Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI FUNGSI

ORGAN PERNAPASAN HEWAN

Disusun Oleh:
Nama : Annisa Febrianti (11190161000059)
Kelas : 2B Pendidikan Biologi

Anggota Kelompok :
1. Lutfiatunnisa Safitri (11190161000051)
2. Istiadzah Darmastuti (11190161000071)
3. Aisah Nur Barokah (11190161000079)
4. Muhammad Fachri Ali (11190161000080)

LABORATORIUM BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
A. Tujuan
1. Membandingkan alat-alat pernapasan antar jenis hewan
2. Mempelajari sistem pernapasan pada hewan
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses pernapasan pada
hewan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh massa tubuh terhadap laju respirasi pada serangga?
2. Mengapa organ respirasi antar jenis hewan berbeda?
3. Apakah ukuran tubuh dan aktivitas mempengaruhi laju metabolik pada
serangga?
C. Hipotesis
1. Semakin besar massa tubuh serangga maka volume rata-rata respirasi akan
semakin besar
2. Perbedaan respirasi antar jenis hewan dipengaruhi oleh habitat atau tempat
hidup hewan tersebut, jika ada hewan dengan habitat yang sama maka
organ respirasinya memiliki adaptasi yang sama.
3. Serangga yang berukuran lebih besar memenuhi kebutuhan energinya
yang lebih tinggi dengan memventilasi sistem trakea dengan gerakan
tubuh yang ritmis yang menekan dan mengembangkan salutan-saluran
udara seperti alat pengembus udara dan serangga yang sedang terbang
memiliki laju metabolik yang sangat tinggi daripada saat hewat tersebut
beristirahat.
D. Landasan Teori
Bernapas merupakan salah satu ciri dan aktivitas dari makhluk hidup. Istilah
pernapasan sering disama artikan dengan respirasi, walau kedua arti tersebut
berbeda secara harfiah. Bernapas berarti memasukan udara dari lingkungan luar
ke dalam tubuh dan mengeluarkan sisa pernapasan dari dalam ke luar tubuh dan
respirasi merupakan proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik dari makanan
untuk menghasilkan energi (Isnaeni, 2006).
Proses pertukaran gas atau respirasi ini dibagi menjadi dua, terdapat
respirasi internal maupun respirasi eksternal. Respirasi internal merupakan proses
pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal
berlangsung di seluruh sistem tubuh. Sedangkan respirasi eksternal adalah proses
pertukaran gas oksigen (O2) antara atmosfer dan darah serta pertukaran
karbondioksida (CO2) antara darah dan atmosfer (Molenaar, 2014).
Seluruh deret peristiwa yang dimulai dengan pengisapan udara luar dan
berakhir dengan oksidasi sel, termasuk pengeluaran karbondioksida ke udara luar
termasuk pernapasan. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida antara paru-paru
dengan sel-sel tubuh oleh darah disebut sebagai pernapasan dalam. Tujuan
pernapasan ialah mengambil oksigen dari udara luar untuk keperluan oksidasi sel
dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi sel ke udara luar
(Muchtamadji, 2000).
Campbell (2008:75) menyatakan “Pada beberapa hewan yang relatif
sederhana, misalnya spons, knidaria, dan cacing pipih, setiap sel dalam tubuhnya
cukup dekat dengan lingkungan eksternal sehingga gas-gas dapat berdifusi secara
cepat antara semua sel dan lingkungan”. Tetapi, pada banyak hewan sebagian sel
tubuh tidak memiliki akses langsung ke lingkungan. Permukaan respirasi pada
hewan-hewan ini merupakan epitelium tipis dan lembap yang menyusun organ
respirasi.
Kulit berperan sebagai organ respirasi pada beberapa jenis hewan, termasuk
cacing dan amfibia. Tepat di bawah kulit, jejaring kapiler yang rapat
memfasilitasi pertukaran gas antara lingkungan luar dengan sistem sirkulasi.
Karena permukaan respirasi harus tetap lembap, cacing tanah dan kebanyakan
hewan yang bernapas dengan kulit lainnya hanya bisa sintas untuk waktu lama di
tempat lembap (Campbell, 2008).
Permukaan tubuh sebagian besar hewan tidak memiliki area yang cukup
bagi pertukaran gas-gas seluruh organisme. Solusinya adalah organ respirasi yang
sangat berlipat-lipat atau bercabang-cabang, sehingga memperluas area
permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas. Insang, trakea, paru-paru adalah
tiga organ tersebut (Campbell, 2008).
Isnaeni (2006:194) menyatakan “Pertukaran gas antara tubuh hewan dengan
lingkungannya selalu terjadi pada lingkungan akuatik ataupun terestial”. Baik di
udara ataupun di air, masing-masing mengandung keuntungan dan kerugian. Bagi
hewan yang bernapas di air, kerugian pertama yang mereka peroleh ialah adanya
kenyataan bahwa dibandingkan dengan udara, molekul air lebih padat dan sulit
bergerak ataupun mengalir, sehingga untuk mengalirkan air ke organ
pernapasannya hewan akuatik harus mengeluarkan energi lebih banyak
dibandingkan dengan energi yang digunakan oleh hewan terestial.
Hewan yang bernapas menggunakan trakea adalah serangga, atau dapat
disebut sebagai sistem trakea. Trakea adalah pembuluh halus yang bercabang-
cabang dan tersebar di seluruh tubuh serangga. Pada ujung-ujung pembuluh
terdapat lubang-lubang pernapasan yang disebut dengan stigma atau spirakel,
berfungsi sebagai jalan masuk-keluarnya udara. Dari spirakel udara memasuki
trakea lalu mengalir ke dalam saluran kecil yang disebut trakeola. Serangga juga
memiliki kantung udara yang berfungsi untuk menjaga persediaan udara
(Nurhakim, 2014).
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel 1 : Data Perhitungan

Volume Udara Pernapasan Jumlah


Jenis Massa Setiap 5 menit Udara Volume
Serangga Tubuh (garis skala atau strip) Pernapasan Rata-rata
(gram) 0 1 2 3 15 Menit Respirasi
(ml) (ml/menit)
Jangkrik 1 44,1 0,35 0,51 0,6 0,69 2,15 0,54
Jangkrik 2 45,4 0 0,54 0,75 0,9 2,19 0,55
Jangkrik 3 45,05 0 0,15 0,29 0,44 0,88 0,22
2. Tabel 2 : Hasil Pengamatan

No Hasil Pengamatan Keterangan


1. Ikan Mas 1. Insang
(Cyprinus carpio) 2. Lengkung
Insang
3. Filamen
4. Lapis Insang
5. Operkulum
6. Pembuluh
Darah

2. Udang
(Penaeus monodon)

1. Mata
2. Mulut
3. Hepato
pancreas
4. Antena
5. Hati
6. Mignut
7. Abdominal
aorta
8. Anus
3. Kecoa
(Blattodea)
1. Antena
2. Kepala
3. Mata
4. Prothorax
5. Mesothorax
6. Metathorax
7. Abdomen
8. Anal cercus
9. Sayap
10. Kaki

4. Belalang
( caelifera)
1. Anthena
2. Head
3. Hind leg
4. Thorax
5. Abdomen
6. Spiracles
7. Kantong udara
8. Trakea
9. Spirakel
10. Trakeola
11. Sel tubuh

5. Cacing
(lumbricina)
1. Intestine
2. Gizzard
3. Pharynx
4. Crop
5. Esophagus
6. Mouth

6. Torso Manusia

1. Hidung
2. Rongga hidung
3. Laring
4. Trakea
5. Bronkus
6. Paru-paru

7. Preparat Awetan
Trachea 1. Perikardium
2. Epitel silindris
selapis silia
3. Tulang rawan
hialin
4. Lamina propia
5. Kelenjar
campur
seromutosa
Perbesaran : 10 x 100/25
Sumber : Laboratorium Biologi FITK
8. Preparat Awetan
Fasciola hepatica 1. Kelenjar
kuning telur
2. Kelenjar kulit

Perbesaran : 10 x 100/25
Sumber : Laboratorium Biologi FITK
9. Preparat Awetan
Paru-paru
1. Alveolus
2. Epitel pipih
selapis

Perbesaran : 10 x 100/25
Sumber : Laboratorium Biologi FITK

10 Preparat Awetan
. Bronchiolus
1. Sel Epitel
Transisional

Perbesaran : 10 x 100/25
Sumber : Laboratorium Biologi FITK

F. Pembahasan
Adapun pembahasan pada percobaan kali ini adalah respirasi merupakan
suatu proses pengambilan oksigen untuk memecah senyawa-senyawa organik
menjadi karbondioksida, uap air, dan energi. Namun demikian, resiprasi pada
hakekatnya merupakan reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO 2
sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O.
Selain itu, respirasi juga merupakan reaksi oksidasi senyawa organik
menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivasi sel dalam bentuk ATP atau
senyawa berenergi lainnya.
Campbell (2008:75) menyatakan “Pada beberapa hewan yang relatif
sederhana, misalnya spons, knidaria, dan cacing pipih, setiap sel dalam tubuhnya
cukup dekat dengan lingkungan eksternal sehingga gas-gas dapat berdifusi secara
cepat antara semua sel dan lingkungan”. Tetapi, pada banyak hewan sebagian sel
tubuh tidak memiliki akses langsung ke lingkungan. Permukaan respirasi pada
hewan-hewan ini merupakan epitelium tipis dan lembap yang menyusun organ
respirasi.
Kulit berperan sebagai organ respirasi pada beberapa jenis hewan, termasuk
cacing dan amfibia. Tepat di bawah kulit, jejaring kapiler yang rapat
memfasilitasi pertukaran gasantara lingkungan luar dengan sistem sirkulasi.
Karena permukaan respirasi harus tetap lembap, cacing tanah dan kebanyakan
hewan yang bernapas dengan kulit lainnya hanya bisa sintas untuk waktu lama di
tempat lembap.
Permukaan tubuh sebagian besar hewan tidak memiliki area yang ckup bagi
pertukaran gas-gas seluruh organisme. Solusinya adalah organ respirasi yang
sangat berlipat-lipat atau bercabang-cabang, sehingga memperluas area
permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas. Insang, trakea, paru-paru adalah
tiga organ tersebut.
Insang adalah organ respirasi yangberbentuk lipatan ke luar dari permukaan
tubuh hewan akuatik yang tertanam di dalam air. Distribusi insang di seluruh
hewan akuatik bisa sangat bervariasi. Terlepas dari distribusinya, insang
seringkali memiliki area permukaan total yang jauh lebih besar daripada area
tubuh yang lain.
Bagian-bagian insang sendiri terdiri atas operkulum (penutup insang),
lengkung insang, filamen, dan lamela. Pada udang atau lobster pada tubuhnya
memiliki tonjolan mirip dayung yang berfungsi untuk menggerakan air melintasi
insangnya. Kapiler-kapiler di dalam insang ikan akan memungkinkan pertukaran
lawan arus (countercurrent exchange) yaitu pertukaran zat-zat atau panas
diantara dua cairan yang mengalir ke arah yang berlawanan.
Sistem trakea pada serangga adalah sistem yang terdiri dari saluran-saluran
panjang yang bercabang-cabang di seluruh bagian tubuh serangga. Sistem ini
terdiri atas spirakel, stigma, trakea,dan percabangan kecil yang disebut trakeola.
Karena sistem trakea membawa udara dalam jarak yang sangat dekat di hampir
semua sel tubuh serangga, sistem trakea dapat mentranspor O 2 dan CO2 tanpa
partisipasi sistem sirkulasi terbuka hewan tersebut.
Bagi serangga-serangga kecil, difusi melalui trakea membawa cukup banyak
O2 dan membuang cukup banyak CO2 untuk mendukung respirasi seluler.
Serangga yang berukuran lebih besar memenuhi kebutuhan energinya yang lebih
tinggi dengan memventilasi sistem trakea dengan gerakan tubuh yang ritmis yang
menekan dan mengembangkan salutan-saluran udara seperti alat pengembus
udara. Contohnya, seekor serangga yang sedang terbang memiliki laju metabolik
yang sangat tinggi daripada saat beristirahat, dengan demikian adaptasi-adaptasi
sistem trakea terkait langsung dengan proses bioenergetika.
Tidak seperti sistem trakea yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh
serangga, paru-paru merupakan organ respirasi yang terlokalisasi. Paru-paru
terbagi-bagi menjadi kantong-kantong yang berjumlah banyak. Karena
permukaan respirasi paru-paru tidak bersentuhan langsung dengan semua bagian-
bagian lain dari tubuh, celaah tersebut harus dijembatani oleh sistem sirkulasi,
yang mentranspor gas-gas antara paru-paru dan bagian tubuh yang lain. Paru-paru
telah dievolusikan pada organisme-organisme dengan sistem sirkulasi terbuka
pada beberapa vertebrata.
Pada vertebrata-vertebrata yang tidak memiliki insang, ada beraneka ragam
penggunaan paru-paru untuk pertukaran gas. Pada paru-paru amfibia, bentuknya
relatif kecil dan tidak memiliki permukaan yang luas untuk pertukaran gas.
Sebagai gantinya, amfibia sangat bergantung pada difusi melintasi permukaan-
permukaan tubuh yang lain, seperti kulit.
Secara umum, ukuran dan kompleksitas paru-paru berkolerasi dengan laju
metabolik hewan dan laju pertukaran gas hewan. Misalnya, paru-paru endoterm
memiliki area permukaan pertukaran gas yang lebih besar daripada eksoterm yang
berukuran setara. Sistem respirasi pada mamalia sendiri terdiri atas organ organ,
seperti rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus.
Respirometer sederhana adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur
kecepatan pernapasan beberapa organisme hidup seperti serangga, bunga, akar,
dan kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang berarti, kecepatan
pernapasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya oksigen yang
digunakan oleh makhluk hidup tiap satuan 1 gram massa per 1 detik. Alat ini
bekerja pada suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigen yang digunakan
oleh organisme dan ada karbondioksida yang dikeluarkan oleh organisme
tersebut.
Jika organisme yang bernapas diletakkan dalam ruang tertutup dan CO2
yang dihasilkan oleh organisme tersebut diikat maka penyusutan udara akan
terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat dicatat (diamati) pada
pipa kapiler berskala. Prinsip kerja respirometer digunakan untuk mengukur laju
konsumsi oksigen hewan-hewan seperti serangga.
Adapun fungsi dari larutan KOH adalah untuk mengikat CO2, sehingga
pergerakan dari larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh penyusutan
oksigen. Larutan eosin berfungsi untuk mengetahui seberapa cepat oksigen
berkurang dalam tabung yang berisi KOH dan jangkrik. Dan untuk vaselin,
digunakan untuk menutupi lubang tabung agar tidak ada lagi CO2 dari luar yang
masuk.
Pada pengamatan ini, praktikan menggunakan tiga jenis jangkrik yang
memiliki masa tubuh yang berbeda-beda. Adapun hasil pengukuran pada
respirometer adalah untuk jangkrik I dengan massa tubuh sebesar 44,1 gram
memiliki volume rata-rata respirasi sebesar 0,54 ml/menit. Jangkrik II dengan
massa tubuh 45,4 gram memiliki volume rata-rata respirasi sebesar 0,55 ml/menit,
dan jangkrik III dengan massa tubuh sebesar 45,05 gram memiliki volume rata-
rata respirasi sebesar 0,22 ml/menit.
Menurut isnaeni (2006:197) “Semakin berat ukuran tubuh suatu hewan
maka semakin lambat pula pergerakannya dalam laju respirasinya”. Hal ini
disebabkan oleh aktivitas hewan yang berukuran besar lebih cenderung diam.
Meskipun massa tubuh mempengaruhi laju metabolisme dan yang kemudian juga
mempercepat respirasi, hal tersebut tidak berlaku jika tubuh hewan dalam keadaan
diam.
Selain itu, aktivitas tubuh juga mempengaruhi suhu tubuh hewan tersebut.
Hewan yang berukuran besar akan memiliki suhu tubuh yang lebih kecil dari pada
hewan yang berukuran kecil, sehingga hewan yang berukuran besar juga
membutuhkan O2 yang lebih sedikit. Sebaliknya, hewan yang berukuran kecil
memiliki laju respirasi yang cepat yang menyebabkan hewan tersebut lebih
banyak melakukan aktivitas (bergerak) sehingga dapat meningkatkan suhu tubuh
yang juga akan membuatnya membutuhkan O2 yang lebih untuk pembentukan
energi dan juga untuk aktivitas.
Pada pengamatan ini menunjukan bahwa jangkrik yang lebih besar
massanya (jangkrik II) memiliki laju respirasi yang lebih tinggi daripada jangkrik
yang lebih kecil (jangkrik I). Sedangkan pada jangkrik III terdapat kesalahan saat
pengamatan sehingga mendapatkan data yang kurang tepat. Selain itu, pada
pengamatan ini jangkrik yang bermassa lebih kecil memiliki laju respirasi yang
cepat dibandingkan dengan jangkrik yang bermassa lebih besar.

G. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan kali ini adalah bernapas merupakan
salah satu ciri dari makhluk hidup, struktur permukaan respirasi terutama
bergantung pada ukuraan hewan dan apakah hewan itu hidup di air atau di darat,
serta dipengaruhi oleh kebutuhan metabolik untuk pertukaran gas. Pada beberapa
hewan yang relatif sederhana pertukaran gas berlangsung secara difusi dan pada
beberapa vertebrata organ respirasi terdiri atas saluran yang panjang dan berlipat-
lipat seperti trakea, insang, dan paru-paru. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi laju pernapasan diantaranya adalah massa tubuh, aktivitas tubuh,
kadar oksigen, usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan suhu tubuh dari hewan
tersebut.
H. Pertanyaan
1) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pernapasan?
Jawab : Usia, massa tubuh, jenis kelamin, ukuran tubuh, suhu, aktivitas, dan
kadar oksigen.
2) Apa yang membedakan pernapasan pada manusia dan serangga?
Jawab : Manusia menggunakan sistem paru-paru dalam bernapas dan organ
pernapasan berhubungan langsung dengan sistem sirkulasi, sedangkan pada
serangga menggunakan sistem trakea dan sistem tersebut tidak berhubungan
dengan sistem sirkulasi.
3) Sebutkan alat pernapasan pada hewan lainnya dan berikanlah mengapa alat
pernapasan tersebut bisa berbeda? (kaitkan berdasarkan jenis hewannya di
lingkungan hidupnya dll)
Jawab : Cacing bernapas dengan kulit, udang dan ikan bernapas dengan
insang, belalang dan kecoa bernapas menggunakan sistem trakea. Alat
pernapasan hewan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh habitat atau
lingkungan hidupnya masing-masing. Misalnya, seperti insang yang tidak
cocok untuk hewan darat karena permukaan membran basah yang luas jika
terpapar langsung ke aliran udara di lingkungan akan kehilangan banyak air.
4) Faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah konsumsi oksigen pada hewan?
Jawab : Temperatur (suhu), spesies hewan, ukuran tubuh, dan aktivitas.

I. Daftar Pustaka
Campbell NA, dkk. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.
Muchtamadi M, dkk. 2000. Ilmu Faal Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Menengah Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Molenaar, RE. 2014. Formed Expiratory Volume in One Second pada Penduduk
yang Tinggal di Dataran Tinggi. Jurnal e-Biomedik. Vol 2. No 3.
Nurhakim S. 2014. Dunia Burung dan Serangga. Jakarta : Bestari.

Anda mungkin juga menyukai