Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1.3 Tinjauan Umum Tentang Gaya Hidup
Pengertian gaya hidup. Gaya hidup adalah penggambaran seseorang yang
mengenakkan dan menggambarkan terhadap dirinya sendiri tentang seberapa
besar nilai moral yang dimiliki dalam lingkungan masyarakat yang ada
disekitarnya (Siti Nurhasanah, 2009) dalam (Mugawati Aisya, 2016).

Menurut lisnawati (2010) dalam Eriana I (2017) gaya hidup sehat


menggambarkan pola perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang mengarah pada
upaya pemeliharaan kondiri mental, fisik, dan social saat keadaan positif.
Sedangkan menurut Notoadmojo (2010) dalam Eriana I (2017) Perilaku sehat
adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan kegiatan seseorang dalam
meningkatkan dan mempertahabkan kesehatannya.
Gaya hidup sangat mempengarui kehidupan seseorang baik dari segi fisik
maupun psikis. Kesehataan merupakan hal yang peting dalam kehidupan, karena
dapat mempengaruhi keadaan tubuh dari seserang. Rendahnya perilaku hidup
sehat dan terjadinya perubahan gaya hidup seperti merokok, minimnya olahraga,
mengkonsumsi minuman berkafein menjadi penyebab terjadinya hipertensi.

1. Merokok
Tembakau yang ada dalam rokok memiliki efek besar didalam
peningkatan tekanan darah karena dapat mempersempit pembuluh darah,
selain itu kandugan kimia yang tedapat dalam tembakau dapat merusak
dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen
yang ada dalam darah. Oksigen sangat di butuhkan oleh darah. Hal tersebut
dapat meningkatkan tekanan darah karena jantung dipaksa untuk memompa
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam jaringan dan organ tubuh lainnya (
Thomas, 2000 dalam Hanafi, 2016 dalam Eriana I, 2017)
2. Aktivitas fisik

1
2

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan di dalam organ tubuh yang terjadi
akibat kontraksi otot skeletal ehingga mengeluargan energi. Aktivitas fisik
dapat berupa aktivitas di rumah, aktivitas di kantor, aktivitas di sekolah,
aktivitas di perjalanan (Quarino, 2014 dalam Eriana I, 2017).
Aktivitas fisik sangat diperlukan oleh seseorang dan mempengaruhi
stabilitas tekanan darah. Pada seseorang yang tidak aktif melakukan kegiatan
fisik cenderung memiliki denyut jantung yang lebih tinggi karena otot jantung
akan bekerja lebih keras pada saat berkontraksi. Aktivitas fisik akan membanu
mengontrol tekanan darahbila dilakukan secara rutin setiap hari selama 30-45
menit (Eriana I, 2017).
Contoh aktivitas fisik yang dapat menurunkan terjadinya tekanan darah
tinggi adalah jalan kaki, senam, bersepeda, berenang, jalan pagi. Aktivitas
fisik ini disarakan untuk dilakukan ≥3 hari perminggu dengan waktu ≥30
menit per hari (Kemenkes RI, 2013)
3. Kebiasaan Minum Kopi
Kafein merupakan zat yang dapat meningkatkan dalam konsentrasi dan
mengatasi kelelahan serta menggembirakan suasana hati. Adapun contoh
makanan dan minuman yang mengandung kafein diantarana cokelat, kopi, teh,
soft drink (Step, 2005 dalam Rustiana, 2014 dalam Eriana I, 2017). Namun
konsumsi kafein dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang
panjang diketahui dapat meningkatkan teradinya penyakit kardiovaskular dan
hipertensi (Crea, 2008 dalam Pusparani 2016 dalam Eriana I, 2017).
Dalam beberapa penelitian mennjukkan bahwa kafein dapat
mengakibatkan pembuluh darah menyempit karena memblokir adenosine
yaitu hormon yang membuat pembuluh darah agar tetap lebar. Selain itu,
kafein juga dapat merangsang kelenjar adrenal melepaskan lebih banyak
kortisol dan adrenalin yang dapat memicu tekanan darah meningkat (Step,
2005 dalam Rustiana, 2014 dalam Eriana I, 2017).

4. Makanan

Menurut Mervyin Hardinge dalam Djoko Pekik Irianto (2007: 25) dalam

penelitian Feri Agustiawan fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Negeri


3

Yogyakarta (2013) makan sehat 4 sehat 5 sempurna. Pola gtersebut perlu

dilengkapi dengan kriteria makanan yang sehat seimbang meliputi:

 Cukup kualitas. Banyaknya makanan bergantung kepada kebutuhan setiap

orang sesuai dengan jenis dan lama aktivitas berat badan, jenis kelamin

dan usia.

 Proporsional. Jumlah makanan sesuai dengan proporsi makanan sehat

berimbang, yakni karbohidrat 60%, lemak 25%, protein 15 %, cukup

vitamin, mineral dan air.

 Cukup kualitas. Makanan tidak sekedar membuat perut kenyang, tetapi

juga berpengaruh pada sistem-sistem dalam tubuh. Untuk itu, perlu

dipertimbangkan kandungan zat gizi meliputi karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, mineral dan air. Faktor yang mempengaruhi kualitas mutu

makanan antara lain: penampilam, rasa, gizi, mikrobiologi.

 Sehat/higinis. Makanan harus steril, bebas dari kuman dan penyakit.salah

satu upayanya adalah dengan cara mencuci bersih dan memasak hingga

suhu tertentu sebelum dikonsumsi.

 Makanan yang segar alami (bukan suplemen). Sayur dan buah-buahan

segar lebih menyehatkan disbanding makanan pabrik (makanan kemasan

yang diawetkan) serta fast food dan junk food.

 Makanan golongan nabati lebih menyehatkan dibanding hewani.

Kelebihan makanan nabati disbanding hewani adalah sedikit kandungan

lemak, terutama lemak jenuh.

 Cara masak yang berlebihan. Sayuran yang terlalu lama direbus pada suhu

tinggi menyebabkan hilangnya sejumlah vitamin dan mineral.


4

 Teratur dalam penyajian. Untuk menjaga keseimbangan fungsi tubuh perlu

mengatur makanan secara teratur. Tidak membiasakan ‘makan seingatnya

dan sesempatnya’karena dapat mengakibatkan gangguan pencernanaan

misalnya buang air besar tidak teratur, dan sakit maag.

 Makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kapasitas lambung dengan

mengatur frekuensi makan, yakni 3 kali makan utama (pagi, siang, dan

malam) serta 2 kali makan penyelang.

 Minum 6 gelas sehari. Dalam sehari rata-rata tubuh memerlukan 2500 ml

air.

2.1 Konsep Tekanan Darah


2.1.1 Definisi Tekanan darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di
dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia.
Darah dengan lancar beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting
sebagai media pengangkut oksigen dan zat-zat lain yang diperlukan oleh sel-sel
tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa-sisa hasil
metabolisme yang tidak berguna lagi bagi jaringan tubuh (Syaifuddin, 2011).

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal bila tekanan
darah kurang dari 135/85 mmHg, sedangkan lebih dari 140/90 dinyatakan sebagai
hipertensi.
2.1.2 Pengukuran Tekanan Darah
Pengkuran tekanan darah dapat diukur dengan dua metode :
1. Metode langsung
Metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam
pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini
merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi
memerlukan persyaratan dan keahlian khusus.
5

2. Metode tidak langsung


Metode yang menggunakan spighmomanometer. Pengukuran tidak
langsung ini menggunakan dua cara yaitu :
a. Palpasi (yang diukur tekanan sistolik)
b. Auskultasi (yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik, cara
ini memerlukan alat stetoskope) (Syaifuddin, 2011).

2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Tekanan Darah


Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi tekanan darah antara lain :
1. Umur : Tekanan darah akan meningkat dengan bertambahnya umur.
2. Waktu pengukuran : Bila pagi hari tekanan darah agak menurun,
sedangkan bila siang hari dan sore hari sedikit lebih meningkat.
3. Latihan (exercise) dan aktivitas : Tekanan darah meningkat selama
exercise dan aktivitas.
4. Emosi dan nyeri : Emosi tinggi dan rasa nyeri dapat meningkatkan tekanan
darah, juga bila kandung kemih penuh atau pasien kedinginan, merokok
dan posisi kaki silang dapat meningkatkan tekanan darah.
5. Istirahat : Waktu istirahat dibawah kategori normal (6-8 jam/hari)
membuat kebutuhan oksigen dalam jaringan bertambah pula, hal tersebut
dapat meningkatkan kerja jantung untuk menyuplai oksigen ke seluruh
tubuh sehingga tekanan darah meningkat.
6. Miscellaneus faktor : Bila dalam posisi berbaring tekanan darah lebih
rendah daripada pasien duduk (Syaifuddin, 2011).

2.2 Konsep Hipertensi


2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka mordibitas
dan mortalitas (kematian). Takanan yang abnormal atau tinggi pada pembuluh
darah menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan
jantung, dan kerusakan ginjal (Wulandari, 2009).
6

Menurut WHO, hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi


persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik
diatas 90 mmHg.
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Menurut World Health Organization (WHO), tekanan darah dianggap normal
bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut digolongkan normal tinggi. Tingkatan
hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolik.
Tabel 1. Tingkatan Hipertensi
Kategori TD Sistolik TD Diastolik
Optimal <120 dan/atau <80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi Tingkat 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi Tingkat 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi Tingkat 3 ≥180 dan/atau ≥110
Hipertensi isolated ≥140 dan/atau <90
systolic
Sumber : Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi, 2014.
2.2.3 Etiologi Hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat digolongkan menjadi 2 bagian
besar yaitu :
a. Hipertensi essesnsial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang memiliki
beberapa kemungkinan penyebabnya. Beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Hipertensi primer terjadi karena kondisi masyarakat yang memiliki asupan
garam cukup tinggi yaitu lebih dari 6,8 gram setiap hari, serta karena faktor
genetik.
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan karena gangguan
pembuluh darah atau organ tertentu seperti ginjal, kelenjar adrenal, dan
aorta (Junaidi, 2010).

2.2.4 Patofisiologi Hipertensi


7

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah


secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Reflek
kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera.
Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
1. Perubahan anatomi fisiolog pembuluh darah
Ateroskerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai
dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis
merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh
darah. Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak dibawah lapisan
tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi
luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ
atau bagian tubuh tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium.
Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.
2. Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin converting enzime
(ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti Diuretik Hormon (ADH) dan rasa haus.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urine yang diekskresikan
keluar tubuh (antidiuresis) sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan engurangi ekskresi NaCl
8

(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya


konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume tekanan darah.
3. Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke gangluua simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini neuron preganglion melepaskan asetikolin yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
2.2.5 Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun
secara tidak disadari beberapa gejala terjadi secara bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi.
Tanda dan gejala hipertensi, antara lain :
a. Sakit pada bagian kepala belakang
b. Leher terasa kaku
c. Kelelahan
d. Mual
e. Sesak napas
f. Gelisah
g. Muntah
h. Sukar tidur
i. Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung,
dan ginjal.
Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita hipertensi.
Sering juga seseorang dengan keluhan sakit kepala belakang dan sukar tidur
ketika diukur tekanan darahnya menunjukkan angka tekanan darah yang normal.
9

Satu-satunya cara untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya dengan


mengukur tekanan darah (Ardyansah, 2012).

2.2.6 Penatalaksanaan
A. Terapi non farmakologik yang menjadi factor risiko terjadinya hipertensi
dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan
faktor yang tidak dapat diubah.
 Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain:
1) Genetik
Seseorang yang memiliki saudara atau orang tua punya hipertensi, maka
kemungkinan menderita lebih besar. Sebuah penelitian menujukkan tekanan
darah anak akan mendekati tekanan darah orang tuangya. Anak yang memiliki
hubungan darah cenderung sama dengan orang tuanya dari pada anak yang
diadopsi. Dalam hal ini gen keturunan sangat berpengaruh terhadap tekanan
darah seseorang dari pada faktor lingkungan (seperti makanan dan status
sosial) (Palmer dan Williams, 2007 dalam Eriana I, 2017).
2) Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka semakin berisiko lebih besar
terjadinya hipertensi. Dinegara inggris diusia pertengahan prevelensi
hipertensi sekitar 20% dan meningkat ke 50% diusia 60 tahun.Pembuluh darah
arteri kehilangan kadar kelenturan atau elastisitasnya serta tekanan darah
meningkat seiring bertambahnya usia. Pada usia muda hipertensi dapat terjadi,
namun prevelensinya rendah (Palmer dan Williams, 2007 dalam Eriana I,
2017).
3) Jenis kelamin
Pada pria tanda-tanda hipertensi sering pada usia akhir tiga puluhan
sedangkan wanita setelah menopause. Wanita memiliki risiko hipertensi
setelah usia 55 tahun. Salah satu penyebabnya dari keduanya karena hormone
kedua jenis keamin. Pada wanita hormone estrogen menurun pada menopause,
pada wanita kehilangan efek menguntungkan sehingga terjadi hipertensi
(Benson dan Casey, 2006 dalam Eriana I, 2017).
10

 Faktor yang dapat diubah yaitu pola hidup sehat untuk mencegah dan
mengontrol hipertensi
1) Stop merokok
Edukasi pasien agar tidak merokok, berhenti merokok, dan menghindari asap
rokok.
2) Gaya hidup aktif
Hidup sehat yaitu melakukan latihan fisik sedang selama minimal 30
menit setiap harinya, hal ini dapat menurunkan risiko terjadinya hipertensi
sebanyak 30-50%. Aktivitas fisk adalah setiap gerakan tubuh yang dapat
meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau pembakaran kalori.
Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah aktivitas fisik tingkat sedang seperti
membersihkan lantai, mencuci kendaraan, jalan kaki, atau aktivitas fisik lain
yang menggunakan sebagian besar otot tubuh. Aktivitas fisik dapat dilakukan
secara terus-menerus minimal 30 menit per hari atau 10 mdnit setiap sesi
hingga mencapai minimal 30 sesi per hari.
Tabel 2. Pengeluaran Kalori
Pemanasan Inti Pendinginan
Peregangan 10-15 Aerobik Peregangan 10-15
menit Daya tahan otot menit
Kelenturan

Setiap latihan fisik selalu dimulai dengan pemanasan, dilanjutkan dengan


latihan inti dan diakhiri dengan pendinginan. Pada penderita hipertensi
dianjurkan untuk melakukan pendinginan lebih lama agar tekanan darah tidak
turun mendadak pasca latihan fisik.
3) Mempertahankan berat badan tetap ideal
Sebanyak 30-65% penderita hipertensi tergolong obesitas, mengurangi
berat badan dapat menurunkan tekanan darah. Menurut WHO, Indeks Massa
Tubuh (IMT) normal adalah dalam rentang 18,5-24,9 dari perhitungan berat
badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m 2).
4) Makan gizi seimbang
11

Modifikas diit terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada pasien


hipertensi. Prinsip diit yang dianjurkan adalah gizi seimbang pembatasam
asupan natrium, serta cukup asupan kalium, kalsium, dan magnesium.
Pedoman umum gizi seimbang, yaitu mengonsumsi beragam bahan makanan,
meliputi sumber karbohidrat 3-8 porsi per hari, sayuran 2-3 porsi per hari,
buah-buahan 3-5 porsi per hari, protein nabati dan hewani masing-masing 2-3
porsi per hari serta sedikit garam dan gula.
5) Menurunkan asupan garam
Asupan natrium untuk pencegahan hipertensi dan pada hipertensi yang
dianjurkan adalah <100 mmol (2,4 gram) per hari atau setara dengan 6 gram
(satu sendok teh) garam dapur (natrium klorida). Bagi pasien dengan
hipertensi, asupan natrium dibatasi lebih rendah lagi, menjadi 1,5 gram per
hari atau 3,5-4 gram per hari. Walaupun tidak semua pasien hipertensi sensitif
terhadap natrium, namun pembatasan natrium dapat membantu terapi
farmakologik menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit
kardioserebrovaskuler.
6) Membatasi mengonsumsi alkohol (bagi yang minum)
Hindari mengonsumsi alkohol. Satu meta-analisis menunjukkan bahwa kadar
alkohol seberapapun akan meningkatkan tekanan darah. Mengurangi alkohol
pada penderita hipertensi yang biasa minum alkohol, akan menurunkan
tekanan darah rerata 3,8 mmHg (Ardyansah, 2012)

B. Terapi Farmakologi
a) Golongan diuretik
Populasi lanjut usia lebih rentan mengalami dehidrasi akibat penggunaan
thiazide dan hipotensi ortostatik. Jadi pengukuran tekanan darah posisi berdiri
perlu dilakukan, disamping pemantauan kadar elektrolit serum. Bila terjadi
hipokalemia, berikan suplemen kalium atau tambahkan pottasium-sparing
diuretic seperti spironolakton atau gunakan kombinasi obat-obatan seperti
triernterene/hydrochlorothiazide.
b) Golongan (β-Blocker)s (BB)
12

Obat golonganβ-Blockers (BB) dapat menurunkan mortalitas dan


mordibitas pasien hipertensi, menurunkan risiko penyakit jantung koroner,
prevensi terhadap serangan infark miokard ulang dan gagal jantung. Obat β-
Blockers yang bersifat lipofilik (seperti propanolo) dapat menembus sawar
darah otak, sehingga berefek sedasi, depresi, dan disfungsi seksual.
c) Golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) dan Angiotensin
Receptor Blocker (ARB)
ACEI dan ARBdiindikasikan terutama pada pasien hipertensi dengan gagal
jantung, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik. Menurut ONTARGET,
efektifitas ARBsama denganACEI. ACEIseperti lisinopril, ramipril, dan
trandolapril terutama diindikasikan untuk pasien pasca infark miokard, pasien
yang memiliki risiko tinggi penyakit kardiovaskuler dan untuk mencegah
rekurensi stroke.
d) Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)
Calsium Channel Blockers menghambat masuknya kalsium ke dalam sel
darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi arteri koroner dan juga arteri
perifer. Ada dua kelompok yaitu dihidripyridin dan nondihidropyridin,
keduanya efektif untuk pengobatan hipertensi. Secara keseluruhan Calsium
Channel Blockers untuk pasien yang memiliki faktor risiko tinggi penyakit
janyung koroner dan untuk pasien-pasien diabetes.
e) Golongan Antihipertensi lain
Peenggunaan penyekat reseptor alfa perifer, obat-obatan yang bekerja sentral
dan obat gologan vasodilator sangat terbatas karena efek samping yang
signifikan (Ardyansah, 2012).

KERANGKA TEORI

Orang
13

Perilaku hidup tidak sehat

Konsep Tekanan Darah 1. Merokok

1. Definisi Tekanan 2. Aktivitas fisik


darah
2. Pengukuran 3. Kebiasaan minum kopi
Tekanan Darah
3. Faktor-faktor yang 4. Makanan
Memengaruhi
Tekanan Darah

Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi
2. Klasifikasi Hipertensi
3. Etiologi Hipertensi
4. Patofisiologi Hipertensi
5. Tanda dan Gejala
Hipertensi
6. Penatalaksanaan

HIPERTENSI

Keterangan:
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= berhubungan
= berpengaruh
Gambar 1.1 Kerangka Teori Hubugan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi
Di Rsu An-Nisaa’ Blitar

Kerangka Penelitian
14

Merokok

Aktivitas fisik

Kebiasaan
minum kopi
Hipertensi

Makanan

Keterangan :

= Variabel Dependen

= Variabel Interdependen

Gambar 1.2 Kerangka Penelitian Hubugan Gaya Hidup dengan Kejadian


Hipertensi Di Rsu An-Nisaa’ Blitar

Anda mungkin juga menyukai