Anda di halaman 1dari 5

PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH :


INFORMASI DAN TEKNOLOGI DASAR

DOSEN PENGAMPU :
Yeni Cahyanti, S.Si., M.Si

DISUSUN OLEH :
Yovanta A. Mirandy (191103112)

ROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA
HUSADA
2021
Premenstrual Syndrome

Umumnya, gejala PMS muncul 1–2 minggu sebelum hari pertama menstruasi setiap


bulannya. Tingkat keparahan gejala yang muncul berbeda-beda pada setiap wanita, mulai dari
ringan, seperti kelelahan, hingga gejala yang lebih parah, seperti depresi.

A. Penyebab Premenstrual Syndrome

Penyebab premenstrual syndrome belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada


beberapa faktor yang diduga dapat memicu terjadinya PMS, yaitu:

1. Perubahan Hormon
Naik turunnya hormon tertentu pada wanita, yaitu hormon estrogen dan progesteron,
dapat memicu terjadinya PMS. Hal ini akan hilang jika wanita mengalami kehamilan
atau telah menopause.
2. Perubahan Zat Kimia di Otak
Naik turunnya serotonin, yaitu zat kimia di otak yang mengatur suasana hati, juga
dapat memicu terjadinya PMS. Kurangnya jumlah serotonin di otak dapat
menyebabkan perubahan emosi, seperti rasa gelisah yang berlebihan.

B. Faktor risiko premenstrual syndrome

Premenstrual syndrome pada dasarnya dapat dialami oleh setiap wanita, tetapi beberapa
faktor di bawah ini dapat meningkatkan risiko seorang wanita mengalami PMS:

1. Memiliki riwayat depresi.


2. Memiliki riwayat premenstrual syndrome dalam keluarga.
3. Mengalami trauma fisik atau emosi.
4. Merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol.
5. Mengonsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung tinggi garam atau gula.
6. Jarang berolahraga.
7. Kurang beristirahat atau tidur

C. Gejala Premenstrual Syndrome

Gejala PMS yang dialami setiap wanita dapat berbeda-beda dan berlangsung dalam
jangka waktu yang bervariasi. Berikut ini adalah beberapa gejala perubahan fisik, perubahan
perilaku dan perubahan emosi yang dapat terjadi ketika PMS adalah:

No Perubahan Fisik Perubahan Perilaku Perubahan Emosi

1. Rasa nyeri pada payudara Mudah lupa Mudah marah

2. Berat badan bertambah Mudah lelah Mudah menangis

3. Sakit kepala Konsentrasi memburuk Rasa gelisah yang


berlebihan

4. Pembengkakan pada tangan Nafsu makan Insomnia


atau kaki meningkat

5. Nyeri otot Gairah seks meningkat

6. Kram perut Depresi

7. Perut kembung

8. Tumbuh jerawat
D. Kapan harus ke dokter

Umumnya, gejala premenstrual syndrome bisa hilang dengan sendirinya ketika Anda


sudah mulai memasuki fase menstruasi. Namun, Anda perlu melakukan pemeriksaan ke
dokter jika gejala PMS dirasa sudah sangat mengganggu atau berlangsung terus-menerus dan
tidak kunjung membaik.

E. Diagnosis Premenstrual Syndrome

Untuk mendiagnosis premenstrual syndrome, dokter akan melakukan tanya jawab


mengenai keluhan yang dialami oleh pasien, sejak kapan keluhan itu dirasakan, dan
bagaimana siklus menstruasi pasien. Catatan siklus menstruasi pasien sangat dibutuhkan
untuk mendiagnosis premenstrual syndrome.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di bagian  munculnya


keluhan, seperti payudara dan perut. Diagnosis premenstrual syndrome umumnya tidak
membutuhkan pemeriksaan penunjang apa pun. Namun, di kasus tertentu, dokter mungkin
perlu melakukan pemeriksaan penunjang, seperti tes fungsi tiroid, untuk memastikan bahwa
gejala yang dialami bukan disebabkan oleh kondisi lain.

F. Pengobatan Premenstrual Syndrome

Tujuan pengobatan premenstrual syndrome adalah untuk meredakan keluhan yang


dialami. Maka dari itu, pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan gejala yang
pasien rasakan. Salah satu metode pengobatan yang dapat digunakan untuk menangani PMS
antara lain:

1. Obat nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), seperti ibuprofen atau


naproxen, untuk meredakan gejala fisik, seperti nyeri di perut, kepala, atau payudara.
2. Obat antidepresan, seperti fluoxetine atau paroxetine, untuk meredakan gejala emosi
atau perubahan suasana hati.
3. Obat diuretik, seperti spironolactone, untuk meringankan gejala perut kembung.
4. Pil KB, untuk menghentikan ovulasi, sehingga gejala fisik PMS mereda

Selain penggunaan obat-obatan, gejala PMS juga dapat diredakan dengan mengubah pola
hidup menjadi lebih sehat, seperti:
1. Melakukan aktivitas fisik atau berolahraga secara rutin.
2. Mengonsumsi makanan yang bergizi.
3. Membiasakan tidur 7–9 jam per hari.
4. Menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol.
5. Melakukan relaksasi.

G. Komplikasi Premenstrual Syndrome

Pada kasus tertentu, PMS dapat menimbulkan sejumlah komplikasi berikut ini:

1. Premenstrual dysphoric disorder (PMDD), yaitu PMS yang memiliki gejala lebih


parah.
2. Terganggunya aktivitas sehari-hari.
3. Bulimia.
4. Hipertensi.

H. Pencegahan Premenstrual Syndrome

Mengingat penyebab PMS tidak diketahui secara pasti, maka kondisi ini pun sulit untuk
dicegah. Upaya terbaik yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya PMS adalah
mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Anda mungkin juga menyukai