Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MATA KULIAH BIOLOGI FUNGSI

SISTEM SARAF

Disusun Oleh:

Vina Apriliani 11190161000074

Kelas: 2B

Anggota Kelompok:

Abida Azzahra 11190161000046

Siti Holipah 11190161000054

Wanda Fajriatun Nissa 11190161000064

Tri Annisa Larassati 11190161000084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
A. Tujuan
1. Menguji kepekaan refleksi.
2. Menghubungkan refleksi dengan kerja saraf.
3. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kepekaan gerak refleksi.
4. Menentukan bagian-bagian penyusun sel saraf.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa gerakan refleksi dapat terjadi?
2. Bagaimana mekanisme kerja sistem saraf saat gerakan refleksi terjadi?
3. Apakah faktor yang mempengaruhi gerak refleksi?
4. Apa sajakah bagian-bagian penyusun sel saraf?

C. Hipotesis
1. Gerakan refleksi dapat terjadi karena adanya rangsangan, dan gerakan refleksi
terjadi secara otomatis. Gerak refleks berjalan sangat cepat terhadap rangsangan,
tanpa memerlukan kontrol dari otak.
2. Sistem saraf bekerja dalam gerakan refleksi ketika adanya rangsangan, reseptor
menerima dan meneruskan ke saraf sensorik. Saraf sensorik meneruskan
rangsangan ke dalam sumsum tulang belakang, selanjutnya saraf motorik
menyalurkan impuls ke efektor.
3. Faktor yang mempengaruhi gerak refleksi adalah faktor rangsangan. Gerak refleksi
sendiri memiliki dua jenis yaitu refleks bersyarat dan refleks tidak bersyarat.
Refleks bersyarat, yaitu gerakan refleks yang muncul karena sudah terbiasa
merasakan sesuatu, sedangkan refleks tidak bersyarat muncul karena datangnya
rangsangan secara tiba-tiba.
4. Sel saraf atau neuron tersusun atas dendrit, badan sel, akson, selubung myelin, sel
schwan, nodus ranvier dan terminal sinapsis. Neuroglia atau sel glia juga
merupakan penyusun sel saraf yang berfungsi melindungi dan memberikan
dukungan terhadap sel saraf (neuron), tetapi tidak ikut andil dalam melaksanakan
pengantaran informasi.

D. Landasan Teori

Sistem saraf merupakan mekanisme penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat,
pemrosesan impuls saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan atau sistem
yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem saraf
tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron).
Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan
(Purnamasari dan Santi, 2017).

Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan)
antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya
yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh.
Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan
(Purnamasari dan Santi, 2017).

Sistem saraf pusat berfungsi untuk menerima, memproses, menginterpretasikan, dan


menyimpan informasi sensoris yang datang. Sistem saraf pusat juga mengirim informasi ke
otak dan sumsum tulang belakang. Saraf sumsum tulang belakang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan otak dengan bagian-bagian lain dari tubuh yang terletak di
bawah leher (Wade dan Travis, 2007).

Refleks saraf tulang belakang bekerja secara otomais, tanpa melibatkan usaha yang
disadari. Jaringan saraf yang melandasi berbagai refleks tulang belakang berhubungan
dengan jalur-jalur saraf yang terbentang ke dan dari saraf tulang belakang, ke dan dari
otak. Karena hubungan inilah refleks terkadang dapat dipengaruhi oleh pikiran dan emosi
(Wade dan Travis, 2007).

Sistem saraf tepi berfungsi menangani pesan informasi yang masuk dan keluar dari
sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi meliputi semua sistem saraf yang berada di luar otak
dan sumsum tulang belakang. Pada sistem saraf tepi memungkinkan kita untuk tetap
berhubungan dengan dunia luar dan dengan aktivitas di dalam tubuh (Wade dan Travis,
2007).

Sistem saraf tersusun atas sel saraf (neuron) dan sel glia (neuroglia). Neuron
merupakan sel fungsional pada sistem saraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan
potensial aksi dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan
potensial aksi merupakan cara yang dilakukan oleh sel saraf dalam memindahkan
informasi. Pembentukan potensian aksi juga merupakan cara yang dilakukan oleh sel saraf
melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh (Isnaeni, 2006).

Dalam menyelenggarakan fungsinya, neuron didukung oleh neuroglia. Neuroglia


merupakan sel yang sangat erat kaitannya dengan neuron, yang berfungsi sebagai
pendukung struktur dan fungsi neuron, namun tidak terlibat dalam penjalaran impuls.
Dalam otak manusia, jumlah sel glia jauh lebih besar daripada jumlah neuron.
Perbandingan antara jumlah sel glia dan neuron ialan 10:1. Sel glia berfungsi untuk
menjamin kondisi lingkungan ionic di sekitar seuron dapat selalu tepat. Selain itu, sel glia
juga berfungsi untuk membuang zat-zat sisa dari sekitar neuron (Isnaeni, 2006).

Berdasarkan fungsinya neuron dibedakan menjadi tiga macam, yaitu neuron motoric,
sensorik, dan interneuron. Neuron sensorik ialah sel saraf yang berfungsi untuk membawa
rangsangan dari daerah tepi ke pusat saraf (otak atau sumsum tulang belakang).
Neuronmotorik berfungsi membawa rangsangan dari pusat saraf ke daerah tepi.
Interneuron atau saraf penghubung terdapat di saraf pusat yang menjadi penghubung antara
neuron sensorik dan neuron motorik (Isnaeni, 2006).

Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan pada tubuh yang terjadi
jauh lebih cepat dari pada gerak sadar. Misalnya menutup mata saat terkena debu, menarik
tangan dari benda panasmenyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Tetapi gerak refleks
dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya bukan hanya tidak menarik tangan dari
benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas tersebut (Pearce,
2009).

E. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Gerak Refleks

Waktu (s)
No. Jarak (cm)
Pengulangan 1 Pengulangan 2
1. 2 cm 20 × 10−3 15 × 10−3
2. 4 cm 20 × 10−3 14 × 10−3
3. 6 cm 20 × 10−3 13 × 10−3
4. 8 cm 20 × 10−3 13 × 10−3
5. 10 cm 20 × 10−3 13 × 10−3
6. 12 cm 20 × 10−3 14 × 10−3
7. 14 cm 13 × 10−3 13 × 10−3
8. 16 cm 13 × 10−3 13 × 10−3
9. 18 cm 13 × 10−3 13 × 10−3
10. 20 cm 13 × 10−3 13 × 10−3

Tabel 2. Preparat Awetan Sistem Saraf

No. Gambar Keterangan


1. Ganglion 1. Nukleus
2. Sel ganglion

Perbesaran: 10×10/0,25
Sumber: Laboratorium Biologi FITK

Perbesaran: 10×40/0,65
Sumber: Laboratorium Biologi FITK
2. Nerve cell 1. Serabut saraf
2. Inti sel
3. Sel satelit

Perbesaran: 10×10/0,25
Sumber: Laboratorium Biologi FITK

Perbesaran: 10×40/0,65
Sumber: Laboratorium Biologi FITK

3. Nerve tissue 1. Badan Sel


2. Dendrit
3. Akson
4. Nukleus

Perbesaran: 10×10/0,25
Sumber: Laboratorium Biologi FITK
Perbesaran: 10×40/0,65
Sumber: Laboratorium Biologi FITK

4. Spinal Cord

Perbesaran: 10×10/0,25
Sumber: Laboratorium Biologi FITK

5. Nerve Muscle 1. Inti sel


2. Serabut kolagen
3. Bentuk sel spindle

Perbesaran: 10×40/0,65
Sumber: Laboratorium Biologi FITK
F. Pembahasan

Praktikum kali ini yang berjudul “Sistem Saraf”

Percobaan yang dilakukan ini merupakan gerak refleks. Penggaris (mistar) menjadi
stimulus yang dijatuhkan ke tangan praktikan. Mistar akan tertangkap dengan cepat, yang
berarti praktikan memiliki suatu gerakan refleks yang cepat terhadap penggaris (mistar)
yang di jatuhkan tersebut.

G. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa gerakan
refleks terjadi ketika adanya rangsangan secara tiba-tiba dan tidak ada kontrol dari otak.
Faktor yang mempengaruhi gerakan refleks ini adalah datangnya rangsangan. Rangsangan
pada gerak refleks diterima oleh resptor dan diteruskan oleh saraf sensorik menuju sumsum
tulang belakang.

Sistem saraf tersusun atas sel saraf (neuron) dan sel glia (neuroglia). Sel saraf
berfungsi menghantarkan informasi dalam sistem saraf, sedangkan sel glia berfungsi
melindungi dan mendukung sel saraf (neuron). Sel neuron terdiri atas dendrit, badan sel,
akson, nodus ranvier, selubung myelin, sel schwan, dan terminal sinapsis.

H. Pertanyaan
1. Mengapa ada refleks?
Jawab: Karena adanya rangsangan yang membuat gerakan tanpa sadar dan
merupakan respon segera dari rangsangan tersebut. Gerakan refleks pada manusia
terjadi secara otomatis. Gerak refleks di tubuh sebenarnya terjadi apabila ada
rangsang atau stimuli yang diterima oleh sel saraf atau neuron di dalam tubuh.

2. Apa saja jenis syaraf yang bekerja?


Jawab: Gerak refleks terjadi ketika adanya rangsangan – reseptor – saraf sensorik –
sumsum tulang belakang – saraf motorik – efektor. Jadi jenis saraf yang bekerja
adalah sel saraf atau neuron, yang menjadi saraf sensorik, saraf motorik. Selain itu,
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi bekerja dalam kerja gerakan refleks yang
tidak sadar ini.

3. Apa lawannya dari gerakan refleks?


Jawab: Lawan dari gerak refleks adalah gerak biasa yang terjadi secara sadar.
Berasal dari rangsangan – reseptor – saraf sensorik – otak – saraf motorik –
efektor. Gerakan biasa ini dikendalikan oleh sistem saraf pusat yang berasal dari
otak dan bersifat sadar.

4. Apa peranan saraf pusat dan syaraf tepi pada gerakan refleks?
Jawab: Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, sementara
sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf somatik dan otonom. Kedua sistem ini
bekerja sama untuk mengendalikan seluruh aktivitas di dalam tubuh, baik yang
disadari maupun tidak disadari. Sistem saraf pusat mengendalikan seluruh
pengaturan dan pengolahan rangsangan, mulai dari mengatur pikiran, gerakan,
emosi, pernapasan, denyut jantung, pelepasan berbagai hormon, suhu tubuh,
hingga koordinasi seluruh sel saraf untuk melakukan fungsi pengaturan di dalam
tubuh. Fungsi utama dari sistem saraf tepi adalah menerima rangsangan dan
menghantarkan semua respons yang sudah diolah oleh sistem saraf pusat. Pada
gerak refleks yang tidak sadar sistem saraf pusat memiliki peran melakukan
pengolahan rangsangan yang mengirim impuls hingga akhirnya memunculkan
gerakan refleks yang secara segera. Sistem saraf tepi menjadi penghubung dan
mengantarkan rangsangan dan menyalurkan rangsangan dari reseptor ke sumsum
tulang belakang dan menyalurkannya dari sumsum tulang belakang ke efektor.

5. Sebutkan dan kaitkan jaringan yang menyusun sistem saraf pada manusia
berdasarkan peranan masing-masing jaringan tersebut.
Jawab: Jaringan saraf terdiri dari neuron atau sel-sel saraf, dan sel-sel neuroglial.
Neuron terdiri dari dendrit, akson, badan sel, selubung myelin, sel schwan, nodus
ranvier, dan terminal sinapsis. Dendrit berfungsi sebagai penerima rangsangan dari
reseptor. Badan sel berfungsi meneruskan rangsangan dari dendrit ke akson. Akson
menghantarkan rangsangan menuju terminal sinapsis. Selubung myelin dan sel
schwan sebagai pembungkus dan penutrisi akson. Nodus ranvier berfungsi
mempercepat jalannya rangsangan di akson. Terminal sinapsis berfungsi tempat
penerimaan rangsangan menuju neuron lainnya.
Empat jenis neuron-glia ditemukan di SSP adalah astrosit, sel-sel mikroglia, sel-sel
ependimal dan oligodendrosit. Astrosit berfungsi untuk suplai darah dan mengatur
pertukaran bahan antara neuron dan kapiler darah. Sel mikroglia berfungsi sebagai
sumber pertahanan kekebalan tubuh terhadap mikroorganisme di otak dan sumsum
tulang belakang. Sel ependymal berfungsi mengedarkan cairan serebrospinal dan
sebagai bantalan organ. Oligodendrosit berfungsi untuk membungkus neuron dan
memproduksi selubung myelin. Dua jenis neuroglia yang ditemukan di SST adalah
sel-sel satelit dan sel Schwann. Sel satelit berfungsi melindungi sel tubuh neuron.
Sel schwan berfungsi membungkus akson dan membuat isolasi selubung myelin.
Dalam sistem saraf pusat (SSP), jenis jaringan yang ditemukan adalah materi abu-
abu dan materi putih. Jaringan ini dikategorikan berdasarkan bagian saraf dan
neuroglia.

I. Daftar Pustaka

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Pearce EC. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Purnamasari R dan Santi DR. 2017. Fisiologi Hewan. Jawa Timur: UIN Sunan Ampel.

Wade C dan Tavris C. 2007. Psikologi Edisi 9 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai