Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIOLOGI LAUT

FILUM ROTIFERA

OLEH
Nama : Seren Regina Wilhelmina Bupu Mame

NIM : 1901040032

Kelas/Semester : Biologi A/V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021/2022
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehar-hari, kita sebagai manusia tidak dapat lepas dari yang
namanya hidup berdampingan, baik itu dengan hewan maupun dengan tumbuhan.
Karena hidup berdampingan dengan hewan, maka tentunya kita sehari-hari akan terus
melihat berbagai jenis hewan yang hidup di darat maupun yang hidup di laut dari yang
ukurannya paling kecil sampai dengan ukuran yang paling besar. Kemudian hewan-
hewan itu sendiri diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu vertebrata atau
hewan yang memiliki tulang belakang dan juga hewan avertebrata atau hewan yang
tidak memiliki tulang belakang. Hewan-hewan yang tergolong ke dalam kelas
vertebrata seperti ikan, burung, katak, dan sapi. Sedangkan hewan-hewan yang
tergolong ke dalam kelas avertebrata seperti cacing, teripang serangga, dan lain
sebagainya. Hewan-hewan yang tergolong ke dalam kelas vertebrata dan avertebrata
digolongkan kedalam beberapa filum. Oleh karena itu, Pada kesempatan kali ini akan
dibahas tentang filum Rotifera yang merupakan salah satu filum avertebrata.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu filum Rotifera?
2. Bagaimana morfologi dan anatomi tubuh Rotifera?
3. Bagaimana fisiologi Rotifera?
4. Apa saja klasifikasi Rotifera?
5. Bagaimana habitat Rotifera?
6. Apa saja manfaat Rotifera?

C. Tujuan
Mengetahui pengertian, morfologi tubuh, anatomi, fisiologi, klasifikasi, habitat
dan manfaat rotifera.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rotifera
Rotifera berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘rota’ = roda dan ‘ferre’ =
membawa, atau membawa roda. Arti dari kata ‘membawa roda’ ini berhubungan
dengan bentuk morfologi/ ciri khas yang dipunyai oleh tubuh Rotifera tersebut yaitu
Rotifera mempunyai silia/ bulu – bulu getar yang berputar seperti roda, berlokasi di
sekitar mulutnya dan berfungsi sebagai alat pergerakan tubuh mereka. Tubuh Rotifera
di bagian luar bersegmen, berbentuk teleskopis, lentur, sehingga dapat memanjang,
dan dilindungi oleh kutikula yang melapisi tubuhnya dan menandakan Rotifera
berkerabat dekat dengan cacing gelang dan artropoda.

B. Morfologi dan Anatomi tubuh Rotifera


Rotifera  mempunyai ukuran tubuh 40 μm – 2,5 mm, rata- rata 200 μm.  Tubuh
Rotifera di bagi menjadi tiga bagian , yaitu  kepala (anterior) , badan (trunk) , dan kaki
(posterior). Ciri-ciri umum yaitu merupakan hewan multiseluler, tubuh bekuran kecil
sekitar 0,1-0,5 mm; 100-2500 micron, melayang dalam air, pertumbuhan cepat dan
berumur pendek, sangat toleran terhadap kondisi lingkungan, dan bersifat filter feeder,
yaitu dapat menyaringt makanan dan air dengan menggunakan corona.
1. Bagian anterior

 Ditutupi lapisan kutikula, yang kadangkala ada hiasannya


 Adanya corona pada bagian anterior,bagian ini adalah yanga paling khas dari
Rotifera
 Lingkaran cilia dibagian anterior  diatas pedestal yang terbagi dua, disebut throcal
disk
 Throcal disk bergerak membranela seperti dua roda yang berputar
 Throcal disk berfungsi untuk berenang dan makan , dan apabila tidak digunakan
dimasukkan ke dalam

2.   Bagian Trunk

 Ada yang lurus, dan yang berbentuk bulat juga


 Terdapat 3 tonjolan kecil , 2 buah antena lateral dan sepasang  antenna dorsal
 Adanya alat indera berupa rambut halus pada ujung antena

3. Bagian Posterior

 Terdapat 1- 4 buah jari, pada rotifera jari ini berfungsi untuk menempel pada
benda
 Mengandung 2 – 30 kelenjar perekat yang bermuara pada jari
 Pada rotifera sesil pedal gland (kelenjar kaki) berfungsi untuk membentuk
cangkang.
C. Fisiologi Rotifera
1. Sistem Pencernaan
Sebagian besar spesies Rotifera mempunyai sistem pencernaan berbentuk tabung,
dengan mulut terletak di anterior dan anus di posterior. Silia terdapat di permukaan
sebelah dalam dari rongga mulut yang berfungsi mendorong makanan ke dalam sistem
pencernaannya. Mastaks adalah tempat suspensi makanan, berupa struktur
bergelombang dan berotot terletak di antara faring dan esofargus. Pada beberapa
spesies parasit, mastaks mengalami modifikasi sesuai dengan hospesnya. Di dalam
mastaks seluruh spesies ditemukan sejumlah struktur yang bergigi yang disebut trofi,
yang berfungsi untuk menghancurkan makanan. Struktur dan ukiran dari trofi
bervariasi pada spesies yang berbeda sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk menghisap
atau alat gunting. Perbedaan ini dapat dipakai untuk identifikasi spesies.

Anus terdapat di bagian dorsal tubuh, dekat leher dan kaki. Beberapa rotifera
delloid tidak mempunyai rongga perut dan anus. Bagian rongga perutnya merupakan
suatu massa sinsisial, di tempat itu makanan dapat disirkulasikan. Pada spesies yang
tidak mempunyai rongga perut dan anus, proses digestinya terutama adalah secara
intraseluler.
Proses pencernaan sebagian besar dilakukan secara ekstraseluler dan dilakukan di
dalam lambung. Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar gastrik atau gastric
caeca di dalam lambung berperan dalam proses pencernaan selanjutnya. Sisa-sisa hasil
proses metabolisme yang tidak dapat dicerna akan dikeluarkan melalui intestinum
kecil menuju ke kloaka. Kloaka merupakan terminal dari ductus excretorius (saluran
ekskresi) dan sistem reproduksi.

2. Sistem Saraf dan Sensori


Otak rotifera terdiri atas suatu massa ganglia yang biloba. Sistem saraf berjalan ke
arah posterior di sepanjang tubuh, menghubungkan otak dengan otot, sistem organ dan
berbagai reseptor sensori. Rambut sensori, biasanya terdapat pada tiga antena yaitu 2
disebelah lateral dan 1 di median yang berfungsi sebagai kemoreseptor dan
mekanireseptor. Fotoreseptornya, bentuknya seperti mangkuk dan seringkali
berhubungan langsung dengan otak. Fotoreseptor tambahan biasanya terdapat di
korona.

3. Sistem Ekskresi
Ekskresi biasanya berhubungan dengan proses difusi melintasi seluruh permukaan
tubuh. Disamping itu, semua Rotifera mempunyai sepasang protonephridia, seperti
pada cacing pipih (Plathyhelminthes). Flagella yang aktif mampu menurunkan tekanan
dalam setiap nefridium sehingga dapat menarik cairan dari pseudosol. Satu dari 2
tubulus pengumpul dari setiap nefridium berjalan menuju ke kandung kencing.
Konsentrasi cairan tubuh dan jaringan pada Rotifera perairan air tawar lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi medium sekelilingnya, oleh karena itu air akan
mengalir ke dalam tubuh hewan secara kontinu melintasi permukaan tubuhnya yang
permeable. Peranan protonefridia lebih banyak dalam pengaturan keseimbangan air
dan volume tubuh daripada pengambilan produk ekskresi.

4. Sistem Reproduksi
Reproduksi pada Rotifera yaitu selain dapat dilakukan dengan cara seksual juga
dengan cara aseksual yang unik. Pada Rotifera reproduksi secara aseksual yaitu dengan
partenogenesis, yang menghasilkan telur tanpa melalui pembuahan. Partenogenesis
terdapat kelas bdelloidea dan monogononta dan pada kedua kelas tersebut dihasilkan
telur yang dorman.
Pada Rotifera, individu betina menghasilkan telur diploid dan semuanya menjadi
betina diploid. Betina diploid ini disebut amiktik dan telur yang dihasilkan oleh betina
amiktik disebut telur amiktik atau telur subitan. Setiap betina amiktik dapat
memproduksi antara 4 – 40 telur amiktik per siklus hidup. Pada kondisi tertentu,
individu betina yang lain menghasilkan telur yang haploid melalui pembelahan
meiosis. Betina ini disebut betina miktik, tanpa melalui fertilisasi telur miktik akan
berkembang menjadi jantan haploid. Individu jantan biasanya lebih kecil dan
morfologinya berbeda dengan individu betina dari spesies yang sama, teapi
mempunyai kemampuan berenang lebih cepat. Individu jantan tidak makan karena
tidak mempunyai mulut dan anus. Oleh karena itu, hidupnya tidak lama hanya
beberapa hari saja. Individu jantan ini siap membuahi telur dalam beberapa jam. Telur-
telur hasil pembuahan tersebut merpakan telur dalam bentuk istirahat atau disebut juga
sebagai telur musim dingin dan sangat resisten terhadap berbagai kondisi lingkungan
ekstrim.
D. Klasifikasi Rotifera

Dalam taksonomi hewan, klasifikasi Rotifera di bagi ke dalam 3 kelas yaitu


Seisonidea, Bdelloidea dan Monogononta.

1. Kelas Seisonidea

Anggota dari kelas ini hidup sebagai ektoparasit pada crustacea laut. Spesiesnya
memiliki korona yang seringkali mereduksi ukurannya. Reproduksinya dilakukan
secara generatif dan individunya adalah diesis. Memiliki ciri-ciri bentuk tubuh bulat
memanjang, kaki dengan tiga jari, bergerak seperti lintah, corona lebih kecil, ovari
sepasang, jantan berkembang baik, reproduksi secara seksual dan hanya ada 1 genus
seison dengan dua spesies laut, hidup komensal pada Nebalia, filum Crustacea.

Kingdom : Animalia

Filum : Rotifera

Kelas : Seisonidea

Ordo : Seisonida

Famili : Seisonidae

Genus : Seison

Spesies : Seison nebaliae

2. Kelas Bdelloida

Semua anggota dari kelas ini hidup bebas dan aktif, merupakan spesies yang sessil
dan bukan parasit. Sebagian besar anggotanya omnivora, koronanya berkembang baik
dan biloba. Reproduksinya adalah dengan cara partenogenesis. Individu jantan tidak
pernah terlihat, dengan demikian seluruh anggota kelas ini adalah betina. Kelas ini
memiliki ciri-ciri yaitu bentuk tubuh silindris, Corona seperti dua roda yang berputar,
ovari sepasang, kaki dengan 2 sampai 4 jari atau tidak ada, reproduksi partenogenesis,
berenang atau merayap.

Kingdom : Animalia

Filum : Rotifera

Kelas : Bdelloida

Ordo : Ploima

Famili : Brachionidae

Genus : Brachionus

Spesies : Brachionus plicatilis


Anggota kelas ini umumnya tinggal di lingkungan yang kurang baik atau ekstrim,
misalnya di lingkungan yang sangat dingin, dehidrasi dan suhu yang tinggi. Organisme
yang hidup di lingkungan yang ekstrim, kecepatan proses metabolismenya rendah
(cryptobiosis). Beberapa spesies mengeluarkan sekret seperti gelatin untuk melindungi
tubuh dari lingkungan yang kurang baik. Selubung ini akan mengeras untuk
membentuk kista. Fase ini merupakan fase dorman atau fase istirahat yang panjang.
Pada beberapa Rotifera anggota Bdelloidea diketahui ada yang mampu melalui fase
dorman hingga mencapai 50 tahun pada kondisi dehidrasi.

3. Kelas Monogononta

Sebagian besar Rotifera masuk ke dalam kelas Monogononta, di dalamnya hanya


terdiri dari spesies yang hidup bebas dan sesil. Rotifera yang sesil pada umumnya
ditemukan menempel pada tumbuhan makroskopis, seperti algae filamen atau
menempel pada tabung dari Rotifera sesil yang lain dari spesies yang sama atau bisa
juga dari spesies yang berbeda. Pada beberapa spesies sesil, koronanya digunakan
untuk mengumpulkan partikel-partikel makanan. Pada spesies yang lain, silia pada
koronanya sangat jarang atau tidak ada, tetapi mempunyai duri (spina) yang panjang
mengelilingi struktur berbentuk corona yang terdapat di bagian ujung anterior tubuh.
Duri-duri tersebut dapat digerakkan untuk mendorong mangsanya, yaitu metazoa yang
lebih kecil masuk ke dalam mulut dan menelannya. Oleh karena itu, kebanyakan
anggota dari kelas ini adalah karnivora.
5. Habitat Rotifera

Rotifera hidup pada perairan air tawar dan air payau. Rotifera air tawar hidup pada
tanaman air serta benda-benda dalam air. Jenis pelagis bentuknya menyerupai kantung,
duri panjang, kaki dilipat atau menghilang. Banyak terdapat pada permukaan tanaman
air dan puing-puing. Konsumen penting yang utama pada ekosistem air. Mencapai
kelimpahan terbesar di celah-celah basah pasir pantai.
Rotifera yang bersifat epizoic atau ectoparasit hidup pada insang crustacea kecil,
sedangkan yang endoparasit hidup pada telur siput , helizoan, volvox, dan usus
olgochaeta. Rotifera jenis parasit kaki dan mastax mengalami modifikasi yaiitu sebagai
alat pelekat dan corona mengecil.
6. Peran

Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem


perairan tawar di satu pihak memakan serpihan-serpihan organik dan ganggang bersel
satu, di lain pihak rotifera merupakan makanan bagi hewan yang lebih besar seperti
cacing dan crustacea. Brachionus plicatilis merupakan jenis Plankton hewan yang
hidup di perairan litoral dan termasuk pakan Larva ikan laut yang penting. Dalam
percobaan pembenihan ikan laut rotifera diberikan sebagai pakan Larva selama kurang
lebih 1 bulan titik berat merupakan rotifera yang dibudidayakan sebagai makanan
alami untuk Larva ikan dan udang. Karena berukuran kecil sekitar 300 mikron dan
berkembang biak dengan cepat, sehingga cocok untuk makanan ikan mas yang baru
habis kuning telurnya
BAB III
KESIMPULAN

Rotifera merupakan hewan avertebrata air yang memiliki bulu atau silia di
badannya yang berputar seperti roda. Tubuh Rotifera di bagi menjadi tiga bagian ,
yaitu  kepala (anterior) , badan (trunk) , dan kaki (posterior). Pencernaan rotifera
berbentuk tabung, dengan mulut terletak di anterior dan anus di posterior. Sistem saraf
pada Rotifera masih sangat sederhana, mengingat struktur otak Rotifera terbilang
primitif, terutama pada Rotifera betina. Sistem reproduksi Rotifera cukup unik
dibandingkan dengan Phylum yang lain. Beberapa spesies Rotifera berkembangbiak
dengan cara aseksual yaitu dengan partenogenesis.
Rotifera dapat ditemukan hidup di air tawar, bahkan ada yang yang hidup di laut.
Mereka menyukai hidup di tempat yang lembab, misalnya di tanah yang lembab, atau
bersimbiosis dengan lumut atau dengan bryophyta, dapat ditemukan di lingkungan air
tawar seperti danau dan sungai. Rotifera mempunyai peranan penting dalam
mekanisme rantai makanan pada air tawar, selain Rotifera memakan bahan-bahan
organik, bakteri, dan ganggang, Rotifera dimakan oleh hewan yang lebih besar seperti
cacing, larva ikan, atau udang.
DAFTAR PUSTKA
Effendi ML. 2003. Biologi Perikanan
. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara

Anda mungkin juga menyukai