KABANJAHE
2021
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Fermentasi berasal dari kata ferment yang berarti enzim, sehingga fermentasi
dapat diartikan sebagai peristiwa atau proses berdasarkanataskerjaenzim (Said,
1987). Fermentasi adalah suatu proses bioteknologi dengan memanfaatkan
mikroba untuk mengawetkan pakan dan tidak mengurangi kandungan zat nutrient
pakan dan bahkan dapat meningkatkan kualitas dan daya tahan pakan itu sendiri.
Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan
kapang. Prinsip dasar fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu
untuk tujuan mengubah sifat bahan agar dapat dihasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Hasil-hasil fermentasi terutama tergantung pada jenis substrat, macam mikroba dan
kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme
mikroba tersebut. (Winarno., dkk 1980).
Proteobacteria
Chlamydia
Spirocheta
Cyanobacteria
Bakteri Gram-Positif
Bakteri selulolitik dan bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri yang
sering digunakan dalam proses fermentasi. Enzim selulase yang diproduksi
oleh bakteri selulolitik dapat memecah selulosa sehingga menghasilkan
tepung dengan tekstur lembut. Penambahan bakteri selulolitik dalam
fermentasi tepung dapat meningkatkan kualitas tepung yang dihasilkan.
1. Nata de coco
Menurut Guru Besar IPB bidang Agroindustri dan Bioindustri, Prof. Dr.
Ir. Khaswar Syamsu, M.Sc., nata de coco merupakan produk selulosa
mikrobial murni. Sebagaimana produk mikrobial lainnnya, bahan utama sebagai
sumber nutrisi bagi mikroba untuk membentuk produk mikrobial adalah sumber
karbon dan sumber nitrogen. Bahan lainnya dalam jumlah kecil adalah vitamin
dan mineral yang biasa disebut unsur kelumit (trace elements) untuk
memaksimalkan pertumbuhan sel mikroba dan pembentukan produk yang
diinginkan. Mikroorganisme yang bertanggung jawab untuk mengkonversi nutrisi
tersebut menjadi selulosa mikrobial adalah bakteri Acetobacter xylinum yang
dimasukkan ke dalam media produksi berupa starter nata.
Pihak pabrik yang umumnya berupa usaha kecil menengah, secara sederhana
memverifikasi melalui pengegecekan sisa asam asetat atau asam cuka. Bila nata
de coco masih berasa atau berbau asam maka berarti proses pencuciannya belum
sempurna menghilangkan sisa sisa substrat atau media pertumbuhan. (HalalMUI)
Keamanan nata de coco
Jika dilihat dari unsur kemanan pangan (ke-thayyiban-nya), nata de
coco sangat aman untuk dikonsumsi, karena murni berasal dari selulosa mikrobial.
Produk nata de coco yang keluar dari pabrik dan dijual adalah produk selulosa
mikrobial murni tanpa membawa substrat atau media yang digunakan untuk
pertumbuhan bakteri dan pembentukan produk. Untuk dikonsumsi, selulosa
mikrobial murni yang sudah bersih ini dipotong potong, dan kemudian belakangan
baru ditambahkan sirup dan bahan additif lainnya seperti perisa (flavor).
Adapun urea atau amonium sulfat sebagai sumber nitrogen yang
dikhawatirkan akan mengkontaminasi produk nata de coco, pada umumnya akan
dikonsumsi habis oleh mikroba untuk pertumbuhannya sebagai mana tanaman
mengkonsumsi urea atau amonium sulfat (pupuk ZA) sebagai pupuk. Residu gula,
urea atau amonium sulfat, dan asam cuka, kalaupun masih ada tersisa, biasanya
akan larut dan tercuci dalam poses hilir produksi nata de coco. Hal ini bisa dicek
dengan mudah melalui pengujian laboratorium untuk mengetahui kandungan urea
atau ammonium sulfat yang masih tersisa pada produk nata de coco.
Nata de Coco Baik untuk Kesehatan
Nata de coco merupakan makanan kesehatan yang kaya serat, tetapi rendah
kalori. Nata de coco mengandung air sekitar 98%, lemak 0,2%, kalsium 0,012%,
fosfor 0,002%, dan vitamin B3 0,0017% (Nurheni et al., 1990). Produk ini
memiliki kadar serat tinggi, meliputi selulosa, hemiselulosa, lignin, dan serat larut
air.
Manfaat Nata de Coco
1. Menurunkan kolesterol.
3. Mencegah konstipasi.
2. Yoghurt
Bakteri yogurt adalah jenis mikroba yang sama sekali tidak berbahaya. Bakteri
inilah yang dapat mengubah susu biasa menjadi yogurt yang lezat. Ada beberapa
spesies bakteri yang umum digunakan untuk membuat yogurt, di antaranya:
Streptococcus thermophilus
Lactobacillus bulgaricus
Lactobacillus acidophilus
Lactobacillus casei
Lactobacillus rhamnosus
Bifidobacterium animalis
Jenis bakteri yang digunakan untuk proses pembuatan yogurt tercantum dalam
kemasannya. Berbeda bakteri, akan berbeda pula jenis yogurt yang
dihasilkan.Untuk bisa mengubah susu menjadi yogurt, bakteri-bakteri baik ini
berperan melakukan fermentasi. Dalam proses fermentasi ini, gula laktosa dalam
susu diubah menjadi asam laktat.Asam laktat inilah yang membuat susu menjadi
lebih kental dan terasa asam dan sedikit manis. Semakin tinggi asam laktat, pH
akan menurun sehingga konsistensi susu menjadi lebih padat menjadi
yogurt.Lebih jauh lagi, jenis susu akan menentukan bagaimana hasil akhir yogurt
yang dibuat. Contohnya susu murni untuk membuat yogurt full fat, susu rendah
lemak untuk yogurt rendah lemak, serta skim milk untuk yogurt tanpa
lemak.Produk olahan susu lain yang bisa dimasukkan dalam komposisi yogurt
akan berpengaruh pula terhadap komposisinya. Contohnya krim untuk mengatur
kadar lemaknya hingga susu tanpa lemak untuk mengatur kadar kekentalan
yogurt.
3. Mentega
Hasil fermentasi dari Susu rendah lemak, dengan nama organisme
bakteri menguntungkannya : Streptococcus lactis.
4. Mentega Butter
Hasil fermentasi dari susu, dengan nama organisme bakteri
menguntungkannya : Streptococcus cremoris.
5. Asinan hasil fermentasi dari Buah/ Sayur
Dengan nama organisme bakteri menguntungkannya : Pediococcus sp.
Acar dan asinan merupakan sayuran fermentasi yang menggunakan
berbagai bakteri seperti Pediococcus sp. Bakteri tersebut berperan mengubah
zat gula dalam sayuran menjadi asam laknat. Asam laknat yang diproduksi
dapat memberi rasa asam yang khas pada sayuran yang difermentasikan
Asinan merupakan salah satu jenis olahan sayuran segar dan buah-
buahan segar yang dikonsumsi dalam keadaan mentah. Jika dibandingkan
dengan cara menyantap sayur dalam bentuk lalapan atau salad, maka asinan
ini memiliki mempunyai kemungkinan kandungan bakteri yang lebih rendah
karena adanya penambahan cuka dan cabai yang digunakan dalam campuran
bumbu dalam kuah asinan. Cuka dan cabai tersebut mempunyai sifat
antimikroba yang sangat kuat sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri yang berbahaya. Asam cuka yang ditambahkan dalam bumbu asinan
merupakan jenis asam yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan
bakteri jenis Salmonella sp dan Escherichia coli, serta memilki manfaat yang
jauh lebih baik dibandingkan dengan jenis asam laktat, asam malat, atau asam
sitrat. Asam cuka dengan konsentrasi 1% - 3% sangat efektif untuk
menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit,
seperti contohnya bakteri Campylobacter jejuni dan Yersinia enterocolitica
yang dapat menginfeksi manusia. Namun, asam cuka ini kurang efektif untuk
menghambat pertumbuhan kapang atau jamur.
3. Pengolahan dadih
Setelah pemberian rennet, proses selanjutnya dadih diiris dan
dicincang menggunakan tangan atau dengan bantuan mesin supaya
mengeluarkan lebih banyak air dadih. Dengan menggunakan bantuan
sebuah alat (berbentuk seperti kecapi) dadih keju dihancurkan menjadi
butiran-butiran kecil,semakin halus maka semakin banyak air dadih yang
dikeringkan akan menghasilkan keju yang lebih keras.
4. Persiapan sebelum pematangan
Terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan, yaitu:
a. Pencetakan
Saat dadih mencapai ukuran sesuai dadih dipisahkan dan
dicetak. Sebelum dituang ke dalam cetakan, dadih tersebut dikeringkan
terlebih dahulu kemudian dapat ditekan lalu dibentuk atau diiris.
b. Penekanan
Keju ditekan sesuai dengan tingkat kekerasan yang diinginkan.
Untuk keju lunak, penekanan tidak dilakukan karena berat dari keju
tersebut sudah cukup berat untuk melepaskan air dadih. Begitupun
halnya dengan keju iris, berat dari keju tersebut menentukan tingkat
kepadatan yang diinginkan.
c. Pengasinan
Setelah keju dibentuk,dilakukan penambahan garam agar keju tidak tawar.
Pengasinan keju terdapat beberapa cara: pertama, garam ditambahkan
langsung ke dalam dadih. Kedua adalah dengan menggosokkan atau
menaburkan garam pada bagian kulit keju.Hal ini menyebabkan kulit keju
terbentuk dan melindungi bagian dalam keju agar tidak matang terlalu cepat.
Keju-keju yang berukuran besar diasinkan dengan cara direndam dalam air
garam. Perendaman keju bisa menghabiskan waktu berjam-jam hingga
berhari-hari. Terakhir adalah dengan mencuci bagian permukaan keju dengan
larutan garam. manfaat Selain memberikan rasa, garam juga menghilangkan
air berlebih, mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak mengering
serta mengawetkan dan membantu memurnikan keju ketika memasuki proses
maturasi.
d. Pematangan
Pematangan (ripening) yaitu proses yang mengubah dadih segar menjadi keju
yang penuh dengan rasa. Pematangan disebabkan oleh bakteri atau jamur yang
digunakan pada proses produksi. Karakter akhir dari keju banyak ditentukan
dari jenis pematangannya. Selama proses pematangan, keju dijaga agar berada
pada temperatur dan tingkat kelembaban tertentu hingga keju siap dimakan.
Waktu pematangan bervariasi mulai dari beberapa minggu untuk keju lunak
hingga beberapa hari untuk keju keras seperti Parmigiano-Reggiano.
Manfaat fermentasi keju
Konsumsi keju dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan kalsium, protein,
fosfor, dan vitamin serta mineral yang dibutuhkan tubuh. Keju juga
bermanfaat untuk pertumbuhan dan kesehatan tulang Misalnya pertumbuhan
dan penguatan gigi. Selain itu keju merupakan bahan makanan dan camilan
yang banyak mengandung kalori.
8. Susu asam hasil fermentasi dari Susu
Dengan nama organisme bakteri menguntungkannya : Lactobacillus casei.
Susu fermentasi dibuat dari susu yang difermentasikan dengan bakteri asam
laktat, seperti Lactobacilli atau Bifidobacteria spp. Proses fermentasi membuat
susu lebih mudah dicerna, terutama untuk orang-orang yang alergi terhadap
susu atau mengalami intoleransi laktosa. Proses fermentasi juga meningkatkan
masa simpan produk susu.
Manfaat susu fermentasi:
Menjaga Kesehatan Saluran Pencernaan
Mencegah Diare
Mengurangi Racun Tubuh. Mikroba pada susu fermentasi menghasilkan
asam organik, hidrogen peroksida, karbondioksida, dan acidolin yang
memiliki sifat antimikroba. Bakteri ini mampu mengikat senyawa racun hasil
metabolisme protein dan lemak, serta hasil pemecahan enzim tertentu,
sehingga meringankan tugas organ hati.
Meningkatkan Kekebalan Tubuh
13. Kimchi hasil fermentasi dari Sayuran asin (sawi putih & lobak)
Dengan nama organisme bakteri menguntungkannya : Lactobacillus kimchi.
Fermentasi kimchi dilakukan pada suhu rendah yaitu 2-70 C selama
18-22 hari. Bakteri Lactobacillus berperan dalam proses fermentasi
kimchi dengan menghasilkan asam laktat. Menurut Chae dkk. (2009)
Laju fermentasi kimchi dapat dipengaruhi oleh konsentrasi garam dan suhu.
Bahan-bahan membuat acar/khimci Bawang putih Sawi putih Bawang
bombay Daun bawang Wije n Jah e Gula pasir Garam Bubuk cabe
korea/Lokal Kecap ikan Khimci sawi putih.
Proses Pembuatan Acar/ Kimci
1. Cuci bersih sawi putih, kemudian iris-iris seukuran suapan.
Taburi dengan garam, kemudian remas-remas hingga seluruh
bagian sawi terbumbui dengan baik.
2. Diamkan sawi selama 1 jam agar layu. Aduk Kembali setiap 30
menit.
3. Setelah 1 jam, buang air yang keluar dari sawi dan cuci bersih.
Tiriskan airnya sampai benar-benar kering.
4. Campur semua bumbu dan aduk rata. Iris tipis-tipis daun bawang
dan bawang Bombay. Kemudian campur dengan sawi putih dan
semua bumbu yang ada.
5. Koreksi rasa, jika masih kurang pas tambahkan garam.
Mikroba yang terlibat pada fermentasi kimchi Lactibacillus plantarum
adalah spesies penghasil asam tinggi dan sama-sama dengan suatu
spesies yang kurang popular. Pediococcus cerevisiae, memegang sustu
peranan yang utama pada fermentasi sayur-sayuran, khususnya
fermentasi pada larutan garam. Lactobacillus bervis penting untuk
membentuk karakter khusus pada syur- sayuran terfermentasi yang
dikarakterisasi oleh kemampuannya untuk memfermentasi.
Prose pemberian garam pada sawi atau kubis sebelum dilakukan
fermentasi bertujuan untuk mempersiapkan proses fermentasi agar
terjadi proses fermentasi yang dikehendaki. Konsentrasi larutan garam
akan menentukan jenis mikroba yang tumbuh dan akan menentukan
flavor yang dihasilkan proses fermentasi dilakukan pada suhu ruang,
kenaikan auhu sampai batas tertentu menyebabkan aktivitas enzim
tutun. Sementara itu jika suhu terlalu rendah maka akan
mengakibatkan aktivitas enzim menjadi lambat atau bahkan
menyebabkan enzim menjadi tidak aktif. Selama fermentasi terjadi
perubahan substrat dalam bahan dasar, yang disebabkan oleh adanya
aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme-mikroorganisme yang aktif
selama proses fermentasi antara lain bakteri asam laktat yang akan
membentuk asam laktat dan berfungsi sebagai pengawet. Bakteri
Lactobaccilus mesenterioides diakui sebgai mikrob ayang sangat
penting untuk memulai proses fermentasi. Pada fermentasi lebih lanjut,
bakteri asam laktat yang berperan adalah Lactobaccillus brevis,
Pediococcus cerevesiae dan Lactobacillus planetarium. Untuk proses
pengemasan/ fermentasi diamkan kimchi selama 1-2 hari pada proses
biokimia pada kimchi.
14. Cuka
Hasil fermentasi dari Susu Whey, dengan nama organism bakteri
menguntungkannya : Anaerob. Cuka (Vinegar) atau lebih dikenal dengan
istilah asam asetat banyak digunakan dalam bidang industri makanan. Vinegar
adalah suatu produk yang dihasilkan dariperubahan alkohol menjadi asam
asetat oleh bakteri asam asetat. Vinegar dapat dihasilkan dari sari buah apel,
anggur, ceri, pisang dan pir. Vinegar dapat digunakan sebagai bahan penyedap
(untuk memperbaiki flavor) pada berbagai masakan atau sebagai minuman
setelah dilakukan proses aging atau penuaan, yang memberikan keistimewaan
tersendiri karena flavornya (perpaduan antara rasa dan aroma) yang baik.
a. Bagian
1: Membuat sari apel
1. Pilih apel yang memiliki kualitas bagus
2. Mencuci apel dengan air bersih. Bilas dan gosok apel secara
menyeluruh dengan air bersih untuk membersihkannya agar
hal-hal yang tidak diinginkan tidak masuk ke dalam cuka.
3. Potong apel menjadi kotak-kotak kecil. Makin banyak
permukaan apel yang terbuka, makin cepat cuka akan
terfermentasi. Gunakan pisau bersih untuk memotong dadu
seukuran satu senti, dan simpan kulit serta bagian tengah apel.
4. Pindahkan apel ke stoples kaca. Karena apel hendak
difermentasi sampai 3 bulan, masukkan apel tersebut ke dalam
stoples kaca bermulut lebar yang telah disterilkan. Isi stoples
maksimal sampai ¾ bagian sehingga sebaiknya pakailah stoples
kaca ukuran seliter atau stoples yang lebih besar. Jangan pernah
menggunakan wadah dari bahan besi tahan karat (stainless
steel) untuk memfermentasi cuka. Ketika apel berfermentasi,
keasaman cuka bisa merusak baja, atau akan menimbulkan rasa
logam pada cuka sehingga mengubah rasanya.
5. Rendam apel dengan air. gunakan air yang sudah disaring
atau air mineral yang bebas dari kotoran yang dapat merusak
cuka Anda.[9]
Untuk stoples kaca dengan tiga buah apel, Anda membutuhkan
air sekitar 800 ml. Gunakan air kurang lebih sebanyak
kebutuhan tersebut. Lebih baik kebanyakan air daripada kurang.
Jika air yang Anda masukkan terlalu banyak, cuka apel agak
kurang kuat atau butuh waktu lebih lama untuk terfermentasi.
Jika airnya kurang, sebagian apel akan tidak terendam dan bisa
busuk serta merusak cuka seluruhnya.
6. Tambahkan 1 sendok teh (4 gram) gula kristal mentah.
Aduk campuran dengan rata untuk memastikan semuanya larut.
Gula akan terfermentasi dan berubah menjadi alkohol sehingga
sari buah apel akan menjadi cuka apel. Gula kristal mentah
sangat cocok untuk proses pembuatan cuka apel, tetapi Anda
bisa menggunakan madu atau gula lain kalau suka.
7. Tutup stoples dengan kain saring. Ketika apel terfermentasi
menjadi sari apel dan akhirnya menjadi cuka, campuran itu
masih perlu untuk bisa bernapas. Tutup mulut toples dengan
selembar kain saring yang diikat dengan karet gelang. Dengan
begitu stoples tetap tertutup, tetapi gas yang dihasilkan selama
proses fermentasi masih bisa keluar.
b. Fermentasi Cuka
1. Simpan stoples di tempat yang hangat dan gelap. Cari tempat untuk
memfermentasi cuka cukup lama, yang jauh dari gangguan. Taruhlah di
lemari dapur yang paling bawah atau teratas, di pojok dapur, atau di mana
pun yang tidak terkena sinar matahari langsung. Masing-masing rumah
punya tempat berbeda-beda dan paling cocok. Stoples sebaiknya ditaruh di
tempat dengan suhu ruang saat cuka difermentasi, yaitu sekitar 20 derajat
Celsius.
2. Aduk campuran itu sekali atau dua kali sehari. Mengaduk campuran itu
akan membantu proses fermentasi, sekaligus memutar posisi apel. Aduk
sari apel dengan sendok kayu sekali atau dua kali sehari selama minggu
pertama atau kedua. Jangan terlalu khawatir kalau Anda lupa mengaduknya
sehari, asalkan Anda tetap mengaduknya secara rutin Jika Anda melihat
apel-apel itu menyembul keluar dari air, gunakan batu pemberat atau benda
lain agar apel cukup tercelup dan pastikan apel-apel itu terendam.
3. Tunggu sampai apel tenggelam di dasar stoples. Ketika Anda mengecek
apel setiap hari, perhatikan gelembung-gelembung yang menandakan
proses fermentasi. Setelah satu atau dua minggu, apel-apel itu akan benar-
benar tenggelam ke dasar stoples. Hal ini menandakan bahwa apel telah
terfementasi dan tak diperlukan lagi untuk membuat cuka. Jika Anda
melihat ada buih terbentuk di lapisan teratas, sendok dan buanglah
4. Saring apel dari air sari apel tersebut dan tuang sari apel kembali ke
stoples. Gunakan saringan plastik atau kain saring keju untuk menyaring
apel dari sarinya. Sama seperti langkah sebelumnya, hindari pemakaian
logam karena dapat merusak proses fermentasi. Tuang sari apel kembali ke
dalam stoples, tutup dengan kain saring dan ikat dengan karet gelang.
Letakkan kembali stoples ke tempat yang hangat dan gelap.
5. Setelah apel disaring, Anda bisa membuangnya. Apel tersebut sudah tidak
layak dimakan setelah terfementasi.
6. Biarkan sari apel terfermentasi selama 3 hingga 6 minggu, aduk setiap
beberapa hari sekali. Pada saat inilah sari apel akan mulai berubah
menjadi cuka apel. Aduk isi stoples setiap 3 hingga 4 hari sekali, supaya
cuka tersebut sedikit bergerak saat terfermentasi. Pada waktu ini, aroma sari
apel yang manis akan berubah menjadi agak tajam. Hal ini berarti sedang
terjadi fermentasi, dan sari apel menjadi cuka. Makin lama Anda
membiarkan cuka apel itu terfermentasi, rasanya akan bertambah kuat dan
aromanya makin tajam. Setelah sekitar 3 minggu terfermentasi, mulai cicipi
cuka apel setiap beberapa hari sekali sampai Anda mendapatkan rasa dan
keasaman yang diinginkan. Lamanya proses fermentasi bervariasi
tergantung iklim tempat tinggal Anda. Selama musim panas, sari apel butuh
waktu tidak terlalu lama untuk terfementasi. Pada musim dingin, proses
fermentasi butuh waktu lebih lama.
7. Pindahkan cuka yang sudah terfermentasi ke stoples kaca yang ada
tutupnya dan simpanlah. Gunakan stoples bersih dan sudah disterilkan
lalu tutup rapat-rapat untuk menghambat proses fermentasi dan menjaga
agar cuka apel tetap segar. Simpan cuka di lemari es agar tidak rusak.
Menyimpan cuka apel di lemari es akan menghentikan proses fermentasi,
tetapi jika disimpan terlalu lama, fermentasinya akan terus berlanjut. Jika
cuka menjadi terlalu asam, tambahkan sedikit air untuk mengencerkannya
dan menurunkan keasaman sesuai keinginan. Meskipun Anda bisa
menyimpan cuka apel pada suhu ruang, cuka bisa terus terfermentasi.
Kalau terbentuk lapisan serupa gelatin di permukaan cuka, Anda tak perlu
cemas dan hal ini justru baik. Lapisan itu disebut “biang” cuka dan dapat
digunakan untuk membuat cuka apel berikutnya. Tambahkan biang cuka
bersamaan dengan apel untuk mempercepat proses fermentasi.
PENUTUP
Sebagai generasi muda yang produktif dan kreatif, kita hendaknya dapat
memanfaatkan teknologi fermentasi yang sangat berguna bagi kehidupan kita
sehari-hari, salah satunya dapat memperbaiki tingkat ekonomi karena produknya
memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sehatq.com/artikel/bagaimana-cara-kerja-bakteri-yogurt
https://food.detik.com/info-kuliner/d-3300175/begini-proses-fermentasi-pada-
pembuatan-tempe
https://kanalpengetahuan.tp.ugm.ac.id/menara-ilmu/2018/1319-kimchi-semakin-
menyehatkan-dengan-adanya-fermentasi.html