125 -130
OPEN ACCESS
Abstract
In adolescence, students are more concerned about physical appearance. Female adolescents are a
group particularly vulnerable to nutritional problem. Poor food intake becomes a common cause of
nutritional problems in adolescents. Balance between nutrition intakes is needed for optimal
health. This study used a cross sectional design which aimed to determine the relationship between
nutrition intake and nutritional status in female adolescents. The data used were primary data in a
form of respondents’ characteristics. The sample used was 150 female adolescents in SMK Sumpah
Pemuda 2 Ciawi Bogor. The statistical test used was the Spearman correlation test. The percentage
of respondents with sufficient energy intake was 73.3%, the percentage of respondents with less
protein intake was 88%, the percentage of respondents with and enough carbohydrate intake was
51.3%. There is a significant relationship among energy, protein, and carbohydrate intake with
nutritional status. To reach optimal nutritional status, adolescents must meet the needs of energy
intake and macro nutrients, especially protein intake that is highly needed in the growing period.
Keywords: female adolescent, nutrition intake, nutritional status
125
DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6
126 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2018, Vol. 5 No. 2, hlm. 125 - 130
DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6
Siti Andina,
Siti Andina, dkk., Hubungan
dkk., Hubungan Asupan
Asupan Zatdan
Zat gizi gizi...dan ...
127
metode food recall. Metode food recall 2 dapat berasal dari orangtua, beasiswa,
x 24 jam dilakukan sebanyak dua kali, dan saudara, bekerja, ataupun sumber lainnya.
dipilih hari yang mewakili hari sekolah Pada penelitian ini, yang dimaksud
dan yang mewakili hari libur. Data status dengan uang saku adalah jumlah uang
gizi diperoleh dengan perhitungan Indeks yang diterima responden setiap hari untuk
Masa Tubuh (IMT). Nilai IMT diperoleh keperluan di sekolah [10]. Uang saku res-
dengan memasukkan data berat badan ponden dikelompokkan menjadi dua kate-
(kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat gori, yaitu uang saku besar (≥median/
(m2). Menurut standar yang dikeluarkan Rp 15.000) dan uang saku kecil (<median/
oleh Kemenkes IMT dikategorikan menja- Rp 15.000).
di kurus, normal, berat badan lebih, dan Hasil analisis menunjukkan bahwa
obesitas. sebanyak 73 (48,7%) responden termasuk
dalam kategori uang saku besar, sedang-
Teknik Analisis Data kan responden yang termasuk dalam ka-
Data yang diperoleh kemudian di- tegori besar sebanyak 77 (51,3%). Pen-
analisis dengan program komputer. Ana- dapatan keluarga responden dikelompok-
lisis univariat dilakukan untuk mengiden- kan menjadi dua kategori berdasarkan
tifikasi karakteristik responden. Analisis median dari pendapatan keluarga
bivariat dengan uji korelasi Spearman. responden, yaitu tinggi (≥median/
Rp1.450.000,00) dan rendah (<median/
HASIL DAN PEMBAHASAN Rp1.450.000,00).
Karateristik Individu dan Keluarga
Tabel 1. Karakteristik Inidvidu dan
Usia remaja menurut WHO di-
Keluarga
kelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
remaja awal (12-16 tahun) dan remaja Kategori Frekuensi Persentase
akhir (17-25 tahun). Hasil analisis menun- (n) (%)
jukkan bahwa sebanyak 58 (38,7%) res- Usia
ponden termasuk dalam kategori remaja 14-19 tahun 58 38,7
awal, sedangkan responden yang termasuk (remaja awal)
17-19 tahun 92 61,3
dalam kategori remaja akhir sebanyak 92
(remaja akhir)
(61,3%). Total 150 100
Hasil penelitian univariat untuk me- Uang Saku/Hari
lihat karakteristik responden disajikan pa- (Rp)
da Tabel 1. Usia remaja merupakan masa <15.000 (kecil) 73 48,7
perkembangan transisi antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa. Pengategorian ≥15.000 (besar) 77 51,3
usia responden dilakukan berdasarkan tiga
fase pada masa remaja yang meliputi, fase Total 150 100
remaja awal (usia 12-14 tahun), remaja Penghasilan
pertengahan (usia 14-18 tahun), dan fase Orang Tua (Rp)
<1.450.000,00 75 50,0
remaja akhir (usia 18-21 tahun) [9]. Se-
(rendah)
baran usia responden pada penelitian ini ≥1.450.000,00 75 50,0
berada pada fase remaja pertengahan yaitu (tinggi)
14-19 tahun. Total 150 100
Uang saku merupakan pendapatan
sementara bagi responden yang merupa- Asupan Zat Gizi
kan salah satu faktor internal konsumsi Berdasarkan rekomendasi Angka
suatu bahan pangan. Sumber uang saku Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013 se-
DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6
128 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2018, Vol. 5 No. 2, hlm. 125 - 130
baran asupan energi responden disesuai- lebih (>110% AKG). Sebaran responden
kan dengan umur responden dan dikate- berdasarkan asupan karbohidrat dapat di-
gorikan menjadi kurang (<80% AKG), lihat pada Tabel 4. Frekuensi asupan kar-
cukup (80%-110% AKG), dan lebih bohidrat responden dalam kategori kurang
(>110% AKG). Asupan energi kurang sebanyak 68 responden, asupan karbo-
sebanyak 31 responden (20,7%), asupan hidrat cukup sebanyak 77 responden
energi cukup sebanyak 110 responden (51,3%) dan asupan karbohidrat lebih se-
(73,3%), dan asupan gizi lebih sebanyak 9 banyak 5 responden (3,3%).
responden (6%).
Energi merupakan zat yang sangat Tabel 2. Sebaran Asupan Energi,
esensial bagi manusia dalam menjalankan Protein dan Karbohidrat Responden
metabolisme basal, melakukan aktivitas,
Frekuensi Persentase
pertumbuhan, dan pengaturan suhu. Ke- Variabel
(n) (%)
cepatan pertumbuhan fisik pada masa re-
Energi
maja merupakan fase tercepat kedua se-
Kurang (<80%
telah pertumbuhan bayi, sehingga di- AKG) 31 20,7
butuhkan asupan energi yang cukup pada Cukup (80-110%
remaja [10]. AKG) 110 73,3
Sebaran asupan protein responden Lebih (>110% AKG) 9 6
disesuaikan dengan umur responden dan Protein
dikategorikan menjadi kurang (<80% Kurang (<80%
AKG), cukup ( 80%-110% AKG), dan AKG) 132 88
lebih (>110% AKG). Sebanyak 132 res- Cukup (80-110%
ponden kekurangan asupan protein (88%), AKG) 13 8,7
sebaliknya hanya 13 responden yang me- Lebih (>110% AKG) 5 3,3
miliki asupan protein cukup (8,7%) dan 5 Karbohidrat
responden yang memliki asupan protein Kurang (<80%
lebih (3,3%). Walaupun seluruh respon- AKG) 68 45,3
den tetap mengonsumsi makanan sumber Cukup (80-110%
protein setiap hari, namun berdasarkan AKG) 77 51,3
jumlah asupan masih kekurangan protein. Lebih (>110% AKG) 5 3,3
Protein adalah mineral makro yang Total 150 100
berfungsi sebagai sumber energi, zat pem-
bangun tubuh, dan zat pengatur di dalam Status Gizi
tubuh [11]. Penelitian lain yang dilakukan Penilaian antropometri digunakan
menunjukkan bahwa persentase remaja pada remaja dalam konteks yang ber-
umur 16-18 tahun yang mengalami ke- hubungan dengan status gizi dan kese-
kurangan asupan protein sebesar 35,6% hatan [14]. Indeks Massa Tubuh berdasar-
[12]. Hal ini menunjukkan bahwa masih kan usia (IMT/U) direkomendasikan seba-
banyak remaja yang mengalami kekurang- gai dasar indikator antropometri untuk
an asupan protein. Kekurangan protein kekurusan (thinness) dan gemuk pada
bila berlangsung lama dapat mengakibat- masa remaja hingga usia 18 tahun [5].
kan pertumbuhan dan perkembangan ja- Indeks massa tubuh pada remaja usia 19-
ringan yang tidak normal, kerusakan fisik 25 tahun lebih ideal diukur dengan meng-
dan mental, dan anemia [13]. gunakan perbandingan antara berat badan
Sebaran asupan karbphidrat respon- dan tinggi badan (IMT).
den disesuaikan dengan umur responden
dan dikategorikan menjadi kurang (<80%
AKG), cukup (80%-110% AKG), dan
DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6
Siti Andina,
Siti Andina, dkk., Hubungan
dkk., Hubungan AsupanAsupan
Zat giziZat
dangizi
... dan
129...
DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6
130 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2018, Vol. 5 No. 2, hlm. 125 - 130
Indian Pediatrics.2017; 54: 1025- 10. Evans E.W., Jacques, P.F., Dallal,
1029. G.E., Sacheck, J., dan Must, A. The
2. Cunningham, K., Ruel, M., Ferguson, Role of Eating Frequency on Total
E., dan Uauy, R. Women’s Empower- Energy Intake and Diet Quality in a
ment and Child Nutritional Status in low Income, Racially Diverse Sample
South Asia: a Synthesis of The of Schoolchildren. Public Health
Literature. Maternal Child Nutrition. Nutriton. 2015; 18 (3): 474-481.
2015; 11(1): 1-19. 11. Dhillon, J., Craig, B.A. Leidy, H.J.
3. Washi, S.A. dan Ageib, M.B. Poor Jacobs, A. Jones, B.L. Keeler, C.L. et
Diet Quality and Food Habits are al. (2016). The Effect of Increased
related to Impaired Nutritional Status Protein Intake on Fullness: A Meta
in 13-to 18-Year-Old Adolesccent in Analysis and Its Limitations. Journal
Jeddah. Nutrition Research. 2010; 30 of the Academy of Nutrtion and
(8): 527-534. Dietetics. 2016; 116 (6): 968-983.
4. Rampersaud, G.C., Pereira, M.A., 12. Choudhary, S., Saluja, N., Sharma, S.,
Girard, B.L., Adams, J., Metzl, J.D. Dube, S., Pandey, M., dan Kumar, A.
Breakfast Habits, Nutritional Status, Association of Energy balance and
Body Weight, and Academic Perfor- Protein Intake with Nutritional Status
mance in Children and Adolescents. of Adolescent Girls In a Rural Area
Elsevier. 2005; 105 (5): 743-760. of Haryana. Journal of Medical and
5. Conde, W.L., dan Carlos, A.M. Body Dental Sciences. 2015; 4 (1): 6-11.
mass index cutoff points for 13. Wardlaw, G.M. & Jeffrey, S. H.
evaluation of nutritional status in Perspectives in Nutrition. Seventh
Brazilian children and adolescents. J Edition. New York: McGraw Hill
Pediatr (Rio J). 2006; 82(4): 266-72. Companies Inc; 2007.
6. [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 14. Nishida, C. Appropriate bodymass
Laporan Nasional Riset Kesehatan index for Asian populations and its
Dasar (Riskesdas) 2013. Badan Pe- implications for policy and inter-
nelitian dan Pengembangan Kese- vention strategies. The Lancet. 2004;
hatan Depkes RI, Jakarta. 2013. 363: 157-163.
7. Haq, A.B., Murbawani, E. Status Gi- 15. Dewi, C.K. Hubungan Antara Tingkat
zi, Asupan Makan Remaja Akhir Kecukupan Gizi (Energi, Protein,
yang Berprofesi Sebagai Model. Jour- Vitamin A, Vitamin C dan Zat Besi)
nal of Nutrition College. 2014; 3(4). dengan Status Gizi Santriwati di
8. Zuhdy, Nabila. Hubungan Pola Ak- Asrama Putri Pondok Pesantren Al-
tivitas Fisik dan Pola Makan dengan Islam Kecamatan Sukomoro Kabu-
Status Gizi pada Pelajar Putri SMA paten Nganjuk. The Indonesian
Kelas 1 di Denpasar Utara. Tesis. Journal of Public Health. 2011; 9 (1):
Universitas Udayana. Denpasar. 16. Muchlisa., Citrakesumasari., & In-
2015. driasari, R. (2013). Hubungan Asupan
9. Berge, J.M., Jin, S.W., Hannan, P., Zat Gizi dengan Status Gizi pada
dan Sztainer, D.N. Structural and Remaja Putri di Fakultas Kesehatan
Interpersonal Charactersics of Family Masyarakat Universitas Hasanuddin
Meals: Association With Adolescent Makassar Tahun 2013. Jurnal MKMI.
Body Mass Index and Diettary 2013; 9 (3).
Pattern. Journal of The Academy of 17. Devi, N. Nutrition And Food Gizi
Nutrition and Dietetics. 2013; 113 Untuk Keluarga. Jakarta: PT Kompas
(6): 816-822. Media Nusantara. 2010.
DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6