Anda di halaman 1dari 31

UJIAN AKHIR SEMSTER ( UAS )

PENGANTAR ILMU EKONOMI PERIKANAN

OLEH :

NAMA : ALDI UMBU MUKA SABAKODI

NIM : 19390020

KELAS :A

SEMESTER : II ( DUA )

DOSEN PENGASUH : DEDY RAIDONS SE’U,SE.,MM

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

KUPANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak saya sangat harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih saya ucapkan atas
waktunya untuk membaca makalah saya.

S
Kupang, juni 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perikanan berasal dari kata dasar ikan yang berimbuhan pe dan an yang berarti segala
kegiatan yang berhubungan dengan ikan. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hayati perairan. Sumber daya hayati perairan
tidak dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi, dan berbagai avertebrata
penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan, serta lingkungannya. Di Indonesia, menurut UU RI
No. 31/2004, sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 45/2009, kegiatan yang termasuk dalam
perikanan dimulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan dapat dianggap
merupakan usaha agribisnis.
Pada Bulan Maret 2020 awal, Indonesia memulai peperangan untuk menghadapi pandemi
Virus Corona (Virus Covid 19) yang mulai masuk di Indonesia. Tentunya dengan masuknya
pertama kali Virus Corona (Virus Covid 19) di Indonesia akan memberikan dampak secara tidak
langsung untuk negara Indonesia yang paling terasa adalah dampak dari Perekonomian dari negera
Indonesia.
Sebagai informasi, Virus Corona (Virus Covid 19) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh corona virus yang paling baru ditemukan. Virus dan penyakit baru ini tidak diketahui sebelum
wabah dimulai di Wuhan, Cina, pada bulan desember 2019 dan masih berlangsung hingga saat ini.
Bahkan pada bulan maret WHO mengumumankan bahwa Virus Corona (Virus Covid 19) ini
merupakan pandemi global yang harus diselesaikan bersama-sama karena sudah meluas disetiap
negara. Survey yang dilakukan oleh Facebook menunjukkan dengan masuknya Virus Corona (Virus
Covid 19) di Indonesia, hampir 80% responden dari negara Indonesia takut tertular penyakit Virus
Corona (Virus Covid 19), tentunya hal ini didasari oleh karena belum adanya vaksin untuk
mengatasi Virus Corona (Virus Covid 19) ini di seluruh Dunia Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
berharap, pelaku usaha bisa memanfaatkan peluang ekspor komoditas perikanan di tengah
merebaknya virus korona atau Covid-19 yang dinilai berpotensi mengakibatkan ketidakstabilan
global.
Menurut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto, fenomena
merebaknya virus korona juga bisa menjadi peluang bagi negara-negara lain untuk meningkatkan
ekspor dari berbagai produk yang selama ini kerap dilakukan oleh Tiongkok.
"Kondisi Tiongkok yang diterpa kasus Covid-19 membuat Tiongkok sulit melakukan ekspor," kata
Yugi Prayanto di acara Outlook Perikanan 2020, Rabu, (26/2). Lebih lanjut Yugi mengingatkan,
pentingnya untuk fokus pada perikanan budidaya, karena diproyeksikan produksi perikanan dunia
pada 2025 mencapai 196 juta ton. Dari jumlah tersebut, 52 persen adalah produk perikanan
budidaya, sehingga produksi budidaya diperkirakan sudah akan melampaui produksi perikanan
tangkap. Ia juga mengemukakan sejumlah tantangan yang dihadapi budidaya perikanan Indonesia,
antara lain; terkait regulasi yang harus sesuai dengan masukan dari seluruh pemangku
kepentingan, kepastian status lahan yang tidak tumpang tindih, serta iklim investasi. "Buat iklim
investasi lebih baik dengan melakukan inovasi kepada sektor perbankan untuk ikut mendorong
pergerakan ekonomi pembudidaya, misalnya dengan memberi keringanan bunga bagi
pembudidaya kecil,".
Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Tidak terkecuali juga nasib para nelayan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Dampak pandemi Covid-19 yang paling dirasakan nelayan yaitu harga ikan yang turun drastis
mencapai 50 persen. Hal ini tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan saat melaut.
Belum lagi biaya operasional yang tinggi. “Jadi, kerja di laut seperti sia-sia,” kata Muhammad Fauzi,
seorang nelayan disela-sela menurunkan ikan hasil tangkapannya, pada Minggu (29/03/2020).
Lebih lanjut, saat cuaca mendukung seperti sekarang ini biasanya dia bisa pulang membawa hasil
Rp3-5 juta sekali melaut. Semenjak merebaknya wabah virus Corona ini penghasilannya menurun
menjadi Rp1-1,5 juta. Fauzi merupakan nelayan mingguan. Sekali melaut dia membutuhkan waktu
antara 15-20 hari. Menurut dia, penghasilan bulan ini bisa dikatakan lebih parah daripada musim
angin kencang, kerugiannya lebih banyak. Meskipun begitu, lanjut pria bertubuh dempal ini, dia
berencana tetap berangkat melaut lagi. Sebabnya, tidak ada pilihan pekerjaan lain. “Kalau tidak
berangkat mau kerja apa? Kalau punya sawah ya mending bertani,” Imbuh pria 34 tahun ini. Ilmu
ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran. Inti dari masalah ekonomi adalah adanya tidak keseimbangan antara kebutuhan
manusia yang tidak terbatas sebagai alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena
teori penawaran tidak akan terjadi bila tidak ada teori permintaan, Ibaratkan konsumen membeli
baju dalam transaksinya itu ada permintaan dari penjual dan penawaran dari pembeli  Kata
“ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani, yakni (oikos) yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan
(nomos), atau “peraturan, aturan, hukum,” dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah
tangga” atau “manajemen rumah tangga.” Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi
dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah Mikroekonomi vs Makroekonomi.
Beberapa orang menganggap bahwa ilmu ekonomi dimulai dan diakhiri dengan hukum
permintaan dan penawaran. Akan tetapi hukum yang dikenal dengan hukum penawaran dan
permintaan memang merupakan bagian yang terpenting dalam pemahaman kita mengenai sistem
pasar.Pertama kita perlu mengetahui apa saja yang mempengaruhi penawaran komoditi tertentu
berikutnya baru kita dapat melihat bagaimana penawaran bersama-sama menentukan harga serta
bagaimana sistem harga itu secara keseluruhan memungkinkan sistem perekonomian bereaksi
terhadap perubahan penawaran. Penawaran membantu kita dalam memahami keberhasilan sistem
harga dan juga kegagalannya.

Secara umum, subyek dalam ekonomi terbagi menjadi dua bagian, yaitu mikro ekonomi dan
makro ekonomi. Dalam ilmu ekonomi makro mempelajari ekonomi dalam tatarannya terhadap
kebijakan pemerintah dan tingkat pengangguran, sedangkan ilmu ekonomi mikro mempelajari
variable ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan dan rumah tangga.
Salah satu bagian dari pembahasan mikro ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan
produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk menghasilkan atau
menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya.
Pembahasan tentang perilaku produsen inilah yang kemudian diangkat sebagai tema untuk
melihat sejauh mana sebuah perusahaan dalam memproduksi kebutuhan konsumen-konsumennya.
Sehingga kendala pada pengambilan keputusan seberapa banyak peralatan produksi dan jumlah
tenaga kerja untuk memenuhi permintaan konsumen-konsumennya.
Dengan pendekatan ekonomi mikro, terutama yang menyangkut perilaku produsen,
khususnya suatu hukum yang disebut “Hukum hasil lebih yang semakin berkurang” serta produksi
optimal, diharapkan dapat dicapai kesimpulan mengenai berapa tingkat penggunaan sumber daya
atau input sehingga mampu menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan.
Sadar atau tidak, produsen sangat berpengaruh terhadap masyarakat karena produsen yang
menyediakan sebagian dari kebutuhan kita. Namun, produsen tidak asal menyediakan keperluan
masyarakat. Dalam memproduksi barang yang akan disalurkan, produsen juga memiliki tahap-
tahap yang harus dijalankan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, para produsen juga
harus jujur dalam pembuatan produksinya maupun dalam penjualan produksinya agar masyarakat
dapat tetap percaya kepada produsen yang bersangkutan.
Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan sangat penting dalam
meningkatkan Sektor pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Salah satu subsektor pertanian
adalah subsektor perikanan. Peluang besar dimiliki oleh sektor perikanan untuk menopang program
nasional ketahanan pangan, terutama dalam hal pen cukupan kebutuhan protein. Alasan utamanya
adalah bahwa ikan merupakan sumber pangan berkandungan protein tinggi, sedangkan di sisi lain
kapasitas produksi sumber daya perikanan Indonesia cukup memadai. Inilah yang masi menjadi
salah satu alasan, bagi negara Indonesia untuk saat ini adalah untuk mempertahankan usaha
perikanan Indonesia.

Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi
dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya
modal, dan tidak jelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan
permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi
perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada
kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini
tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas
moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu
digit atau inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam modern, seperti Ahmad
Hasan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan
dirham sebagai jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia ekonomi
modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam mulia dînâr dan dirham dapat menjamin
keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan nilai terhadap setiap komoditas
yang ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses terwujudnya ekonomi makro yang kuat
dengan dukungan penuh mata uang yang berbasis kekuatan riil materialnya. Terjadinya inflasi
dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan
terganggu, mendorong investasi yang keliru, dan menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi
inflasi merupakan sasaran utama kebijakan moneter. Pengaruh inflasi cukup besar pada
kehidupan ekonomi, inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat
perhatian para ekonom, pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan
kebijakan dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan. Sektor
perikanan di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan sangat penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Salah satu subsektor pertanian adalah
subsektor perikanan.Subsektor perikanan juga merupakan sektor yang berpotensi untuk
menghasilkan dan dikembangkan karena Indonesia merupakan negara maritime atau kelautan
yang wilayah perairannya lebih luas daripada daratannya yaitu mencapai 5,8 juta Km atau
mendekati 70% dari luas keseluruhan Negara Indonesia (Terangi, 2010) sehingga banyak terdapat
sumber daya alam kelautan terutama ikan. Produksi perikanan Indonesia dari tahun 2010 sampai
2011 mengalami peningkatan dari 12,86 juta ton menjadi 15,39 juta ton.
Dalam rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan (sustainable fisheries
cupture) sesuai dengan ketentuan pelaksanaan perikanan yang bertanggung jawab (FAO Code of
conduct for Responsible Fisheries/CCRF) maka eksploitasi sumber daya hayati laut harus dapat
dilakukan secara bertanggung jawab (Responsible fisheries).
Data dari SOFIA (The State of World Fisheries and Aquaculture) menyatakan bahwa 5 % dari
perikanan dunia dalam status deplesi atau penurunan produksi secara terus menerus, 16 % terlah
dieksploitasi secara berlebihan dan melampaui batas optimim produksi, 52 % telah penuh
eksploitasi, 23 % pada tahap moderat yang artinya produksinya masih dapat ditingkatkan meskipun
dalam jumlah yang kecil, 3 % sumber daya ikan masih di bawah tingkat eksploitasi optimumnya dan
hanya 1 % yang dalam proses pemulihan melalui program-program konservasi.
Berdasarkan tersebut di atas, untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan perlu dikaji
penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan dari segi pengoperasian alat
penangkapan ikan, daerah penangkapan dan lain sebagainya sesuai dengan tata laksana untuk
perikanan yang bertanggungjawab atau Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF).
Isu, rumor, atau desas-desus adalah suatu konsekuensi atas beberapa tindakan yang
dilakukan oleh satu atau beberapa pihak yang dapat menghasilkan negosiasi dan penyesuaian
sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau kriminal atau dapat menjadi masalah kebijakan publik
melalui tindakan legislatif atau perundangan menurut Hainsworth & Meng. Sedangkan menurut
Barry Jones & Chase isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil
keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik korporat dengan harapan-
harapan para stakeholder. Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas, isu adalah suatu hal
yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan
memberikan efek negatif terhadap organisasi dan berlanjut pada tahap krisis. Pembangunan
ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan per kapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan
ekonomi. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami
pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan
ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Perbedaan antara keduanya
adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan
dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan
ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor
perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.
B. Tujuan
Berdasar latar belakang di atas, maka saya dapat merumuskan bagaimana :
1. Dampak virus corona terhadap perekonomian global khususnya perikanan di Indonesia.
2. Mempelajari dan mengetahui teori penawaran dan perilaku produsen hasil perikanan.
3. Mempelajari dan mengetahu tentang analisa dan pendapatan usaha perikanan
4. Mempelajari dan mengetahui tentang inflasi dan kebijakan ekonomi perikanan
5. Mempelajari dan mengetahui tentang isu dan kebijakan pembangunan ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak Virus Corona Terhadap Perekonomian Global Khususnya Perikanan Di Indonesia


World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronaviruses (Cov) adalah
virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona
menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan
Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV). Virus Corona
adalah zoonotic yang artinya ditularkan antara hewan dan manusia. Berdasarkan Kementerian
Kesehatan Indonesia, perkembangan kasus COVID-19 di Wuhan berawal pada tanggal 30
Desember 2019 dimana Wuhan Municipal Health Committee mengeluarkan pernyataan
“urgent notice on the treatment of pneumonia of unknown cause”. Penyebaran virus Corona ini
sangat cepat bahkan sampai ke lintas negara. Sampai saat ini terdapat 93 negara yang
mengkorfirmasi terkena virus Corona. Penyebaran virus Corona yang telah meluas ke berbagai
belahan dunia membawa dampak pada perekonomian dunia baik dari sisi perdagangan,
investasi dan perikanan.

Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Tidak terkecuali juga nasib para nelayan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa
Timur. Dampak pandemi Covid-19 yang paling dirasakan nelayan yaitu harga ikan yang turun
drastis mencapai 50 persen. Hal ini tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan saat
melaut. Belum lagi biaya operasional yang tinggi. “Jadi, kerja di laut seperti sia-sia,” kata
Muhammad Fauzi, seorang nelayan disela-sela menurunkan ikan hasil tangkapannya, pada
Minggu (29/03/2020). Lebih lanjut, saat cuaca mendukung seperti sekarang ini biasanya dia
bisa pulang membawa hasil Rp3-5 juta sekali melaut. Semenjak merebaknya wabah virus
Corona ini penghasilannya menurun menjadi Rp1-1,5 juta. Fauzi merupakan nelayan
mingguan. Sekali melaut dia membutuhkan waktu antara 15-20 hari. Menurut dia, penghasilan
bulan ini bisa dikatakan lebih parah daripada musim angin kencang, kerugiannya lebih banyak.
Meskipun begitu, lanjut pria bertubuh dempel ini, dia berencana tetap berangkat melaut lagi.
Sebabnya, tidak ada pilihan pekerjaan lain. “Kalau tidak berangkat mau kerja apa? Kalau
punya sawah ya mending bertani,” Imbuh pria 34 tahun ini.
Ada beberapa dampak yang di sebabkan oleh virus corona terhadap perekonomian
global khususnya perikanan di Indonesia

a. Ikan Menumpuk

Sedangkan Amir (50 tahun), nelayan lainnya mengatakan biasanya menjual ikan
kakap merah (Lutjanus campechanus) Rp60 ribu/kg. Sekarang ini turun hingga Rp25-30
ribu/kg. Penurunan harga ikan, katanya, terjadi sudah sebulan. Meskipun harganya murah dia
tetap menjual ikan hasil tangkapannya itu. Sebab jika tidak segera dijual, ikan semakin basi.
Selain ukuran, harga ikan ditentukan dari kesegarannya. Padahal awalnya, begitu ikan hasil
tangkapan sampai ke tempat pelelangan langsung dimasukkan ke dalam truk, kemudian
serentak berangkat ke pabrik-pabrik. Ikan tidak sampai menumpuk di Tempat Pelelangan Ikan
(TPI). “Sekarang ini sebagian pembeli sudah tidak ada tempat untuk menimbun ikan,” kata
Amir. Bahkan truk-truk pengangkut ikan yang sudah berangkat tidak bisa kembali karena
kebijakan karantina wilayah di beberapa daerah di Indonesia.

Amir mengaku, dampak lain yang dia rasakan yaitu waktu memancing di laut lebih
diperpendek menjadi 3-4 hari. Alhasil, tangkapan ikan semakin sedikit. Padahal sekarang ini
cuaca sedang bagus untuk mencari ikan di laut. Biasanya selama seminggu di laut paling
tidak bisa membawa pulang 4-5 kuintal hasil tangkapan ikan. “Kalau stabil minimal bisa dapat
Rp15 juta. Sekarang ini habis di perbekalan (untuk melaut),” imbuhnya. Sekali berangkat,
lanjut dia, nelayan biasanya menghabiskan Rp6-7 juta untuk biaya operasional termasuk
untuk perbekalan melaut. Untuk itu dia berharap pemerintah bisa menstabilkan harga ikan di
tingkat nelayan atau menurunkan harga barang pokok kebutuhan nelayan, seperti harga
solar. Sementara itu, Siti Aminah (45), buruh sortir ikan atau ngorek  istilah setempat,
berharap tidak ada yang terinfeksi wabah virus Corona di PPN Brondong. Sehingga tidak ada
wacana untuk penutupan. Sebab, menurutnya di PPN ini sudah menjadi jantung
perekonomian masyarakat sekitar. Sama seperti yang dirasakan banyak orang, Aminah
sebenarnya juga merasa khawatir. Namun, karena harus menghidupi keluarga terpaksa dia
harus tetap bekerja. “Sebelum ada wabah ini, banyak turis yang datang kesini. Selagi tidak
ada orang luar yang masuk lagi, insya Allah aman,” katanya. Dia mengaku, anjloknya harga
ikan ini juga berpengaruh ke pendapatannya. Biasanya dalam waktu 3-5 jam bekerja, dia bisa
mendapatkan upah antara Rp30-50 ribu. Sekarang ini turun menjadi Rp15-25 ribu.

b. Volume Ekspor Berkurang


Ibrahim, Kepala PPN Brondong mengakui penyebab penurunan harga ikan ini salah
satunya dikarenakan adanya karantina wilayah di beberapa negara sehingga banyak restoran-
restoran yang tutup. Akibatnya, volume ekspor oleh Unit Pengelola Ikan (UPI) juga menurun.
Efeknya ikan-ikan yang sudah dikirim banyak yang tertahan. Selain itu, di Indonesia sendiri
saat ini sudah banyak daerah zona merah terkait dengan penyebaran virus Corona. Awalnya
yang bebas pengiriman antar provinsi maupun pasar lokal, sekarang ini menjadi terhambat.
Meskipun begitu, ikan yang di jual para nelayan di TPI setiap hari sebenarnya pun habis.
Karena harga murah dari biasanya sehingga ikan banyak dibeli oleh supplier  yang memiliki
penampungan ikan. Penurunan volume ekspor ini, lanjut mantan kepala PPN Kwandang,
Gorontalo, dari yang biasanya 100 persen, penurunannya bisa sampai 30-35 persen. “Untuk
yang Februari kemarin ini ada 41 lembar surat hasil tangkapan ikan yang di ekspor. Bulan ini
turun menjadi 27 dokumen,” jelasnya. Untuk yang ekspor umumnya ke negara-negara Uni
Eropa seperti Perancis, Italia, Belanda, Sinegal, Inggris, Yunani, Belgia, Amerika. Selain itu
ada di negara-negara Asia seperti Thailand, Taiwan, dan Cina.

c. Pengiriman Tidak Dibatasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meminta kepada kepala daerah agar
akses pengiriman sarana produksi dan logistik di bidang kelautan dan perikanan tidak dibatasi,
termasuk wilayah-wilayah yang menjadi zona merah pandemi Covid-19 di Indonesia. Hal itu
dilakukan menyusul banyaknya keluhan dari para pelaku usaha perikanan yang terkendala
dalam akses keluar dan masuk wilayah yang mengeluarkan kebijakan pembatasan dan
penutupan akses ke wilayahnya masing-masing belakangan ini. Padahal, Presiden Joko
Widodo dalam arahannya meminta daerah untuk mempermudah akses pengiriman logistik
untuk mensuplai kebutuhan pangan masyarakat sehingga produktivitas, daya beli dan suplai
pangan tetap terjaga. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, berharap
agar akses pengiriman input produksi meliputi pakan ikan, induk/calon induk, benih, bibit
rumput laut dan sarana produksi lainnya serta hasil produksi budidaya dan nelayan,
dipermudah dan tidak dibatasi. “Sektor Perikanan, khususnya sub sektor perikanan budidaya
ini kan sangat erat kaitannya dengan masalah suplai pangan bagi masyarakat. Di tengah
wabah Covid-19 ini tantangan kita adalah penyediaan pangan termasuk di dalamnya produk
ikan,” kata Slamet dalam siaran pers KKP, Rabu (1/4/2020). Dia mengingatkan, bahwa produk
perikanan bisa tersedia jika produksi tetap berjalan. Karenanya, KKP telah menyiapkan strategi
salah satunya mendorong distribusi bantuan sarana produksi dan menjamin sistem logistik ikan
tidak terganggu.

KKP, kata Slamet, telah mengirim surat permohonan kepada gugus tugas percepatan
penanganan Covid-19 agar memberikan jaminan akses keluar dan masuk distribusi input
produksi perikanan dan logistik ikan ke berbagai wilayah. Ini penting untuk memberikan
kepastian usaha, khususnya bagi UMKM perikanan. “Pak Menteri sudah kirim surat resmi ke
Bapak Presiden, cq: Kepala Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pak
Donny (Munardo). Intinya meminta agar akses distribusi input produksi dan logistik ikan tidak
mengalami gangguan,” jelasnya. Surat permohonan ditembuskan ke Menko bidang
Kemaritiman dan investasi, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Panglima TNI, Kapolri,
ke para Gubernur, dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia. Menurut Slamet, pihaknya meminta
arahan dari pihak terkait mengenai protokol atau SOP teknis di lapangan yang harus dilakukan
pembudidaya atau pelaku usaha perikanan. “Apakah perlu membawa surat pengantar atau
seperti apa, nanti kita tunggu. Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah clear. Pesan saya,
para pelaku tidak perlu khawatir, KKP selalu memantau setiap kejadian di lapangan dan siap
hadir kapan pun,” jelas Slamet Sebelumnya hasil pantauan di lapangan, beberapa pengusaha
perikanan di Kabupaten Pati, Jateng, terpaksa sementara mengurungkan pengiriman ikan ke
Jakarta karena merasa khawatir ada penutupan akses. Di Jawa Barat, pengiriman bantuan
pakan ikan mandiri dari Pangandaran sebanyak 20 ton sempat tertahan 1 hari akibat sulitnya
akses ke wilayah zona merah. Baru-baru ini juga Gabungan Pengusaha Makanan Ternak,
meminta pemerintah tidak membatasi akses pengiriman pakan ke berbagai wilayah, jika
kebijakan karantina wilayah diberlakukan.

B. Teori penawaran dan perilaku produsen hasil perikanan


Harga dari suatu produk (P), ditentukan oleh keseimbangan antara tingkat produksi
pada harga tertentu yaitu penawaran dan tingkat keinginan dari orang-orang yang memiliki
kekuatan membeli pada harga tertentu yaitu permintaan.
Penawaran (supply), dalam ilmu ekonomi, adalah banyaknya barang atau jasa yang tersedia
dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga selama
periode waktu tertentu.
a. Hukum-Hukum Penawaran
Hukum penawaran menunjukkan keterkaitan antara jumlah barang yang ditawarkan
dengan tingkat harga. Dengan demikian bunyi hukum penawaran adalah:
“Semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah barang yang bersedia ditawarkan. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat harga, semakin sedikit jumlah barang yang bersedia ditawarkan”
Hukum ini menunjukkan wujud hubungan positif antara tingkat harga dan kualitas barang yang
ditawarkan. Hal ini disebabkan karena harga yang tinggi memberi keuntungan yang lebih
kepada produsen, jadi produsen akan menawarkan lebih banyak barang. Harga yang tinggi,
menyebabkan produsen berpendapat barag tersebut sangat diminta oleh konsumen teapi
penawarannya kurang dipasaran.
b. Jenis-Jenis Penawaran
1. Penawaran individu adalah penawaran yang dilakuakan oleh satu orang penjual dan
produsen
2. Penawaran pasar adalah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan produsen pada waktu,
tempat dan satuan harga tertentu.
c. Fungsi Penawaran
Fungsi penawaran adalah persamaan yang menunjukkan hubungan harga barang di
pasar dengan jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen. Fungsi penawaran digunakan
oleh produsen untuk menganalisa kemungkinan banyak barang yang akan diproduksi. Menurut
hukum penawaran bila harga barang naik, dengan asumsi cateris paribus (faktor-faktor lain
dianggap tetap), maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik, dan sebaliknya apabila
harga barang menurun jumlah barang yang ditawarkan juga menurun. jadi dalam fungsi
penawaran antara harga barang dan jumlah barang yang ditawarkan memiliki hubungan posifit,
karenanya tingkat fungsi penawaran selalu positif.
d. Teori Perilaku Produsen
Teori Perilaku Produsen adalah teori yang menjelaskan tentang bagaimana tingkah laku
produsen dalam menghasilkan produk yang selalu berupaya untuk mencapai efesiensi dalam
kegiatan produksinya. Produsen berusaha untuk menghasilkan produksi seoptimal mungkin
dengan mengantur penggunaan faktor produksi yang paling efisien. Di dalam menganalisis
teori produsen, perlu dikenal dua hal:
1. Produksi jangka pendek, perusahaan memiliki input tetap dan menentukan berapa
banyaknya input variabel yang harus dipergunakan. Untuk membuat keputusan,
pengusaha akan memperhitungkan seberapa besar dampak penambahan input variabel
terhadap produksi total. Pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai
tujuan harus menentukan dua macam keputusan:
 Berapa output yang harus diproduksi
 Bagaimana kondisi faktor-faktor produksi (input) digunakan
2. Produksi jangka panjang suatu proses produksi tidak bisa diukur dengan waktu tertentu,
misalnya 10 tahun, 5 tahun, 15 tahun dan seterusnya. Jangka panjang suatu proses
produksi adalah jangka waktu di mana semua input atau faktor produksi yang
dipergunakan untuk proses produksi bersifat variabel. Dengan kata lain, dalam jangka
panjang tidak ada input tetap.
Untuk menyederhanakan pembahasan secara teoristis, dalam menentukan keputusan
tersebut digunakan dua asumsi dasar:
1. Bahwa produsen atau pengusaha selalu berusaha mencapai keuntungan yang
maksimum.
2. Bahwa produsen atau pengusaha beroprasi dalam pasar persaingan sempurna.
Dalam mengenal produsen kita perlu mempelajari perilaku produsen sebagai
perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Adapun yang
mempengaruhi faktor-faktor perilaku produsen yaitu:
 Kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok
anutan  dan keluarga.
 Kekuatan pisikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap
dan keyakinan.
 Tujuan dan fungsi modal perilaku produsen sangat bermanfaat dan
mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai
perilaku produsen.
 Menganalisis perilaku produsen akan lebih mendalam dan berhasil
apabila kita dapat memahami aspek-aspek pisikologis manusia secara
keseluruhan.
Dengan demikian berarti pula keberhasilan pengusaha, ahli pemasaran,
pimpinan toko dan pramuniaga dalam memasarkan suatu produk yang membawa
kepuasan kepada konsumen dan diri pribadinya.
Adapun permasalahan seorang produsen adalah bagaimana dengan modal
yang terbatas bisa menciptakan barang dengan kualitas dan kuantitas yang cukup.
Peran penting seorang produsen adalah sebagai berikut:
 Produsen menjadi manajer yang mengkoordinasikan faktor – faktor
produksi baik tenaga kerja, sumber daya alam,  capital/ modal, bahan
baku dan enterpreneur / keahlian yang ada dalam masyarakat.
 Mempunyai insiatif dan daya kreatif untuk inovasi – inovasi baru termasuk
dalam IPTEK.
 Mengambil keputusan kebijakan bisnis.
 Mampu menganalisis kondisi ekonomi secara makro yang sedang
berlangsung dalam negara tersebut.
 Kemampuan untuk memilih WHAT (Barang apa yang dibuat), HOW
(Bagaimana cara paling efisien untuk membuatnya), WHO (Siapa yang
terjun langsung dan tidak langsung dalam proses produksi), WHOM
(Untuk siapa barang tersebut dibuat). Di sini diharapkan seorang
produsen mempunyai kepekaan untuk melihat pasar yang paling
menguntungkan.
Sebuah usaha produksi baru bisa bekerja dengan baik apabila dijalankan oleh
produsen atau yang sering kita sebut pengusaha. Pengusaha adalah orang yang mencari
peluang yang menguntungkan dan mengambil risiko seperlunya untuk merencanakan dan
mengelola suatu bisnis.
Pengusaha berbeda dengan pemilik bisnis kecil ataupun manajer. Bila hanya memiliki
sebuah usaha dan hanya berusaha mencari keuntungan, maka orang itu barulah sebatas
pemilik bisnis. Bila orang itu hanya mengatur karyawan dan menggunakan sumber daya
perusahaan untuk usaha, maka orang itu disebut sebagai manajer. Pengusaha lebih dari
keduanya. Pengusaha berusaha mendirikan perusahaan yang menguntungkan, mencari dan
mengelola sumber daya untuk memulai suatu bisnis.
Perilaku produsen adalah kegiatan pengaturan produksi sehingga produk yang
dihasilkan bermutu tinggi sehingga bisa di terima di masyarakat.
Di dunia ini pasti ada orang yang baik dan jahat begitu pun dengan prilaku produsen
ada yang baik ada juga yang buruk.. Produsen yang baik itu produsen yang melakukan
kegiatan produksi dengan jujur tidak mengganti barang-barangnya dengan yang tidak
semestinya.
Sedangkan, produsen yang tidak baik itu produsen yang melakukan kegiatan produksi
secara tidak jujur banyak mengganti bahan-bahan untuk produksinya dengan yang tidak
semestinya, seperti dalam jangka waktu dekat lalu produsen bakso yang mecampur bahan
baksonya dengan daging celeng dan menambahkan bahan-bahan kimia lainnya agar
mengurangi kerugian jika bakso tidak laku dalam hari itu juga. Agar berhasil seorang
pengusaha harus mampu melakukan 4 hal sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan antara lain terkait dengan penyusunan strategi, rencana bisnis, serta
visi perusahaan. Ia harus tau apa yang ingin ia capai dan bagaimana cara
mencapai tujuan tersebut.
2. Pengorganisasian
Semua sumber daya yang ada harus bisa ia kelola untuk mencapai tujuan
perusahaannya, baik sumber daya, modal, maupun manusia.
3. Pengarahan
Agar rencana bisa terwujud, pengusaha wajib mengarahkan dan membimbing
anak buahnya.
4. Pengendalian
Kemampuan ini ada hubungannya dengan bagaimana hasil pelaksanaan kerja
tersebut. Apakah sesuai dengan rencana atau justru sebaliknya.
e. Motivasi Produsen dalam Berproduksi
Dalam ekonomi konvensional, motivasi utama bagi produsen adalah mencari
keuntungan material (uang) secara maksimal sangat dominan, meskipun saat ini sudah
berkembang bahwasanya produsen tidak hanya bertujuan mencari keuntungan maksimal
semata. Produsen adalah seorang profit seeker sekaligus profit maximizer.
Strategi, konsep dan teknik berproduksi semuanya diarahkan untuk mencapai
keuntungan maksimum, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Milton Friedman
menunjukkan bahwa satu-satunya fungsi bisnis adalah untuk melakukan aktivitas yang
ditunjukkan dalam rangka meningkatkan keuntungan. Isu yang kemudian berkembang
menyertai motivasi produsen ini adalah masalah etika dan tanggung jawab sosial produsen.
Keuntungan maksimal telah menjadi sebuah insentif yang teramat kuat bagi produsen untuk
melaksanakan produksi.
Akibatnya motivasi untuk mencari keuntungan maksimal seringkali menyebabkan
produsen mengabaikan etika dan tanggung jawab sosialnya, meskipun mungkin tidak
melakukan pelanggaran hukum formal, misalnya dalam rangka menekan biaya dalam
pengolahan limbahnya, suatu pabrik membuang sisa hasil produksinya ke sungai, atau
seorang pengusaha di bidang perhutanan yang menebang pohon-pohon tanpa
memperhitungkan dampaknya terhadap kelestarian hutan terutama hutan sebagai penampung
air yang pada jangka panjang dapat menyebabkan bencana bagi manusia.

f. Perilaku Produsen Dalam Kegiatan Perekonomian


Perilaku produsen dalam kegiatan perekonomian adalah sebagai berikut:
a. Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan
sangatlah jelas. Selain beberapa kepentingan masyarakat diperhatikan oleh perusahaan,
masyarakat juga akan mendapatkan pandangan baru mengenai hubungan perusahaan
dengan masyarakat. Hubungan masyarakat dan dunia bisnis tidak lagi dipahami sebagai
hubungan antara pihak yang mengeksploitasi dan pihak yang tereksploitasi, tetapi
hubungan kemitraan dalam membangun masyarakat dan lingkungan yang lebih baik.
b. Bagi Pemerintah
Pemerintah sebagai pihak yang mempunyai legitimasi untuk mengubah tatanan
masyarakat ke arah yang lebih baik akan mendapatkan partner dalam mewujudkan
tatanan masyarakat tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat dijalankan oleh anggota
masyarakat, dalam hal ini adalah perusahaan atau organisasi bisnis
g. Contoh Perilaku Produsen Yang Merugikan
Peranan produsen selaku pemasok barang, tentu sangat berpengaruh pada peredaran
barang dan naik turunnya harga barang yang diterima masyarakat, jika produsen bertindak
semena-mena dalam menaikkan harga barang, sudah pasti para pedagang kelas menengah
ke bawah juga akan ikut menaikkan harga, dan pada akhirnya masyarakatlah yang akan
mengalami kerugian karena harga yang sampai ditangan mereka pasti sangat mencekik.
Untuk itu, perilaku produsen tidak boleh sewenang-wenang seperti menaikkan harga
sembako sembarangan, karena perilaku seperti itu pasti akan merugikan masyarakat dan
merembet ke sektor-sektor ekonomi lainnya.
Demi menjaga stabilnya harga pasar dan perilaku produsen juga para pelaku ekonomi
lainnya, maka perlu adanya kebijakan yang mengatur segala tindakan ekonomi agar jangan
sampai terjadi istilahnya monopoli perdagangan yang pasti akan mengakibatkan kerugian baik
dalam skala kecil maupun skala global. Adapun ciri-cirinya antara lain:
1. Produsen barang/jasa semata-mata untuk memperoleh keuntungan sebesar-
besarnya
2. Kurang memperhatikan kualitas barang
3. Tidak jujur dalam mengukur berat, ukuran tidak standar.
4. Kurang memperhatikan kelestarian lingkungan
5. Tidak taat membayar kewajiban pajak.
C. Analisa biaya dan pendapatan usaha perikanan
a. Usaha analisa
Usaha perikanan semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau
membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan
menyimpan, mendinginkan, pengeringan, atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk
menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial/bisnis).
Input produksi saling berkaitan dan kedudukannya dalam usaha perikanan  sama
penting sehingga sering disebut sebagai faktor produksi.  Pemahaman faktor produksi
menyangkut masalah penguasaan dan pemilikan terhadap faktor-faktor produksi tersebut,
dimana pemilikan memberikan kekuatan dan kekuasaan untuk berbuat terhadap faktor-faktor
produksi dalam penggunaan pada proses produksi. Seseorang yang menguasai atau memiliki
faktor produksi, dapat memberikan posisi atau status sosial yang tinggi di lingkungan
masyarakatnya.
Lahan merupakan faktor produksi yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi
lain, selain itu distribusi penguasaannya dimasyarakat tidak merata dan tidak dapat dipindah-
pindah walaupun dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Tenaga kerja dalam
usahatani terbagi atas tenaga keja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mesin,
dimana tenaga kerja manusia terbagi menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak.
Terdapat perbedaan konversi dalam penentuan kerja, sehingga perlu diseragamkan agar
memudahkan dalam penentuan kerja. Untuk menyeragamkan, maka konversi tenaga kerja
yang digunakan adalah Hari Kerja Pria (HKP).
Modal adalah barang atau uang yang bersama – sama dengan faktor produksi lain
yang digunakan untuk menghasilkan barang baru, yaitu produk pertanian. Modal dapat
dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah
modal yang tidak habis dalam satu periode, meliputi tanah dan bangunan. Sedangkan modal
bergerak adalah modal yang habis dalam satu periode, meliputi uang tunai dan sarana
produksi.
b. Perluasan usaha perikanan
Modal adalah barang atau uang yang bersama – sama dengan faktor produksi lain
yang digunakan untuk menghasilkan barang baru, yaitu produk pertanian. Modal dapat
dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah
modal yang tidak habis dalam satu periode, meliputi tanah dan bangunan. Sedangkan modal
bergerak adalah modal yang habis dIndonesia sebaalam satu periode, meliputi uang tunai dan
sarana produksi.
Indonesia sebgai Negara kepulauan, memiliki potensi sumber daya ikan yang sangat
besar dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Kontribusi Produk Domestik
Bruto perikanan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari keberadaan perkembangan perikanan
tangkap. Berdasarkan Undang-Undang No. 45 tahun 2009 pasal 1, menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan perikanan adalah semua jenis kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
pengelolaan dan juga pemanfaatan sumber daya ikan serta lingkungannya. Jenis kegiatan
yang terdapat di perikanan berupa praproduksi, produksi, pengelolaan hingga
pemasaran/distribusi yang dilakukan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
c. Biaya usaha perkanan
Sekitar 80% dari biaya yang dikeluarkan pembudidaya perikanan dialokasikan untuk
pakan. Hal itu terjadi karena bahan baku untuk pembuatan pakan masih diimpor. Karena
itulah, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong gerakan pakan ikan mandiri
(gerpari) guna menurunkan biaya pakan yang harus dikeluarkan pembudidaya perikanan.
Dirjen Perikanan KKP Slamet Soebjakto mengatakan, sarana produksi pakan lebih
diutamakan karena komponen biaya yang paling besar dari usaha budidaya ikan adalah
pakan. Biaya yang dikeluarkan untuk pakan bisa mencapai 80%. Kondisi itu juga yang
membuat Menteri KP Susi Pudjiastuti menginstruksikan agar biaya pakan diturunkan
sampai dengan 60% dari total biaya yang dikeluarkan pembudidaya perikanan. “Dengan
cara ini, kesejahteraan pembudidaya meningkat dan sejajar dengan usaha kecil dan
menengah (UKM),” kata dia dalam keterangannya usai lokakarya tentang Pakan Ikan
Mandiri.
Pembangunan perikanan budidaya terus di dorong untuk mendukung Tiga Pilar
Pembangunan, yaitu Kedaulatan, Kesejahteraan, dan Keberlanjutan. Sebagai wujud nyata
dari kedaulatan, perlu digerakkan adanya kemandirian. Salah satunya adalah kemandirian
pakan yang merupakan salah satu sarana produksi utama dalam usaha perikanan
budidaya. “Ada empat kemandirian yang harus dikembangkan, yaitu kemandirian kawasan,
kemandirian sarana produksi, kemandirian kelompok pembudidaya dan juga kemandirian.
d. Analisis data usaha
Analisis data usaha merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah, karena analisis
data dapat menyederhanakan data menjadi bentuk yang lebih mudah dipahami dan
diinterpretasikan. Analisis data adalah mengelompokkan, memanipulasi dan menyingkat data,
sehingga mudah untuk dibaca. Data dan informasi yang terkumpul dianalisis berdasarkan
analisis teknis dan analisis finansial.
1. Kondisi Sosial Ekonomi Responden Menurut Masri (2010), dalam menganalisis data
pada kondisi sosial ekonomi digunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan
karakteristik suatu variabel, mengetahui keterkaitan antar berbagai variabel tersebut.
Dalam hal ini berbagai variabel yang mempunyai keterkaitan atau hubungan antar
kondisi nelayan dengan aspek sosial dan ekonomi suatu nelayan. Melalui pendekatan
ini peneliti mengadakan wawancara/kuisioner terhadap para nelayan.
2. Analisis teknis
Menurut Isnaini dan Sobari (2009), analisis teknis dilakukan dengan metode deskriptif
dengan memberikan gambaran kegiatan usaha perikanan tangkap Payang Jabur di
Asemdoyong Pemalang. Unit penangkapannya meliputi konstruksi alat tangkap
Payang Jabur, operasi penangkapan Payang Jabur dan hasil tangkapan Payang
Jabur.
3. Analisis finansial
Analisis finansial usaha dilakukan untuk mengukur kinerja usaha penangkapan ikan
dengan menghitung nilai-nilai NPV (net present value), B/C Ratio (net benefit cost
ratio), IRR (internal rate of return), dan PP (payback period). Berikut adalah penjelasan
singkat tentang cara penghitungan indikator finansial tersebut:
1. NPV (Net Present Value) NPV yaitu selisih antara Present Value dari investasi dan
nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (arus kas operasional
maupun arus kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai
sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Analisa NPV dapat
diketahui dengan rumus: Dimana: CFt : aliran kas per tahun pada periode t Co :
investasi awal pada tahun ke-0 i : suku bunga t : tahun ken : jumlah tahun
Pengambilan keputusan: Jika, NPV > 1 ; maka usaha tersebut layak, NPV = 0 ;
maka usaha tersebut dapat layak, NPV < 1 ; maka usaha tersebut tidak layak
(Umar, 2003).
2. B/C Ratio B/C Ratio dimaksudkan untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan
penerimaan dan biaya produksi yang digunakan. Rumus perhitungan ini seperti
dikemukakan Hermanto (1998) adalah sebagai berikut: B/C Ratio = Kriteria yang
digunakan adalah: B/C ratio > 1, berarti usaha menghasilkan keuntungan
sehingga layak untuk dijalankan B/C ratio = 1, berarti usaha tidak untung dan tidak
rugi (impas) B/C ratio < 1, berarti usaha mengalami kerugian sehingga tidak layak
untuk dijal

D. Inflasi dan kebijakan ekonomi perikanan


a. Inflasi
1. Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan secara terus-menerus.
2. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus selama periode
tertentu.
3. Suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.
4. Inflasi terjadi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik, harga beras, bahan
bakar harga mobil naik, tingkat upah, harga tanah, dan semua barang-barang modal naik.

Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat
umum dan terus-menerus. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus
yang bersumber dari terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang. Dari
pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala di mana
banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang
terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan di seluruh penjuru suatu negara bahkan dunia.
Kenaikan harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga
barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan
yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut. Perlu diingat bahwa kenaikan harga dari satu
atau dua barang saja tidak disebut inflasi.

b. Kebijakan ekonomi perikanan


Usaha perikanan adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem bisnis perikanan
yang meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran,sedangkan usaha perikanan
tangkap adalah usaha perikanan yang berbasis pada kegiatan penangkapan ikan dan/atau
kegiatan pengangkutan ikan. Dalam melakukan usaha penangkapan nelayan harus memiliki
surat-surat izin dalam penangkapan yaitu SIUP,SIPI,dan SIKPI.
Pada fase praproduksi yang dilakukan adalah persiapan alat-alat yang akan dilakukan
dalam usaha penangkapan. Misalnya dengan menyiapkan alat tangkap yang akan digunakan
pembekalan yang akan dibawa kapal yang akan digunakan serta persiapan bahan bakar agar
bisa terpenuhi target yang diinginkan keuntungan yang dicapai juga tinggi.
Pada fase pengolahan ikan hasil tangkapan diolah di dalam kapal agar nantinya bisa
lebih awet sehingga masih bisa dipasarkan dalam kondisi yang lebih segar dan harganya pun
bisa lebih tinggi sehingga.
a. Pengelolaan Perikanan Tangkap
Dalam pengelolaan perikanan tangkap, terdapat beberapa ketentuan/peraturan yang
seyogyanya dimengerti dan dipahami untuk dapat dilaksanakan dengan benar, khususnya
oleh para pelaku utama penangkapan ikan (nelayan), pelaku usaha maupun para
stakeholder perikanan tangkap lainnya. Beberapa peraturan / ketentuan yang mengatur
kegiatan penangkapan ikan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kewenangan Daerah dalam Pengelolaan Wilayah Penangkapan Ikan (Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (UU Otonomi
Daerah).
2. Peraturan Tentang Jalur Penangkapan (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor : PER.02/MEN/2011 tanggal 31 Januari 2011).
3. Pengawasan Perikanan Tangkap (Keputusan Menteri Nomor : KEP.02/MEN/2002).

b. Landasan Hukum Usaha Perikanan Tangkap.


Hukum yang mengatur mengenai usaha perikanan tangkap adalah mengacu pada
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.14/MEN/2011
tentang Usaha Perikanan Tangkap.
Peraturan ini bertujuan untuk lebih meningkatkan pengendalian sumber daya ikan di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) yang merupakan
bagian dari kekayaan bangsa Indonesia yang sudah semakin terbatas potensinya, dan
sebagai anggota Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional (Regional Fisheries
Management Organization/RFMO) dalam memanfaatkan potensi di laut lepas perlu
memperhatikan prinsip kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya serta
memperhatikan persyaratan, dan/atau standar internasional.

c. Pelanggaran penggunaan alat tangkap


Kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia sudah mendekati kondisi
yang kritis. Tekanan penangkapan yang meningkat dari hari ke hari semakin mempercepat
penurunan stok sumber daya ikan. Tingginya tekanan penangkapan khususnya di pesisir
pantai telah menyebabkan menurunnya stok sumber daya ikan dan meningkatnya
kompetisi antar alat penangkapan ikan yang tidak jarang menimbulkan konflik di antara
nelayan. Sebagai akibat dari menurunnya pendapatan, nelayan melakukan berbagai
macam inovasi dan modifikasi alat penangkapan ikan untuk menutupi biaya operasi
penangkapannya.
Pelanggaran penggunaan alat tangkap dan metode penangkapan ikan bukan berita
baru lagi dalam kegiatan penangkapan ikan. Salah satunya adalah pelanggaran
penggunaan trawl (pukat harimau) secara ilegal di beberapa wilayah perairan.
Pemerintah (dalam hal ini DKP) sebenarnya tidak menutup mata atas semua kejadian
pelanggaran itu. Penegakan hukum terhadap pelanggar memang sudah dilakukan. Namun,
kesulitan mengontrol seluruh aktivitas nelayan khususnya di daerah terpencil dan
perbatasan telah mendorong meningkatnya pelanggaran .
Adapun alat analisis yang digunakan menurut FAO (1995) sesuai dengan standar
Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu terdapat 9 (sembilan ) kriteria
suatu alat tangkap dikatakan ramah terhadap lingkungan, antara lain :
 Mempunyai selektifitas yang tinggi
 Tidak merusak habitat
 Menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi
 Tidak membahayakan nelayan
 Produksi tidak membahayakan konsumen
 By-catch rendah
 Dampak ke biodiversty rendah
 Tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi
 Dapat diterima secara sosial
d. Evaluasi dampak pengoperasian alat tangkap
Evaluasi dampak pengoperasian alat tangkap minimal harus mampu menjawab tiga
dampak utama, yaitu :
1. Dampak terhadap lingkungan,
2. Dampak terhadap kelimpahan sumber daya
3. Dampak terhadap target sumber daya ikan itu sendiri.

Di samping mengevaluasi dampak pengoperasian alat tangkap, perencanaan


pemanfaatan sumber daya juga harus mempertimbangkan aspek dinamika upaya
penangkapan ikan. Kesalahan mengantisipasi dinamika upaya penangkapan ikan akan
berdampak pada apa yang dinamakan sebagai berlebihnya kapasitas perikanan atau
overcapacity.
Rejim open access yang diterapkan sebagian besar negara pada masa lalu yang
membiarkan jumlah dan teknologi alat tangkap berkembang tanpa kontrol ditambah subsidi
pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan di negara berkembang telah
mendorong percepatan terjadinya overcapacity di sebagian besar perikanan
dunia.Overcapacity yang juga dapat diartikan sebagai berlebihnya armada penangkapan
atau tingginya teknologi penangkapan yang digunakan dalam operasi penangkapan ini
telah menjadi isu hangat para pakar perikanan pada tahun-tahun terakhir dalam upaya
memperbaiki sistem pengelolaan sumber daya ikan yang ada selama ini.
Kalau selama ini pengelolaan sumber daya ikan hanya dikonsentrasikan pada upaya
bagaimana mencapai hasil tangkapan yang maksimum, maka pengelolaan perikanan
sekarang sudah mempertimbangkan keseimbangan pemanfaatan sumber daya ikan baik
secara ekonomi, ekologi dan lingkungan.
Alat tangkap ikan sebagai sarana utama dalam pemanfaatan ikan diatur sedemikian
rupa sehingga tidak berdampak negatif baik pada pemanfaatan dan pengguna sumber
daya ikan, biota, dan lingkungan perairan serta pengguna jasa perairan lainnya.
Penggunaan alat tangkap ikan dalam pemanfaatan sumber daya ikan harus benar-
benar memperhatikan kesetimbangan dan meminimalkan dampak negatif bagi biota lain
yang kurang ter manfaatkan. Hal ini penting dipertimbangkan mengingat hilangnya biota
dalam struktur ekosistem laut akan mempengaruhi secara keseluruhan ekosistem yang
ada.
Praktisi teknologi penangkapan ikan sudah memulai mengembangkan alat tangkap
yang dimaksud, baik dengan melakukan modifikasi atau membuat rancangan alat tangkap
yang ramah lingkungan. Konsep-konsep alat tangkap ikan yang selektif dan ramah
lingkungan seperti Turtle Excluder Device (TED), yang di Indonesia dimodifikasi menjadi
Bycatch Excluder Device (BED) dan alat tangkap yang selektif sudah mulai di perkenalkan.
Di samping teknologi itu sendiri, adalah penting bagi pemanfaatan sumber daya ikan
untuk memahami pengelolaan penangkapan ikan yang meliputi perencanaan,
pengoperasian, dan optimalisasi pemanfaatan ikan. Rekayasa alat tangkap harus
mempertimbangkan aspek-aspek kondisi sumber daya ikan yang ada, habitat ikan,
peraturan perundang-undangan, dan optimasi pemanfaatan sumber daya ikan agar supaya
teknologi yang diciptakan tidak mubazir atau bahkan merusak sumber daya ikan dan
lingkungannya.

E. Isu dan kebijakan pembangunan ekonomi.


a. Tahap Permulaan
Pada tahap ini tidak ada isu yang tampak namun kondisi muncul dengan jelas yang
berpotensi untuk berkembangnya menjadi sesuatu yang penting. Isu terjadi dalam
organisasi ketika kelompok secara signifikan mempunyai permasalahan dalam
perkembangannya secara politik, kebijakan, ekonomi atau tren sosial. Dalam tahap ini
harus diketahui apakah ini termasuk isu yang penting atau tidak.
b. Tahap Mediasi
Pada tahap ini isu telah berkembang dan memberikan pengaruh terhadap organisasi
secara jelas. Organisasi masih dapat menjaga isu tidak berkembang dengan
memperhatikan isu-isu lainnya. Selain itu, organisasi harus mengelola arus informasi
dengan memberikan informasi dua arah yang cukup kepada masyarakat secara aktual dan
benar.
c. Tahap Organisasi
Tahap organisasi adalah di mana isu sedang berkembang dan menjadi topik
pembicaraan yang berkembang menjadi krisis. Publik akan membentuk jaringan untuk
mendesak organisasi melakukan suatu tindakan terhadap isu yang berkembang ini.
Organisasi harus memberikan penanganan yang cepat dan melibatkan stakeholder. Dalam
tahap ini media memiliki peran yang penting karena kemampuan komunikasi massanya.
Organisasi perlu melakukan pemantauan terhadap media. Diperlukan teknik Media
Relations yang baik agar isu dapat mereda dengan cepat.
d. Tahap Resolusi
Jika telah mencapai tahap ini, berarti adanya anggapan bahwa isu telah selesai.
Namun, organisasi harus terus melakukan pemantauan untuk mencegah isu datang
kembali.
e. Perkembangan Orientasi Pembangunan di Indonesia
Pemerintahan Presiden Soekarno pada era Orde Lama dengan kebijakan-
kebijakannya dianggap rakyat Indonesia sebagai kepemimpinan yang kurang
menyenangkan karena krisis ekonomi yang sering melanda. Permasalahan ekonomi,
seperti memburuknya neraca perdagangan dan merosostnya devisa yang sebagian besar
merupakan akibat dari defisit anggaran pemerintah mendorong untuk dilaksanakan sebuah
“gebrakan” baru untuk mengatasi masalah-masalah yang melilit rakyat Indonesia tersebut
yang disebabkan kebijakan Soekarno yaitu anti-bantuan asing dan blokade terhadap
kreditor dan investor modal asing di dalam negeri
Kebijakan-kebijakan Soekarno pun tumbang karena banyak masyarakat yang kecewa
terhadap sosialisme ala Indonesia versi Soekarno. Bersamaan dengan runtuhnya rezim
Soekarno, hilanglah slogan “politik sebagai panglima” yang dicanangkan oleh para
pendukung rezim itu, dan muncullah slogan baru “ekonomi sebagai panglima” yang
diciptakan oleh para pembuat pendapat umum yang sebelumnya ditindas oleh rezim
tersebut (Mas’oed 1989). Pendapat umum tersebut menekankan pada kebijakan
pembangunan ekonomi oleh pimpinan Orde Baru. Strategi ekonomi Orde baru berorientasi
pada kemungkinan swasta untuk berperan aktif dalam sistem ekonomi negara dan
pemanfaatan modal asing. Sturuktur sosial-ekonomi secara radikal dan mengabaikan
modal asing yang dipegang teguh pada masa pemerintahan Soekarno tidak lagi
diterapkan, namun berubah haluan dengan mengangap ekonomi gaya kapitalis diperlukan
demi stabilisasi, rehabilitasi, dan pembangunan. Orde Baru berdiri sebagai tonggak awal
kebutuhan akan modal asing dan melonggarkan arus investasi dan kreditor asing masuk
dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dalam negeri.
Dalam tulisan Mochtar Mas’oed (1989) disebutkan bahwa kebijakan pemerintah Orde
Baru dibuat dengan peraturan-peraturan dalam rangka mengubah tata cara pengelolan
ekonomi Indonesia. Peraturan-peraturan tersebut antara lain kebijaksanaan fiskal yang
mengatur pemotongan belanja pada APBN, perbaikan pengumpulan pajak seperti bea
masuk, pajak langsung, pajak pembelian dan penjualan, penghapusan subsidi dan
penyesuaian harga. Pada kebijaksanaan moneter, diciptakan suatu kebijaksanaan
pengetatan peredaran uang, tabungan deposito untuk mengendalikan peningkatan inflasi,
penanaman modal asing, serta pengembalian perusahaan-perusahaan yang diambil alih
oleh rezim sebelumnya. Selain itu juga kebijakan peningkatan liberalisasi perdagangan
luar negeri serta debirokratisasi dan deetatisasi. Dalam tulisan Anne Booth (1999, 121)
juga disebutkan bahwa secara historis, Orde Baru berdampak pada transformasi struktural
di Indonesia yang melibatkan beberapa jenis industralisasi; proses produk agrikultural dan
sumber daya alam, substitusi impor untuk pasar domestik, dan manufaktur ekspor labor-
intensive.
Dari penjabaran di atas bisa diringkas bahwa ada dua pendekatan dalam menstabilkan
dan membangun ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan yang dilaksanakan pada dua era
pemerintahan pemimpin yang berbeda. Kedua pendekatan tersebut adalah “berorientasi
ke luar”, yang berarti melakukan stabilisasi dan pembangunan ekonomi Indonesia dengan
memanfaatkan sumber-sumber luar negeri, sedangkan pendekatan pengkitiknya yaitu
“berorientasi ke dalam”, yang berarti stabilisasi dan pembangunan ekonomi dengan
memperkuat masyarakat bisnis pribumi, sedangkan bantuan dan investasi asing
dimanfaatkan dengan cara yang sangat hati-hati (Mas’oed 1989, 94-95).
Kendati kebijakan “berorientasi ke luar” yang diterapkan pada era Orde Baru bisa
dikatakan berhasil dengan indikasi peningkatan pendapatan ekspor yang mampu
mengimbangi defisit-defisit yang ada pada Orde Baru serta pencapaian salah satu tujuan
stabilisasi, yakni pengendalian inflasi dalam jangka pendek, namun kebijakan ini juga
berdampak negatif bagi sebagian rakyat Indonesia. Masalah baru muncul, antara lain
bertambahnya jumlah pengangguran dan setengah-pengangguran masalah kebangkrutan
bisnis pribumi terutama yang menjalankan industri skala menengah dan kecil akibat tak
mampu bersaing dengan produk impor yang gencar masuk ke dalam negeri, munculnya
pengusaha dukungan negara, serta muncul berbagai macam protes dan tekanan. Ironis
memang ketika terlihat berbagai pencapaian positif dari kebijakan ekonomi yang
“berorientasi ke luar” namun dalam waktu yang sama juga menciptakan kondisi yang
memprihatinkan bagi rakyat Indonesia sendiri. Namun tak dapat dipungkiri bahwa dalam
sistem ekonomi neoliberal dewasa ini memang keterlibatan modal asing dalam
perkembangan ekonomi Indonesia tetap dibutuhkan, sehingga bisa diasumsikan bahwa
orientasi yang efektif bagi Indonesia saat ini adalah kebijakan ekonomi “berorientasi ke
luar” meskipun tidak sepenuhnya kebijakan tersebut membawa dampak positif.
Dalam perkembangan pembangunan ekonomi ke depannya, yaitu pasca-reformasi,
selain kebijakan “berorientasi ke luar”, industrialisasi menjadi kebijakan lain yang harus
dilaksanakan. Industrialisasi adalah langkah awal untuk membawa perekonomian ke arah
yang lebih maju. Industrialisasi bertujuan memajukan sektor industri, sektor pertanian dan
bidang-bidang lainnya, termasuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain
itu, kebutuhan untuk memperbaiki infrastruktur dan pendidikan yang lebih baik juga perlu
menjadi prioritas untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Pada tahun 2020, Indonesia akan menjadi negara berdaulat selama tujuh dekade,
namun masih dipertimbangkan mengalami ketertinggalan dari ekonomi yang telah maju di
Eropa Barat, Amerika Utara, dan Asia Timur Laut. Indonesia mungkin akan melebihi
Malaysia atau Thailand atau Singapura. Bahkan jika tujuan ambisius dari rencana
perkembangan tersebut tercapai (seperti yang terencanakan sebelum terjadi crash pada
1997-1998), Indonesia akan tetap menjadi seperti dalam standard World Bank tahun 1977,
yakni sebuah negara dengan pendapatan menengah ke bawah (Booth 1999, 134). Oleh
karena itu dibutuhkan strategi baru untuk mendukung perkembangan pembangunan
ekonomi Indonesia yang benar-benar relevan dan sempurna dengan dampak negatif
seminimal mungkin demi tercapainya kesejahteraan rakyat dan kemajuan ekonomi
Indonesia di masa depan. Kebijakan tersebut berupa perlawanan terhadap gaya Soeharto
“crony capitalism” yang akan mendorong proses reformasi ke arah pencapaian pasar yang
lebih transparan, efisien, dan impartial productive (Boesuk 1999, 166-167).
f. Macam-macam Kebijakan EkonomiKebijakan ekonomi adalah beberapa peraturan atau
batasan-batasan di bidang ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan dibuatnya
kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan
masyarakat. Selain kebijakan ekonomi diperlukan juga kebijakan non ekonomi, seperti
kebijakan sosial yang menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ekonomi
dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

a. Kebijakan Mikro
Kebijakan mikro adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua perusahaan
tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan oleh atau disektor mana dan diwilayah mana
perusahaan yang bersangkutan beroperasi.
Contoh kebijakan pemerintah :
 Peraturan pemerintah yang mempengaruhi pola hubungan kerja (manajer
dengan para pekerja), kondisi kerja dalam perusahaan.
 Kebijakan kemitraan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil di semua
sektor ekonomi.
 Kebijakan kredit bagi perusahaan kecil di semua sektor dan lain-lain.
 Menetapkan harga minimum dan maksimum untuk melindungi produsen atau
konsumen.

b. Kebijakan Meso
Kebijakan Meso di bagi menjadi 2 arti yaitu :
1. Kebijakan ekonomi meso dalam arti sektoral adalah kebijakan ekonomi yang khusus di
tunjukan pada sektor-sektor tertentu. Setiap departemen pemerintah mengeluarkan
kebijakan sendiri, yang bisa sama / berbeda, untuk sektornya. Kebijakan ini
mencangkup keuangan, distribusi, produksi, tata niaga, sistem pengadaan bahan baku,
ketenagakerjaan, termasuk sistem penggajian, investasi, jaminan sosial bagi bekerja
dan sebagainya.
2. Kebijakan ekonomi meso dalam arti regional adalah kebijakan ekonomi yang di
tunjukan pada wilayah tertentu. Misalnya, kebijakan industri regional di kawasan timur
Indonesia (KTI) yang mencangkup kebijakan industri regional, kebijakan investasi
regional, kebijakan fiscal regional, kebijakan pembangunan infrastruktur regional,
kebijakan pendapatan, dan pengeluaran pemerintah daerah kebijakan distribusi
pendapatan regional, kebijakan pendapatan, kebijakan perdagangan regional, dan
sebagainya. Kebijakan ekonomi regional bisa dikeluarkan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.

c. Kebijakan Makro
Kebijakan ini mencakup semua aspek ekonomi pada tingkat nasional, misalnya
kebijakan uang ketat (kebijakan moneter). Kebijakan makro ini bisa mempengaruhi
kebijakan meso (sektoral atau regional), kebijakan mikro menjadi lebih atau kurang efektif.
Instrumen yang digunakan untuk kebijakan ekonomi makro adalah tarif pajak, jumlah
pengeluaran pemerintah melalui APBN, ketetapan pemerintah dan intervensi langsung di
pasar valuta untuk mempengaruhi nilai tukar mata uang rupiah terhadap valas. (Tulus
Tambunan, 1996).
Berikut ini contoh kebijakan makro,yaitu :
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut
dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan
output keseimbangan. Dengan kata lain kebijakan moneter adalah proses di mana
pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara kontrol suplai uang,
ketersediaan uang, dan biaya uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan
tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Kebijakan Moneter
bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu
harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan
moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua,
untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar
dengan mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang adalah di
bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem diatur menerbitkan mata
uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter
memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian
mempengaruhi tingkat suku bunga.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
a. Kebijakan moneter kuantitatif
Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif biasanya berupa campur
tangan bank sentral secara langsung terhadap kebijakan perbankan.
Maksudnya, bank Indonesia berperan sebagai regulasi dan bertindak
secara aktif dalam kegiatan pasar uang.
b. Kebijakan moneter kualitatif
Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif biasanya berupa
pengawasan dan imbauan bank sentral kepada kegiatan perbankan.
Maksudnya, bank sentral ( bank Indonesia) tidak campur tangan secara
langsung.
d. Strategi Kebijakan Pembangunan Ekonomi di Indonesia
1. Mengembangkan koridor pembangunan ekonomi Indonesia dengan cara membangun
pusat-pusat perekonomian di setiap pulau. Selain mengembangkan klaster industri
berbasis sumber-sumber superior. Baik komoditas maupun sektor. Koridor
pembangunan ekonomi Indonesia terbagi dalam empat tahap :
 Mengindentifikasikan pusat-pusat perekonomian, misalnya ibukota provinsi
 Menentukan kebutuhan penghubung antara pusat ekonomi tersebut, seperti
tarif barang.
 Validasi untuk memastikan sejalan dengan pembangunan nasional, yakni
pengaturan area tempat tinggal dengan sistem infrastruktur serta fasilitas.
 Menentukan hubungan lokasi sektor fokus, guna menunjang fasilitas. Misalnya
menghubungkan area pertambangan dengan kawasan pemrosesnya.
2. Memperkuat hubungan nasional baik secara lokal maupun internasional. Hal ini bisa
mengurangi biaya transaksi, menciptakan sinergi antara pusat-pusat pertumbuhan dan
menyadari perlunya akses-akses ke sejumlah layanan. Seperti intra dan inter-
konektivitas antara pusat pertumbuhan serta pintu perdagangan dan pariwisata
internasional. Integrasi ekonomi merupakan hal terbaik untuk mencapai keuntungan
langsung dari konsentrasi produksi. Serta dalam jangka panjang, meningkatkan standar
kehidupan.
3. Mempercepat kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan nasional atau Iptek. Selain
tiga strategi utama ini, juga ada beberapa strategi pendukung seperti kebijakan
investasi, perdagangan dan finansial. Beberapa elemen utama di sektor Iptek adalah
meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan kejuruan tinggi serta
pelatihannya. Meningkatkan level kompetensi teknologi dan sumber daya ahli.
Peningkatan aktivitas riset dan pengembangan, baik pemerintah maupun swasta,
dengan memberikan insentif serta menaikkan anggaran. Kemudian mengembangkan
sistem inovasi nasional, termasuk pembiayaannya. Saat ini, masalah utama yang
dihadapi adalah kemampuan riset dan pengembangan yang digunakan untuk mencari
solusi teknologi. Kemampuan pengguna untuk menyerap teknologi yang ada. Serta
transaksi antara riset dan pengembangan sebagai pemasok solusi teknologi dengan
penggunanya tak terbangun dengan baik.

e. Kebijaksanaan Pemerintah
Tujuan utama atau akhir kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup
atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Diukur secara ekonomi, kesejahteraan masyarakat
tercapai bila tingkat pendapatan riil rata-rata per kapita tinggi dengan distribusi pendapatan
yang retif merata. Tujuan ini tidak bisa tercapai hanya dengan kebijakan ekonomi saja.
Diperlukan juga kebijakan non kebijakan ekonomi saja. Diperlukan juga kebijakan non
ekonomi, seperti kebijakan sosial yang menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan.
Kebijakan ekonomi dan kebijakan non ekonom harus saling mendukung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronaviruses (Cov) adalah


virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona
menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan
Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV). Virus Corona
adalah zoonotic yang artinya ditularkan antara hewan dan manusia. Berdasarkan Kementerian
Kesehatan Indonesia, perkembangan kasus COVID-19 di Wuhan berawal pada tanggal 30
Desember 2019 dimana Wuhan Municipal Health Committee mengeluarkan pernyataan
“urgent notice on the treatment of pneumonia of unknown cause”. Penyebaran virus Corona ini
sangat cepat bahkan sampai ke lintas negara. Sampai saat ini terdapat 93 negara yang
mengkorfirmasi terkena virus Corona. Penyebaran virus Corona yang telah meluas ke berbagai
belahan dunia membawa dampak pada perekonomian dunia baik dari sisi perdagangan,
investasi dan perikanan.
Kenaikan terjadi disebabkan terlambatnya kiriman, karena banyaknya barang yang
tertunda untuk di kirim (impor) yang disebabkan oleh cuaca buruk, misal tingginya gelombang
laut. Sehingga stok yang ada di pasar sedikit yang menyebabkan kelangkaan dan naiknya
harga barang tersebut. Ini terjadi seperti harga cabe yang terus meningkat.
Kenaikan terjadi disebabkan banyaknya permintaan, karena menjelang hari raya
dengan di pengaruhi terlambatnya kirimiman tersebut membuat barang menjadi langka
sehingga harga jualnya tinggi yang menyebabkan kenaikan harga barang. Banyaknya jumlah
barang juga mempengaruhi harga barang kebutuhan, banyaknya jumlah barang bisa
mempengaruhi kenaikan, penurunan serta kestabilan harga. Kenaikan di karenakan barang itu
langka yang membuat harga jualnya tinggi. Jadi bunyi Hukum Permintaan Dan Penawaran
dalam ekonomi menyebutkan makin tinggi harga suatu barang, makin sedikit jumlah barang
yang diminta dan sebaliknya makin rendah harga suatu barang makin banyak jumlah barang
yang diminta. Sepertinya dalil hukum permintaan itu tidak berlaku pada saat bulan Ramadan
dan menjelang Hari Raya Idul fitri. Meskipun harga-harga melangit, masyarakat tetap
bersemangat untuk mencukupi kebutuhannya, terutama kebutuhan pangan.
Seluruh materi-materi yang disampaikan adalah hal-hal yang harus dilakukan
pengusaha untuk meningkatkan hasil produksi sehingga tujuan mendapat keuntungan pun
dapat tercapai. Untuk memaksimalkan hasil produksi harus memenuhi beberapa konsep
penting dalam perilaku produsen yaitu, faktor produksi dlL.
Perilku produsen juga mengajarkan kita untuk lebih teliti dalam memberikan harga jual
yang tidak merugikan produsen dan juga tidak memberatkan konsumen sehingga daya
konsumsi pun stabil karena selain konsumen membutuhkan barang atau jasa yang dihasilkan
produsen, konsumen juga mampu membeli barang atau jasa yang di jual.    
Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan sangat penting
dalam meningkatkan Sektor pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Salah satu subsektor
pertanian adalah subsektor perikanan.
Usaha perikanan semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau
membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan
menyimpan, mendinginkan, pengeringan, atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk
menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial/bisnis).
Modal adalah barang atau uang yang bersama – sama dengan faktor produksi lain
yang digunakan untuk menghasilkan barang baru, yaitu produk pertanian. Modal dapat
dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah
modal yang tidak habis dalam satu periode, meliputi tanah dan bangunan. Sedangkan modal
bergerak adalah modal yang habis dIndonesia sebaalam satu periode, meliputi uang tunai dan
sarana produksi.
Adapun simpulan dari penjelasan mengenai Inflasi dan kebijakan ekonomi perikanan
tersebut di atas adalah :
 inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi
Secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan
diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia
 Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi yaitu: Jumlah uang beredar, defisit anggaran belanja
pemerintah
 Efek yang ditimbulkan dari Inflasi yaitu: 1 Efek terhadap pendapatan (Equity Effect), 2 Efek
terhadap efisiensi (Efficiency Effect), 3 Efek terhadap Output (Output Effect), 4 Inflasi dan
Perkembanngan Ekonomi, 5 Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
 Cara mencegah Inflasi yaitu: Kebijakan moneter, kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan yang
berkaitan dengan Output, kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing, kebijakan lain,
perbaikan prilaku masyarakat.
 Cara mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
1. Peningkatan tingkat suku bunga.
2. Penjualan surat berharga.
3. Peningkatan cadangan Kas.
4. Pengetatan pemberian kredit.

 Indonesia merupakan Negara maritime sehingga usaha dalam dunia perikanan memiliki
potensi yang sangat besar.
 Salah satu usaha perikanan adalah perikanan tangkap.
 Usaha perikanan adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem bisnis perikanan yang
meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran.

 usaha perikanan tangkap adalah usaha perikanan yang berbasis pada kegiatan
penangkapan ikan dan/atau kegiatan pengangkutan ikan.
 Hukum yang mengatur mengenai usaha perikanan tangkap adalah mengacu pada
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.14/MEN/2011
tentang Usaha Perikanan Tangkap.
 Pelanggaran penggunaan alat tangkap dan metoda penangkapan ikan bukan berita baru
lagi dalam kegiatan penangkapan ikan. Salah satunya adalah pelanggaran penggunaan
trawl (pukat harimau) secara illegal di beberapa wilayah peraiaran. Disamping
mengevaluasi dampak pengoperasian alat tangkap, perencanaan pemanfaatan
sumberdaya juga harus mempertimbangkan aspek dinamika upaya penangkapan ikan.
Kesalahan mengantisipasi dinamika upaya penangkapan ikan akan berdampak pada apa
yang dinamakan sebagai berlebihnya kapasitas perikanan atau overcapacity.
Bagi negara sedang berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara
pendapatan negara yang sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan untuk
menyediakan barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang lainya lebih besar.
Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran daari dua kebijakan bdiatas
yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang
yang beredar secara bersama-sama.

B. Saran
Penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya sangat
membutuhkan kritikan dan saran dalam penyempurnaan makalah

DAFTAR PUSTAKA

https://duta.co/dampak-virus-corona-terhadap-perekonomian-global-khususnya-di-
Indonesia

https://pasardana.id/news/2020/2/27/dampak-virus-corona-kadin-ada-peluang-untuk-
tingkatkan-ekspor-ikan/

https://www.mongabay.co.id/2020/04/02/dampak-covid-19-harga-tangkapan-ikan-nelayan-
turun-drastis/

http://www.sarjanaku.com/2012/12/pembangunan-ekonomi-di-indonesia.html

http://andraina_af-fisip12.web.unair.ac.id/

http://perencanaan.ipdn.ac.id/kajian-perencanaan/kajian-
perencanaan/sistemperencanaanpembangunannasionalsppn

http://www.plengdut.com/2013/01/macam-macam-sistem-ekonomi.html
http://gatrickflash.wordpress.com/2012/11/17/macam-macam-sistem-ekonomi/

Anda mungkin juga menyukai