Anda di halaman 1dari 4

TUGAS LATSAR PEMBELAJARAN AGENDA 2

Oleh : drg. Aghnia Lina Ekawati


Pelayanan publik yang masuk dalam TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik tahun 2020 (Pelayanan
Obat dengan KOPI TB)

1. Deskripsikan bentuk inovasinya secara jelas!

Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO),


pada tahun 2017 Indonesia menempati peringkat ketiga jumlah kasus Tuberkulosis (TB)
tertinggi di dunia setelah India dan Tiongkok. Hal ini menjadi perhatian pemerintah,
termasuk Pemerintah Kota Banjarmasin. Data Program TB Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin menunjukkan bahwa pada tahun 2013 angka kesembuhan penyakit TB
sebesar 96 persen, tahun 2014 turun menjadi 93 persen, 2016 semakin menurun menjadi
91 persen. Salah satu puskesmas, yaitu Puskesmas Banjarmasin Indah justru
menunjukkan angka kesembuhan yang lebih rendah, yaitu 86 persen (tahun 2016). Salah
satu faktor penyebab rendahnya angka kesembuhan adalah kegagalan pengobatan karena
pasien lupa minum obat yang mengakibatkan putus obat (drop out).

Melihat fakta ini, Pemkot Banjarmasin melalui Dinas Kesehatan Kota


Banjarmasin melakukan upaya peningkatan tata kelola pelayanan obat TB melalui
inovasi label petunjuk minum obat dengan cara memanfaatkan kotak plastik yang diberi
label nama hari sebagai pengingat untuk meminum obat. Inovasi ini disebut Kotak
Pengingat Minum Obat TB (Kopi TB). Melalui inovasi Kopi TB, petugas puskesmas
menyiapkan obat TB untuk pasien per sekali minum, dikemas dalam kotak plastik
berwarna selama seminggu, sehingga pasien tidak perlu repot menghitung atau
memotong obat untuk diminum di rumah. Kotak diberi tulisan nama hari selama
seminggu yang bertujuan untuk mengingatkan pasien minum obat sesuai nama hari yang
tertera di kotak. Sebelum kotak pengingat dibawa pulang oleh pasien, pada kotak
dicantumkan identitas pasien. Dikatakan, setelah adanya inovasi ini pada tahun 2018
terjadi peningkatan angka kesembuhan pasien TB sebesar 93 persen dibandingkan
sebelum adanya inovasi pada 2016 yang hanya 86 persen. Risiko lupa minum obat dan
putus obat juga menurun, sehingga menurunkan risiko penularan penyakit TB.
2. Temukan keunggulan, faktor keberhasilan, bagaimana inovasi itu dikelola dan manfaat
yang telah dirasakan oleh masyarakat.

a. Keunggulan :
 Kotak obat mudah dibawa kemana-mana sehingga pasien tidak lagi lupa
minum obat TB
 Kepraktisan dalam minum obat karena pasien tinggal minum obat sesuai kotak
yang disediakan
 Kotak obat dikemas dalam kotak plastik berwarna selama seminggu, sehingga
pasien tidak perlu repot menghitung atau memotong obat untuk diminum di
rumah sehingga mengurangi kemalasan pasien untuk meminum obat
b. Faktor keberhasilan :
 Efisiensi penggunaan obat TB meningkat per tahunnya dilihat dari tidak ada
lagi kasus obat terbuang percuma karena dosis yang berbeda setiap pasien
 Pasien lebih bersemangat dan lebih patuh dalam meminum obat TB, terbukti
dengan meningkatnya angka kesembuhan dari 86% menjadi 93%
c. Bagaimana inovasi dikelola :
 Secara keseluruhan obat TB dipesan dan didistribusikan melalui apotek
setelah melalui pembagian jumlah dan dosis perhari yang sudah
dikelompokkan ke dalam Kotak Pengingat Minum Obat TB (KOPI TB),
sesuai rekomendasi pemeriksaan dari dokter yang menangani.
d. Manfaat yang dirasakan :
 Angka kesembuhan pasien TB meningkat dari awal 86% menjadi 93% di
tahun 2018 dan juga efisiensi penggunaan obat pada pasien TB menjadi
meningkat per tahunnya.

3. Pelajaran apa yang Anda temukan dari inovasi tersebut?

a. Inovasi tersebut dapat mengatasi permasalahan yang ada yaitu angka kesembuhan
pasien TB di Puskesmas yang rendah

b. Inovasi dapat meningkatkan produktivitas diri dan karyawan di tempat kerja


4. Ceritakan 2 (dua) inovasi yang ada di institusi Anda (sebutkan nama institusi ) terkait
dengan pelayanan publik!

a. “KOPI HITAM MERAPI” (Kontrol Penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus


Selama Era Pandemi) di Puskesmas Cangkringan. Kegiatan prolanis merupakan
serangkaian kegiatan yang terdiri dari senam, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan fisik oleh dokter, pelayanan obat, dan penyuluhan. Di Puskesmas
Cangkringan kegiatan prolanis ini terhenti selama pandemi covid19. Hal ini
disebabkan karena adanya protokol kesehatan baru yang harus dipenuhi, salah
satunya yaitu menghindari kerumunan dan tidak membuat kegiatan yang
berpotensi menimbulkan kerumunan massa. Selain itu, peserta prolanis ini
merupakan orang dengan penyakit komorbid seperti hipertensi dan diabetes
mellitus, sehingga tergolong dalam kelompok rentan bila terjadi penularan
penyakit covid19. Dari sisi peserta sendiri, ditemukan adanya ketakutan dari
peserta. prolanis akan penyebaran dan penularan penyakit covid19 ini yang
mengakibatkan tidak semua peserta berani untuk memeriksakan diri ke
puskesmas. Dampaknya, status kesehatan peserta prolanis lebih sulit untuk
dipantau. Hal ini dapat berdampak pada tidak terkontrolnya penyakit hipertensi
dan diabetes melitus yang dimiliki peserta prolanis. Kondisi tekanan darah dan
kadar gula darah peserta pun juga rawan terjadi ketidakstabilan. Padahal, jumlah
pasien prolanis dengan kondisi stabil juga merupakan salah satu kriteria penilaian
dari BPJS yang berpengaruh pada klaim BPJS bagi pendapatan puskesmas. Oleh
karena itu, penulis mengambil isu mengenai program prolanis (Program
Pengelolaan Penyakit Kronis) yang terhenti selama pandemi. Melihat hal tersebut
maka kegiatan prolanis ini perlu diadakan lagi. Inovasi ini dilakukan dengan
mengaktifkan kembali prolanis dengan mengubah teknis kegiatan agar dapat
disesuaikan dengan aturan protokol kesehatan yang berlaku selama pandemi.

b. Contoh nyata pemberian layanan public yang inovatif di lingkungan kerja,


sehingga target kinerja dapat tercapai secara efisien dan efektif adalah di era
pandemic Covid-19 layanan melalu online sangatlah membantu agar target
kinerja dalam melayani masyarakat tetap tercapai, salah satu contoh inovasi yang
terjadi di puskesmas Cangkringan adalah layanan psikologis dan konsultasi gizi
melalui media (melalui wa,sms/telepon).

Anda mungkin juga menyukai