Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

DIFUSI DAN OSMOSIS

Disusun oleh:
Annisa Febrianti (1119016100059)
Kelas : 5B Tadris Biologi

Anggota Kelompok 7:
1. Muhammad Hamed Bagus (11190161000020)
2. Siti Holipah (11190161000054)
3. Zahra Fadillah Indriyani (11190161000056)
4. Amardsa Maulida Kaniar (11190161000075)
5. Eli Nofiyanti (11190161000086)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HISAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2021
A. Tujuan
1. Menguji proses difusi dan osmosis terhadap larutan sirup
2. Menganalisis proses difusi dan osmosis terhadap larutan sirup
3. Menganalisis pengaruh suhu terhadap kecepatan laju difusi dan osmosis
4. Menganalisis pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan laju difusi dan osmosis

B. Tinjauan Pustaka
Difusi merupakan suatu proses perpindahan molekul-molekul dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah baik melalui membran plasma maupun tidak. Molekul
dan ion terlarut dalam air bergerak secara acak dengan konstan. Gerakan acak ini
mendorong terjadinya difusi. Difusi ini termasuk ke dalam transport aktif, karena
tidak memerlukan energi (Campbell, 2010).
Proses difusi dibedakan menjadi dua, yaitu difusi sederhana dan difusi
terbantu atau terfasilitasi. Pada difusi sederhana, molekul zat dapat berdifusi secara
spontan hingga dicapai kerapatan yang sama dalam suatu ruangan. Sedangkan, difusi
terbantu merupakan proses difusi dengan perantara protein pembawa. Arah
perpindahan molekul seperti halnya pada difusi biasa yaitu dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah, hanya saja protein pembawa membantu proses perpindahan
molekul ini (Roni dan Rosyada, 1983).
Contoh yang sederhana dari proses difusi adalah pemberian gula pada cairan
teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek
yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler.
Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang
diam dari solid atau fluida. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi,
yaitu ukuran partikel, ketebalan membran, luas suatu area, jarak, dan juga suhu
(Burhanuddin, 2016)
Osmosis adalah difusi air melalui membran semipermeabel, dari larutan yang
banyak air ke larutan yang sedikit air. Definisi paling sederhananya adalah difusi air
melalui membran semipermeabel (permeabel hanya kepada pelarut, tidak kepada
terlarut). Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus
dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien
tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat
dihambat secara buatan dalam air yang jernih dibandingkan semuanya yang sangat
pekat berfungsi diamatinya bersama diangkat ditanah bertinggi (Handradewi, dkk,
2016).
Osmosis merupakan suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena
ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.
Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalam sel hidup di mana molekul solvent
(biasanya air) akan mengalir dari daerah solute rendah ke daerah solute tinggi melalui
sebuah membran semipermeabel. Membran semipermeabel ini menunjuk ke membran
sel atau membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari
membran sel. Gerakan dari solvent berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang
seimbang tercapai di kedua sisi membran (Yahya, 2015).
Osmosis terjadi ketika terdapat membran semipermeabel, membran ini tidak
dibutuhkan untuk terjadinya difusi. Pada osmosis yang berpindah adalah molekul-
molekul pelarut, biasanya air. Sedangkan pada difusi yang berpindah adalah molekul-
molekul terlarut. Pada proses difusi, molekul-molekul terlarut bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sedangkan pada osmosis molekul-molekul
pelarut mengalir secara kebalikannya. Difusi biasa terjadi pada molekul-molekul gas,
meski difusi juga dapat terjadi pada molekul padat-cair atau cair-gas. Osmosis hanya
terjadi di antara dua larutan dan juga terjadi relatif lebih lambat dibandingkan dengan
difusi. Difusi dapat menyebar sampai jarak yang jauh, sedangkan osmosis terbatas
pada jarak yang lebih dekat (Septriyani, 2019).

C. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan pengaruh suhu

No Gambar Keterangan
1 Pada suhu 0oC, air pada wadah
juga tidak berubah warna, massa
selongsong sedikit bertambah,
bertekstur kenyal, dan rongga
udara tersisa banyak.

2 Pada suhu 20oC, air dalam wadah


tidak berubah warna, massa
selongsong sosis juga turut
bertambah di setiap interval waktu
namun tidak sebanyak pada suhu
40oC, dan juga ruang udara tersisa
sedikit.

3 Pada selongsong sosis yang


direndam pada wadah yang berisi
air bersuhu 40oC, air dalam wadah
berubah menjadi merah muda,
massa selongsong terus bertambah
di setiap interval waktu yang telah
ditentukan, bertekstur kenyal, dan
rongga udara tersisa lebih sedikit.

Tabel 2. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi

No Gambar Keterangan
1 Hasil pengamatan menunjukan pada
selongsong sosis dengan konsentrasi
25%, massanya sedikit bertambah di
setiap interval waktu yang telah
ditentukan, teksturnya tidak kenyal,
air dalam wadah tidak berubah
warna.

2 Pada konsentrasi 50%, massanya


bertambah cukup banyak di setiap
interval waktu yang telah ditentukan,
teksturnya cukup kenyal, dan air
dalam wadah tidak berubah warna.
3 Pada konsentrasi 100%, massanya
bertambah sangat banyak di setiap
interval waktu yang telah ditentukan,
teksturnya juga sangat kenyal, air
pada warna sedikit berwarna.

Tabel 3. Data pengaruh suhu

Massa (Pengulangan)
Suhu
Awal 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit
0° C 11,9 g 13,04 g 13,9 g 13,9 g 15,02 g
20° C 13,04 g 13,04 g 13,9 g 15,9 g 17,01 g
40° C 13,04 g 13,9 g 15,9 g 17,01 g 17,9 g

Tabel 4. Data pengaruh konsentrasi

Massa (Pengulangan)
Konsentrasi
Awal 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit
25% 9,9 g 13,06 g 11,9 g 13,04 g 13,9 g
50% 11,06 g 13,04 g 13,9 g 15,03 g 15,9 g
100% 13,04 g 13,9 g 15,03 g 15,9 g 17,9 g

Grafik 1. Pengaruh suhu


20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Awal 5 Menit 10 Menit 15 Menit 20 Menit

Suhu 0° C Suhu 20° C Suhu 40° C

Grafik 2. Pengaruh konsentrasi


20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Awal 5 Menit 10 Menit 15 Menit 20 Menit

Konsentrasi 25% Konsentrasi 50% Konsentrasi 100%

D. Pembahasan
Percobaan kali ini adalah percobaan difusi dan osmosis menggunakan
selongsong sosis. Selongsong sosis baik dari bahan selulosa, kolagen, maupun
poliamida memiliki kandingan air, lemak, protein, dan karbohidrat yang dimana
kandungan-kandungan tersebut juga terdapat pada membran plasma sel. Sehingga
selongsong sosis memiliki sifat seperti membran plasma sel, yaitu selektif permeabel
yang artinya air dapat leluasa berpindah namun molekul-molekul lain tidak. Sebelum
digunakan selongsong sosis harus direndam terlebih dahulu agar membuatnya lebih
elastis, sehingga mudah digunakan.
Sejatinya peristiwa osmosis merupakan difusi, dimana air berdifusi dari daerah
berkonsentrasi tinggi (banyak air) ke daerah berkonsentrasi rendah (kurang air)
melalui selaput selektif permeabel. Pada percobaan yang telah dilakukan, larutan sirup
yang berada dalam selongsong berperan sebagai larutan yang bersifat hipertonik,
sementara air yang berada di luar atau lingkungan bersifat isotonik. Dalam kondisi
tersebut, air yang berada di luar atau lingkungan akan berdifusi masuk ke dalam
selongsong sosis, sehingga akan menyebabkan volume dan massa dari selongsong
sosis bertambah.
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan proses difusi
dan osmosis. Kenaikan suhu akan menyebabkan gerakan partikel semakin cepat.
Gerakan ini menyebabkan energi kinetik partikel-partikel bertambah sehingga makin
banyak kemungkinan terjadinya tumbukan yang efektif. Sehingga dapat disimpulkan
semakin tinggi suhu maka akan semakin cepat pula kecepatan difusinya.
Penjelasan yang terdapat pada paragraf sebelumnya telah dibuktikan melalui
percobaan kali ini. Pada selongsong sosis yang direndam pada wadah yang berisi air
bersuhu 40oC, air dalam wadah berubah menjadi merah muda, massa selongsong terus
bertambah di setiap interval waktu yang telah ditentukan, bertekstur kenyal, dan
rongga udara tersisa lebih sedikit. Pada suhu 20oC, air dalam wadah tidak berubah
warna, massa selongsong sosis juga turut bertambah di setiap interval waktu namun
tidak sebanyak pada suhu 40oC, dan juga ruang udara tersisa sedikit. Kemudian pada
suhu 0oC, air pada wadah juga tidak berubah warna, massa selongsong sedikit
bertambah, bertekstur kenyal, dan rongga udara tersisa banyak. Perubahan kepadatan
dan massa pada selongsong sosis menjadi indikator adanya peristiwa osmosis atau
berpindahnya molekul air dari wadah ke dalam selongsong sosis. Sedangkan
perubahan warna air pada wadah menunjukan adanya proses difusi larutan sirup yang
dimungkinkan terjadi karena lapisan selongsong sosis lisis (pecah) akibat kepenuhan,
sehingga sirup berdifusi ke air dalam wadah. Maka dapat disimpulkan proses difusi
air dan sirup lebih cepat pada wadah bersuhu 40 oC. Sebaliknya, lebih lambat pada
wadah bersuhu 20oC dan 0oC.
Difusi dan osmosis termasuk ke dalam transpor pasif, sehingga tidak
membutuhkan energi eksternal agar kedua proses ini terjadi. Kedua proses ini dapat
terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi. Suatu larutan jika konsentrasi zat
terlarutnya lebih banyak maka disebut sebagai larutan hipertonik. Sebaliknya, suatu
larutan jika konsentrasi zat terlarutnya lebih sedikit disebut larutan hipotonik. Jika
konsentrasinya sama disebut isotonik.
Hasil pengamatan menunjukan pada selongsong sosis dengan konsentrasi
25%, massanya sedikit bertambah di setiap interval waktu yang telah ditentukan,
teksturnya tidak kenyal, air dalam wadah tidak berubah warna. Pada konsentrasi 50%,
massanya bertambah cukup banyak di setiap interval waktu yang telah ditentukan,
teksturnya cukup kenyal, dan air dalam wadah tidak berubah warna. Pada konsentrasi
100%, massanya bertambah sangat banyak di setiap interval waktu yang telah
ditentukan, teksturnya juga sangat kenyal, air pada warna sedikit berwarna. Seperti
halnya pada pengaruh suhu, perubahan kepadatan dan massa pada selongsong sosis
menjadi indikator adanya peristiwa osmosis atau berpindahnya molekul air dari
wadah ke dalam selongsong sosis. Sedangkan perubahan warna air pada wadah
menunjukan adanya proses difusi larutan sirup yang dimungkinkan terjadi karena
lapisan selongsong sosis lisis (pecah) akibat kepenuhan, sehingga sirup berdifusi ke
air dalam wadah. Maka dapat disimpulkan proses difusi air dan sirup lebih cepat pada
selongsong sosis yang memiliki konsentrasi 100%. Sebaliknya, lebih lambat pada
konsentrasi 50% dan 25%.

E. Kesimpulan
Difusi dan osmosis adalah transport pasif yang dalam prosesnya dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kecepatan proses difusi dan osmosis, karena kenaikan suhu akan menyebabkan
gerakan partikel semakin cepat sehingga dapat mempercepat proses difusi dan
osmosis. Baik difusi maupun osmosis, kedua proses ini dapat terjadi ketika adanya
perbedaan konsentrasi. Kedua proses tersebut terjadi karena adanya perpindahan
molekul dari tempat yang konsentrasinya lebih tinggi ke tempat yang konsentrasinya
lebih rendah.

F. Daftar Pustaka
Campbell, NA. & J. B. Reece. 2010. Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3 Terjemahan:
Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.
Baharuddin. 2016. Pengaruh Perebusan dan Proses Osmosis Terhadap Kelistrikan
pada Kentang. [Tesis]. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.

Hendradewi S, Novi P, Nurmala S. 2016. Perbedaan Transpor Mukosiliar pada


Pemberian Larutan Garam Hipertonik dan Isotonik Penderita Rinosinusitis
Kronis. Oto Rhino Laryngologica Indonesiana, 46(2): 126-127.

Roni, KA., Rosyada, NA. 2020. Kimia Fisika II. Palembang: Rafah Press UIN Raden
Fattah.

Septriani. 2019. Pengaruh Konsentrasi dan Suhu Larutan Gula pada Proses Dehidrasi
Osmotik Buah Naga (Hylocereus sp.). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan,
5(1): 441.

Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum Tuberosum
Dan Doucus Carota. Jurnal Biology Education, 4(1): 196-206.

Anda mungkin juga menyukai