Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG TEKNIK DAN METODE

PERBAIKAN TANAH

PERKERASAN JALAN

OLEH

NAMA : MARTHEN JOHANIS MOOY


NIM : 1906010083
KELAS :C

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020/2021

i
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………… 1
1. PENGERTIAN UMUM……………………………………………………… 1
2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………. 1
BAB IIPEMBAHASAN………………………………………………………………………… 2
2.1 PRINSIP TANAH DASAR…………………………………………………….. 2
2.2 JENIS PERBAIKAN TANAH DASAR……………………………………….. 3
2.3 TUJUAN DAN SARANA TINDAKAN PERBAIKAN TANAH…………….. 4
2.4 PEMILIHAN JENIS PERBAIKAN TANAH ………………………………… 5
2.5 BATASAN PENERAPAN METODE KIMIAWI……………………………... 6
2.6 MINEROLOGI LEMPUNG……………………………………………………. 6
2.7 PENGEMBANGAN METODE PERBAIKAN TANAH……………………… 7
2.8 PERBAIKAN DENGAN TEKNIK INCLUSION…………………………… 7
2.9 PERBAIKAN DENGAN TEKNIK VIBROFLOTATION………………….. 8
2.10 PERBAIKAN DENGAN TEKNIK STORE COLUM……………………. 8
2.11 PERBAIKAN DENGAN TEKNIK COMPACTION……………………… 9

BAB IIIBAB III PENUTUP……………………………………………………………………… 10


3. KESIMPULAN………………………………………………………………… 10
4. SARAN…………………………………………………………………………. 10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian Umum
Dalam perekayasaan konstruksi bangunan sipil, sering ditemukan lapisan tanah yang
memiliki daya dukung rendah (low stength), yang sangat mempengaruhi berbagai tahapan
rancang-bangun konstuksi, baik dalam tahap perencanaan (design), tahap pelaksanaan (perform),
maupun tahap operasional dan pemeliharaan (Operational and Maintenance).
Rendahnya daya dukung dari suatu jenis lapisan tanah di suatu tempat, sangat
dipengaruhi oleh minerologi tanah, yang mana minerologi tanah terbentuk dari proses pelapukan
material batuan (unorganik) dan/atau material organik. Hasil lapukan material unorganik dan
organik yang membentuk lapisan tanah pada suatu tempat, dapat merupakan material lapukan
setempat (residual soil), atau hasil lapukan yang terangkut dari tempat lain (transported soil).
Eksistensi kedua jenis material lapukan tersebut di dalam pembentukan lapisan tanah,
sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah pada suatu tempat. Baik sifat fisis maupun sifat teknis dari
pada lapisan tanah. Jika partikel lapukan tersebut bergradasi halus, maka cenderung memberikan
sifat yang kohesif dengan konsistensi fisis yang lunak. Sebaiknya jika partikel lapukan
pembentuk lapisan tanah bergradasi kasar, maka cenderung memberikan konsistensi yang keras
dan sifat yang cenderung non kohesif. Kedua karaktersitik tersebut (kohesivitas dan konsistensi),
sangat menentukan kinerja dari lapisan tanah dalam berbagai hal, seperti besaran daya dukung,
kapasitas permeabilitas tanah, perilaku kompresibilitas, dan potensi kembang susut (swelling
potensial) tanah.

2. Rumusan Masalah

            Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini berkaitan tentang Teknik
dan Metode Perbaikan Tanah

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Dasar Perbaikan Tanah


Sebagaimana uraian pada bagian terdahulu bahwa perbaikan tanah terbagi atas dua
kelompok, yakni perbaikan tanah secara kimiawi dan perbaikan tanah secara fisik. Kedua cara
tersebut memiliki kesamaan dalam tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, namun banyak
perbedaan dalam metode maupun bahan pencampur (additive) yang dipergunakan.
Teknik perbaikan tanah memiliki prinsip dasar bahwa kapasitas tanah yang kurang baik
(dalam berbagai aspek), dapat diperbaiki melalui peningkatan sifat-sifat (properties) dari pada
tanah, sesuai dengan tujuan perbaikan yang diinginkan. Jika yang diinginkan adalah peningkatan
daya dukung dan kuat geser tanah, maka beberapa parameter tanah perlu diperbaiki, seperti berat
volume tanah , kohesi tanah (c), sudut geser dalam tanah , dan tekanan pori dalam tanah.
Demikian pula jika yang ingin adalah mendapatkan lapisan tanah yang kedap air
(tanggul), dapat dicapai dengan memperkecil koefisien permeabilitas tanah . Tetapi sebaliknya
yang diperlukan adalah lapisan tanah dengan kapasitas infiltrasi yang besar, maka koefisien
permeabilitas tanah harus diperbesar. Teknik memperbesar koefisien permeabilitas tanah dapat
dilakukan dengan urugan pasir pada permukaan (sand lense), atau pencampuran pasir melalui
teknik injeksi (grouting) ke dalam lapisan tanah dalam (sand mix). Tindakan sand mix dapat juga
dilakukan untuk memperkecil kompresibilitas tanah, sehingga dapat memperkecil penurunan
(settlement) pada lapisan tanah yang menerima beban aksial.
Selain prinsip dasar yang diuraikan di atas, diharapkan bahwa para rekayasawa harus
selalu mempertimbangkan pula prinsip-prinsip dalam konsep pembangunan berkelanjutan
(sustainable development), bahwa pembangunan hanya akan dapat berkelanjutan dan sumberdaya
alam akan dapat pula dimanfaatkan oleh generasi yang akan lahir di kemudian hari, apabila aspek
perlindungan terhadap lingkungan hidup tetap menjadi prioritas dalam setiap tahapan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengoperasian infrastruktur yang dibangunnya. Untuk itu maka
penerapan teknik-teknik perbaikan tanah harus senantiasa dilengkapi dengan pertimbangan
kelestarian lingkungan hidup, sehingga tujuan stabilisasi tanah bukan hanya semata-mata terpusat
pada pencapaian syarat teknis, namun juga harus memenuhi syarat-syarat keamanan lingkungan
hidup (environment safe).

2
2.2 Jenis Perbaikan Tanah
Dalam upaya memperbaiki parameter tanah, maka berbagai teknik perbaikan tanah yang
telah dihasilkan oleh para rekayasawan (engineer). Berbagai jenis perbaikan tanah yang telah
dikembangkan selama ini, antara lain :
1. Perbaikan tanah dengan semen (soil cement) ; yaitu perbaikan tanah dengan
menggunakan bahan semen sebagai pencampur.

2. Perbaikan tanah dengan kapur (soil lime) ; yaitu perbaikan tanah dengan menggunakan
kapur sebagai bahan pencampur tanah yang lemah. Cara ini merupakan metode paling tua
yang dikenal sejak zaman Romawi Kuno, ketika desakan mobilisasi alat perang dan
personil militer mereka semakin tinggi seiring dengan perkembangan ekspansi kekuasaan
pada zaman itu.

3. Perbaikan tanah dengan abu (soil ash) ; yaitu perbaikan tanah dengan menggunakan
bahan abu sebagai pencampur, dapat berasal dari abu batu, abu terbang, abu sekam, dan
lain sebagainya.
4. Perbaikan tanah dengan larutan kimia (solvent stabilization); yang mana berbagai bahan
kimia yang biasa digunakan untuk meningkatkan parameter tanah, seperti larutan soda
kaustik (NaOH), larutan asam sulfat (H2SO4), dan berbagai larutan lain. Cairan
pencampur yang sekarang banyak digunakan cukup bervarisi, yang mana beberapa
pabrikan telah mengembangkan berbagai jenis cairan additive sebagai bahan stabilizer
untuk perbaikan tanah.

5. Perbaikan tanah dengan pemadatan ; yaitu penyaluran enersi tumbukan dan/atau vibrasi
(dynamic load) secara langsung ke lapisan tanah yang kurang padat (gembur). Metode ini
dimaksudkan untuk memperbaiki parameter tanah yang berhubungan dengan daya
dukung, kuat geser, penurunan, dan permeabilitas tanah.

6. Perbaikan tanah dengan konsolidasi ; yaitu pemberian beban statis secara langsung di atas
lapisan tanah (static load), sehingga tanah akan terkompresi sebelum pelaksanaan
konstruksi dilakukan. Pemberian beban awal semacam ini disebut preloading, dengan
beban yang biasanya diambil lebih besar dari beban konstruksi yang akan bekerja.
Metode konsolidasi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan metode
pemadatan, namun bentuk bebannya yang berbeda, dan metode konsolidasi
membutuhkan waktu proses yang lebih lama.

7. Perbaikan tanah dengan teknik pengeringan (dewatering) ; yaitu upaya peningkatan


bearing capacity tanah melalui proses pengeringan tanah, sehingga kadar air tanah

3
menurun, dan meningkatkan tegangan efektif di dalam tanah. Metode ini banyak
menggunakan teknik saluran pasir vertikal (sand drain), yang dibuat sedemikian rupa,
sehingga air di dalam tanah dapat mengalir ke luar dari massa tanah. Formasi sand drain
sudah banyak dikembangkan para engineer, sehingga air dalam massa tanah yang jenuh
dapat dialirkan baik pada arah vertikal (sand vertical drain), maupun pada arah horisontal
(sand horisontal drain).
8. Perbaikan tanah dengan penggantian tanah (replacement) ; yaitu perbaikan gradasi
dengan cara menambah tanah pada fraksi tertentu yang dianggap kurang baik, sehingga
tercapai gradasi yang rapat dan memiliki parameter yang lebih baik.

9. Perbaikan tanah dengan permeation resin ; yaitu pengaliran bahan perekat (resin) yang
memiliki viskositas rendah ke dalam pori-pori tanah tanpa menggusur atau mengubah
struktur tanah. Karakteristik tanah akan dimodifikasi oleh aliran perekat resin yang akan
menjadi busa atau gel.
Metode ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kekuatan dan kohesi tanah granular, sehingga akan meningkatkan
kapasitas bebannya.

2. Mengurangi permeabilitas tanah.


Migrasi air yang terjadi melalui substrat tanah yang buruk atau tanah lepas (tanah
berpasir, isi yang tidak terpadatkan, bahan organik yang membusuk, dll.), akan menyebabkan
erosi, gerakan dan/atau hilangnya tanah yang menyebabkan kegagalan pada struktur di atas dan di
bawah permukaan seperti, pondasi , perkerasan jalan raya, jembatan, atau konstruksi lain.
Permeasi resin biasanya merupakan solusi untuk kasus terjadi aliran partikel keluar dari zona
lapisan tanah pendukung. Resin biasanya disuntikkan melalui pipa berdiameter kecil yang disebut
"probe."

2.3 Tujuan Dan Sasaran Tindakan Perbaikan Tanah


Sebagaimana dengan tujuan dari setiap tindakan stabilisasi tanah, maka tujuan umum dari
perbaikan tanah adalah untuk :
1. Meningkatkan daya dukung tanah.

2. Meningkatkan kuat geser tanah.

3. Memperkecil kompresibilitas dan penurunan tanah.

4. Memperkecil permeabilitas tanah (kasus : tanggul)

5. Memperbesar permeabilitas tanah (kasus : dewatering dan sand lense).

4
6. Memperkecil potensi kembang-susut pada tanah (swelling potential).

7. Menjamin kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan.


Nilai parameter tanah seperti berat volume, dan sudut geser dalam tanah . Dampak
samping dari penggunaan resin dalam stabiliasi tanah, ada yang bersifat positif seperti
penurunan angka pori dan porositas tanah, namun juga memberikan dampak negatif
berupa akumulasi residu resin di dalam tanah yang sangat sulit dikeluarkan/dipisahkan
dari massa tanah.

2.4. Pemilihan Jenis Perbaikan Tanah


Dari sekian banyak jenis perbaikan tanah yang dapat dilakukan, baik yang bersifat
kimiawi maupun yang bersifat fisik, masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Bahkan
apabila penerapannya tidak dilakukan dan diawasi secara seksama, beberapa diantaranya ada
yang dapat menimbulkan dampak buruk dalam jangka panjang, terutama penggunaan bahan
kimia dan bahan perekat (resin). Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam memilih
jenis dan tipe perbaikan tanah yang akan diterapkan dalam setiap tindakan perbaikan tanah, antara
lain :
1. Jenis dan karaktersitik tanah, termasuk sifat-sifat kimia dan fisik, termasuk minerologi tanah
yang akan diperbaiki.

2. Jenis dan karakteristik konstruksi yang akan dibangun, terutama beban konstruksi.

3. Parameter tanah yang perlu diperbaiki, sesuai kebutuhan konstruksi.

4. Kedalaman lapisan tanah yang akan diperbaiki.

5. Sifat kimia dan sifat fisik dari bahan stabilizer yang akan digunakan.

6. Harga bahan stabilizer yang akan digunakan, terutama dikaitkan dengan efisiensi biaya
perbaikan.

7. Ketersediaan bahan dan peralatan di lokasi perbaikan tanah.


8. Kondisi lingkungan di sekitarnya (existing environmental).
Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas maka para rekayasawan (engineer), dapat
memilih jenis dan tipe perbaikan tanah yang akan dipilihnya, dan yang paling penting pula
dilakukan adalah analisis dampak kegiatan perbaikan tanah terhadap lingkungan baik biotik
maupun abiotik, serta rencana penanggulangan dampak penting yang berpeluang timbul akibat
kegiatan perbaikan tanah tersebut.
2.5 Batasan Penerapan Metode Kimiawi.

5
Metode perbaikan tanah dengan bahan kimia dapat menggunakan larutan kimia dan/atau
bubuk kimia (powder), yang dicampurkan dengan tanah yang akan diperbaiki, dengan beberapa
metode pecampuran yang disesuaikan kondisi bahan stabilizer maupun kondisi tanahnya.
Kondisi tanah yang akan diperbaiki sangat penting diketahui secara konprehensif, baik sifat-sifat
fisik maupun sifat kimia tanah, terutama yang menyangkut tentang komposisi kimia dari mineral
tanah yang ada. Hal ini sangat menentukan dalam pemilihan jenis bahan stabilizer yang cocok
dipergunakan untuk perbaikan tanah, sehingga target perbaikan yang diinginkan dapat tercapai,
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan konstruksi yang akan dibangun di atas lapisan tanah
tersebut.
Jenis tanah yang lebih banyak diperbaiki melalui metode kimiawi biasanya adalah jenis tanah
berbutir halus (fine soil), namun tidak jarang perbaikan tanah dengan metode kimia terhadap
tanah berbutir kasar (granuler soil), seperti perbaikan sifat permeabilitas tanah berpasir yang
digunakan pada bangunan yang membutuhkan sifat yang lebih kedap air. Untuk
memperkecil permeabilitas pada tanah berpasir, bisanya dilakukan dengan penerapan soil-cement.
Penurunan permeabilitas tanah berpasir dapat pula menggunakan bahan kimia lain yang mampu
mengikat partikel tanah secara kimiawi, dengan mekanisme reaksi pembekuan (fluculated
reaction).
Batasan lain yang perlu diperhatikan di dalam penerapan perbaikan tanah dengan metode
kimia, adalah sifat-sifat reaksi kimia yang terjadi antara mineral tanah dengan zat kimia yang
dikandung oleh bahan stabilizer. Hal yang harus dihindarkan dalam penggunaan bahan kimia,
adalah perabatan atau penjalaran proses reaksi kimia ke massa tanah yang tidak menjadi target
perbaikan. Hal ini sangat merugikan lingkungan, bahkan dapat berakibat fatal apabila zona
perambatan reaksi tersebut menjangkau massa tanah yang telah mendukung bangunan lain.
Dengan demikian efek penjalaran reaksi tersebut akan berdampak langsung pada bangunan yang
didukungnya, yang dapat berupa deformasi akibat dekomposisi mineral tanah, atau dapat pula
terjadi differential settlement pada bangunan yang terdampak, dan lain sebagainya.

2.6 Minerologi Lempung.


Selain parameter teknis, hal penting yang juga harus dipahami di dalam perencanaan
perbaikan pada tanah lempung adalah jenis dan komposisi mineral di dalam tanah. Oleh karena
itu maka pemahaman tentang minerologi tanah lempung yang memadai diperlukan dimiliki oleh
setiap rekayasawan (engineer) yang bekerja pada bidang perbaikan tanah.
Lempung terbentuk dari hasil pelapukan akibat reaksi kimia yang membentuk susunan kelompok
partikel berukuran koloid dengan diameter butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm.

6
Partikel lempung tersebut berbentuk lembaran (sheet), yang mempunyai bidang
permukaan khusus (specific surface). Oleh karena itulah sehingga jenis tanah lempung sangat
dipengaruhi oleh gaya-gaya permukaan.

2.7 Pengembangan Metode Perbaikan Tanah


Sebagaimana yang telah diuraika pada bab sebelumnya, bahwa ada beberapa metode
yang sulit dilakukan murni secara konvensional tanpa dikombinasikan dengan metode lainnya.
Seperti metode konsolidasi sering dikombinasikan dengan metode drainase. Demikian pula
dengan metode soil replacement yang hanya efektif untuk penggantian lapisan tanah buruk di
permukaan yang dangkal saja, dan lain sebagainya. Oleh karena itu para rekayasawan banyak
melakukan perbaikan tanah dengan mengkombinasikan beberapa metode, sehingga dapat
didapatkan hasil pemadatan tanah yang efektif mencapaiannya, cepat pelaksanaannya, dan murah
biayanya.

2.8 Perbaikan Dengan Teknik Inclusions


Teknik pemasukan material pengganti ke dalam tanah (Inclusions Technique), merupakan
teknik yang dikembangkan dengan menyuntikkan material yang lebih baik ke dalam lapisan tanah
yang akan dipadatkan, tanpa mengeluarkan material buruk di dalam tanah. Teknik ini dirancang
untuk memberikan dukungan struktural dari semua lempung yang bersifat kompresibel. Dengan
teknik ini memungkinkan pengurangan penurunan dalam batas yang aman terhadap konstruksi.
Formasi Inklusi umumnya vertikal dan disusun dalam bentuk grid, sehingga sistem ini dapat
memberikan karakteristik deformasi dan kekakuan yang sesuai untuk menopang struktur yang
akan didukung.

Pelaksanaan Teknik Pemasukan


Metode ini dapat dilakukan melalui pengeboran dengan atau tanpa perpindahan,
pemancangan atau getaran, dengan menyintikkan berbagai jenis bahan isian (batu, kerikil,
campuran tanah-semen, dan semua jenis mortar atau beton). Penggunaan metode ini

7
memungkinkan membentuk suatu konstruksi "sistem pondasi superfisial" dengan biaya yang
minim bila dibandingkan dengan sistem pondasi dalam konvensional.

2.9 Perbaikan Dengan Teknik Vibroflotation


Vibroflotation adalah salah satu cara yang mudah untuk memperbaiki kondisi tanah, saat
ditemukan kondisi tanah yang tidak memadai pada lapisan dalam tanah. Teknik ini sangat
sederhana sehingga tidak memerlukan tambahan bahan selain material pengisi, dan juga tidak
dibutuhkan tambahan peralatan selain probe serta peralatan yang terpasang padanya.

Skema dan Penerapan Vibroflotation

2.10 Perbaikan Dengan Teknik Stone Column


Teknik kolom batu (stone column technique) merupakan pengembangan dari teknik
vibroflotation, dengan menggunakan material pengisi dari kerikil besar atau batu. Jika dikatakan
bahwa teknik vibroflotation efektif diterapkan untuk tanah granuler yang belum konsiten, maka
teknik stone column dapat digunakan untuk pemadatan tanah yang mengandung lempung dan
lanau yang bergradasi halus sampai tanah organik, dimana partikel-partikelnya tidak dapat diatur
ulang oleh getaran. Kolom-kolom batu memungkinkan perlakuan terhadap jenis tanah ini melalui
penggabungan bahan granular (kadang-kadang disebut pemberat) yang dipadatkan dengan sistem
tahap yang meningkat (ascending steps). Untuk penerapan stone column material batu bisa
digantikan dengan blok-blok beton atau mortar dari adukan semen
dengan material tanah sebagai bahan pengisi. Stone column juga bisa berfungsi sebagai saluran
pembuangan, dan membantu percepatan konsolidasi pada tanah di sekitarnya. Untuk daerah pada
kawasan rawan gempa (seismic area), stone column juga dapat mengurangi risiko likuifaksi pada
tanah.

8
Pengoperasioan Alat Stone Column

2.11 Perbaikan Dengan Teknik Dynamic Compaction


Pemadatan dinamis (Dynamic Compaction), juga dikenal sebagai pemadatan dalam yang
dinamis, telah dipergunakan orang lebih dari 1000 tahun lalu, namun baru diperkenalkan secara
teknis pada pertengahan 1960an oleh Luis Menard. Metode ini memungkinkan dilakukan
perawatan tanah pada kedalaman, dengan memberikan beban dinamis di permukaan. Konsolidasi
dinamis akan mengakibatkan pemadatan terjadi pada tanah granular yang longgar. Prinsip terknik
ini terdiri dari beban dijatuhkan berulang-ulang dengan berat beban beberapa ton dari ketinggian
di atas 10 meter. Di atas lapisan tanah liat, bahan isian ditempatkan di permukaan tanah yang
akan dipadatkan, sehingga membuat proses penggantian material secara dinamis menjadi lebih
efektif. Menurut Hussin (2006), bahwa metode ini baik digunakan untuk mengurangi penurunan
pondasi, mengurangi penurunan seismik dan potensi likuifaksi, keamanan konstruksi, pemadatan
tumpukan sampah, memperbaiki lahan bekas tambang, dan mengurangi penurunan pada tanah
yang berpotensi runtuh (collapsible soils).

Pengoperasioan Alat Stone Column


BAB III
PENUTUP

9
3. KESIMPILAN
Darimakalah ini dapat disimpulkan in bahwa pada bangunan mengupayakan untuk
meningkatkan kepadatan tanah dengan menggunakan gaya mekanis eksternal dalam jangka waktu
yang singkat dan semua konstruksi dan bangunan Teknik Sipil pasti berdiri di atas tanah, tanah
merupakan material yang sangat mempengaruhi kinerja konstruksi bangunan sipil. Perbaikan
tanah merupakan usaha meningkatkan kapasita tanah yang rendah/lemah, karena tanah yang
berada pada suatu daerah selalu memiliki karaktersitik yang berbeda dengan tanah di daerah yang
lainnya.

4.SARAN
Makalah ini banyak kekurangan, diharapkan kepada pembaca memberikan kritik dan
saran yang mendukung agar makalah ini lebih bermanfaat dan member wawasan kepada penbaca

DAFTAR PUSTAKA

 BukuDasar-dasar Teknik perbaikanTanah

10
11

Anda mungkin juga menyukai