Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KELOMPOK 11

SISTEM ESKSKRESI DAN KESEIMBANGAN ASAM BASA

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan

Dosen Pengampu : Eva Fadhilah, M.Pd.

Disusun Oleh

Annisa Febrianti (11190161000059)


Istiadzah Darmastuti (111901610000)
Eli Nofiyanti (111901610000)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memnerika rahmat serta hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tepat pada waktunya. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW, sebagai utusan
agung yang kita harapkan pertolongan kelak di akhirat. Makalah dengan judul Sistem
Ekskresi dan Keseimbangan Asam Basa ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fisiologi Hewan.

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Eva Fadhilah, M.Pd., selaku dosen pengampu
mata kuliah Fisiologi Hewan. Selain itu, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca terhadap makalah ini agar
kedepannya kami dapat lebih baik lagi dalam pembuatan makalah. Kami berharap, semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan dan manfaat bagi para pembacanya.

Ciputat, 08 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI..

BAB I..

PENDAHULUAN..

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II

LANDASAN TEORI...

A. Ginjal
B. Proses-Proses Dasar dalam Ginjal
Reabsorpsi tubulus adalah suatu proses yang sangat selektif. Semua konstituen
kecuali protein plasma memiliki konsentrasi yang sama di filtrat giomerulus dar.r di
plasma. Pada sebagian besar kasus, jumlah setiap bahan yang diserap adalah jumlah
yang diperlukan untuk mempertahankan komposisi dan volume lingkungan cairan
internai yang sesuai.

C. Keseimbangan Asam dan Basa

BAB III...

PEMBAHASAN

Reabsorpsi tubulus merupakan suatu proses yang sangat selektif. Semua konstituen
kecuali protein plasma memiliki konsentrasi yang sama di filtrat glomerulus dan di plasma.
Pada sebagian besar kasus, jumlah setiap bahan yang diserap adalah jumlah yang diperlukan
untuk mempertahankan komposisi dan volume lingkungan cairan internal yang sesuai. Secara
umum, tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi yang besar untuk bahan-bahan yang dibutuhkan
oleh tubuh dan kecil atau tidak ada untuk bahan-bahan yang tidak bermanfaat. Oleh karena
itu, hanya sedikit konstituen plasma yang terfiltrasi dan masih bermanfaat bagi tubuh terdapat
di urin karena sebagian besar telah direabsorbsi dan dikembalikan ke darah.

Untuk dapat direapsorbsi, suatu bahan harus melewati lima tahapan yang terpisah.
Tahap 1: Bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati membran luminal sel
tubulus. Tahap 2: Bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.
Tahap 3: Bahan harus melewati membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan
interstisium. Tahap 4: Bahan harus berdifusi melalui cairan interstisium. Tahap 5: Bahan
harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke dalam plasma darah. Keseluruhan
rangkaian langkah tersebut dikenal dengan Transpor Transpitel (menembus epitel).

Proses reabsorpsi tubulus terbagi menjadi proses reabsorpsi pasif dan reabsorpsi aktif
bergantung pada apakah diperlukan pengeluaran energi lokal untuk mereabsorbsikan bahan
tertentu. pada reapsorbsi pasif, semua tahapan dalam transpor transpitel suatu bahan dari
lumen tubulus ke plasma bersifat pasif, yaitu tidak ada pengeluaran energi pada perpindahan
netto bahan, yang terjadi adalah mengikuti penurunan gradien elektrokimia atau osmotik.
Sebaliknya, reapsorbsi aktif berlangsung jika salah satu dari tahap-tahap dalam transpor
transpitel suatu bahan memerlukan energi, bahkan jika keempat tahap lainnya bersifat pasif.
Pada reapsorbsi aktif, perpindahan netto bahan dari lumen tubulus ke plasma terjadi melawan
gradien elektrokimia. Bahan yang secara aktif direabsorbsi bersifat penting bagi tubuh,
misalnya glukosa, asam amino, dan nutrien organik lainnya, serta Na + dan elektrolit lain
seperti PO43-.

Seperti reabsorbsi tubulus, sekresi tubulus juga melibatkan transpor transpitel, tetapi
dengan langkah-langkah yang terbalik dengan proses reabsorbsi tubulus. Perbedaannya
adalah adanya mekanisme tambahan berupa pemindahan diskret bahan dari kapiler
peritubulus ke dalam lumen tubulus. Setiap bahan yang masuk ke cairan tubulus, akan
dieliminiasi dalam urin. Bahan-bahan terpenting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion
hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yyang banyak diantaranya
adalah senyawa yang asing bagi tubuh.

Sekresi H+ ginjal sangat penting dalam mengatur keseimbangan asam-basa di tubuh.


Ion hidrogen yang disekresikan ke dalam cairan tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urin.
Ion hidrogen dapat disekresikan oleh tubulus proksimal, distal, atau koligentes, dengan
tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan rubuh. Ketika cairan tubuh terlalu asam
maka sekresi H+ meningkat. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang jika konsentrasi H+ di cairan
tubuh terlalu rendah.

Ion kalium secara selektif berpindah dalam arah berlawanan di berbagai bagian
tubulus; ion ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresikan di
tubulus distal dan koligentes. Di awal tubulus ion kalium direabsorpsi secara konstan dan
tanpa dikendalikan, sementara sekresi K+ di bagian distal tubulus bervariasi dan berada di
bawah kontrol. Karena K+ yang difiltrasi hampir seluruhnya direabsorpsi di tubulus proksimal
maka sebagian besar K+ di urin berasal dari sekresi terkontrol K+ di bagian distal nefron dan
bukan dari filtrasi.

Bersihan plasma setiap bahan didefinisikan sebagai volume plasma yang dibersihkan
secara tuntas dari bahan bersangkutan oleh ginjal per menit. Hal ini tidak menunjukkan
jumlah bahan yang disingkirkan tetapi volume plasma tempat asal dari jumlah yang
disingkirkan tersebut. Bersihan plasma ini memiliki peran untuk menyatakan efektivitas
ginjal dalam mengeluarkan berbagai bahan dari lingkungan cairan internal.

Bersihan plasma dapat dihitung untuk setiap konstituen plasma sebagai berikut:

Konsentrasi bahan dalam


Laju bersihan suatu
urin (jumlah/ml urin) x Laju aliran urin (ml/mnt)
bahan (ml/mnt) =
Konsentrasi bahan dalam plasma (jumlah/ml plasma)

Laju bersihan plasma bervariasi untuk setiap bahan, bergantung pada bagaimana
ginjal menangani masing-masing bahan tersebut.

BAB IV..

PENUTUP...

A. Simpulan
B. Saran ..

DAFTAR PUSTAKA ...


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Eksresi adalah proses pengeluaran zat sisa hasil metabolisme sel yang sudah tidak
digunakan oleh tubuh dan dikeluarkan bersama urine, keringat, atau udara pernapasan. Zat
ekskresi utama pada hewan ada tiga macam, yaitu karbon dioksida, air, dan senyawa
nitrogen. Karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) terbentuk pada waktu berlangsungnya
respirasi sel.
Organ eksretoris utama pada Vertebrata adalah ginjal (Ren). Ren pada Vertebrata
pada umumnya berjumlah sepasang. Ren dihubungkan dengan dunia luar melalui suatu
saluran yang umumnya juga berjumlah sepasang. Secara embriologis, ginjal berasal dari
mesoderm. Ginjal pada ikan tentu saja berbeda dengan ginjal katak, kadal ataupun burung,
lebih-lebih dibandingkan dengan ginjal pada Mammalia. Oleh karena itu ada 3 tipe ginjal
yaitu: pronephros, mesonephros, dan metanephros. Pada Invertebrata yang lebih tinggi
derajatnya memiliki sistem ekskresi yang lebih komplek daripada invertebrata tingkat
rendah. Bahkan golongan invertebrata tertentu ada yang belum memiliki sistem ekskresi
khusus.
Komponen utama penyusun tubuh hewan adalah air, yang jumlahnya mencapai %
dari berat tubuh hewan. Air tersebar pada berbagai bagian tubuh, baik di dalam sel (sebagai
cairan intrasel: CIS) maupun di luar sel (sebagai cairan ekstrasel: CES). CES sendiri tersebar
pada berbagai bagian tubuh, contohnya plasma darah dan cairan serebrospinal. Dalam CES
terlarut berbagai macam zat meliputi ion dan sari makanan, sisa obat, hormon, serta zat sisa
metabolisme sel seperti urea dan asam urat. Hewan harus mampu mempertahankan
keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut pada tingkatan yang tepat. Mekanisme untuk
mengatur jumlah air dan konsentrasi zat terlarut disebut osmoregulasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme ekskresi dan pembentukan urin pada hewan vertebrata
terjadi?
2. Bagaimana proses osmoregulasi pada hewan terjadi?
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ginjal
B. Proses-Proses Dasar dalam Ginjal
C. Keseimbangan Asam dan Basa

BAB III

PEMBAHASAN

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
B. Saran ..

DAFTAR PUSTAKA

a. Reabsorpsi Na+
Reabsorpsi natrium bersifat unik dan kompleks. Dari energi total yang
dikeluarkan oleh ginjal, 80% digunakan untuk transpor Na+, yang menunjukkan
pentingnya proses ini. Tidak seperti kebanyakan zat terlarut yang terfiltrasi, Na +
direabsorpsi hampir di sepanjang tubulus, tetapi dengan derajat berbeda-beda di bagian
yang berbeda. Dari Na+ yang difiltrasi, 99,5% secara normal direabsorpsi. Dari Na+. yang
direabsorpsi, sekitar 67% direabsorpsi di tubulus proksimal, 25% di ansa Henle, dan 8%
di tubulus distal dan koligentes. Reabsorpsi natrium memiliki peran penting berbeda-
beda di masing-masing segmen tersebut. Beberapa peran reabsorpsi Na+ dalam tubuh
adalah sebagai berikut:
- Reabsorpsi Na+ di tubulus proksimal berperan penting dalam reabsorpsi
glukosa, asam amino, H2O, CL-, dan urea.
- Reabsorpsi Na+ di pas asendens ansa henle, bersama dengan reabsorpsi CL -
berperan sangat penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan
konsentrasi dan volume bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh untuk
menghemat atau mengeluarkan H2O.
- Reabsorpsi Na+ di tubulus distal dan koligentes bervariasi dan berada di bawah
kontrol hormon. Reabsorpsi ini berperan kunci dalam mengatur volume CES,
yang penting dalam kontrol jangka panjang tekanan darah arteri, dan juga
sebagian berkaitan dengan sekresi K+ dan sekresi H+.
1) Pengaktifan Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Sistem hormon terpenting dan paling terkenal yang terlibat dalam
regulasi Na+ adalah sistem renin-angiotensin-aldosteron (SRAA). Secara detil
mekanisme SRAA dimulai ketika renin disekresikan ke dalam darah, renin
bekerja sebagai enzim untuk mengaktifkan angiotensinogen menjadi
angiotensin I. Angiotensinogen adalah suatu protein plasma yang disintesis
oleh hati dan selalu terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi. Ketika
melewati paru melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin
II oleh angiotensin-converting enzyme (ACE), yang banyak terdapat di kapiler
paru. Angiotensin II adalah perangsang utama sekresi hormon aldosteron dari
korteks adrenal. Korteks adrenal adalah kelenjar endokrin yang menghasilkan
beberapa hormon berbeda, masing-masing disekresikan sebagai respons
terhadap rangsangan yang berbeda.
Peranan aldosteron adalah untuk meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh
tubulus distal dan koligentes. Selain merangsang sekresi aldosteron,
angiotensin II adalah konstriktor poten arteriol sistemik, secara langsung
meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi perifer total.
Selain itu, angiotensin II merangsang rasa haus (meningkatkan asupan cairan)
dan merangsang vasopresin (suatu hormon yang meningkatkan retensi H 2O
oleh ginjal), di mana keduanya ikut berperan dalam menambah volume plasma
dan meningkatkan tekanan arteri.
Situasi yang berlawanan terjadi jika beban Na+, volume CES dan
plasma, dan tekanan darah arteri di atas normal. Pada keadaan-keadaan ini,
sekresi renin terhambat. Dengan demikian, karena angiotensinogen tidak
diaktif-kan menjadi angiotensin I dan II, maka sekresi aldosteron tidak
terangsang. Tanpa aldosteron, tidak terjadi reabsorpsi Na+ yang dependen
aldosteron (jumlahnya kecil) di segmen distal tubulus. Na + yang tidak
direabsorpsi ini kemudian keluar bersama urin. Tanpa aldosteron, pengeluaran
terus-menerus sebagian kecil dari Na+. yang terfiltrasi ini dapat dengan cepat
mengeluarkan kelebihan Na+ dari tubuh.
2) Peptida Natriuretik Atrium Menghambat Reabsorbsi Na+
Kerja utama ANP adalah menghambat secara langsung reabsorpsi Na.
di bagian distal nefron sehingga ekskresi Na+ di urin dengan menghambat dua
tahap SRAA. ANP menghambat sekresi renin oleh ginjal dan bekerja pada
korteks adrenal untuk menghambat sekresi aldosteron. ANP juga mendorong
natriuresis dan diuresis dengan meningkatkan LFG melalui dilatasi arteriol
aferen, meningkatkan tekanan darah kapiler glomerulus, dan dengan
melemaskan sel mesangium glomerulus sehingga terjadi peningkatan K+.
Dengan semakin banyaknya garam dan air terfiltrasi, semakin banyak garam
dan air yang dielakresikan di urin. Selain secara tidak langsung menurunkan
tekanan darah dengan mengurangi beban Na+ dan karenanya beban (jumlah)
cairan di tubuh, ANP secara langsung menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan curah jantung dan mengurangi resistensi vaskular perifer dengan
menghambat aktivitas saraf simpatis pada jantung dan pembuluh darah.

b. Reabsorpsi Glukosa dan Asam Amino


Sejumlah besar molekul organik yang penting dari segi nutrisi misalnya glukosa
dan asam amino rersaring seriap hari. Karena bahan-bahan ini seluruhnya secara normal
direabsorpsi kembali ke darah oleh mekanisme yang dependen energi dan dependen Na +
di tubulus proksimal maka tidak satupun dari bahan-bahan tersebut yang diekskresikan di
urin. Reabsorpsi yang cepat dan mutlak di tubulus ini mencegah hilangnya nutrien-
nutrien organik penting ini dari tubuh. Glukosa dan asam amino dipindahkan oleh
transpor aktif sekunder dependen Na+, karena keseluruhan reabsorpsi glukosa dan asam
amino bergantung pada pemakaian energi maka molekul-molekul organik ini dianggap
direabsorpsi secara aktif meskipun energi tidak digunakan secara langsung untuk
memindahkan keduanya menembus membran. Pada hakikatnya, glukosa dan asam amino
mendapat mendapat tumpangan gratis dengan menggunakan energi yang telah digunakan
dalam reabsorpsi Na+.
c. Reabsorpsi Klorida
Ion klorida yang bermuatan negatif direabsorpsi secara pasif menuruni gradien
listrik yang tercipta oleh reabsorpsi aktif ion natrium yang bermuatan positif. Umumnya
ion klorida mengalir di antara, bukan menembus, sel tubulus. Jumlah Cl - yang
direabsorpsi ditentukan oleh laju reabsorpsi aktif Na +, dan tidak dikontrol langsung oleh
ginjal.
d. Reabsorpsi Air
Air direabsorpsi secara pasif di seluruh panjang tubuius karena H 2O secara
osmotis mengikuti Na+ yang direabsorpsi se cara aktif. Dari H 2O yang difiltrasi , 65% - I
17 liter sehari direabsorpsi secara pasif pada akhir tubulus proksimal. Sebanyak l5% dari
H2O yang difiltrasi direabsorpsi di ansa Henle. Total 80% dari H 2O yang difiltrasi ini
direabsorpsi di tubulus proksimal dan ansa Henle berapapun jumlah H 2O di tubuh dan
tidak berada di bawah kontrol. Sisa 20%-nya direabsorpsi dalam jumlah bervariasi di
tubulus distal.
e. Reabsorbsi Urea
Urea adalah suatu produk sisa dari pemecahan protein. Urea adalah salah satu
bahan yang telah terfiltrasi tetapi belum direabsorpsi di dalam tubulus. Konsentrasi urea
sewaktu difiltrasi di glomerulus identik dengan konsentrasinya di plasma yang masuk ke
kapiler peritubulus. Namun, jumlah urea yang ada dalam 125 mI cairan yang difiltrasi di
awal tubulus proksimal terkonsentrasi hingga tiga kali lipat dalam 44 ml cairan yang
tersisa di akhir tubulus proksimal. Akibatnya, konsentrasi urea di dalam cairan tubulus
menjadi jauh lebih besar daripada konsentrasi urea di kapiler sekitar. Karena itu,
terbentuk gradien konsentrasi untuk urea yang secara pasif menyebabkan urea berdifusi
dari lumen tubulus ke dalam plasma kapiler peritubulus. Karena dinding tubulus
proksimal semipermeabel terhadap urea maka hanya sekitar 50% dari urea yang
terfiitrasi direabsorpsi secara pasif melalui cara ini.

Anda mungkin juga menyukai