Anda di halaman 1dari 1

Prolog Hiranyakasipu

Terkisah sebuah purana menjelang akhir zaman Satyayuga seorang raja asura bangsa dravida
yang bernama Hiranyakasipu yang sangat membenci dewa wisnu beserta para pemuja-NYA.
Dendam yang mendalam itu disebabkan Dewa Wisnu dalam wujud Waraha atau Babi Hutan
membunuh adiknya Hiranyakasipu yang Bernama Hiranyaksa yang hendak menenggelamkan
bumi kelautan Kosmik.

Dendam yang begitu besar terhadap dewa Wisnu membawa Hiranyakasipu untuk melakukan
pemujaan tapa berata yang sangat lama serta berat terhadap dewa Brahma. Melihat tapa
Hiranyakaspu yang berat tersebut dewa Brahma berkenan untuk datang dan menanyakan
keinginan Hiranyakasipu dari pemujaan yang Ia lakukan. Hiranyakasipu yang memiliki dendam
terhadap Dewa Wisnu kemudian menginginkan anugrah untuk dapat hidup abadi, tidak bisa mati
dan dibunuh. Namun keinginanya ditolak oleh Dewa Brahma dan memintanya untuk
mengajukan anugrah lainya. Akhirnya Hiranyakasipu meminta agar ia tidak dibunuh oleh hewan,
manusia, ataupun dewa. Tidak bisa dibunuh saat pagi, siang, ataupun malam hari. Tidak bisa
dibunuh di darat, air, api, ataupun di udara. Tidak bisa dibunuh didalam ataupun diluar rumah
serta tidak bisa dibunuh oleh segala macam senjata. Mendengar permohononan tersebut Dewa
Brahma bersedia untuk mengabulkannya.

Namun, karena Dewa Wisnu berwuju Narasinga, berkah dari Dewa Brahma tidak berlaku,
Hiranyakasipu berhasil dibunuh oleh Narasinga, salah satu Awatara dewa Wisunu, yang
berwujud manusia, berkepala singa, yang memiliki banyak tangan yang memegang senjata
seperti Dewa. Ia dibunuh di atas pangkuannya dengan merobek-robek perutnya menggunakan
kuku yang tajam, pada saat senja hari

Anda mungkin juga menyukai