Anda di halaman 1dari 1

Om swastyastu

Om awighnam astu nama sidhyam

Bapak Bupati Konawe yang terhormat, dan hadirin sekalian kita saksikan bersama-sama inilah
penampilan karya seni ogoh-ogoh persembahan dari Peradah Desa Adat Puasana-Ulubenua
Kecamatan Amonggedo, dengan mengambil Tema “Jadikan Catur Brata Penyepian Memperkuat
Toleransi kebinekaan Berbangsa dan bernegara Demi Keutuhan NKRI”.

Adapun Cerita Ogoh-ogoh ini diambil dari Kitab Purana atau Susastra Hindu Kuno dengan Judul
Narasingha Awatara
Di kisahkan menjelang akhir zaman satya yuga yakni zaman kebenaran, tersebutlah seorang Raja asura
bernama Hiranyakasipu yang dalam bathinnya sangat membenci segala sesuatu yang berhubungan
dengan Dewa Wisnu dan iapun sangat murka apabila di kerajaannya ada orang yang memuja Dewa
Wisnu, hal ini disebabkan karena bertahun-tahun yang lalu, adiknya yang bernama Hiranyaksa akibat
kejahatan yang telah dilakukan telah dibunuh oleh Waraha Awatara yakni wujud penjelmaan Dewa
Wisnu.
Untuk mendapatkan kesaktian yang lebih agar dapat mengalahkan Dewa Wisnu, Hiranyakasipu
melakukan tapa yang sangat berat dan memusatkan pikirannya pada Dewa Brahma. Ia pun mendapat
anugrah dari Dewa Brahma yakni kesaktian berupa tidak bisa dibunuh oleh manusia, hewan maupun
para Dewa, tidak bisa dibunuh pada saat pagi, siang ataupun malam, tidak bisa dibunuh di darat, air, api,
ataupun udara, dan tidak bisa dibunuh oleh segala macam senjata.
Menyadari memiliki kesaktian yang amat tinggi, Hiranyakasipu menjadi takabur dan menghancurkan
setiap yang ada dihadapannya, iapun mengamuk dan membunuh tanpa pandang bulu serta menantang
Dewa Wisnu dengan sombongnya.;
“hei wisnu….. Jika engkau berani keluarlah dari persembunyianmu, hadapilah aku sekarang, aku datang
untuk menantangmu dan sekaligus untuk membunuh mu hahahahahahahaha….”
Paritranaya sadhunam
Winasaya ca duskrtam
Dharma samstha panarthaye
Sambhawami yuge-yuge

Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat, dan untuk menegakkan kembali
prinsip-prinsip dharma, aku sendiri muncul pada setiap zaman.

Tiba-tiba seketika itu juga terdengar suara yang sangat menggemparkan. Pada saat itulah Dewa Wisnu
berwujud manusia berkepala singa sebagai Awatara Narasingha muncul dihadapan Hiranyakasipu.
Pertempuran pun tak terhindarkan antara raja asura Hiranyakasipu sebagai lambang perbuatan
Adharma atau kebatilan dengan Narasingha sebagai lambang penegak ajaran Dharma yang merupakan
perwujudan Dewa Wisnu.
Raja asura Hiranyakasipu pun mampu ditaklukkan dan dibunuh oleh Narasingha pada saat senja hari dan
tanpa menggunakan senjata melainkan menggunakan kukunya yang tajam dan merobek-robek perut
raja Hiranyakasipu diatas pangkuannya. Hal ini membuktikan bahwa Adharma akan selalu dilumpuhkan
oleh perbuatan Dharma.
Dengan terbunuhnya Raja Asura Hiranyakasipu seluruh rakyat merasa tentram dan bahagia, merekapun
bersenang-senang dan dapat menjalani kehidupan dengan tenang dan nyaman karena mereka merasa
telah terlepas dari kekejaman dan penindasan yang pernah dilakukan oleh Raja Hiranyakasipu.
JAYA NARASINGHA, JAYA NARASINGHA, JAYA NARASINGHA
Om santih santih santih om

Anda mungkin juga menyukai