Anda di halaman 1dari 5

Ringkasan Materi Bab II : MASALAH TES

Nama : Seren Regina Wilhelmina Bupu Mame

NIM : 1901040032

Kelas : Biologi A

A. Tujuan Instruksional Khusus


Dalam pembaruan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap
guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak
kebutuhan siswa. Oleh karena itu, dalam merancang sistem belajar yang akan dilakukannya,
langkah- pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksional.
Tujuan Instruksional sendiri terbagi menjadi 2 yaitu tujuan instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional umum merupakan tujuan pengajaran yang
perubahan prilaku siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum
dapat dilihat dan diukur. Sedangkan tujuan instruksional khusus merupakan tujuan
pengajaran dimana perubahan prilaku telah dapat dilihat dan diukur.
Sebagai mahasiswa calon guru di masa yang akan datang, kita perlu mengetahui
langkah-langkah yang tepat dalam membuat tujuan instruksional khusus yaitu yang pertama
adalah membuat sejumlah TIU (tujuan instruksional umum) untuk setiap mata
pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan yang mana dalam membuat TIU harus
menggunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat diukur karena
perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia (intern). Kedua, menjabarkan
TIU yang telah dibuat menjadi TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat diamati, terukur
dan menunjukan perubahan tingkah laku. Dalam menjabarkan TIU dapat menggunakan
kata-kata kerja seperti memahami, mengetahui, mengerti, menghayati, menyadari,
menghargai, dan masih ada beberapa lagi yang sifatnya masih terlalu umum sehingga
penafsirannya dapat berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Contohnya
menyadari pentingnya mengikuti proses KBM dengan baik, menghargai hasil kerja siswa
dalam menyelesaikan suatu tugas.
Menurut Sudjarwo (1984:36) Ada tiga fungsi dasar tujuan instruksional. Fungsi yang
pertama dapat dipakai untuk membantu mendefinisikan arah instruksional secara umum dan
sebagai dan sebagai petunjuk tentang materi pelajaran yang perlu dicakup. Kedua,
memberikan pengarahan tentang metode/ mengajar yang sebaiknya diterapkan. Ketiga,
membantu dan mempermudah pengukuran hasil belajar yang dituangkan dalam prosedur
perencanaan dan penilaian.

B. Jenis Tes dan Penggunaannya


Menurut Drs. Amir Daein Indrakusuma dalam bukunya Evaluasi Pendidikan
mengatakan “tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang
dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.” Berdasarkan bentuk jawaban peserta
didik maka tes dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu;
a. Tes tertulis yaitu, tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk tertulis.
Tes tertulis ada dua bentuk yaitu bentuk uraian (essay) yaitu sejenis tes kemajuan
belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa,
bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. atau subjektif dan bentuk yang
kedua pilihan ganda (objektive) yaitu bentuk tes yang mengandung kemungkinan
jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta didik. Jadi kemungkinan jawaban
atau respon telah disediakan oleh penyusun butir soal.1. Tes tertulis pada umumnya
tidak bisa digunakan secara efektif untuk mengevaluasi keterampilan psikomotorik
siswa. Akan tetapi tes tertulis dapat mengevaluasi keterampilan siswa secara
menyeluruh termasuk keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik.’

b. Tes lisan yaitu, tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan
dimana peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan atau perintah yanag diberikan. Penggunaan tes lisan agar guru dapat
mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya
secara lisan
c. Tes perbuatan atau tes praktik yaitu, tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam
bentuk prilaku, tindakan atau perbuatan. Misalnya untuk melihat bagaimana cara
menggunakan mikroskop dengan baik dan benar, guru harus menyuruh peserta didik
untuk mempraktikkan atau mendemonstrasiakn penggunaan mikroskop yang
sesungguhnya sesuai dengan prosedur yang baik dan benar. Penggunaan tes perbuatan
ini akan mengecilkan kemungkinan siswa menyontek, guru dapat mengetahui
kemampuan keterampilan siswa dan untuk mencocokkan pengetahuan teori dan
keterampilan praktik siswa apakah seimbang atau tidak.

Berdasarkan segi penyusunannya tes dapat dibedakan menjadi dua yaitu;


a. Tes buatan guru yaitu, tes yang telah disusun sendiri oleh guru. Tes ini biasanya
digunakan untuk ulangan harian, formatif, dan ulangan umum. Tes ini dibuat untuk
mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang sudah disampaikan
guru.

b. Tes yang telah distandarkan yaitu, tes yang telah mengalami proses standarisasi yakni
proses validasi dan keadaan (reliability) sehingga tes tersebut benar-benar valid dan
andal untuk suatu tujuan dan bagi suatu kelompok tertentu. Tes ini digunakan untuk
mengukur ketelitian pengukuran dari tes sebelumnya seperti try out dan perbaikan.

Berdasarkan jumlah peserta didik tes hasil belajar ada dua macam, yaitu:
a. Tes perseorangan, yaitu tes yang dilakukan secara perorangan dimana guru akan
berhadapan dengan seorang peserta didik. Tes ini digunakan untuk menguji
pengetahuan siswa dan mengecilkan kemungkinan siswa bekerja sama dengan teman-
temannya.
b. Tes kelompok, yaitu tes yang diadakan secara kelompok dimana guru akan dihadapkan
pada sekelompok peserta didik. Tes ini digunakan untuk mengukur kerja sama antara
anggota kelompok

Berdasarkan aspek pengetahuan dan keterampilan, tes dapat dibedakan menjadi


2 jenis yaitu;
a. Tes kemampuan yaitu, tes yang tidak adanya batasan waktu dalam pengerjaan tes.
Penggunaan tes ini untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang sebenarnya yang
terlihat dari hasil tes.
b. Tes kecepatan dimana aspek yang diukur dalam tes ini adalah kecepatan peserta didik
dalam mengerjakan sesuatu pada waktu atau periode tertentu. Tes ini digunakan untuk
melatih kecepatan otak siswa dalam merespon dan mengerjakan sesuatu.

C. Ciri-ciri tes yang baik


Suharsimi Arikunto (1997: 51-61) menyebutkan bahwa suatu tes dikatakan sebagai
alat pengukur yang baik harus memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas,
praktikabilitas, dan ekonomis.
1. Validitas
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang
hendak diukur. Artinya tes yang hendak diberikan kepada peserta didik harus dapat
menjadi alat ukur terhadap tujuan yang sudah ditentukan.

2 Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability, reliable yang artinya dapat dipercaya,
berketepatan. Sebuah tes dikatakan memiliki reliabilitas apabila hasil-hasil tes tersebut
menunjukkan ketetapan. Artinya, jika peserta didik diberikan tes yang sama pada waktu
yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada pada urutan yang sama dalam
kelompoknya.

3 Objektivitas
Objektivitas dalam pengertian sehari-hari berarti tidak mengandung unsur pribadi.
Kebalikanya adalah subyektivitas, yang berarti terdapat unsur pribadi. Jadi, sebah tes
dikatakan objektif apabila tes itu dilaksanakan dengan tidak ada faktor pribadi yang
mempengaruhi, terutama pada sistem scoring.

4 Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat
praktis. Artinya, tes itu mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaanya, dan di lengkapi
petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali oleh orang lain dan juga mudah
dalam membuat administrasinya.
5. Ekonomis
Tes memiliki sebutan ekonomis apabila pelaksanaan tes itu tidak membutuhkan ongkos
atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

D. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara sistematis, terarah dan
terencana dalam upaya mengetahui sampai sejauh mana terjadi perubahan perilaku pada diri
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat menentukan tindakan
yang tepat.

Tujuan utama dilakukan kegiatan evaluasi dalam proses belajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh
siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya dalam bentuk fungsi evaluasi

Berbagai informasi yang dikumpulkan oleh guru dapat digunakan untuk berbagai tujuan.
Guru dapat menggunakan bukti untuk memonitor kemajuan siswa dan membuat
pertimbangan. Hasilnya dapat diinformasikan kepada para siswa, orang tua, guru-guru lain,
pengurus dan otoritas sekolah mengenai hasil belajar yang demonstrasikan siswa.

Anda mungkin juga menyukai