OLEH :
NIM : 19390020
KELAS :A
SEMESTER : II ( DUA )
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak saya sangat harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih saya ucapkan atas
waktunya untuk membaca makalah saya.
S
Kupang, juni 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perikanan berasal dari kata dasar ikan yang berimbuhan pe dan an yang berarti segala
kegiatan yang berhubungan dengan ikan. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hayati perairan. Sumber daya hayati perairan
tidak dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi, dan berbagai avertebrata
penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan, serta lingkungannya. Di Indonesia, menurut UU RI
No. 31/2004, sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 45/2009, kegiatan yang termasuk dalam
perikanan dimulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan dapat dianggap
merupakan usaha agribisnis.
Pada Bulan Maret 2020 awal, Indonesia memulai peperangan untuk menghadapi pandemi
Virus Corona (Virus Covid 19) yang mulai masuk di Indonesia. Tentunya dengan masuknya
pertama kali Virus Corona (Virus Covid 19) di Indonesia akan memberikan dampak secara tidak
langsung untuk negara Indonesia yang paling terasa adalah dampak dari Perekonomian dari negera
Indonesia.
Sebagai informasi, Virus Corona (Virus Covid 19) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh corona virus yang paling baru ditemukan. Virus dan penyakit baru ini tidak diketahui sebelum
wabah dimulai di Wuhan, Cina, pada bulan desember 2019 dan masih berlangsung hingga saat ini.
Bahkan pada bulan maret WHO mengumumankan bahwa Virus Corona (Virus Covid 19) ini
merupakan pandemi global yang harus diselesaikan bersama-sama karena sudah meluas disetiap
negara. Survey yang dilakukan oleh Facebook menunjukkan dengan masuknya Virus Corona (Virus
Covid 19) di Indonesia, hampir 80% responden dari negara Indonesia takut tertular penyakit Virus
Corona (Virus Covid 19), tentunya hal ini didasari oleh karena belum adanya vaksin untuk
mengatasi Virus Corona (Virus Covid 19) ini di seluruh Dunia Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
berharap, pelaku usaha bisa memanfaatkan peluang ekspor komoditas perikanan di tengah
merebaknya virus korona atau Covid-19 yang dinilai berpotensi mengakibatkan ketidakstabilan
global.
Menurut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto, fenomena
merebaknya virus korona juga bisa menjadi peluang bagi negara-negara lain untuk meningkatkan
ekspor dari berbagai produk yang selama ini kerap dilakukan oleh Tiongkok.
"Kondisi Tiongkok yang diterpa kasus Covid-19 membuat Tiongkok sulit melakukan ekspor," kata
Yugi Prayanto di acara Outlook Perikanan 2020, Rabu, (26/2). Lebih lanjut Yugi mengingatkan,
pentingnya untuk fokus pada perikanan budidaya, karena diproyeksikan produksi perikanan dunia
pada 2025 mencapai 196 juta ton. Dari jumlah tersebut, 52 persen adalah produk perikanan
budidaya, sehingga produksi budidaya diperkirakan sudah akan melampaui produksi perikanan
tangkap. Ia juga mengemukakan sejumlah tantangan yang dihadapi budidaya perikanan Indonesia,
antara lain; terkait regulasi yang harus sesuai dengan masukan dari seluruh pemangku
kepentingan, kepastian status lahan yang tidak tumpang tindih, serta iklim investasi. "Buat iklim
investasi lebih baik dengan melakukan inovasi kepada sektor perbankan untuk ikut mendorong
pergerakan ekonomi pembudidaya, misalnya dengan memberi keringanan bunga bagi
pembudidaya kecil,".
Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Tidak terkecuali juga nasib para nelayan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Dampak pandemi Covid-19 yang paling dirasakan nelayan yaitu harga ikan yang turun drastis
mencapai 50 persen. Hal ini tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan saat melaut.
Belum lagi biaya operasional yang tinggi. “Jadi, kerja di laut seperti sia-sia,” kata Muhammad Fauzi,
seorang nelayan disela-sela menurunkan ikan hasil tangkapannya, pada Minggu (29/03/2020).
Lebih lanjut, saat cuaca mendukung seperti sekarang ini biasanya dia bisa pulang membawa hasil
Rp3-5 juta sekali melaut. Semenjak merebaknya wabah virus Corona ini penghasilannya menurun
menjadi Rp1-1,5 juta. Fauzi merupakan nelayan mingguan. Sekali melaut dia membutuhkan waktu
antara 15-20 hari. Menurut dia, penghasilan bulan ini bisa dikatakan lebih parah daripada musim
angin kencang, kerugiannya lebih banyak. Meskipun begitu, lanjut pria bertubuh dempal ini, dia
berencana tetap berangkat melaut lagi. Sebabnya, tidak ada pilihan pekerjaan lain. “Kalau tidak
berangkat mau kerja apa? Kalau punya sawah ya mending bertani,” Imbuh pria 34 tahun ini. Ilmu
ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran. Inti dari masalah ekonomi adalah adanya tidak keseimbangan antara kebutuhan
manusia yang tidak terbatas sebagai alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena
teori penawaran tidak akan terjadi bila tidak ada teori permintaan, Ibaratkan konsumen membeli
baju dalam transaksinya itu ada permintaan dari penjual dan penawaran dari pembeli Kata
“ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani, yakni (oikos) yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan
(nomos), atau “peraturan, aturan, hukum,” dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah
tangga” atau “manajemen rumah tangga.” Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi
dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah Mikroekonomi vs Makroekonomi.
Beberapa orang menganggap bahwa ilmu ekonomi dimulai dan diakhiri dengan hukum
permintaan dan penawaran. Akan tetapi hukum yang dikenal dengan hukum penawaran dan
permintaan memang merupakan bagian yang terpenting dalam pemahaman kita mengenai sistem
pasar.Pertama kita perlu mengetahui apa saja yang mempengaruhi penawaran komoditi tertentu
berikutnya baru kita dapat melihat bagaimana penawaran bersama-sama menentukan harga serta
bagaimana sistem harga itu secara keseluruhan memungkinkan sistem perekonomian bereaksi
terhadap perubahan penawaran. Penawaran membantu kita dalam memahami keberhasilan sistem
harga dan juga kegagalannya.
Secara umum, subyek dalam ekonomi terbagi menjadi dua bagian, yaitu mikro ekonomi dan
makro ekonomi. Dalam ilmu ekonomi makro mempelajari ekonomi dalam tatarannya terhadap
kebijakan pemerintah dan tingkat pengangguran, sedangkan ilmu ekonomi mikro mempelajari
variable ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan dan rumah tangga.
Salah satu bagian dari pembahasan mikro ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan
produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk menghasilkan atau
menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya.
Pembahasan tentang perilaku produsen inilah yang kemudian diangkat sebagai tema untuk
melihat sejauh mana sebuah perusahaan dalam memproduksi kebutuhan konsumen-konsumennya.
Sehingga kendala pada pengambilan keputusan seberapa banyak peralatan produksi dan jumlah
tenaga kerja untuk memenuhi permintaan konsumen-konsumennya.
Dengan pendekatan ekonomi mikro, terutama yang menyangkut perilaku produsen,
khususnya suatu hukum yang disebut “Hukum hasil lebih yang semakin berkurang” serta produksi
optimal, diharapkan dapat dicapai kesimpulan mengenai berapa tingkat penggunaan sumber daya
atau input sehingga mampu menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan.
Sadar atau tidak, produsen sangat berpengaruh terhadap masyarakat karena produsen yang
menyediakan sebagian dari kebutuhan kita. Namun, produsen tidak asal menyediakan keperluan
masyarakat. Dalam memproduksi barang yang akan disalurkan, produsen juga memiliki tahap-
tahap yang harus dijalankan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, para produsen juga
harus jujur dalam pembuatan produksinya maupun dalam penjualan produksinya agar masyarakat
dapat tetap percaya kepada produsen yang bersangkutan.
Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan sangat penting dalam
meningkatkan Sektor pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Salah satu subsektor pertanian
adalah subsektor perikanan. Peluang besar dimiliki oleh sektor perikanan untuk menopang program
nasional ketahanan pangan, terutama dalam hal pen cukupan kebutuhan protein. Alasan utamanya
adalah bahwa ikan merupakan sumber pangan berkandungan protein tinggi, sedangkan di sisi lain
kapasitas produksi sumber daya perikanan Indonesia cukup memadai. Inilah yang masi menjadi
salah satu alasan, bagi negara Indonesia untuk saat ini adalah untuk mempertahankan usaha
perikanan Indonesia.
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi
dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya
modal, dan tidak jelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan
permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi
perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada
kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini
tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas
moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu
digit atau inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam modern, seperti Ahmad
Hasan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan
dirham sebagai jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia ekonomi
modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam mulia dînâr dan dirham dapat menjamin
keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan nilai terhadap setiap komoditas
yang ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses terwujudnya ekonomi makro yang kuat
dengan dukungan penuh mata uang yang berbasis kekuatan riil materialnya. Terjadinya inflasi
dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan
terganggu, mendorong investasi yang keliru, dan menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi
inflasi merupakan sasaran utama kebijakan moneter. Pengaruh inflasi cukup besar pada
kehidupan ekonomi, inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat
perhatian para ekonom, pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan
kebijakan dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan. Sektor
perikanan di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan sangat penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Salah satu subsektor pertanian adalah
subsektor perikanan.Subsektor perikanan juga merupakan sektor yang berpotensi untuk
menghasilkan dan dikembangkan karena Indonesia merupakan negara maritime atau kelautan
yang wilayah perairannya lebih luas daripada daratannya yaitu mencapai 5,8 juta Km atau
mendekati 70% dari luas keseluruhan Negara Indonesia (Terangi, 2010) sehingga banyak terdapat
sumber daya alam kelautan terutama ikan. Produksi perikanan Indonesia dari tahun 2010 sampai
2011 mengalami peningkatan dari 12,86 juta ton menjadi 15,39 juta ton.
Dalam rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan (sustainable fisheries
cupture) sesuai dengan ketentuan pelaksanaan perikanan yang bertanggung jawab (FAO Code of
conduct for Responsible Fisheries/CCRF) maka eksploitasi sumber daya hayati laut harus dapat
dilakukan secara bertanggung jawab (Responsible fisheries).
Data dari SOFIA (The State of World Fisheries and Aquaculture) menyatakan bahwa 5 % dari
perikanan dunia dalam status deplesi atau penurunan produksi secara terus menerus, 16 % terlah
dieksploitasi secara berlebihan dan melampaui batas optimim produksi, 52 % telah penuh
eksploitasi, 23 % pada tahap moderat yang artinya produksinya masih dapat ditingkatkan meskipun
dalam jumlah yang kecil, 3 % sumber daya ikan masih di bawah tingkat eksploitasi optimumnya dan
hanya 1 % yang dalam proses pemulihan melalui program-program konservasi.
Berdasarkan tersebut di atas, untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan perlu dikaji
penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan dari segi pengoperasian alat
penangkapan ikan, daerah penangkapan dan lain sebagainya sesuai dengan tata laksana untuk
perikanan yang bertanggungjawab atau Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF).
Isu, rumor, atau desas-desus adalah suatu konsekuensi atas beberapa tindakan yang
dilakukan oleh satu atau beberapa pihak yang dapat menghasilkan negosiasi dan penyesuaian
sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau kriminal atau dapat menjadi masalah kebijakan publik
melalui tindakan legislatif atau perundangan menurut Hainsworth & Meng. Sedangkan menurut
Barry Jones & Chase isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil
keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik korporat dengan harapan-
harapan para stakeholder. Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas, isu adalah suatu hal
yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan
memberikan efek negatif terhadap organisasi dan berlanjut pada tahap krisis. Pembangunan
ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan per kapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan
ekonomi. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami
pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan
ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Perbedaan antara keduanya
adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan
dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan
ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor
perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.
B. Tujuan
Berdasar latar belakang di atas, maka saya dapat merumuskan bagaimana :
1. Dampak virus corona terhadap perekonomian global khususnya perikanan di Indonesia.
2. Mempelajari dan mengetahui teori penawaran dan perilaku produsen hasil perikanan.
3. Mempelajari dan mengetahu tentang analisa dan pendapatan usaha perikanan
4. Mempelajari dan mengetahui tentang inflasi dan kebijakan ekonomi perikanan
5. Mempelajari dan mengetahui tentang isu dan kebijakan pembangunan ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN
Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Tidak terkecuali juga nasib para nelayan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa
Timur. Dampak pandemi Covid-19 yang paling dirasakan nelayan yaitu harga ikan yang turun
drastis mencapai 50 persen. Hal ini tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan saat
melaut. Belum lagi biaya operasional yang tinggi. “Jadi, kerja di laut seperti sia-sia,” kata
Muhammad Fauzi, seorang nelayan disela-sela menurunkan ikan hasil tangkapannya, pada
Minggu (29/03/2020). Lebih lanjut, saat cuaca mendukung seperti sekarang ini biasanya dia
bisa pulang membawa hasil Rp3-5 juta sekali melaut. Semenjak merebaknya wabah virus
Corona ini penghasilannya menurun menjadi Rp1-1,5 juta. Fauzi merupakan nelayan
mingguan. Sekali melaut dia membutuhkan waktu antara 15-20 hari. Menurut dia, penghasilan
bulan ini bisa dikatakan lebih parah daripada musim angin kencang, kerugiannya lebih banyak.
Meskipun begitu, lanjut pria bertubuh dempel ini, dia berencana tetap berangkat melaut lagi.
Sebabnya, tidak ada pilihan pekerjaan lain. “Kalau tidak berangkat mau kerja apa? Kalau
punya sawah ya mending bertani,” Imbuh pria 34 tahun ini.
Ada beberapa dampak yang di sebabkan oleh virus corona terhadap perekonomian
global khususnya perikanan di Indonesia
a. Ikan Menumpuk
Sedangkan Amir (50 tahun), nelayan lainnya mengatakan biasanya menjual ikan
kakap merah (Lutjanus campechanus) Rp60 ribu/kg. Sekarang ini turun hingga Rp25-30
ribu/kg. Penurunan harga ikan, katanya, terjadi sudah sebulan. Meskipun harganya murah dia
tetap menjual ikan hasil tangkapannya itu. Sebab jika tidak segera dijual, ikan semakin basi.
Selain ukuran, harga ikan ditentukan dari kesegarannya. Padahal awalnya, begitu ikan hasil
tangkapan sampai ke tempat pelelangan langsung dimasukkan ke dalam truk, kemudian
serentak berangkat ke pabrik-pabrik. Ikan tidak sampai menumpuk di Tempat Pelelangan Ikan
(TPI). “Sekarang ini sebagian pembeli sudah tidak ada tempat untuk menimbun ikan,” kata
Amir. Bahkan truk-truk pengangkut ikan yang sudah berangkat tidak bisa kembali karena
kebijakan karantina wilayah di beberapa daerah di Indonesia.
Amir mengaku, dampak lain yang dia rasakan yaitu waktu memancing di laut lebih
diperpendek menjadi 3-4 hari. Alhasil, tangkapan ikan semakin sedikit. Padahal sekarang ini
cuaca sedang bagus untuk mencari ikan di laut. Biasanya selama seminggu di laut paling
tidak bisa membawa pulang 4-5 kuintal hasil tangkapan ikan. “Kalau stabil minimal bisa dapat
Rp15 juta. Sekarang ini habis di perbekalan (untuk melaut),” imbuhnya. Sekali berangkat,
lanjut dia, nelayan biasanya menghabiskan Rp6-7 juta untuk biaya operasional termasuk
untuk perbekalan melaut. Untuk itu dia berharap pemerintah bisa menstabilkan harga ikan di
tingkat nelayan atau menurunkan harga barang pokok kebutuhan nelayan, seperti harga
solar. Sementara itu, Siti Aminah (45), buruh sortir ikan atau ngorek istilah setempat,
berharap tidak ada yang terinfeksi wabah virus Corona di PPN Brondong. Sehingga tidak ada
wacana untuk penutupan. Sebab, menurutnya di PPN ini sudah menjadi jantung
perekonomian masyarakat sekitar. Sama seperti yang dirasakan banyak orang, Aminah
sebenarnya juga merasa khawatir. Namun, karena harus menghidupi keluarga terpaksa dia
harus tetap bekerja. “Sebelum ada wabah ini, banyak turis yang datang kesini. Selagi tidak
ada orang luar yang masuk lagi, insya Allah aman,” katanya. Dia mengaku, anjloknya harga
ikan ini juga berpengaruh ke pendapatannya. Biasanya dalam waktu 3-5 jam bekerja, dia bisa
mendapatkan upah antara Rp30-50 ribu. Sekarang ini turun menjadi Rp15-25 ribu.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meminta kepada kepala daerah agar
akses pengiriman sarana produksi dan logistik di bidang kelautan dan perikanan tidak dibatasi,
termasuk wilayah-wilayah yang menjadi zona merah pandemi Covid-19 di Indonesia. Hal itu
dilakukan menyusul banyaknya keluhan dari para pelaku usaha perikanan yang terkendala
dalam akses keluar dan masuk wilayah yang mengeluarkan kebijakan pembatasan dan
penutupan akses ke wilayahnya masing-masing belakangan ini. Padahal, Presiden Joko
Widodo dalam arahannya meminta daerah untuk mempermudah akses pengiriman logistik
untuk mensuplai kebutuhan pangan masyarakat sehingga produktivitas, daya beli dan suplai
pangan tetap terjaga. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, berharap
agar akses pengiriman input produksi meliputi pakan ikan, induk/calon induk, benih, bibit
rumput laut dan sarana produksi lainnya serta hasil produksi budidaya dan nelayan,
dipermudah dan tidak dibatasi. “Sektor Perikanan, khususnya sub sektor perikanan budidaya
ini kan sangat erat kaitannya dengan masalah suplai pangan bagi masyarakat. Di tengah
wabah Covid-19 ini tantangan kita adalah penyediaan pangan termasuk di dalamnya produk
ikan,” kata Slamet dalam siaran pers KKP, Rabu (1/4/2020). Dia mengingatkan, bahwa produk
perikanan bisa tersedia jika produksi tetap berjalan. Karenanya, KKP telah menyiapkan strategi
salah satunya mendorong distribusi bantuan sarana produksi dan menjamin sistem logistik ikan
tidak terganggu.
KKP, kata Slamet, telah mengirim surat permohonan kepada gugus tugas percepatan
penanganan Covid-19 agar memberikan jaminan akses keluar dan masuk distribusi input
produksi perikanan dan logistik ikan ke berbagai wilayah. Ini penting untuk memberikan
kepastian usaha, khususnya bagi UMKM perikanan. “Pak Menteri sudah kirim surat resmi ke
Bapak Presiden, cq: Kepala Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pak
Donny (Munardo). Intinya meminta agar akses distribusi input produksi dan logistik ikan tidak
mengalami gangguan,” jelasnya. Surat permohonan ditembuskan ke Menko bidang
Kemaritiman dan investasi, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Panglima TNI, Kapolri,
ke para Gubernur, dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia. Menurut Slamet, pihaknya meminta
arahan dari pihak terkait mengenai protokol atau SOP teknis di lapangan yang harus dilakukan
pembudidaya atau pelaku usaha perikanan. “Apakah perlu membawa surat pengantar atau
seperti apa, nanti kita tunggu. Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah clear. Pesan saya,
para pelaku tidak perlu khawatir, KKP selalu memantau setiap kejadian di lapangan dan siap
hadir kapan pun,” jelas Slamet Sebelumnya hasil pantauan di lapangan, beberapa pengusaha
perikanan di Kabupaten Pati, Jateng, terpaksa sementara mengurungkan pengiriman ikan ke
Jakarta karena merasa khawatir ada penutupan akses. Di Jawa Barat, pengiriman bantuan
pakan ikan mandiri dari Pangandaran sebanyak 20 ton sempat tertahan 1 hari akibat sulitnya
akses ke wilayah zona merah. Baru-baru ini juga Gabungan Pengusaha Makanan Ternak,
meminta pemerintah tidak membatasi akses pengiriman pakan ke berbagai wilayah, jika
kebijakan karantina wilayah diberlakukan.
Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat
umum dan terus-menerus. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus
yang bersumber dari terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang. Dari
pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala di mana
banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang
terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan di seluruh penjuru suatu negara bahkan dunia.
Kenaikan harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga
barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan
yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut. Perlu diingat bahwa kenaikan harga dari satu
atau dua barang saja tidak disebut inflasi.
a. Kebijakan Mikro
Kebijakan mikro adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua perusahaan
tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan oleh atau disektor mana dan diwilayah mana
perusahaan yang bersangkutan beroperasi.
Contoh kebijakan pemerintah :
Peraturan pemerintah yang mempengaruhi pola hubungan kerja (manajer
dengan para pekerja), kondisi kerja dalam perusahaan.
Kebijakan kemitraan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil di semua
sektor ekonomi.
Kebijakan kredit bagi perusahaan kecil di semua sektor dan lain-lain.
Menetapkan harga minimum dan maksimum untuk melindungi produsen atau
konsumen.
b. Kebijakan Meso
Kebijakan Meso di bagi menjadi 2 arti yaitu :
1. Kebijakan ekonomi meso dalam arti sektoral adalah kebijakan ekonomi yang khusus di
tunjukan pada sektor-sektor tertentu. Setiap departemen pemerintah mengeluarkan
kebijakan sendiri, yang bisa sama / berbeda, untuk sektornya. Kebijakan ini
mencangkup keuangan, distribusi, produksi, tata niaga, sistem pengadaan bahan baku,
ketenagakerjaan, termasuk sistem penggajian, investasi, jaminan sosial bagi bekerja
dan sebagainya.
2. Kebijakan ekonomi meso dalam arti regional adalah kebijakan ekonomi yang di
tunjukan pada wilayah tertentu. Misalnya, kebijakan industri regional di kawasan timur
Indonesia (KTI) yang mencangkup kebijakan industri regional, kebijakan investasi
regional, kebijakan fiscal regional, kebijakan pembangunan infrastruktur regional,
kebijakan pendapatan, dan pengeluaran pemerintah daerah kebijakan distribusi
pendapatan regional, kebijakan pendapatan, kebijakan perdagangan regional, dan
sebagainya. Kebijakan ekonomi regional bisa dikeluarkan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
c. Kebijakan Makro
Kebijakan ini mencakup semua aspek ekonomi pada tingkat nasional, misalnya
kebijakan uang ketat (kebijakan moneter). Kebijakan makro ini bisa mempengaruhi
kebijakan meso (sektoral atau regional), kebijakan mikro menjadi lebih atau kurang efektif.
Instrumen yang digunakan untuk kebijakan ekonomi makro adalah tarif pajak, jumlah
pengeluaran pemerintah melalui APBN, ketetapan pemerintah dan intervensi langsung di
pasar valuta untuk mempengaruhi nilai tukar mata uang rupiah terhadap valas. (Tulus
Tambunan, 1996).
Berikut ini contoh kebijakan makro,yaitu :
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut
dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan
output keseimbangan. Dengan kata lain kebijakan moneter adalah proses di mana
pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara kontrol suplai uang,
ketersediaan uang, dan biaya uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan
tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Kebijakan Moneter
bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu
harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan
moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua,
untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar
dengan mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang adalah di
bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem diatur menerbitkan mata
uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter
memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian
mempengaruhi tingkat suku bunga.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
a. Kebijakan moneter kuantitatif
Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif biasanya berupa campur
tangan bank sentral secara langsung terhadap kebijakan perbankan.
Maksudnya, bank Indonesia berperan sebagai regulasi dan bertindak
secara aktif dalam kegiatan pasar uang.
b. Kebijakan moneter kualitatif
Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif biasanya berupa
pengawasan dan imbauan bank sentral kepada kegiatan perbankan.
Maksudnya, bank sentral ( bank Indonesia) tidak campur tangan secara
langsung.
d. Strategi Kebijakan Pembangunan Ekonomi di Indonesia
1. Mengembangkan koridor pembangunan ekonomi Indonesia dengan cara membangun
pusat-pusat perekonomian di setiap pulau. Selain mengembangkan klaster industri
berbasis sumber-sumber superior. Baik komoditas maupun sektor. Koridor
pembangunan ekonomi Indonesia terbagi dalam empat tahap :
Mengindentifikasikan pusat-pusat perekonomian, misalnya ibukota provinsi
Menentukan kebutuhan penghubung antara pusat ekonomi tersebut, seperti
tarif barang.
Validasi untuk memastikan sejalan dengan pembangunan nasional, yakni
pengaturan area tempat tinggal dengan sistem infrastruktur serta fasilitas.
Menentukan hubungan lokasi sektor fokus, guna menunjang fasilitas. Misalnya
menghubungkan area pertambangan dengan kawasan pemrosesnya.
2. Memperkuat hubungan nasional baik secara lokal maupun internasional. Hal ini bisa
mengurangi biaya transaksi, menciptakan sinergi antara pusat-pusat pertumbuhan dan
menyadari perlunya akses-akses ke sejumlah layanan. Seperti intra dan inter-
konektivitas antara pusat pertumbuhan serta pintu perdagangan dan pariwisata
internasional. Integrasi ekonomi merupakan hal terbaik untuk mencapai keuntungan
langsung dari konsentrasi produksi. Serta dalam jangka panjang, meningkatkan standar
kehidupan.
3. Mempercepat kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan nasional atau Iptek. Selain
tiga strategi utama ini, juga ada beberapa strategi pendukung seperti kebijakan
investasi, perdagangan dan finansial. Beberapa elemen utama di sektor Iptek adalah
meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan kejuruan tinggi serta
pelatihannya. Meningkatkan level kompetensi teknologi dan sumber daya ahli.
Peningkatan aktivitas riset dan pengembangan, baik pemerintah maupun swasta,
dengan memberikan insentif serta menaikkan anggaran. Kemudian mengembangkan
sistem inovasi nasional, termasuk pembiayaannya. Saat ini, masalah utama yang
dihadapi adalah kemampuan riset dan pengembangan yang digunakan untuk mencari
solusi teknologi. Kemampuan pengguna untuk menyerap teknologi yang ada. Serta
transaksi antara riset dan pengembangan sebagai pemasok solusi teknologi dengan
penggunanya tak terbangun dengan baik.
e. Kebijaksanaan Pemerintah
Tujuan utama atau akhir kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup
atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Diukur secara ekonomi, kesejahteraan masyarakat
tercapai bila tingkat pendapatan riil rata-rata per kapita tinggi dengan distribusi pendapatan
yang retif merata. Tujuan ini tidak bisa tercapai hanya dengan kebijakan ekonomi saja.
Diperlukan juga kebijakan non kebijakan ekonomi saja. Diperlukan juga kebijakan non
ekonomi, seperti kebijakan sosial yang menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan.
Kebijakan ekonomi dan kebijakan non ekonom harus saling mendukung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia merupakan Negara maritime sehingga usaha dalam dunia perikanan memiliki
potensi yang sangat besar.
Salah satu usaha perikanan adalah perikanan tangkap.
Usaha perikanan adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem bisnis perikanan yang
meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran.
usaha perikanan tangkap adalah usaha perikanan yang berbasis pada kegiatan
penangkapan ikan dan/atau kegiatan pengangkutan ikan.
Hukum yang mengatur mengenai usaha perikanan tangkap adalah mengacu pada
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.14/MEN/2011
tentang Usaha Perikanan Tangkap.
Pelanggaran penggunaan alat tangkap dan metoda penangkapan ikan bukan berita baru
lagi dalam kegiatan penangkapan ikan. Salah satunya adalah pelanggaran penggunaan
trawl (pukat harimau) secara illegal di beberapa wilayah peraiaran. Disamping
mengevaluasi dampak pengoperasian alat tangkap, perencanaan pemanfaatan
sumberdaya juga harus mempertimbangkan aspek dinamika upaya penangkapan ikan.
Kesalahan mengantisipasi dinamika upaya penangkapan ikan akan berdampak pada apa
yang dinamakan sebagai berlebihnya kapasitas perikanan atau overcapacity.
Bagi negara sedang berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara
pendapatan negara yang sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan untuk
menyediakan barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang lainya lebih besar.
Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran daari dua kebijakan bdiatas
yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang
yang beredar secara bersama-sama.
B. Saran
Penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya sangat
membutuhkan kritikan dan saran dalam penyempurnaan makalah
DAFTAR PUSTAKA
https://duta.co/dampak-virus-corona-terhadap-perekonomian-global-khususnya-di-
Indonesia
https://pasardana.id/news/2020/2/27/dampak-virus-corona-kadin-ada-peluang-untuk-
tingkatkan-ekspor-ikan/
https://www.mongabay.co.id/2020/04/02/dampak-covid-19-harga-tangkapan-ikan-nelayan-
turun-drastis/
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pembangunan-ekonomi-di-indonesia.html
http://andraina_af-fisip12.web.unair.ac.id/
http://perencanaan.ipdn.ac.id/kajian-perencanaan/kajian-
perencanaan/sistemperencanaanpembangunannasionalsppn
http://www.plengdut.com/2013/01/macam-macam-sistem-ekonomi.html
http://gatrickflash.wordpress.com/2012/11/17/macam-macam-sistem-ekonomi/