A. Kompetensi Inti
KI-1 dan KI-2Memiliki sikap jujur, disiplin, kerjasama, responsif, dan proaktif dalam
mencari solusi permasalahan, sehingga dapat menyadari dirinya sebagai mahluk
ciptaan yang Maha Kuasa serta menjalankan kewajibannya sesuai dengan agama
yang dianutnya.
KI-4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
B. KompetensiDasar
3.6 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya
pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan
contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini
4.6 Mengolahimformasitentang perkembangan kehidupan masyarakat,
pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di
Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada
kehidupanmasyarakat Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam
bentuk tulisan
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat menjelaskan
perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesiadengansantun.
2. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat menyebutkan bukti-bukti
peninggalan pada masa kerajaan Hindu – Budha yang masih berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini dengan disiplin.
3. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat menyajikan hasil analisis
berupa tulisan perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini secara
mandiri.
4. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, siswa akan dapat menpresentasikan hasil
analisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-
bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini dengan
percaya diri.
E. MateriPembelajaran
Indonesia Zaman Hindu dan Buddha: Silang Budaya Lokal dan Global Tahap Awal
( Faktual ) Kerajaan-kerajan pada masa Hindu-Budha di Indonesia
( Konseptual ) Pengaruh kebudayaan Hindu dan Buddha bagi masyarakat Nusantara
Bukti-bukti peninggalan kebudayaan Hindu dan Buddha yang masih ada sampai
masa kini
( Prosudural ) Proses akulturasi budaya local dengan kebudayaan Hindu-Budha
(Metakognitif) perkembangan kehidupan masyarakat Nusantara dalam bidang
politik, social dan budaya sebelum dan sesudah masuknya kebudayaan Hindu-
Budha
F. Pendekatan, Model danMetode
G. KegiatanPembelajaran
3. Siswamengajukanpertanyaanterkaittayangan
video, Guru atausiswa yang lain
menanggapi.
Identifikasi masalah
1. Guru memberikan
permasalahan untuk didiskusikan oleh siswa
dengan kelompoknya, lahir juga dari
inspirasi siswa
PengumpulanData
Pembuktian
Kriteria penilaian:
86-100 : AmatBaik
75-85 : Baik
60-74 : Cukup
≤ 60 : kurang
B. Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha
1. Kutai
Di daerah Kutai, Kalimantan Timur, bukti itu berupa tujuh buah prasasti berbentuk yupa. Yupa
ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Prasasti itu dibuat kira-kira pada abad ke-5
Masehi.
Kerajaan Kutai di Hulu sungai Mahakam. Pendiri kerajaan itu bernama Kudungga, dipastikan
bukanlah sebuah nama Hindu, namun asli nusantara.
Prasasti-prasasti itu sendiri dibuat untuk memuliakan Raja Kutai yang ketiga, Mulawarman.
Prasasti yang menyebutkan bahwa raja tersebut telah memberikan sumbangan berupa 20.000
ekor sapi kepada para Brahmana.
2. Tarumanegara
Kerajaan Hindu pertama di Jawa Barat dan kedua di nusantara ialah Tarumanegara. Kerajaan ini
terletak di antara sungai Cisadane dan sungai Citarum pada abad ke-5 Masehi. Catatan para
pengelana Cina yang singgah di Jawa seperti kisah Fa-Shien mengenai sebuah kerajaan yang
bernama To-lo-mo (Tarumanegara). Tang dan Sung menyebutkan bahwa kerajaan tersebut
beberapa kali mengirimkan utusannnya ke Cina.
3. Kalingga
Dalam sebuah berita Cina yang berasal dari seorang biksu Budha bernama I-Tsing, pada
pertengahan abad ke-7 terdapat sebuah kerajaan bernama Holing atau Kalingga di daerah Jawa
Tengah. Kerajaan Kalingga diperintah oleh seorang ratu bernama Sima. Pemerintahannya sangat
keras, namun adil dan bijaksana.
4. Melayu
Melayu merupakan salah satu kerajaan terkuat di nusantara. Banyak ahli sejarah yang
memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di daerah Sungai Batanghari, Jambi.
Banyaknya peninggalan kuno seperti candi dan arca yang ditemukan di sana.
Pada masa pemerintahan dinasti Tang, dilaporkan bahwa pada tahun 644 dan 645 utusan dari
negeri Moloyeu (Melayu) membawa hasil bumi. Pengelana Cina I-Tsing kemudian melaporkan
bahwa pada abad ke-7 kerajaan tersebut ditaklukkan oleh Sriwijaya.
Nama Melayu baru muncul kembali pada abad ke-12 ketika kerajaan Singasari melancarkan
ekspedisi. Pemelayu. Melayu mengalami masa kejayaan pada pemerintahan raja Adityawarman.
Menurut catatan pada arca Manjusti di Candi Jago, Jawa Timur, bahwa Adityawarman
membantu Gajah Mada menaklukkan pulau Bali.
5. Sriwijaya
Sriwijaya pertama kali dijumpai di dalam Prasasti Kota Kapur dari pulau Bangka. Sriwijaya
merupakan sebuah kerajaan di Sumatera Selatan yang berpusat di Palembang. Pada tahun 671,
seorang biksu Budha bernama I-Tsing menceritakan bahwa ketika ia pergi dari Kanton ke India,
ia singgah terlebih dahulu di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar tata bahasa Sansekerta.
Kerajaan Sriwijaya juga diperkuat oleh penemuan beberapa prasasti yang semuanya ditulis
dengan Pallawa dalam bahasa Melayu Kuno. Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu,
Kota Kapur, dan Karang Berahi.
6. Mataram Kuno
Kerajaan Mataram berada di wilayah Sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di
Jawa Tengah. Kerajaan ini dapat diketahui dari prasasti Canggal. Prasasti Belangka tahun 732 M
menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh Sana, diteruskan oleh
keponakannya, Sanjaya.
Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam pembangunan candi Agama Budha dan
Hindu. Candi yang diperuntukkan bagi Agama Budha antara lain candi Borobudur yang
dibangun oleh Samaratungga dari dinasti Syailendra. Candi Hindu yang dibangun antara lain
candi Roro Jongrang di Prambanan yang dibangun oleh Raja Pikatan.
7. Wangsa Warmadewa di Bali
Keluarga Raja Warmadewa muncul pertama kali pada tahun 914. Hal itu diketahui dalam
prasasti dari Sanur yang dikeluarkan oleh Sri Kesariwarmedewa.
8. Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas di Jawa Timur. Kerajaan ini
dibangun oleh Mpu Sendok yang sebelumnya memerintah kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Tengah. Di tempat barunya ini Mpu Sendok mendirikan sebuah dinasti yang bernama Isyana.
9. Kediri
Keputusan Airlangga untuk membagi dua kerajaannya menghasilkan pembentukan dua kerajaan,
Jenggala dan Panjalu (Kediri). Panjalu berhasil mendesak Jenggala.
Sebagai gantinya, 60 tahun kemudian muncullah kerajaan Kediri. Pada tahun 1116, Kediri
diperintah oleh Sri Kameswara (1116-1135). Kemudian ia digantikan oleh Jayabaya. Jayabaya
memerintah antara tahun 1135 hingga 1157, ia memakai lambang Garudamukha untuk
menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan sah Airlangga.
10. Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok setelah dia berhasil mengalahkan Kediri. Riwayat
Ken Arok sendiri tidak banyak diketahui karena namanya tidak dikenal dalam prasasti. Dalam
kitab Pararaton dan Negarakertagama, ia dikatakan berasal dari sebuah keluarga biasa dari desa
Pungkur. Melalui bantuan pendeta bernama Danghyang Lohgawe, ia kemudian berhasil bekerja
pada Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung.
Tertarik oleh isteri sang akuwu yang cantik bernama Ken Dedes, Ken Arok kemudian
membunuh Tunggul Ametung dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring. Setelah itu ia
menikahi Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung.
Kisah tragedi Anusapati, anak yang dikandung Ken Dedes dari Tunggul Ametung, mengetahui
tragedi yang menimpa ayahnya. Ia kemudian membunuh ayah tirinya itu dengan keris yang telah
membunuh ayah kandungnya dan mengambil alih tahta kerajaan.
Pemerintahan Anusapati berlangsung selama 21 tahun (1227 – 1248). Masa pemerintahannya
tidak banyak diketahui selain dia gemar mengabung ayam, dia dibunuh oleh Tohjaya, seorang
anak Ken Arok dari istri lainnya yang bernama Ken Umang. Pada gilirannya, Tohjaya kemudian
dibunuh oleh anak Anusapati yang bernama Ranggawuni. Ranggawuni naik tahta pada tahun
1248 dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana. Ia merupakan raja Singasari pertama yang namanya
diabadikan dalam prasasti Narasingharmuti.
Perluasan pengaruh Kemaharajaan Cina – Mongol di bawah Khubilai Khan menimbulkan
tantangan terhadap kekuasaan Kertanegara. Ketika sang kaisar mengirimkan utusan yang
menuntut agar Singasari tunduk kepada Cina. Kertanegara melukai wajah sang utusan yang
bernama Mengki Khubilai Khan murka dan mengirimkan pasukan untuk menyerang Jawa pada
tahun 1292.
Akan tetapi, keruntuhan Kertanegara ternyata datang dari jurusan lain. Seorang keturunan raja-
raja Kediri bernama Jayakatwang memberontak terhadap kekuasaan Singasari untuk
memulihkan kembali kejayaan Kediri yang diruntuhkan oleh leluhur Kertanegara. Jayakatwang
berhasil membunuh Kertanegara meskipun menantunya yang bernama Raden Wijaya berhasil
lolos.
11. Majapahit
Pendiri Majapahit ialah Raden Wijaya. Raden Wijaya merupakan menantu Kertanegara yang
berhasil meloloskan diri ke Madura setelah kematian mertuanya. Dengan bantuan penguasa
Madura bernama Arya Wirajaya, ia menawarkan diri untuk bekerjasama dengan Jayakatwang di
Kediri. Jayakatwang kemudian memberikan daerah Hutan Tarik (sekarang Trowulan) kepada
Raden Wijaya.
Raden Wijaya diam-diam memperkuat diri sambil menunggu saat yang tepat untuk membalas
dendam. Pada awal tahun 1293 tentara Cina – Mongol yang dikirim untuk menghukum
Kertanegara tiba di Pulau Jawa. Raden Wijaya berhasil membunuh Jayakatwang.
Setelah berhasil mengalahkan Kediri, Raden Wijaya berbalik menyerang tentara Mongol dan
memaksa mereka lari meninggalkan pulau Jawa. Ia dinobatkan menjadi Raja Majapahit dengan
gelar Sri Kertarajasa Jaya Wardhana pada 12 November 1293.
Para pengikut Kertarajasa yang berjasa dalam mendirikan Majapahit kemudian diangkat menjadi
pejabat tinggi kerajaan. Di antara mereka terdapat tokoh-tokoh, yaitu Arya Wiraraja. Pu Tambi
(Nambi), dan Ronggo Lawe. Pengangkatan tersebut menimbulkan rasa tidak puas bagi jabatan
yang lebih tinggi.
Timbullah serangkaian pemberontakan seperti yang dilakukan Ronggo Lawe pada tahun 1295
serta Pu Sora dan Juru Demung antara tahun 1298 – 1300. Di tengah-tengah kekacauan ini,
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309.
Pengganti Raden Wijaya adalah Jayanegara yang bergelar Sri Jayanegara. Pemberontakan
Nambi tahun 1316 dapat dipadamkan oleh Mahapati. Kemudian menyusul pemberontakan Semi
pada tahun 1318 dan Kuti 1319. Setelah peristiwa itu, raja Jayanegara sadar kalau Mahapati
ternyata tukang fitnah. Akhirnya, ia ditangkap dan di hukum mati.
Ketika terjadi pemberontakan Kuti inilah muncul nama Gajah Mada.
Pada tahun 1328, Jayanegara tewas dibunuh oleh Tanca. Tahta kerajaan kemudian diwakilkan
kepada puterinya, Tribhuwanatunggadewi (Bhre Kahuripan). Selama pemerintahan ratu tersebut,
kemelut politik masih muncul. Hal tersebut terlihat dengan adanya pemberontakan Sadeng pada
tahun 1331. Pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada. Sebagai balasan
atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Mangkubumi (Perdana Menteri).
Pada saat dilantik, Gajah Mada mengucapkan suatu sumpah terkenal yang disebut sebagai
Sumpah Palapa. Dalam sumpahnya itu, Gajah Mada bertekad untuk tidak berhenti beristirahat
sampai seluruh nusantara dipersatukan di bawah panji Majapahit. Tribhuwanatunggadewi
menduduki tahta selama 22 tahun dan kemudian menyerahkan tahta Majapahit kepada puteranya
Hayam Wuruk. Hayam Wuruk menjadi raja dengan gelar Sri Rajasanegara. Pemerintahannya
berlangsung selama 39 tahun, ia didampingi oleh Gajah Mada sebagai patihnya.
Di bawah duet Sri Rajasanegara dan Gajah Mada, persatuan nusantara perlahan-lahan dapat
diwujudkan meskipun sempat diwarnai keributan dengan adanya peristiwa Bubat. Peristiwa
yang menewaskan Maharaja Sunda Padjajaran yang bernama Sri Bhaduga dan Dyah Pitaloka,
puterinya yang menjadi calon permaisuri Hayam Wuruk. Peristiwa ini meretakkan Hayam
Wuruk dan Gajah Mada.
Hayam Wuruk sangat memperhatikan kehidupan agama. Ia berusaha mempersatukan tiga aliran
agama, yaitu Budha, Siswa dan Wisnu. Kerukunan hidup beragama di Majapahit dilukiskan oleh
Mpu Tantular dalam bukunya Sutasoma dengan kalimat “Bhineka Tunggal Eka”. Beberapa
pujangga besar yang hidup pada masa tersebut adalah Mpu Prapanca dengan karyanya kitab
Negarakertagama dan Mpu Tantular dengan karyanya Arjuna Wiwaha.
Kematian Gajah Mada pada tahun 1364, yang disusul oleh wafatnya Hayam Wuruk pada tahun
1389 menyebabkan kemunduran besar bagi Majapahit.