi
pertanyaan/sanggahan dengan
cukup baik
3. Kurang mampu mempertahankan
dan menanggapi pertanyaan atau
sanggahan dengan baik
4. Sangat kurang mampu
mempertahankan dan
menanggapi pertanyaan atau
sanggahan
TOTAL SKOR

Jumlah Skor Perolehan


Nilai : x 100
Jumlah Skor Maksimal

Sukapura, 2017
Mengetahui
Kepala SMA Negeri I Sukapura Guru Mata Pelajaran,

Drs. MUSTARI. M. Pd Dra. LASEMI


NIP. 196011201983121002 NIP.19650511200032002

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 39


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

LEMBAR PENILAIAN PORTOFOLIO

SatuanPendidikan : SMA Negeri I Sukapura


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : X/ 1
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Waktu Penilaian : Minggu ke-4
Kompetensi dasar : 4.1 Menyajikan nilai-nilai pelaksanaan Yajň a menurut
kitab Rāmā yaṇ a dalam kehidupan
Indikator : 4.1.1 Menyesuaikan ajaran Yajň a dalam konteks
kehidupan saat ini
4.1.2 Mendemonstrasikan ajaran Yajň a dalam tatanan
kehidupan
4.1.3 Mempraktikkan pelaksanaan panca yajň a yang
terdapat dalam ceritera Rā mā yaṇ a
Jenis Portofolio : Hasil tugas Individu dan kelompok
Tujuan Portofolio : Memantau perkembangan kemampuan keterampilan
Pendidikan Agama Hindu peserta didik, dengan
menyeimbangkan aspek kemampuan pengetahuan dan
sikap.

Tugas I
1. Simpan setiap tugas yang diberikan ke dalam map individu siswa
2. Buat rangkuman dari setiap tugas yang telah diberikan dan rangkuman dibuat
pada kertas folio bergaris.
3. Batas waktu pengumpulan tugas adalah di pertemuan terakhir

PEDOMAN PENSKORAN:

SKOR
KRITERIA YANG DINILAI
MAKSIMAL
Siswa menyimpan semua tugas yang telah dikerjakan dengan lengkap, dan 4
tugas dikerjakan dengan benar, serta dikumpulkan tepat waktu
Siswa menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, dan sebagian besar 3
benar tapi kurang lengkap, serta dikumpulkan tepat waktu
Siswa menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun sebagian besar 2
salah, kurang lengkap, dan tidak dikumpulkan tepat waktu
Siswa menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun tugas yang 1
dikerjakan salah, dan kurang lengkap, serta tidak dikumpulkan tepat waktu
Siswa tidak menyimpan satu pun tugas-tugas yang diberikan karena tidak 0
pernah mengumpulkan tugas

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 40


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

LEMBAR PENILAIAN PORTOFOLIO

Jenis Tugas :
Kelas : X
Semester : I
Tahun Pelajaran : 2017 / 2018

Tanda Tangan
Tugas Ket.
No Nama Siswa Nilai
KD Peserta (Tgl Pengumpulan)
Guru
Didik

Sukapura, 2017
Mengetahui
Kepala SMA Negeri I Sukapura Guru Mata Pelajaran,

Drs. MUSTARI. M. Pd Dra. LASEMI


NIP. 196O11201983121002 NIP.196505112000032003

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 41


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

KARTU SOAL

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti


Kelas/Semester : X/I
Kurikulum : K13
Guru Mapel : Dra. Lasemi

Kompetensi : 3.1Memahami hakekat dan nilai-nilai Yajň a yang terkandung


Dasar dalam kitab Rā mā yaṇ a
Materi : Yajň a
Indikator Soal : Menguraikan pengertian bagian - bagian Yajň a Mengaitkan
nilai – nilai Yajň a dalam Rāmā yaṇ a dengan fenomena yang
terjadi di masyarakat

1. Soal :
Sebagai seseorang yang hidup di era modern ini mau tidak mau tentu kita
dituntut untuk melaksanakan upakara Yajň a. Agama hindu telah mengajarkan
kepada kita bagaimana seharusnya kita melaksanakan yajnadi kehidupan ini
melalui ajaran-ajaranya. Dalam melakukan korban suci yang tulus iklas disebut
dengan yajna, agama Hindu juga mengajarkan adanya tiga tingkatan kwanlitas
yajna (satwika, tamasika, rajasika). Coba berikan contoh salah satu upakara
yajna berdasarkan kuanlitasnya (satwika, tamasika, rajasika)

Kunci/Pedoman Penskoran:

Upacara buta yajna dengan kualitasnya

1. Satwika yajna : yaitu yajna yang dilakukan sesuai dengan kitab-kitab suci, dilakukan
tanpa mengharaf pahala, dan percaya sepenuhnya bahwa upacara ini sebagai tugas
dan kewajiban.Contohnya Melaksanakan upacara butha yajna dengan tulus iklas

2. Tamasika yajna yaitu yajna yang dilakukan dengan mengharapkan ganjaran / hasil
dan semata-mata untuk kemegahan atau prestise. Contohnya ketika melakukan
upakara yajna yang besar maka akan mendapatkan hasil yang besar pula.

3. Rajasika yajna yaitu yajna yang dilakukan tanpa aturan (bertentangan), makanan
tidak dihidangkan, tanpa mantra, sedekah dan keyakinan. Contohnya melakukan
upacara yajna tanpa keiklasan.

Jumlah Skor Perolehan


Nilai siswa : x 100
Jumlah Skor Maksimal

Keterangan (mengapa Hots)

Diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) untuk menganalisa keterkaitan


kedua ajaran tersebut.

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 42


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

Mata Pelajaran :Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti


Kelas/Semester :X/I
Kurikulum :K13
Guru Mapel :Dra. Lasemi

Kompetensi : 3.5 Memahami hakekat dan nilai-nilai Yajň a yang terkandung


Dasar dalam kitab Rā mā yaṇ a
Materi : Yajň a
Indikator Soal : Menguraikan pengertian bagian - bagian Yajň a Mengaitkan
nilai – nilai Yajň a dalam Rā mā yaṇ a dengan fenomena yang
terjadi di masyarakat

1. Soal:
Dewasa ini banyak sekali orang yang tidak lagi menuruti aturan-aturan agama
seperti melakukan upacara yajna tanpa melihat kemampuan diri masing masing
padahal secara ekonomi sudah tidak mampu melaksanakan yajna bersifat jor
joran, padahal dalam agama hindu sudah ada kuantitas yajna berdasarkan
kemampuan (nista,madya,utama) coba berikan uraian dan contoh menurut anda
melaksanakan yajna berdasarkan kuantitas?
Kunci/Pedoman Penskoran:
Dilihat dari kuantitasnya maka yadnya dibedakan menjadi berikut :
1. Nista, artinya yadnya tingkatan kecil. Tingkatan nista ini dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Nistaning nista adalah terkecil di antarayang kecil
b. Madyaning niasta adalah sedang di antara yang kecil
c. Utamaning nista adalah terbesar diantara yang kecil
contohnya ketika melaksanakan upacara mecaru cukup dengan caru ayam brumbun
saja.

2. Madya, artinya sedang, yang terdiri dari 3 tingkatan :


a. Nistaning madya adalah terkecil di antarayang sedang
b. Madyaning madya adalah sedang di antara yang sedang
c. Utamaning madya adalah terbesar diantara yang sedang
contohnya ketika melaksanakan upacara mecaru dengan caru ayam manca warna.

3. Utama , artinya besar, yang terdiri dari 3 tingkatan :


a. Nistaning utama adalah terkecil di antara yang besar
b. Madyaning utama adalah sedang di antara yang besar
c. Utamaning utama adalah yang paling besar
contohnya utama adalah upacara terbesar dari butha yajna melaksanakan upacara rsi
gana & Tawur.
Jumlah Skor Perolehan
Nilai siswa : x 100
Jumlah Skor Maksimal

Keterangan (mengapa Hots)

Untuk mengaitkan suatu fenomena dalam kehidupan sehari-hari dengan satu ajaran
dalam Agama diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) untuk
menganalisanya sehingga peserta didik mampu memprediksi akibat dari suatu sebab
yang terjadi dan peserta didik akhirnya mampu memahami kewajiban-kewajiban yang
harus mereka patuhi pada setiap jenjang ajaran Yajň a.

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 43


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

CONTOH SOAL HOTS AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

1. Dalam kitab ramayana pada bagian ayodhya kanda, secara umum


menceritakan tentang Sri Rama yang mengasingkan diri kedalam hutan untuk
memenuhi permintaan permaisuri keikayi. Selain itu dijelaskan juga
kehidupan sri rama, dewi sita dan laksamana sebagai seorang brahmana di
dalam hutan. Berikut akan disebutkan nilai-nilai yang dijelaskan dalam
ayodhya kanda :
a). Rama dengan penuh tanggung jawab menjalankan perintah permaisuri
keikayi
b). Laksamana menemani Sri rama dan Dewi Sita sebagai seorang brahmana
c). Dewi Sita dengan penuh pengabdian mengikuti Sri Rama mengasingkan
diri ke dalam Hutan
d). Rama, Sita dan Laksamana melakukan padasevanam pada prabu dasaratha
sebelum meninggalkan istana
e). Laksamana dengan penuh keberanian mengalahkan raksasa Sastrabahu

Nilai-nilai pitra yadnya dalam Ayodhya kanda yang tercermin dalam


penjelasan tersebut adalah....
A. a, b dan e
B. b, c dan d
C. a, dan d
D. d dan e
E. c, d dan e

JAWABAN : C
2. Perhatikan gambar berikut

Jelaskanlah makna filosofi yang terkandung dalam upacara “ngaben” sebagai bentuk
pelaksanaan upacara pitraYajň a?

Jawab :
Secara garis besarnya Ngaben adalah untuk memproses kembalinya Panca Mahabhuta
di alam besar ini dan mengantarkan Atma (Roh) ke alam Pitra dengan memutuskan
keterikatannya dengan badan duniawi itu. Dengan memutuskan kecintaan Atma (Roh)

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 44


RPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X

dengan dunianya, Ia akan dapat kembali pada alamnya, yakni alam Pitra. Kemudian
yang menjadi tujuan upacara ngaben adalah agar ragha sarira (badan / Tubuh) cepat
dapat kembali kepada asalnya, yaitu Panca Maha Bhuta di alam ini dan Atma dapat
selamat dapat pergi ke alam pitra.

©2017, Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah 45

Anda mungkin juga menyukai