Mkalah Riz Per Hewan
Mkalah Riz Per Hewan
OLEH
GROUP 7:
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan pada waktu yang telah ditentukan. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “PERKEMBANGAN HEWAN”. Penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang konsep
didalamnya. Selain itu tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sehingga makalah
ini bisa diperbaiki menjadi lebih baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembentukan organ tubuh mahluk hidup dikenal adanya istilah organogenesis.
Organogenesis adalah proses pembentukan organ tubuh atau alat tubuh, mulai dari bentuk
primitif (embrio) hingga menjadi bentuk definitif (fetus). Fetus memiliki bentuk yang
spesifik bagi setiap famili hewan. Artinya tiap bentuk fetus hewan memiliki ciri khas
tersendiri yang mencerminkan spesiesnya. Organogensis dimulai akhir minggu ke 3 dan
berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal
dan system organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embryo disebut fetus (Radyatmi
dkk, 2017).
Organogenesis juga adalah suatu proses pembentukan organ yang berasal dari tiga
lapisan germinal embrio yang telah terbentuk terlebih dahulu pada tahap gastrulasi. Masing-
masing lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm akan membentuk suatu bumbung
yang akan berkembang menjadi sistem organ tertentu yang berbeda namun berkaitan satu
dengan yang lain. Pada organogenesis juga terjadi tahap pertumbuhan akhir embrio yaitu
penyelesaian secara halus bentuk definitif menjadi ciri suatu individu.
Lapisan-lapisan tersebut berkembang menjadi turunan jaringan dan organ masing-masing
pada saat dewasa. Misalnya lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung),
otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera. Lapisan Mesoderm akan
berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat
peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi
menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas
embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ
tubuh pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang
keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata. Lapisan Endoderm akan
berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti
pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam
pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm
dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak
mata.
PEMBAHASAN
b. Pembentukan mata
Mata merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan
cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di
dalam orbita. Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang
sensitif terhadap cahaya yaitu retina. Retina mengandung sel-sel batang dan
kerucut yang akan mengubah impuls cahaya menjadi impuls saraf. Setelah
melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel penyokong informasi
penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk diproses.[4]
1) Pembentukan mata embrio manusia terjadi pada usia kehamilan 6 minggu.
Prosensefalon bakal diensefalon berevaginasi ke arah lateral membentuk vesikula
optic.
2) Vesikula optik menginduksi ektoderm epidermis di hadapannya untuk
membentuk penebalan / plakoda lensa.
3) Plakoda lensa berinvaginasi menjadi vesikula lensa, lalu menginduksi balik
vesikula optik → vesikula optik berinvaginasi menjadi cawan optic.
4) Cawan optik berdiferensiasi menjadi dua lapisan, yaitu sebelah luar: lapisan
berpigmen → menjadi retina berpigmen; dan sebelah dalam: lapisan sensoris →
menjadi retina sensoris.
5) Bagian pangkal cawan optik menyempit, disebut tangkai optik dan berhubungan
dengan diensefalon. Akson sel-sel ganglionik dari retina sensoris bertemu pada
bagian dasar mata sepanjang tangkai optik dan menjadi saraf optic.
6) Vesikula lensa melepaskan diri dari ektoderm epidermis → menjadi lensa. Lensa
akan berdiferensiasi menjadi transparan, berkaitan dengan perubahan struktur sel
dan sintesis protein spesifik yang disebut kristalin.
7) Lensa menginduksi ektoderm epidermis yang menutupinya → menjadi kornea.
Kornea akan menjadi jernih, karena pigmen pada sel-selnya menjdi hilang.
8) Bagian tepi cawan optik yang tidak ikut berubah menjadi retina sensoris akan
berkembang menjadi iris.
9) Lapisan koroid dan sklera dibentuk dari mesenkim yang berakumulasi
mengelilingi bola mata.
10) Ektoderm epidermis di depan kornea akan menjadi kelopak mata. Kematian sel-
sel di tengah-tengah bagian tersebut menyebabkan terpisahnya kelopak mata atas
dan bawah.
c. Pembentukan kulit
Kulit adalah bagian paling luar dari jaringan tubuh kita lapisan terluar tubuh
manusia. Kulit membungkus tubuh kita. Pada saat kulit terkelupas, rasa perih
menyengat. Hal itu menunjukkan betapa kulit, selain membungkus tubuh, juga
memberikan perlindungan bagi jaringan jaringan di bawahnya. Pada tubuh kita,
kulit meliputi seluruh jaringan kulit secara umum, termasuk kulit wajah. Proses
pembentukan kulit:
1) Sampai umur 1 bulan, embrio manusia hanya memiliki penutup tubuh berupa
selapis sel ektoderm berbentuk kubus.
2) Sel-sel ektoderm membelah secara mitosis membentuk 2 lapisan, yaitu periderm
(sebelah atas) dan ektoderm (sebelah bawah). Periderm hilang sebelum bayi lahir.
3) Pada akhir bulan ke-2 sel-sel ektoderm berproliferasi membentuk 2-3 lapis sel
yang disebut stratum germinativum (stratum basale).
4) Stratum berikutnya terbentuk di atasnya, yaitu stratum spinosum.
5) Berikutnya terbentuk stratum granulosum yang terdiri dari 3-5 lapis sel; sel-selnya
memiliki granula keratohialin.
6) Berikutnya terbentuk stratum lusidum (pada kulit tak berambut/ kulit tebal)
berupa selapis tipis sel.
7) Selanjutnya terbentuk stratum korneum yang merupakan lapisan epidermis
teratas. Sel-sel mati dari startum korneum secara kontinyu dilepaskan dari
permukaan kulit, digantikan oleh sel-sel lusidum. Sel-sel lusidum digantikan oleh
sel-sel dari lapisan granulosum, dan seterusnya. Hal ini dapat terjadi karena sel-sel
pada stratum germinativum selalu aktif berproliferasi.
8) Dermis kulit dibentuk oleh sel-sel mesenkim yang berasal dari mesoderm somatik
hipomer atau dari dermatom epimer. Sel-sel mesenkim membentuk jaringan ikat,
pembuluh darah, serta otot polos penegak rambut (pada kulit berambut). Saraf dan
ujung-ujung saraf yang terdapat di dermis merupakan cabang dari saraf-saraf yang
memasuki kulit.
d. Pembentukan wajah
Wajah adalah bagian tubuh yang terpenting untuk identitas. Wajah manusia
sama dengan wajah mamalia stadium filotipik. Semula wajah tampak sebagai
mulut dan jidat (feon). Pertumbuhan antara mulut dan jidat yang diatur oleh gen
(morfogen) menimbulkan perbedaan antara mamalia yang satu dengan yang lain.
Terbentuknya lekukan hidung (nasal pit) identitas wajah mulai Nampak. Di antara
kedua lekukan timbul peninggian (nasal proses) yang akan jadi batang hidung. Di
sebelah lateral terjadi 2 alur (naso optic furrow), antara nasal pit dan calon mata.
Di bawah nasal pit, pertemuan calon maksile kanan-kiri belum bertemu sehingga
wajah masih banyak alur tampak seperti orang sumbing dan hidung pesek.
Perkembangan selanjutnya epiderm kanan dan kiri pada calon rahang atas
bertemu dan melebur, alur yang lain juga menutup, batang hidung meninggi, jarak
antara mulut dan jidat menjauh, mata berposisi kearah depan, mandibule terangkat
dari bagian leher, akhirnya menjadi wajah tetap manusia. Perkembangan tersebut
dimulai dari kehamilan minggu ke 14-19.
e. Pembentukan hidung
Proses pembentukan hidung dimulai dari pembentukan wajah pada akhir
minggu ke-4 yang ditandai dengan adanya tonjol- tonjol wajah yang dibentuk oleh
pasangan lengkung faring pertama. Selanjutnya tampak tonjol maksila dan
mandibula, kemudian dan di sisi kanan kiri prominensia frontonasalis muncul
penebalan dari ektoderm permukaan yaitu placode nasal (olfactorius).
Pada minggu ke-5 plakoda-plakoda hidung mengalami invaginasi membentuk
lubang hidung, dalam hal ini plakoda membentuk rigi jaringan yang mengelilingi
masing-masing lubang dan membentuk tonjol hidung. Tonjol yang berada ditepi
luar lubang adalah tonjol hidung lateral dan yang ada ditepi dalam adalah tonjol
hidung medial.
Selama dua minggu selanjutnya tonjolan maxila terus bertambah besar
ukurannya, tonjolan ini tumbuh ke arah medial sehingga mendesak tonjol hidung
ke arah garis tengah kemudian celah antara tonjol hidung medial dan tonjol hidung
maksila hilang dan keduanya bersatu membentuk bibir atas.
Mula-mula tonjol hidung lateral terpisah oleh suatu alur yang dalam (alur
nasolakrimal).ektoderm dilantai alur ini membentuk sebuah tali epitel membentuk
ductus nasolacrimalis, ujung atasnya melebar membentuk saccus lacrimalis,
setelah lepasnya tali tersebut, tonjol maksila dan tonjol lateral menyatu. Hidung
yang terbentuk dari tonjol frontal membentuk jembatannya, gabungan tonjol-
tonjol hidung medial membentuk lekung cuping dan ujung hidung, dan tonjol
hidung lateral membentuk sisinya (alae).
Selama minggu ke-6 lubang hidung makin bertambah dalam,karena
tumbuhnya tonjol-tonjol hidung yang ada disekitarnya dan sebagian lagi karena
lubang ini menembus kedalam mesenkim bawahnya. Dan pada saat dan pada saat
itu diikuti juga dengan perkembangan syaraf olfaktori. Pada minggu ke-7 dan ke-8
organ hidung akan terlihat dengan jelas.
f. Pembentukan telinga
Telinga terbagi menjadi tiga yaitu: telingan dalam, tengah dan luar. Telinga
dalam merupakan perkembangan dari plakoda otika yang mengalami invaginasi ke
arah rhombensefalon. Telinga tengah merupakan sisa perkembangan katung faring
II. Lubang telinga merupakan sisa perkembangan celah faring II, sedang daun
telinga merupakan pertumbuhan lengkung faring I dan II.
Telinga tengah merupakan rongga derivate dari kantung faring berisi osikulus.
Osikulus terdiri dari maleus, inkus, dan stapes. Maleus kontak dengan membrane
timpani, meneruskan getaran ke inkus lalu ke stapes. Antara telinga dalam dan
tengah terdapat jendela (fenestra). Berhubungan dengan ronnga mulut melalui pipa
eustachius.
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pina) berasal dari peninggian lengkung
faring I dan II. Lubang telinga merupakan derivate celah faring I. Membran
timpani merupakan lapis mesodermal yang tidak tembus sehingga
membentuk membrane sebagai penerima getaran.
d. Pembentukan Hidung
Pembentukan hidung merupakan organ indera terakhir yang
dibentukdibandingkan mata dan telinga. Bakal hidung tampak berupa lekuk
hidungyang berasal dari plakoda hidung yang berinvaginasi pada ectoderm
daridaerah telensefalon.
e. Pembentukan Kulit
Kulit terbentuk dari bumbung ectoderm awalnya terdiri dari selapis
selepidermis kemudian tumbuh menjadi dua lapis sel yaitu periderm berupa
selgepeng berada disebelah luar dan stratum germanitivum berupa sel kubusberada
disebelah dalam. Lapisan sebelah luar menanduk dan mengelupas terusmenerus
disebut stratum corneum.Warna kulit berasal dari chromatophoreyang dihasilkan
dari Neural crest.
b. Saraf Pusat
Sistem saraf pusat terdiri atas spinal cord dan otak, disusun oleh beberapa
sel, yaitu neuroepitelium, neurobblasm glilobas, dan sel-sel ependim. Sebelum
bumbung neural menutup, inti dan sel anak kembali bergerak ke arah membran
dan mulai mensintesis DNA. Bersama dengan menutupnya bumbung neural, sel-
sel neuroepitel bermigrasi dari lumen membran dan akan membuat juluran –
juluran hingga terbentuk akson dan dendrit .
Indikasi paling awal dari pembentukan sistem saraf pusat muncul pada anak
ayam 16 sampai 18 jam sebagai penebalan lokal ektoderm yang membentuk plat
saraf. Plat saraf kemudian dilipat secara longitudinal untuk membentuk alur saraf.
Dengan peleburan tepi lipatan neural, pertama di daerah cephalic dan kemudian di
kaudal, alur neural ditutup untuk membentuk tabung dan pada saat yang sama
dipisahkan dari ektoderm tubuh. Bagian cephalic dari tabung saraf menjadi
melebar untuk membentuk otak dan sisa dari tabung saraf menimbulkan sumsum
tulang belakang.
Pada tahap awal otak menunjukkan serangkaian pembesaran di dinding
ventral dan lateral, menunjukkan struktur metamerik. Dalam pembentukan tiga
kondisi vesikel otak, garis demarkasi antara prosencephalon, mesencephalon, dan
rhombencephalon dibentuk oleh pembesar-besaran tertentu dari konstriksi inter-
neuromerik dan reduksi sel-sel lain. Pembesaran neuromerik bertahan paling lama
di rhombencephalon (Shain et al., 1972).
c. Organ Indera
Perkembangan organ indera dimulai dengan penebalan plakoda ektodermal,
sebagai hasil induksi sekunder dari wilayah sistem saraf pusat yang sedang
berkembang.
d. Mata
Perkembanganmata pada vertebratamerupakan proses yang kompleks
dan dinamis yang dihasilkan dari berbagai faktor dan interaksi seluler di antara
jaringan yang berbeda untuk menghasilkan bentuk yang sangat terorganisir dan
memiliki khusus struktur.
Langkah-langkah awal dalam Perkembangan mata berlangsung selama
akhir gastrulasi, ketika daerah lempeng saraf anterior berubah menjadi "bidang
mata" di bawah induksi mesoderm prechordal. Bidang mata ini kemudian
dibagi menjadi dua domain lateral yang terpisah oleh pengaruh molekul sinyal
yang disekresikan dari wilayah prechordal garis tengah.
Indikasi morfologi pertama pembentukan mata adalah evaginasi dari
vesikeloptik(OV). Kemudian setiap vesikel optik memperluas diri melalui
mesenkim dan membuat kontak dengan ektoderm permukaan, di mana titik
cross communication seluler dan molekuler didirikan antara jaringan ini,
sehingga perubahan struktural yang kompleks pada kedua bagian Ektoderm
mengental untuk membentuk placodelensa, yang kemudian invaginates,
sehingga menimbulkan vesikel lensa, sedangkan ektoderm permukaan
berlangsung terhadap pembentukan kornea. Selama Perkembangan, sel-selyang
membentuk vesikel lensa akan menjadi lebih rinci dan yang membedakan pada
pembentukan epitel lensa yaitu di wilayah anterior, serta serat lensa di bagian
posterior, sehingga lensa dapat berfungsi secara fungsional. Setelah invaginasi,
optik cup menjadi banyak struktur terhubung ke dinencephalon melalui tangkai
optik. Lapisan internal optik cup akan menimbulkan saraf retina, penginderaan
dan pengolahan jaringan cahaya mata, sedangkan lapisan luar akan menjadi
epitel berpigmen retina (RPE); daerah sendi pada gilirannya akan membentuk
iris dan tubuh ciliary
Retina itu sendiri tergantung pada proses progresif diferensiasi yang
dimulai dengan spesifikasi "saraf retina domain" dalam vesikel neuro
epithelium optik, yang terdiri dari proliferasi, sel-sel progenitor retina
dibedakan. Setelah pembentukan cangkir optik (optic cup) dan sepanjang
perjalanan Perkembangan, progenitor ini membedakan dengan berurutan
namun secara tumpang tindih menjadi tujuh jenis neuron dan glia, sehingga
menimbulkan struktur dilaminasi dengan badan sel disusun dalam tiga lapisan
nuklir dipisahkan oleh lapisan plexiform dibuat oleh proyeksi synaptic
a.Perkembangan Telinga
Bagian anterior bumbung neural, terbagi menjadi tiga wilayah yaitu otak
depan (prosensefalon), otak bagian tengah (mesensefalon) dan otak belakang
(rombensefalon). Pada waktu bagian bumbung neural posterior tertutup,
tonjolan vesikula optik yang akan menjadi retina, berkembang sepanjang sisi
lateral otak depan. Prosensefalon dibagi lagi menjadi, bagian anterior yaitu
telensefalon dan di bagian kauda disebut diensefalon. Telensefalon akan
membentuk hemispher serebrum, sedangkan diensefalon akan mementuk
vesikula optik yang merupakan bakal retina, terbentuk pula bakal talamus dan
hipotalamus, sedangkan mesensefalon tidak terbagi namun lumennya menjadi
saluran serebral. Rombensefalon berkembang menjadi dua wilayah, yaitu
mielensefalon dan metensefalon. Mielensefalon yang akan membentuk medulla
oblongata kemudian berdiferensiasi menjadi neuron saraf pusat, dan
bertanggung jawab terhadap rasa nyeri di daerah kepala dan leher.
Metensefalon akan berkembang menjadi otak kecil, yang mengkoordinasi
gerakan keseimbangan dan postur tubuh (Lestari dkk, 2013).
B. Pembentukan Kulit
Kulit merupakan salah satu dari turunan ektoderm. Pada awalnya epidermis
hanya selapis sel yang selanjutnya berkembang menjadi dua lapis, yaitu:
a. Lapisan Luar membentuk periderm yang akan menjadi lapisan sel yang
berpengaruh pada diferensiasi lapisan sel dibagian dalam
b. Lapisan Dalam disebut lapisan basal atau stratum germinativum yang terdiri
atas lapisan sel bakal epidermis yang akan melekat pada membran basal
(merupakan hasil sintesis lapisan basal).
c. Organ Indra
Pembentukan organ indera ditandai dengan adanya penebalan (plakoda)
pada ektoderm yang berhadapan dengan otak. Plakoda nasal (olfaktorius), plakoda
optik, dan plakoda otik (auditorius) masing-masing berhadapan dengan
telensefalon, diensefalon, dan mielensefalon. Selain berasal dari plakoda optik
(bakal lensa), mata berasal juga dari bagian diensefalon, yaitu vesikula optik (bakal
retina) Bakal telinga yang mulai dibentuk adalah bakal telinga dalam yang berasal
dari plakoda otik, baru kemudian bakal telinga tengah, dan terakhir bakal telinga
luar (bagi hewan yang memiliki daun telinga atau pina).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 saran
DAFTAR PUSTAKA
https://staf.ulm.ac.id/muhammadarsyad/organogenesis-pembentukan-indera-dan-
kulit/
https://pdfcoffee.com/makalah-organogenesis-derivat-ektoderm-pdf-free.html
http://novalis99.blogspot.com/2017/01/organogenesis.html