Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HEALTH PROMOTION”

Disusun Oleh:

Chici Reksa Surya Friyani (2014201050)

Diffa Putri Andresa (2014201053)

Elviyanti Samongilailai (1810105097)

Hasta Faradila (2014201062)

Lailatul Rahma (2014201064)

Muhammad Fajri (2014201066)

Nadia (2014201068)

Vennya Akita Buhtian (2014201086)

Dosen Pembimbing:

Ns. Febry Handiny, M. KM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKes ALIFAH PADANG


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
sehingga kami diberikan kesempatan untuk menyelesaikan pembuatan tugas makalah Promosi
Kesehatan Dan Pendidikan Kesehatan yang berjudul “Health Promotion” ini dengan lancar.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan
senang hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Demikianlah makalah ini dibuat. Apabila ada kesalahan penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Promosi Kesehatan.................................................................................................3
2.2 Perbedaan Antara Pendidikan Kesehatan (Terdahulu) dan Promosi Kesehatan....4
2.3 Metode Promosi Kesehatan....................................................................................5
2.3.1 Berdasarkan Teknik Komunikasi..................................................................5
2.3.2 Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai..................................................5
2.3.3 Berdasarkan Indera Penerima........................................................................6
2.4 Model- model Promosi Kesehatan.........................................................................6
2.4.1 Model Keyakinan Kesehatan (Health Belief Model)....................................7
2.4.2 Theory of Reasoned Action...........................................................................9
2.4.3 Theory of Planned Behaviour.......................................................................10
2.5 Peran Keperawatan dalam Promosi Kesehatan.....................................................11
BAB III. PENUTUP........................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................14
3.2 Saran......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat,


pemerintah melakukan berbagai upaya diantaranya menyediakan sarana pelayanan
kesehatan seperti keperawatan komunitas sebagai sarana distribusi secara langsung
dalam menyalurkan perbekalan keperawatan kepada masyarakat. Semakin
meningkatkan jumlah masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri menuntut
seorang perawat yang bekerja pada keperawatan komunitas untuk lebih menjalankan
fungsinya. Suatu apresiasi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat,
salah satunya melalui peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang
berkualitas termasuk layanan keperawatan.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian


integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, spiritual
dan kultural secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Pelayanan
keperawatan mencakup empat elemen yaitu promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit untuk mencapai tujuan di bidang kesehatan, suplai dan penggunaan obat,
advokasi dan atau suplai obat untuk pengobatan sendiri (self care), serta peningkatan
penggunaan obat yang rasional.

Promosi kesehatan cenderung tertuju pada perawat komunitas, karena


memiliki fokus terhadap upaya promotif dan preventif. Dalam upaya promosi
kesehatan tersebut terjadi proses alih peran perawat kesehatan komunitas kepada
individu, keluarga, atau kelompok sehingga diharapkan dapat memandirikan
masyarakat terkait pola pikir maupun perilaku kesehatan yang baik (Jaji, 2012). Peran
perawat tidak hanya terfokus sebagai care giver, namun juga sangat penting untuk
dapat mendidik masyarakat dalam memperbaiki perilaku sehat dengan dilakukan
penyuluhan kesehatan maupun pemberdayaan masyarakat supaya mereka dapat lebih
mandiri dan peduli mengenai pentingnya tindakan pencegahan sakit daripada
pengobatan saat sakit.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan dari promosi kesehatan?
2. Apa perbedaan antara pendidikan kesehatan (terdahulu) dan promosi kesehatan?
3. Sebutkan macam-macam metode promosi kesehatan?
4. Sebutka model- model promosi kesehatan?
5. Bagaimana peran keperawatan untuk mempromosikan kesehatan masyarakat?

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dan tujuan dari promosi kesehatan
2. Mengetahui perbedaan antara pendidikan kesehatan (terdahulu) dan promosi
kesehatan
3. Mengetahui macam-macam metode promosi kesehatan
4. Mengetahui model- model promosi kesehatan
5. Memahami peran keperawatan untuk mempromosikan kesehatan masyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Promosi Kesehatan


Menurut WHO, promosi kesehatan adalah proses mengupayakan individu-
individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengandalkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatannya. Secara umum, pengertian promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta dapat
mengembangankan kegiatan bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat
dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3
hal, yaitu:
a. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
b.Peningkatan perilaku masyarakat
c. Peningkatan status kesehatan masyrakat

Adapun strategi promosi kesehatan berdasarkan rumusan WHO, secara


global terdiri dari tiga hal, yaitu:

a. Advokasi (advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut
membantu atau mendukung terhadap tujuan yang akan dicapai. Dalam konteks
promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuatan keputusan
atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para
pejabat tersebut dapat mendukung program kesehatan yang kita inginkan.
b. Dukungan sosial (social support)
Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial
melalui tokoh-tokoh formal maupun informal. Tujuan kegiatan ini agar tokoh
masyarakat sebagai penghubung antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program
kesehatan dengan masyarakt penerima program kesehatan. Bentuk kegitan dukungan
sosial antara lain pelatihan-pelatihan para tokoh masyarakat, seminar, lokakarya,
bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.

3
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan merupakan strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk diri mereka
sendiri. Bentuk kegiatan ini antara lain penyuluhan kesehatan, keorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk koperasi, pelatihan-pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga.

2.2 Perbedaan Antara Pendidikan Kesehatan (Terdahulu) dan Promosi Kesehatan


Illona Kickbush menguraikan sebagai berikut: “Promosi kesehatan lahir
(emerged out) dari pendidikan kesehatan. Alasan yang dikemukan diantaranya adalah:
Pertama, agar para penyuluh/pendidik kesehatan masyarakat menjadi lebih sadar tentang
perlunya sebuah pendekatan positip dalam pendidikan kesehatan lebih dari sekedar
pencegahan penyakit. Kedua, Menjadi semakin nyata bahwa pendidikan kesehatan akan
lebih berdaya jika didukung dengan seperangkat upaya (seperti legal, environmental dan
regulatory).
Pendidikan kesehatan yang bertujuan merubah perilaku individu, kelompok
dan masyarakat, ternyata tidak cukup untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena
diluar itu masih banyak faktor atau determinan yang mempengaruhi kesehatan dan
berada diluar wilayah kesehatan. Determinan kesehatan tersebut tidak bisa diintervensi
dengan pendidikan kesehatan, tapi harus lewat regulasi dan legislasi, melalui upaya
mediasi dan advokasi. Upaya advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan inilah yang
merupakan misi dan strategi utama dalam promosi kesehatan.
Secara umum disadari bahwa untuk melahirkan perilaku yang menguntungkan
kesehatan atau mengubah perilaku yang tidak menguntungkan menjadi perilaku yang
menguntungkan kesehatan, seringkali diperlukan cara-cara yang “mungkin” bersifat
memaksa, seperti pembentukan norma atau peraturan, atau penciptaan lingkungan sosial
dan fisik yang akan memaksa lahirnya perilaku yang diinginkan. Bunton (1992 di dalam
Naidoo dan Wills, 2000 : 85) menyebutkan bahwa metode-metode baru yang
diintroduksikan ke dalam promosi kesehatan adalah regulasi sosial, yang betul-betul
bersifat menekan dan sungguh-sungguh mengendalikan.
Upaya intervensi perilaku dalam bentuk:
a. Tekanan (enforcement)
• Dalam bentuk peraturan, tekanan dan sanksi
• Perubahan cepat tapi tidak langgeng

4
b. Edukasi (education)
• Melalui persuasi, himbauan, ajakan, kesadaran dll
• Perubahan lama tapi dapat langgeng

Jadi di dalam Promosi Kesehatan, tercakup:


a. Upaya-upaya untuk melahirkan atau mengubah perilaku yang bersifat
“sukarela”, yakni melalui pendidikan kesehatan.
b. Upaya-upaya yang bersifat “memaksa” melalui peraturan dan
penciptaan lingkungan.
Dari uraian ini dapat dilihat bahwa “Promosi kesehatan” merupakan salah satu
bentuk intervensi di bidang kesehatan untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat.
Dilihat dari keluasan dan keberagaman aktivitasnya, dapat dikatakan bahwa promosi
kesehatan adalah bentuk baru dari kesehatan masyarakat. (Tones and Green, 2004). Atau
dengan kata lain, Promosi Kesehatan merupakan program yang dirancang untuk
memberikan perubahan di bidang kesehatan terhadap manusia, organisasi, masyarakat
dan lingkungan.

2.3 Metode Promosi Kesehatan


Metode promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi,
sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi.
2.3.1 Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini, penyuluh kesehatan lagsung berhadapan atau bertatap muka
dengan sasaran. Penerapan metode ini antara lain: kunjungan rumah, pertemuan
diskusi (FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dan lain-lain.
b. Metode yang tidak langsung.
Dalam hal ini, penyuluh kesehatan tidak langsung berhadapan secara tatap muka
dengan sasaran, tetapi cara menyampaikan pesannya dengan perantara (media).
Misalnya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dan
sebagainya.
2.3.2 Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini penyuluh kesehatan berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasaran secara perorangn, antara lain: kunjungan rumah,
hubungan telepon, dan lain-lain.
b. Pendekatan Kelompok

5
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekelompok
sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam golongan ini antara
lain: pertemuan, demostrasi, diskusi kelompok, pertemuan FGD, dan lain-lain.

c. Pendekatan Masal
Petugas promosi kesehatan menyampaikan pesannya secara langsung atau
spontan atau sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa
metode golongan ini antara lain: pertemuan umum, pertunjukan kesenian,
penyebaran tulisan atau poster atau media cetak lainnya, pemutaran film, dan
lain-lain.
2.3.3 Berdasarkan Indera Penerima
a. Metode Melihat/Memperhatikan.
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti:
penempelan poster, pemasangan gambar atau photo, pemasangan koran dinding,
pemutaran film.
b. Metode Pendengaran
Dalam hal ini penyampaian pesan akan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar, seperti: penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah, dan lain-lain
c. Metode “Kombinasi”
Salah satu penerapan dari metode ini yaitu: demonstrasi cara pemakaian obat
(dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba).

2.4 Model- model Promosi Kesehatan


Seperti kita ketahui bahwa model-model perubahan perilaku tersebut
dilandaskan atas asas hubungan sebab dan akibat. Ini seringkali dikenal dengan model
Precede-Proceed. Model-model yang lain yang juga sering dijadikan dasar untuk
melakukan promosi kesehatan, antara lain seperti:
1. Model Keyakinan Kesehatan (Health Belief Model);
2. Theory of Reasoned Action;
3. Theory of Planned Behaviour;
4. Transtheoretical model;
5. Teori sebab akibat; dan
6. Model Transaksional stres dan koping.
Model pendekatan promosi kesehatan untuk perubahan perilaku tersebut, berasal
dari teori-teori psikologi sosial. Di dalam sub bab ini akan menjelaskan secara detail
tentang tiga model promosi kesehatan saja yaitu model keyakinan kesehatan, Theory of

6
reasoned action, dan theory of planned behaviour. Secara detail berkaitan dengan model-
model promosi kesehatan tersebut dijabarkan pada sub bab berikut. Tentunya masing-
masing model promosi kesehatan tersebut diatas mempunyai pendekatan yang spesifik
untuk masing-masing model. Namun demikian, masing-masing model tersebut disamping
mempunyai keunggulan juga mempunyai kekurangan dalam mendorong perubahan
perilaku individu ataupun kelompok masyarakat.

2.4.1 Model Keyakinan Kesehatan (Health Belief Model)


Model Keyakinan Kesehatan merupakan salah satu pendekatan yang
mempelajari perilaku individu yang didasarkan atas empat keyakinan yang dirasakan
(Day, Dort and Tay-Teo, 2010). Teori atau model ini ditemukan pada akhir tahun
1950. Yaitu dimulai dari penemuan tentang skrining X-ray penyakit tuberculosis.
Yang pada awal mulanya model ini hanya digunakan untuk memahami tentang
mengapa seseorang tidak berpartisipasi dalam pelayanan pencegahan. Namun
demikian, model keyakinan kesehatan untuk saat ini digunakan dalam hal
pendalaman tentang keputusan individu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Sebelum memahami tentang model keyakinan kesehatan ini, terlebih dahulu
penting untuk memahami apa itu kepercayaan. Kepercayaan dalam hal ini diartikan
sebagai karakteristik kognitif individu atau yang biasa disebut dengan persepsi
individu yang membentuk perilaku seseorang (Day, Dort and TayTeo, 2010).
Di mana kepercayaan tersebut bisa diperoleh melalui:
1. Internalisasi suatu kepercayaan dari seseorang sekitar kita selama masa kanak-
kanak.
2. Mengadopsi kepercayaan dari orang-orang yang berpengaruh seperti pasangan kita
atau pemimpin.
3. Dari pesan-pesan yang diterima terus menerus dan berhubungan dengan
kepercayaan dengan suatu bayangan gender, cinta atau emosi positif yang kurang.
4. Trauma fisik.
Di mana kepercayaan-kepercayaan tersebut akan berbeda antar individu yang
mempunyai latar belakang yang sama. Meskipun ada anggapan bahwa kepercayaan
dapat dimodifikasi. Seseorang sering melekat pada keyakinan dan kenyataan dari
mereka yang melawan kepentingan mereka sendiri. Seperti telah disinggung di atas,
bahwa model keyakinan kesehatan ini fokus pada kepercayaan pokok yang
membentuk perilaku kesehatan.
Di mana definisi dari kepercayaan pokok tersebut yaitu meliputi (Day, Dort
and Tay-Teo, 2010):

7
1. Kemungkinan yang dirasakan dari pengalaman masalah kesehatan.
2. Tingkat keseriusan atau kegawatan yang dirasakan dari konsekuensi pengalaman
terhadap masalah kesehatan.
3. Keuntungan-keuntungan yang dirasakan dari tindakan kesehatan.
4. Hambatan-hambatan atau biaya yang berhubungan dengan tindakan kesehatan.
Seiring dengan perkembangan ilmu, maka model keyakinan kesehatan ini
juga dikembangakan dengan memasukkan faktor-faktor yang lain seperti selfefficacy
(Lin et al., 2005). Maksud dari dasar konsep tersebut bahwa keputusan seseorang
untuk melakukan tugas atau perilaku kesehatan akan tergantung pada penilaian dari
kemampuan mereka sendiri untuk mengorganisir dan melaksanakan berbagai
kegiatan atau tahapan yang diminta untuk menyelesaikan tugas tersebut. Faktor yang
lain yang juga diasumsikan juga mempengaruhi keputusan perubahan perilaku
individu adalah Cues to action. Faktor tersebut merupakan strategi untuk
menggerakkan individu pada kondisi kesiapan untuk berubah. Hal ini berkaitan
dengan promosi yang mendorong individu untuk mendapatkan informasi yang akan
mempengaruhi kesadarannya. Yaitu baik dari media –media promosi, petugas
kesehatan juga akibat dari dorongan seseorang yang ada di sekeliling individu
tersebut.
Secara detail model keyakinan kesehatan (Health Belief Model) tersebut
digambarkan dalam diagram dibawah ini:

Gambar 2.4.1: Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model) (Day, Dort and Tay-
Teo, 2010)

Namun demikian, model kepercayaan kesehatan ini mempunyai kelemahan.


Di mana, kelemahan nya yaitu model ini hanya fokus pada keyakinan pada aspek
kesehatan saja. Perlu kita ketahui bahwa individu dalam memutuskan perubahan
perilaku nya tidak hanya berdasarkan pada aspek kesehatan saja, namun banyak

8
faktor di luar bidang kesehatan. Hal ini bisa dibuktikan bahwa, seseorang berhenti
merokok tidak hanya karena keyakinan terhadap tingkat kerentanan dan keseriusan
penyakit yang dihubungkan dengan merokok, melainkan seseorang berhenti merokok
karena desakan orang-orang disekitarnya atau berkaitan dengan faktor sosial
ekonomi. Ini berarti bahwa aspek sosial juga memainkan peranannya dalam merubah
perilaku individu.
2.4.2. Theory of Reasoned Action
Model promosi kesehatan yang lain yaitu berdasarkan dari theory of reasoned
action. Di mana model ini menyatakan bahwa perilaku individu disebabkan oleh
faktor sikap (attitude) dan norma subjektif (Subjective norm) yang mendorong
individu untuk berkehendak atau bermaksud (Intention) (Ajen, 2005). Di mana,
keinginan inilah yang kemudian mendorong individu untuk bertindak atau
berperilaku. Oleh karena itu, model promosi kesehatan ini dikenal dengan model
yang berhubungan erat dengan dimensi psikologi sosial.
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa intention atau kehendak sebagai
prediktor terhadap munculnya atau berubahnya perilaku individu. Bila menganalisis
lebih jauh tentang sikap, di mana sikap individu akan muncul ketika mereka telah
memikirkan keuntungan dan kerugian dari konsekuensi yang akan terjadi. Dalam arti
bahwa, perubahan perilaku seseorang didasarkan atas alasan tertentu. Model ini juga
sudah membuktikan bahwa selain aspek keyakinan terhadap kesehatan, norma
subjektif dan sikap juga turut mendorong seseorang untuk mempunyai niat untuk
berperilaku. norma subjektif yang menjelaskan tentang keyakinan seseorang tentang
perilaku yang wajar atau normal yang diterima oleh masyarakat setempat. Sementara
sikap individu terjadi ketika seseorang telah memperhatikan atas hasil yang terjadi
ketika sedang berperilaku.
Secara detail model promosi kesehatan yang didasarkan atas theory of
Reasoned Action diilustrasikan seperti berikut:

Gambar 2.4.2: Model Promosi Kesehatan Berdasarkan Theory of Reasoned Action (Ajen,
2005)

9
Kembali ketika dilihat pada gambar diatas menjelaskan bahwa minat lah
yang menjadi faktor pendorong terkuat untuk terjadinya perilaku. Di mana minat
tersebut muncul karena dua faktor yaitu sikap dan norma subjektif atau persepsi
seseorang terhadap pandangan tentang perilaku yang dilakukan dari masyarakat
disekitarnya. Itu berarti bahwa munculnya atau berubahnya perilaku individu didasari
oleh persepsi tentang suatu objek atau perilaku baik yang muncul dari dirinya sendiri
dan juga dari orang lain yang ada disekitarnya. Untuk memahami apa itu sikap dan
norma subjektif, maka dibawah ini akan dijelaskan tentang dua faktor yang
mendorong minat seseorang untuk berperilaku.

2.4.3. Theory of Planned Behaviour


Model promosi kesehatan yang lain yang digunakan dalam memahami
perilaku individu yaitu model yang didasarkan atas Theory of Planned Behaviour.
Teori ini merupakan pengembangan konsep dari theory of reasoned action. Di mana
maksud juga menjadi prediktor dari muncul nya perilaku seseorang. Akan tetapi pada
Theory of Planned Behavior ini dilihat juga bahwa faktor kontrol memiliki pengaruh
yang sama besar dengan sikap dan norma subjektif. Dorongan minat seseorang untuk
mewujudkan perilakunya ketika mereka mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap
minatnya tersebut. Di mana kekuatan kontrol yang dirasakan oleh seseorang akan
tergantung kepada sumber daya yang dimilikinya dan juga kesempatan yang ada bagi
dirinya.
Sumber daya bisa meliputi keuangan maupun keterampilan. Sementara yang
dimaksud kesempatan adalah menyangkut tentang waktu. Kontrol individu terhadap
perilaku yang dirasakan ini disebut dengan “Perceived behavioural control” dalam
bahasa Inggrisnya. Pada model theory of Planned Behaviour inilah yang diasumsikan
mempunyai peran yang sangat penting dalam munculnya minat seseorang untuk
berperilaku (Ajen, 2005).
Secara detail model promosi kesehatan yang menganut pada Theory of
Planned Behaviour dijelaskan pada gambar di bawah ini.

10
Gambar 2.4.3: Model promosi kesehatan berdasarkan Theory of Planned Behaviour
(Ajen, 2005)
2.5 Peran Keperawatan dalam Promosi Kesehatan

Perawat harus dapat mempromosikan kesehatan dengan menyesuaikan


bahasa dan budaya yang ada agar dapat diterima oleh kelompok masyarakat. Selain
itu perawat perlu memahami model dan teori konseptual mengenai keperawatan
keluarga, keperawatan komunitas, dan ilmu sosial keluarga dan komunitas. Hal
tersebut bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat mengenai kesehatan keluarga dan komunitas.Berbagai masalah
kesehatan dalam masyarakat seringkali disebabkan oleh rendahnya
pengetahuan dan kesadaran, ketidakmampuan, serta rendahnya motivasi
masyarakat mengenai pentingnya tindakan pencegahan penyakit.Fenomena
tersebut tentunya tidak akan merubah kondisi kesehatan masyarakat di
Indonesia karena masyarakat cenderung hanya memedulikan pengobatan
daripada pencegahan penyakit. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, perawat
tentu turut aktif dalam memperbaiki pola pikir dan perilaku masyarakat
terhadap perilaku kesehatan yang benar, yaitu dengan dilakukannya promosi
kesehatan.

Promosi kesehatan cenderung tertuju pada perawat komunitas, karena


memiliki fokus terhadap upaya promotif dan preventif. Dalam upaya promosi
kesehatan tersebut terjadi proses alih peran perawat kesehatan komunitas
kepada individu, keluarga, atau kelompok sehingga diharapkan dapat
memandirikan masyarakat terkait pola pikir maupun perilaku kesehatan yang
baik (Jaji, 2012). Peran perawat tidak hanya terfokus sebagai care giver,

11
namun juga sangat penting untuk dapat mendidik masyarakat dalam
memperbaiki perilaku sehat dengan dilakukan penyuluhan kesehatan maupun
pemberdayaan masyarakat supaya mereka dapat lebih mandiri dan peduli
mengenai pentingnya tindakan pencegahan sakit daripada pengobatan saat
sakit.

12
Adapun peran perawat dalam promosi kesehatan ialah:

1. Pemberi layanan keperawatan. Perawat memberikan pelayanan


keperawatan secara langsung maupun tidak langsung melalui pendekatan
proses keperawatan kepada individu, keluarga, maupun kelompok
masyarakat.

2. Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien secara mandiri


maupun melibatkan kader kesehatan.

3. Perawat merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, dan


mengevaluasi pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung
dengan melibatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan keperawatan
komunitas.

4. Perawat memberi konseling atau bimbingan kepada kader, keluarga, atau


kelompok mengenai masalah kesehatan komunitas.

5. Perawat harus melindungi dan memfasilitasi keluarga maupun


masyarakat dalam pelayanan keperawatan komunitas.

6. Perawat melakukan penelitian untuk dapat mengembangkan keperawatan


komunitas.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Promosi kesehatan adalah bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan


intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang
untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang baik bagi kesehatan.
pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan antara lain untuk mencapai tiga
hal, yaitu peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat, peningkatan perilaku
masyarakat, dan peningkatan status kesehatan masyarakat.

Promosi kesehatan cenderung tertuju pada perawat komunitas, karena


memiliki fokus terhadap upaya promotif dan preventif. Dalam upaya promosi
kesehatan tersebut terjadi proses alih peran perawat kesehatan komunitas kepada
individu, keluarga, atau kelompok sehingga diharapkan dapat memandirikan
masyarakat terkait pola pikir maupun perilaku kesehatan yang baik (Jaji, 2012).
Peran perawat tidak hanya terfokus sebagai care giver, namun juga sangat penting
untuk dapat mendidik masyarakat dalam memperbaiki perilaku sehat dengan
dilakukan penyuluhan kesehatan maupun pemberdayaan masyarakat supaya
mereka dapat lebih mandiri dan peduli mengenai pentingnya tindakan pencegahan
sakit dari pada pengobatan saat sakit.

3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih jauh
darikesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangununtuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagikita semua. Amin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan,
DalamPencapaian PHBS, Jakarta 2008
Notoatmodjo, s., 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Maulana, H. D. J., (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Maulana, Heri D.J (2009) Promosi kesehatan. Jakarta: EGC.

https://www.coloradotech.edu/degrees/studies/nursing/articles/roles-health-promotion-disease-
prevention

https://hospitalnews.com/the-role-of-the-nurse-in-health-promotion/

15

Anda mungkin juga menyukai