Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENYEHATAN MAKANAN & MINUMAN

PROSES PENGOLAHAN MAKANAN “BAKTERI”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK BAKTERI

NAMA ANGGOTA :1. Brigitta Febrina Olivia Br Ginting (P00933219006)

2. Dhea Tripioni Tarigan (P00933219009)

3. Evi Cronicha Simatupang (P00933219011)

4. Exelina Sitanggang (P00933219012)

5. Grace Maytrisia Situmorang (P00933219016)

6. Ilma Hoiriah Harahap (P00933219017)

7. Jessica Angrainy br Ginting (P00933219018)

TINGKAT / SEMESTER : 3A D-IV/V

DOSEN PENGAJAR : Kristina Br Tarigan, S.Pd, M.Kes

JURUSAN SANITASI KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

KABANJAHE

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fermentasi adalah proses terjadinya penguraian senyawa-senyawa organic untuk
menghasilkan energy serta terjadi pengubahan substrat menjadi produk baru oleh
mikroba (Madigan, 2011). Fermentasi berasal dari bahasa latin ferfere yang artinya
mendidihkan. Mikroba yang banyak digunakan dalam proses fermentasi antara lain
khamir, kapang dan bakteri. Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah
kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk
kedalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki
peran besar dalam kehidupan di bumi. Di masa sekarang ini, sudah banyak produk
makanan yang merupakan hasil fermentasi mikroorganisme yang berupa bakteri.
Makalah ini dibuat untuk : (1) memahami pengertian fermentasi dan bakteri; (2)
mengetahui jenis-jenis fermentasi; (3) mengetahui berbagai bakteri menguntungkan
yang berperan dalam fermentasi berbagai produk makanan.

Fermentasi merupakan pengolahan subtrat menggunakan mikroba (jasad renik)


sehingga menghasilkan produk yang dikehendaki (Muhiddin, 2001). Produk fermentasi
terdiri dari sel biomassa, enzim, metabolit primer atau sekunder atau produk
transformasi (biokonversi).

Proses fermentasi mendayagunakan aktivitas mikroba tertentu atau campuran


beberapa spesies mikroba. Mikroba yang banyak digunakan dalam proses fermentasi
antara lain khamir, kapang dan bakteri. Teknologi fermentasi merupakan salah satu
upaya manusia dalam memanfaatkan bahan-bahan yang berharga relative murah yang
kurang bermanfaat bagi produk yang bernilai ekonomi tinggi dan bermanfaat bagi
kesejahteraan manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fermentasi & Bakteri

Fermentasi berasal dari kata ferment yang berarti enzim, sehingga fermentasi
dapat diartikan sebagai peristiwa atau proses berdasarkanataskerjaenzim (Said,
1987). Fermentasi adalah suatu proses bioteknologi dengan memanfaatkan
mikroba untuk mengawetkan pakan dan tidak mengurangi kandungan zat nutrient
pakan dan bahkan dapat meningkatkan kualitas dan daya tahan pakan itu sendiri.
Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan
kapang. Prinsip dasar fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu
untuk tujuan mengubah sifat bahan agar dapat dihasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Hasil-hasil fermentasi terutama tergantung pada jenis substrat, macam mikroba dan
kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme
mikroba tersebut. (Winarno., dkk 1980).

Keuntungan proses fermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba


dibandingkan melalui proses kimiawi adalah selain prosesnya sangat spesifik, suhu
yang diperlukan relatif rendah dan tidak memerlukan katalisator logam yang
mempunyai sifat polutan (Bachruddin, 2014). Menurut Judoamidjojo dkk. (1989)
menyatakan bahwa beberapa langkah utama yang diperlukan dalam melakukan
suatu proses fermentasi diantaranya adalah :

a. Seleksi mikroba atau enzim yang sesuai dengan tujuan.


b. Seleksi media sesuai dengan tujuan.
c. Sterilisasi semua bagian penting untuk mencegah kontaminasi oleh mikroba
yang tidak dikehendaki.

Bakteri mencakup sebagian besar prokariota yang dikenal oleh kebanyakan


orang, mulai dari spesies patogenik hinggas pesies-spesies yang menguntukan.
Kelompok utama bakteri :

 Proteobacteria
 Chlamydia
 Spirocheta
 Cyanobacteria
 Bakteri Gram-Positif

Bakteri merupakan salah satu golongan mikroorganisme prokariotik


(bersel tunggal) yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung inti
namun mampu hidup dimana saja (Jawetz et al., 2004). Menurut
klasifikasinya bakteri dibagi menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif dan bakteri
Gram negatif.

Bakteri merupakan salah satu golongan organism prokariotik (tidak


mempunyai selubung inti) namun bakteri memiliki informasi genetik berupa DNA
yang berbentuk sirkuler, panjang dan bisa disebut nucleoid.

Bakteri selulolitik dan bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri yang
sering digunakan dalam proses fermentasi. Enzim selulase yang diproduksi
oleh bakteri selulolitik dapat memecah selulosa sehingga menghasilkan
tepung dengan tekstur lembut. Penambahan bakteri selulolitik dalam
fermentasi tepung dapat meningkatkan kualitas tepung yang dihasilkan.

2.2 Jenis-Jenis Fermentasi

Berdasarkan produk yang dihasilkan, fermentasi dibagi menjadi dua jenis,


yaitu (Belitz, 2009):

Homofermentatif, yaitu fermentasi yang produk akhirnya hanya mengandung


asam laktat. Contoh homofermentatif adalah proses fermentasi yang terjadidalam
yoghurt yogurt.

Heterofermentatif, yaitu fermentasi yang produk akhirnya mengandung asam


laktat dan etanol sama banyak. Contoh heterofermentatif adalah proses fermentasi
yang terjadi dalam pembuatan rekaman.

Berdasarkan penggunaan oksigen, fermentasi dibagi menjadi fermentasi


aerobik dan anaerobik. Fermentasi aerobic adalah fermentasi yang membutuhkan
oksigen, sedangkan fermentasi anaerobik tidak memerlukan oksigen (Fardiaz,
1992).
Berdasarkan proses yang dihasilkan oleh mikroba, fermentasi dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu:

Fermentasi yang memproduksi sel mikroba (biomassa). Produksi komersial


dari biomassa dapat dibedakan menjadi produksi ragi untuk industri roti, dan
produksi sel mikroba untuk digunakan sebagai makanan manusia dan hewan.

Fermentasi yang menghasilkan enzim dari mikroba. Secara komersial, enzim


dapat dijual oleh tanaman, hewan, dan mikroba, namun enzim yang dibeli oleh
mikroba memiliki beberapa keunggulan yaitu, mampu menghasilkan jumlah besar
dan mudah untuk meningkatkan produktivitas jika dibandingkan dengan tanaman
atau hewan.

Fermentasi yang menghasilkan metabolit mikroba. Metabolit mikroba dapat


dibedakan menjadi metabolit primer dan metabolit sekunder. Produk
pertimbangan utama yang dipertimbangkan adalah etanol, asamsitrat,
polisakarida, aseton, butanol, dan vitamin. Sedangkan metabolit sekunder yang
dihasilkan mikroba contohnya adalah antibiotik, pemacu pertumbuhan,
penghambat enzim, dan lain-lain.

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri


memiliki peranan yang besar bagi lingkungan, kesehatan maupun di bidang
pangan. Beberapa spesies bakteri pengurai dan pathogen dapat tumbuh di dalam
makanan.

Ada beberapa kelompok bakteri yang mampu melakukan proses fermentasi


dan banyak diterapkan pada pengolahan berbagai jenis makanan. Makanan yang
telah difermentasi pada umumnya akan lebih awet, serta memberikan cita rasa
baru dan unik pada makanan tersebut.

1. Nata de coco
Menurut Guru Besar IPB bidang Agroindustri dan Bioindustri, Prof. Dr.
Ir. Khaswar Syamsu, M.Sc., nata de coco merupakan produk selulosa
mikrobial murni. Sebagaimana produk mikrobial lainnnya, bahan utama sebagai
sumber nutrisi bagi mikroba untuk membentuk produk mikrobial adalah sumber
karbon dan sumber nitrogen. Bahan lainnya dalam jumlah kecil adalah vitamin
dan mineral yang biasa disebut unsur kelumit (trace elements) untuk
memaksimalkan pertumbuhan sel mikroba dan pembentukan produk yang
diinginkan. Mikroorganisme yang bertanggung jawab untuk mengkonversi nutrisi
tersebut menjadi selulosa mikrobial adalah bakteri Acetobacter xylinum yang
dimasukkan ke dalam media produksi berupa starter nata.

Proses pembuatan nata de coco


Pada proses pembuatan nata de coco, sumber karbon berasal dari air kelapa
ditambah dengan gula pasir untuk meningkatkan konsentrasi sumber karbonnya.
Selain sebagai sumber karbon, air kelapa juga menyuplai unsur kelumit yang
diperlukan untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Sedangkan sebagai
sumber nitrogen biasanya berasal dari urea atau ammonium sulfat.
Selain itu juga ditambahkan asam asetat untuk mengatur keasaman media
sehingga pH media berkisar pada pH optimum pada selang pH 3-5 agar
pertumbuhan mikroba dan produksi nata de coco maksimal. Bahan bahan nutrisi
tersebut dikonsumsi oleh bakteri Acetobacter xylinum untuk pertumbuhan dan
menghasilkan produk berupa selulosa mikrobial, sebagaimana halnya tanaman
menyerap pupuk urea atau pupuk ZA.
Apabila sumber karbon dan nitrogen disuplai sesuai dengan takarannya maka
sumber karbon dan nitrogen tersebut akan terserap semua, sehingga produk
selulosa mikrobial berupa nata de coco tentu tidak akan lagi mengandung gula
sebagai sumber karbon dan urea atau amonium sulfat sebagai sumber nitrogen.
Namun, apabila tidak terserap semua atau tidak dikonsumsi sepenuhnya oleh
mikroba Acetobacter xylinum tentu akan akan menghasilkan residu berupa sisa
sisa substrat, baik berupa sumber karbon maupun sumber nitrogen.
Residu atau sisa sisa substrat ini umumnya akan larut dan hilang pada proses hilir
dalam proses produksi nata de coco berupa pembersihan, perebusan, perendaman
dan pencucian sehingga produk akhir nata de coco tidak lagi mengandung residu
sumber karbon dan nitrogen yang digunakan.

Pihak pabrik yang umumnya berupa usaha kecil menengah, secara sederhana
memverifikasi melalui pengegecekan sisa asam asetat atau asam cuka. Bila nata
de coco masih berasa atau berbau asam maka berarti proses pencuciannya belum
sempurna menghilangkan sisa sisa substrat atau media pertumbuhan. (HalalMUI)
Keamanan nata de coco
Jika dilihat dari unsur kemanan pangan (ke-thayyiban-nya), nata de
coco sangat aman untuk dikonsumsi, karena murni berasal dari selulosa mikrobial.
Produk nata de coco yang keluar dari pabrik dan dijual adalah produk selulosa
mikrobial murni tanpa membawa substrat atau media yang digunakan untuk
pertumbuhan bakteri dan pembentukan produk. Untuk dikonsumsi, selulosa
mikrobial murni yang sudah bersih ini dipotong potong, dan kemudian belakangan
baru ditambahkan sirup dan bahan additif lainnya seperti perisa (flavor).
Adapun urea atau amonium sulfat sebagai sumber nitrogen yang
dikhawatirkan akan mengkontaminasi produk nata de coco, pada umumnya akan
dikonsumsi habis oleh mikroba untuk pertumbuhannya sebagai mana tanaman
mengkonsumsi urea atau amonium sulfat (pupuk ZA) sebagai pupuk. Residu gula,
urea atau amonium sulfat, dan asam cuka, kalaupun masih ada tersisa, biasanya
akan larut dan tercuci dalam poses hilir produksi nata de coco. Hal ini bisa dicek
dengan mudah melalui pengujian laboratorium untuk mengetahui kandungan urea
atau ammonium sulfat yang masih tersisa pada produk nata de coco.
Nata de Coco Baik untuk Kesehatan
Nata de coco merupakan makanan kesehatan yang kaya serat, tetapi rendah
kalori. Nata de coco mengandung air sekitar 98%, lemak 0,2%, kalsium 0,012%,
fosfor 0,002%, dan vitamin B3 0,0017% (Nurheni et al., 1990). Produk ini
memiliki kadar serat tinggi, meliputi selulosa, hemiselulosa, lignin, dan serat larut
air.
Manfaat Nata de Coco
1. Menurunkan kolesterol.

2. Menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes.

3. Mencegah konstipasi.

4. Mengendalikan berat badan (mencegah obesitas).

5. Mencegah kanker kolon.

6. Bermanfaat pada mikroflora di usus besar.

Efek Negatif Nata de Coco


Selain beragam manfaatnya, Nata de coco ternyata juga bias memberikan efek
negatif bagi pengonsumsi apabila dicampur dengan sirup gula atau pemanis secara
berlebih. Salah satunya adalah meningkatkan risiko diabetes.

2. Yoghurt

Bakteri yogurt adalah jenis mikroba yang sama sekali tidak berbahaya. Bakteri
inilah yang dapat mengubah susu biasa menjadi yogurt yang lezat. Ada beberapa
spesies bakteri yang umum digunakan untuk membuat yogurt, di antaranya:

 Streptococcus thermophilus
 Lactobacillus bulgaricus
 Lactobacillus acidophilus
 Lactobacillus casei
 Lactobacillus rhamnosus
 Bifidobacterium animalis

Jenis bakteri yang digunakan untuk proses pembuatan yogurt tercantum dalam
kemasannya. Berbeda bakteri, akan berbeda pula jenis yogurt yang
dihasilkan.Untuk bisa mengubah susu menjadi yogurt, bakteri-bakteri baik ini
berperan melakukan fermentasi. Dalam proses fermentasi ini, gula laktosa dalam
susu diubah menjadi asam laktat.Asam laktat inilah yang membuat susu menjadi
lebih kental dan terasa asam dan sedikit manis. Semakin tinggi asam laktat, pH
akan menurun sehingga konsistensi susu menjadi lebih padat menjadi
yogurt.Lebih jauh lagi, jenis susu akan menentukan bagaimana hasil akhir yogurt
yang dibuat. Contohnya susu murni untuk membuat yogurt full fat, susu rendah
lemak untuk yogurt rendah lemak, serta skim milk untuk yogurt tanpa
lemak.Produk olahan susu lain yang bisa dimasukkan dalam komposisi yogurt
akan berpengaruh pula terhadap komposisinya. Contohnya krim untuk mengatur
kadar lemaknya hingga susu tanpa lemak untuk mengatur kadar kekentalan
yogurt.

Tahapan pembuatan yogurt


Tahapan pembuatan yogurt sejak awal hingga bisa dikonsumsi meliputi:
 Mengatur komposisi susu
Komposisi susu perlu disesuaikan untuk mendapatkan yogurt dengan
konsistensi sesuai selera. Terkadang, bisa pula ditambahkan susu bubuk untuk
meningkatkan jumlah protein sekaligus mendapatkan tekstur yang diinginkan.
Pada tahap ini, semua bahan dicampur sekaligus ditambahkan stabilizer.
 Pasteurisasi susu
Umumnya, susu dipasteurisasi dalam suhu 85 derajat Celsius selama 30 menit
atau 95 derajat Celsius selama 10 menit. Suhu tinggi ini digunakan untuk
mengubah protein whey di dalamnya. Dengan demikian, protein akan membentuk
gel lebih stabil sehingga cairannya tidak terpecah saat disimpan.Selain itu, suhu
tinggi dalam proses ini juga memastikan bakteri dapat tumbuh dengan baik.
Yogurt dipasteurisasi sebelum kultur ditambahkan untuk memastikannya tetap
aktif.
 Homogenisasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan homogenisasi untuk mencampur seluruh
bahan baku. Pada tahap ini, konsistensi yogurt semakin mendekati ekspektasi.
 Mendinginkan susu
Kemudian, susu akan didinginkan hingga suhu 42 derajat Celsius agar bisa
menjadi tempat berkembangnya kultur. Suhu ini akan terus dipertahankan hingga
pH menjadi 4,5. Proses ini perlu waktu beberapa jam hingga membentuk tekstur
seperti yogurt (gel lembut).
 Mendinginkan yogurt
Setelah mendapat tekstur yang diinginkan, suhu akan diturunkan hingga 7
derajat Celsius. Tujuannya untuk menghentikan proses fermentasi.Setelah kelima
tahap di atas, barulah ditambahkan alternatif lain seperti buah dan rasa.
Tahapannya bisa berbeda bergantung pada jenis yogurt yang dibuat. Terakhir,
yogurt akan dikemas sesuai selera.

3. Mentega
Hasil fermentasi dari Susu rendah lemak, dengan nama organisme
bakteri menguntungkannya : Streptococcus lactis.
4. Mentega Butter
Hasil fermentasi dari susu, dengan nama organisme bakteri
menguntungkannya : Streptococcus cremoris.
5. Asinan hasil fermentasi dari Buah/ Sayur
Dengan nama organisme bakteri menguntungkannya : Pediococcus sp.
Acar dan asinan merupakan sayuran fermentasi yang menggunakan
berbagai bakteri seperti Pediococcus sp. Bakteri tersebut berperan mengubah
zat gula dalam sayuran menjadi asam laknat. Asam laknat yang diproduksi
dapat memberi rasa asam yang khas pada sayuran yang difermentasikan

Asinan merupakan salah satu jenis olahan sayuran segar dan buah-
buahan segar yang dikonsumsi dalam keadaan mentah. Jika dibandingkan
dengan cara menyantap sayur dalam bentuk lalapan atau salad, maka asinan
ini memiliki mempunyai kemungkinan kandungan bakteri yang lebih rendah
karena adanya penambahan cuka dan cabai yang digunakan dalam campuran
bumbu dalam kuah  asinan. Cuka dan cabai tersebut mempunyai sifat
antimikroba yang sangat kuat sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri yang berbahaya. Asam cuka yang ditambahkan dalam bumbu asinan
merupakan jenis asam yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan
bakteri jenis Salmonella sp dan Escherichia coli, serta memilki manfaat yang
jauh lebih baik dibandingkan dengan jenis asam laktat, asam malat, atau asam
sitrat. Asam cuka dengan konsentrasi 1% - 3% sangat efektif untuk
menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit,
seperti contohnya bakteri Campylobacter jejuni dan Yersinia enterocolitica
yang dapat menginfeksi manusia. Namun, asam cuka ini kurang efektif untuk
menghambat pertumbuhan kapang atau jamur.

Asinan dapat dibuat dengan bahan dasar berupa buah-buahan dan


sayuran segar yang kemudian dicampur dengan kuah yang terbuat dari
campuran bumbu khusus dan bahan yang telah disiapkan tadi. Bahan berupa
sayuran dan buah-buahan dicampur dengan bumbu dalam wadah yang ditutup.
Setelah beberapa jam maka akan terjadi perubahan rasa, bau, dan tekstur dari
bahan-bahan berupa buah dan sayuran karena terkontaminasi dengan bakteri
khusus. Bakteri yang berperan dalam dalam pembuatan asinan yaitu
Lactobacillus sp, Streptococcus sp., dan Pediococcus sp. Mikroorganisme
berupa bakteri tersebut akan mengubah zat gula atau glukosa yang terdapat
dalam sayuran dan buah-buahan menjadi asam laktat. Asam laktat yang
terbentuk tadi dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain yang
cenderung bersifat merugikan bagi manusia dan dapat memberikan rasa asam
yang khas pada sayuran dan buah-buahan yang difermentasi atau sering kita
sebut dengan istilah acar.

6. Aroma & rasa mentega butter


Hasil fermentasi dari Susu rendah lemak, dengan nama organisme
bakteri menguntungkannya : Leuconostoccremoris, Streptococcus
diacetylactis.
Cara pembuatan mentega butter, yaitu :
Menyiapkan Krim
1. Mulailah dengan bahan segar, krim yang kental. Krim kental
memiliki persentase lemak tertinggi, sehingga lebih mudah dan
lebih produktif untuk diubah menjadi mentega. Untuk rasa yang
lebih unik dan tidak pasaran, belilah krim baku dari penghasil susu
lokal. Jika hal ini tidak tersedia, memasteurisasi krim dengan tong
akan menghasilkan rasa terbaik, diikuti oleh krim hasil pasteurisasi
biasa, dengan ultra-pasteurisasi (UHT) sebagai opsinya.
a. Hindari krim yang mengandung gula.
b. Persentase lemak yang tercantum pada krim memberi tahu
Anda berapa banyak krim yang akan berubah menjadi
mentega. Dianjurkan minimal sebesar35%.
2. Angin-anginkan mangkuk besar dan wadah air. Semangkuk
dingin air akan mencegah mentega dari mencair. mengangin-
anginkan wadah air kedua juga dapat berguna pada tahap ini,
terutama jika air keran Anda cenderung hangat.
3. Tuang krim ke dalam mangkuk. Jangan mengisinya sampai
penuh, karena krim akan mengembang bersama udara sebelum
berubah menjadi mentega.
4. Tambahkan bakteri untuk rasa yang lebih kuat dan lebih
mudah diaduk (opsional). Jika Anda melewatkan langkah ini,
Anda akan membuat krim mentega yang manis, rasa yang
mencakup hampir semua mentega komersial yang dijual di
[3]
Amerika Serikat dan Inggris. Jika Anda ingin rasa yang lebih
kompleks, mirip dengan mentega dijual di benua Eropa, tambahkan
sedikit fermentasi ,untuk membuat "kultur mentega" yang masam
sebagai gantinya. Asam ini juga mempercepat pemecahan lemak
dan cairan, memperpendek waktu pengadukan.
a. Salah satu opsi yang mudah adalah dengan menambahkan
antara dadih atau yoghurt murni dengan bakteri tambahan.
Gunakan satu sendok makan (15 ml) dari perasa asam
untuk setiap cangkir (240 ml) krim.
b. Atau, beli kultur keju bakteri mesofilik secara daring.
Campurkan ⅛ sdt (0,6 ml) untuk setiap liter (liter) krim.
5. Biarkan kultur bakteri untuk krim berada pada suhu kamar.
Jika Anda menambahkan kultur bakteri, biarkan krim antara 12
sampai 72 jam, periksa setiap beberapa jam. Kultur bakteri adalah
bakteri yang menjadi sedikit tebal, berbusa, dan berbau asam cukup
tajam.
Untuk krim mentega manis tanpa tambahan kultur, biarkan saja
krim pada suhu sekitar 50-60ºF (10-16ºC). Ini akan membuat krim
lebih mudah untuk diaduk, namun masih cukup dingin untuk
sebuah mentega yang masih harus diolah pada tahap selanjutnya.

Mengubah Krim Menjadi Mentega


1. Aduk atau kocok krim. Jika Anda memiliki mixer listrik,
gunakan untuk mengaduk adonan mulai dengan putaran rendah
untuk mencegah percikan. Jika tidak, masukkan krim dalam botol
Mason dan kocok. Pencampuran biasanya memakan waktu 3
sampai 10 menit, sementara pengocokan memakan waktu sekitar
10 sampai 20 menit. Untuk mempercepat pengocokan, jatuhkan
marmer kaca yang kecil dan bersih ke dalam botol sebelum mulai
mengocok.
Jika mixer hanya memiliki satu pengaturan kecepatan, tutup
mangkuk dengan bungkus plastik untuk melindungi dari percikan.
2. Perhatikan konsistensi perubahan krim. Krim ini akan melalui
beberapa tahapan setelah Anda mencampurnya, yaitu :
 Krim sedikit kental atau berbusa.
 Puncak yang lembut. Menaikkan kecepatan mixer akan
meninggalkan jejak seperti bentuk puncak yang berdiri
dengan ujung meleleh. Sekarang Anda dapat meningkatkan
kecepatan mixer.
 Kocok krim, membentuk semacam puncak yang padat.
 Krim akan mulai terlihat berkerut atau keriput, dan menjadi
sangat pucat kekuningan. Kurangi kecepatan lagi sebelum
cairan muncul, untuk mencegahnya memercik.
 Akhirnya, krim akan terpisah dengan sendirinya menjadi
mentega dan dadih.
3. Tuang keluar cairan dan terus putar. Tuangkan dadih ke dalam
wadah terpisah, dan simpan untuk digunakan dalam resep lain.
Lanjutkan untuk mencampur mentega dan tuangkan lebih banyak
cairan yang muncul. Berhenti mengaduk saat sudah terlihat padat
dan rasanya seperti mentega, atau ketika hampir tidak ada lagi
cairan yang keluar.
4. Basuh mentega dalam air dingin. Jika dadih menyatu dengan
mentega, itu akan merusaknya dengan sangat cepat, jadi hal ini
perlu dilakukan kecuali jika Anda akan memakan menteganya
dalam waktu 24 jam.
a. Tuang air es atau air dingin ke dalam mentega.
b. Uleni dengan tangan yang bersih, atau menggunakan
sendok kayu untuk menekan mentega.
c. Tuangkan air es melalui saringan.
d. Ulangi sampai air sebagian besar sudah bersih. Hal ini
memakan waktu setidaknya tiga kali cuci, dan kadang-
kadang beberapa kali lagi
5. Tekan keluar cairan yang tersisa. Gunakan tangan Anda dan
bagian belakang sendok untuk menekan air yang tersisa dalam
mentega. Saring air ini keluar dari mentega.
6. Campur garam dan bahan lainnya (opsional). Tambahkan
garam laut secukupnya jika Anda lebih suka mentega asin; coba ¼
sdt (1,25 ml) garam per ½ cangkir (120 ml) mentega. [9] Mentega
rumahan akan terasa lezat dengan sendirinya, tetapi Anda bisa
mencoba segala macam tambahan untuk dicoba. Pertimbangkan
herbal kering atau cincangan halus bawang putih. Anda bahkan
dapat membuatnya lebih manis dengan mencampurnya dengan
madu sampai halus.
7. Simpan dalam lemari es atau pendingin. Mentega rumahan
biasanya tetap baik disimpan dalam lemari es untuk setidaknya satu
minggu, dan sampai tiga minggu jika Anda benar-benar menekan
keluar semua dadih.[10] Dalam pendingin, mentega tawar akan tetap
berkualitas selama sekitar lima atau enam bulan, sedangkan
mentega asin dapat tahan selama sembilan bulan sebelum rasanya
terpengaruh. Tidak seperti banyak makanan, jika dibungkus erat
mentega tidak akan berubah teksturnya ketika membeku.

7. Keju hasil fermentasi dari Susu


Dengan nama organisme bakteri menguntungkannya : Panicilliumrequiforti.
Keju adalah makanan yang dihasilkan dengan cara memisahkan zat-zat padat
dalam susu melalui proses pengentalan atau koagulasi. Proses pengentalan ini
dilakukan dengan bantuan bakteri atau enzim tertentu yang disebut rennet.
Keju yang dikenal di pasaran merupakan protein susu (kasein) yang
digumpalkan dan dicetak (berbentuk batangan). Penggumpalan terjadi karena
aktivitas enzim renin dan bakteri asam laktat
Tahapan pembuatan keju
Ada lima tahapan utama dalam pembuatan keju:
1. Pengasaman
Pada proses ini susu dipanaskan agar bakteri asam laktat
(Streptococcus dan Lactobacillus) dapat tumbuh. Bakteri-bakteri ini akan
memakan laktosa pada susu dan merubahnya menjadi asam laktat.
Saat tingkat keasaman meningkat, zat-zat padat dalam susu (protein
kasein, lemak, beberapa vitamin dan mineral) menggumpal dan
membentuk dadih (semacam busa).
2. Pengentalan
Bakteri rennet ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan tadi,
kemudian membuat protein menggumpal dan membagi susu menjadi
bagian cair (air dadih) dan padat (dadih). Rennet mampu mengubah gula
dalam susu menjadi asam dan protein yang ada menjadi dadih. Jumlah
bakteri yang dimasukkan dan suhu susu sangatlah penting bagi tingkat
kepadatan keju.Proses ini memakan waktu antara 10 menit hingga 2 jam,
tergantung kepada banyaknya susu dan juga suhu dari susu tersebut. Air
dadih biasanya dibuang tapi bisa juga dipakai untuk membuat keju seperti
Ricotta dan Cypriot hallumi.

3. Pengolahan dadih
Setelah pemberian rennet, proses selanjutnya dadih diiris dan
dicincang menggunakan tangan atau dengan bantuan mesin supaya
mengeluarkan lebih banyak air dadih. Dengan menggunakan bantuan
sebuah alat (berbentuk seperti kecapi) dadih keju dihancurkan menjadi
butiran-butiran kecil,semakin halus maka semakin banyak air dadih yang
dikeringkan akan menghasilkan keju yang lebih keras.
4. Persiapan sebelum pematangan
Terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan, yaitu:
a. Pencetakan
Saat dadih mencapai ukuran sesuai dadih dipisahkan dan
dicetak. Sebelum dituang ke dalam cetakan, dadih tersebut dikeringkan
terlebih dahulu kemudian dapat ditekan lalu dibentuk atau diiris.
b. Penekanan
Keju ditekan sesuai dengan tingkat kekerasan yang diinginkan.
Untuk keju lunak, penekanan tidak dilakukan karena berat dari keju
tersebut sudah cukup berat untuk melepaskan air dadih. Begitupun
halnya dengan keju iris, berat dari keju tersebut menentukan tingkat
kepadatan yang diinginkan.
c. Pengasinan
Setelah keju dibentuk,dilakukan penambahan garam agar keju tidak tawar.
Pengasinan keju terdapat beberapa cara: pertama, garam ditambahkan
langsung ke dalam dadih. Kedua adalah dengan menggosokkan atau
menaburkan garam pada bagian kulit keju.Hal ini menyebabkan kulit keju
terbentuk dan melindungi bagian dalam keju agar tidak matang terlalu cepat.
Keju-keju yang berukuran besar diasinkan dengan cara direndam dalam air
garam. Perendaman keju bisa menghabiskan waktu berjam-jam hingga
berhari-hari. Terakhir adalah dengan mencuci bagian permukaan keju dengan
larutan garam. manfaat Selain memberikan rasa, garam juga menghilangkan
air berlebih, mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak mengering
serta mengawetkan dan membantu memurnikan keju ketika memasuki proses
maturasi.
d. Pematangan

Pematangan (ripening) yaitu proses yang mengubah dadih segar menjadi keju
yang penuh dengan rasa. Pematangan disebabkan oleh bakteri atau jamur yang
digunakan pada proses produksi. Karakter akhir dari keju banyak ditentukan
dari jenis pematangannya. Selama proses pematangan, keju dijaga agar berada
pada temperatur dan tingkat kelembaban tertentu hingga keju siap dimakan.
Waktu pematangan bervariasi mulai dari beberapa minggu untuk keju lunak
hingga beberapa hari untuk keju keras seperti Parmigiano-Reggiano.
Manfaat fermentasi keju
Konsumsi keju dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan kalsium, protein,
fosfor, dan vitamin serta mineral yang dibutuhkan tubuh. Keju juga
bermanfaat untuk pertumbuhan dan kesehatan tulang Misalnya pertumbuhan
dan penguatan gigi. Selain itu keju merupakan bahan makanan dan camilan
yang banyak mengandung kalori.
8. Susu asam hasil fermentasi dari Susu
Dengan nama organisme bakteri menguntungkannya : Lactobacillus casei.
Susu fermentasi dibuat dari susu yang difermentasikan dengan bakteri asam
laktat, seperti Lactobacilli atau Bifidobacteria spp. Proses fermentasi membuat
susu lebih mudah dicerna, terutama untuk orang-orang yang alergi terhadap
susu atau mengalami intoleransi laktosa. Proses fermentasi juga meningkatkan
masa simpan produk susu.
Manfaat susu fermentasi:
 Menjaga Kesehatan Saluran Pencernaan
 Mencegah Diare
 Mengurangi Racun Tubuh. Mikroba pada susu fermentasi menghasilkan
asam organik, hidrogen peroksida, karbondioksida, dan acidolin yang
memiliki sifat antimikroba. Bakteri ini mampu mengikat senyawa racun hasil
metabolisme protein dan lemak, serta hasil pemecahan enzim tertentu,
sehingga meringankan tugas organ hati.
 Meningkatkan Kekebalan Tubuh

9. Asinan buah hasil fermentasi dari Buah


Dengan nama organisme bakteri menguntungkannya : Lactobacillus sp.
Tahapan pebuatan fermentasiasinan buah
Pertama, memfermentasikan gula-gula yang terdapat dalam jaringan buah-
buahan. Kadra asam yan dihailkan 0,5-1,5%. Kemudian dilkukan perendaman
pada buah pada garam dengan kadar garam 3-10%, dalam kondisi yang
anaerobic yang terbentuk, organime-oranisme asam laktat berkembang
menyebabkanterhambatnya orgnisme oembususk dengan jangka waktu
beberpa minggu.
10. Sosis hasil fermentasi dari Daging
Dengan nama organisme bakteri menguntungkannya : Pediococcus cerevisiae.
11. Terasi
Hasil fermentasi dari Ikan, dengan nama organism bakteri
menguntungkannya : Lactobacillus sp.
12. Susu asam Yakult
Hasil fermentasi dari Susu, dengan nama organisme bakteri
menguntungkannya : Lactobacillus caseishirota strain.
Yakult adalah minuman probiotik mirip yogurt yang dibuat
dari fermentasi susu skim dan gula dengan bakteri Lactobacillus casei. Karena
L. casei Shirota dapat ditemui dalam sistem pencernaan, Yakult dipromosikan
sebagai minuman yang baik untuk kesehatan.
Albaari dan Murti, (2007) menyatakan minuman Yakult tidak
mengandung bahan pengawet artinya bahan semua bahan baku Yakult bersifat
alami. (Kurman, 1992) menyatakan bahwa percepatan pertumbuhan bakteri ini
berkisar antara 50 asam laktat setelah 48 jam. Lactobacillus casei berbentuk
batangan tunggal termasuk golongan bakteri Heterofermentatif, Fakultatif,
Mesofilik dan berukuran lebih kecil dari pada Lactobacillus bulgaricus,
Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus helvaticus, Lactobacillus casei
diinduksi oleh fase ketolase.
Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan minuman Yakult
antara lain : Bakteri Lactobacillus casei Shirota strain susu skim non-fat,
sukrosa (gula pasir), glukosa, aroma alamiah Yakult dan air.
Bakteri yang terdapat dalam minuman Yakult harus tetap
dipertahankan
hidup tetapi diusahakan agar setelah dibotolkan mereka tidak lagi melakukan
proses fermentasi. Yakult harus disimpan ditempat yang dingin berada pada
suhu dibawah 10 ℃, sedangkan pada suhu antara 10 ℃ dan 40℃ bakteri
dalam Yakult keadaan aktif dan diatas 40 ℃ bakteri tersebut akan mati (Putri,
2009). Komposisi zat setiap botol minuman Yakult.
Manfaat dari minuman Yakult, yaitu :
1. Mencegah gangguan pencernaan.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Meningkatkan jumlah bakteri menguntungkan dalam usus.
4. Mengurangi racun dalam usus.
5. Menekan jumlah bakteri yang merugikan dalam usus. Yakult dibuat
dengan starter bakteri Lactobacillus casei yang diinkubasi pada suhu
43℃ selama ±4 jam dengan perbandingan susu dengan starter adalah
1: 1 (Sunarlim dan Setiyanto, 2001).

13. Kimchi hasil fermentasi dari Sayuran asin (sawi putih & lobak)
Dengan nama organisme bakteri menguntungkannya : Lactobacillus kimchi.
Fermentasi kimchi dilakukan pada suhu rendah yaitu 2-70 C selama
18-22 hari. Bakteri Lactobacillus berperan dalam proses fermentasi
kimchi dengan menghasilkan asam laktat. Menurut Chae dkk. (2009)
Laju fermentasi kimchi dapat dipengaruhi oleh konsentrasi garam dan suhu.
 Bahan-bahan membuat acar/khimci Bawang putih Sawi putih Bawang
bombay Daun bawang Wije n Jah e Gula pasir Garam Bubuk cabe
korea/Lokal Kecap ikan Khimci sawi putih.
 Proses Pembuatan Acar/ Kimci
1. Cuci bersih sawi putih, kemudian iris-iris seukuran suapan.
Taburi dengan garam, kemudian remas-remas hingga seluruh
bagian sawi terbumbui dengan baik.
2. Diamkan sawi selama 1 jam agar layu. Aduk Kembali setiap 30
menit.
3. Setelah 1 jam, buang air yang keluar dari sawi dan cuci bersih.
Tiriskan airnya sampai benar-benar kering.
4. Campur semua bumbu dan aduk rata. Iris tipis-tipis daun bawang
dan bawang Bombay. Kemudian campur dengan sawi putih dan
semua bumbu yang ada.
5. Koreksi rasa, jika masih kurang pas tambahkan garam.
 Mikroba yang terlibat pada fermentasi kimchi Lactibacillus plantarum
adalah spesies penghasil asam tinggi dan sama-sama dengan suatu
spesies yang kurang popular. Pediococcus cerevisiae, memegang sustu
peranan yang utama pada fermentasi sayur-sayuran, khususnya
fermentasi pada larutan garam. Lactobacillus bervis penting untuk
membentuk karakter khusus pada syur- sayuran terfermentasi yang
dikarakterisasi oleh kemampuannya untuk memfermentasi.
 Prose pemberian garam pada sawi atau kubis sebelum dilakukan
fermentasi bertujuan untuk mempersiapkan proses fermentasi agar
terjadi proses fermentasi yang dikehendaki. Konsentrasi larutan garam
akan menentukan jenis mikroba yang tumbuh dan akan menentukan
flavor yang dihasilkan proses fermentasi dilakukan pada suhu ruang,
kenaikan auhu sampai batas tertentu menyebabkan aktivitas enzim
tutun. Sementara itu jika suhu terlalu rendah maka akan
mengakibatkan aktivitas enzim menjadi lambat atau bahkan
menyebabkan enzim menjadi tidak aktif. Selama fermentasi terjadi
perubahan substrat dalam bahan dasar, yang disebabkan oleh adanya
aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme-mikroorganisme yang aktif
selama proses fermentasi antara lain bakteri asam laktat yang akan
membentuk asam laktat dan berfungsi sebagai pengawet. Bakteri
Lactobaccilus mesenterioides diakui sebgai mikrob ayang sangat
penting untuk memulai proses fermentasi. Pada fermentasi lebih lanjut,
bakteri asam laktat yang berperan adalah Lactobaccillus brevis,
Pediococcus cerevesiae dan Lactobacillus planetarium. Untuk proses
pengemasan/ fermentasi diamkan kimchi selama 1-2 hari pada proses
biokimia pada kimchi.

14. Cuka
Hasil fermentasi dari Susu Whey, dengan nama organism bakteri
menguntungkannya : Anaerob. Cuka (Vinegar) atau lebih dikenal dengan
istilah asam asetat banyak digunakan dalam bidang industri makanan. Vinegar
adalah suatu produk yang dihasilkan dariperubahan alkohol menjadi asam
asetat oleh bakteri asam asetat. Vinegar dapat dihasilkan dari sari buah apel,
anggur, ceri, pisang dan pir. Vinegar dapat digunakan sebagai bahan penyedap
(untuk memperbaiki flavor) pada berbagai masakan atau sebagai minuman
setelah dilakukan proses aging atau penuaan, yang memberikan keistimewaan
tersendiri karena flavornya (perpaduan antara rasa dan aroma) yang baik.

Tahapan Pembuatan Cuka, yaitu:

1. Fermentasi pertama, fermentasi alkohol yaitu glukosa diubah menjadi


alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae secara anaerob
2. Fermentasi asam asetat oleh Acetobacter aceti yang mengoksidasi alkohol
menjadi asam asetat secara aerob. Kedua fermentasi tersebut biasanya
dilakukan secara terpisah

Terdapat beberapa fakto yang dapat mempengaruhi dalam proses


pengolahan,yaitu:
1. Pemilihan mikroba: Adanya pemilihan mikroba merupakan cara yang
dilakukan untuk bekteri yang memenuhi syarat agar memiliki
produktivitasnya tinggi dan mempunyai rasa yang enak.
2. Kualitas bahan dasar, dimana semua bahan yang dapat difermentasikan
menjadi alkohol bisa dari jus, dari buah-buahan, seperti buah apel,
anggur, jeruk, bahan-bahan yang mengandung gula, bir dan
wine.Fermentasi oleh yeast, dimana yeast yang dipakai harus diseleksi.
Keasaman, dimana kadar alkohol terbaik dan dapat segera
difermentasikan.
3. Media pendukung, digunakan untuk memperluas luas permukaan yang
berhubungan dengan udara serta tempat melekatnya kolonibakteri
asam cuka sehingga proses fermentasinya menjadi lebih cepat
4. suhu dan lamanya merupakan hal yang penting dlam proses fermentasi
untuk mendapatkan kualitas dari vinegar murbei itu sendiri
15. Cuka apel
Hasil fermentasi dari Sari apel, dengan nama organism bakteri
menguntungkannya : ClostidirumThermocietium.

Tahapan fermentasi cuka apel, terdapat 2 bagian, yaitu: tahap membuat


sari apel dasar dan membuat cuka apel

a. Bagian
1: Membuat sari apel
1. Pilih apel yang memiliki kualitas bagus
2. Mencuci apel dengan air bersih. Bilas dan gosok apel secara
menyeluruh dengan air bersih untuk membersihkannya agar
hal-hal yang tidak diinginkan tidak masuk ke dalam cuka.
3. Potong apel menjadi kotak-kotak kecil. Makin banyak
permukaan apel yang terbuka, makin cepat cuka akan
terfermentasi. Gunakan pisau bersih untuk memotong dadu
seukuran satu senti, dan simpan kulit serta bagian tengah apel.
4. Pindahkan apel ke stoples kaca. Karena apel hendak
difermentasi sampai 3 bulan, masukkan apel tersebut ke dalam
stoples kaca bermulut lebar yang telah disterilkan. Isi stoples
maksimal sampai ¾ bagian sehingga sebaiknya pakailah stoples
kaca ukuran seliter atau stoples yang lebih besar. Jangan pernah
menggunakan wadah dari bahan besi tahan karat (stainless
steel) untuk memfermentasi cuka. Ketika apel berfermentasi,
keasaman cuka bisa merusak baja, atau akan menimbulkan rasa
logam pada cuka sehingga mengubah rasanya.
5. Rendam apel dengan air. gunakan air yang sudah disaring
atau air mineral yang bebas dari kotoran yang dapat merusak
cuka Anda.[9]
Untuk stoples kaca dengan tiga buah apel, Anda membutuhkan
air sekitar 800 ml. Gunakan air kurang lebih sebanyak
kebutuhan tersebut. Lebih baik kebanyakan air daripada kurang.
Jika air yang Anda masukkan terlalu banyak, cuka apel agak
kurang kuat atau butuh waktu lebih lama untuk terfermentasi.
Jika airnya kurang, sebagian apel akan tidak terendam dan bisa
busuk serta merusak cuka seluruhnya.
6. Tambahkan 1 sendok teh (4 gram) gula kristal mentah.
Aduk campuran dengan rata untuk memastikan semuanya larut.
Gula akan terfermentasi dan berubah menjadi alkohol sehingga
sari buah apel akan menjadi cuka apel. Gula kristal mentah
sangat cocok untuk proses pembuatan cuka apel, tetapi Anda
bisa menggunakan madu atau gula lain kalau suka.
7. Tutup stoples dengan kain saring. Ketika apel terfermentasi
menjadi sari apel dan akhirnya menjadi cuka, campuran itu
masih perlu untuk bisa bernapas. Tutup mulut toples dengan
selembar kain saring yang diikat dengan karet gelang. Dengan
begitu stoples tetap tertutup, tetapi gas yang dihasilkan selama
proses fermentasi masih bisa keluar.

b. Fermentasi Cuka
1. Simpan stoples di tempat yang hangat dan gelap. Cari tempat untuk
memfermentasi cuka cukup lama, yang jauh dari gangguan. Taruhlah di
lemari dapur yang paling bawah atau teratas, di pojok dapur, atau di mana
pun yang tidak terkena sinar matahari langsung. Masing-masing rumah
punya tempat berbeda-beda dan paling cocok. Stoples sebaiknya ditaruh di
tempat dengan suhu ruang saat cuka difermentasi, yaitu sekitar 20 derajat
Celsius.
2. Aduk campuran itu sekali atau dua kali sehari. Mengaduk campuran itu
akan membantu proses fermentasi, sekaligus memutar posisi apel. Aduk
sari apel dengan sendok kayu sekali atau dua kali sehari selama minggu
pertama atau kedua. Jangan terlalu khawatir kalau Anda lupa mengaduknya
sehari, asalkan Anda tetap mengaduknya secara rutin Jika Anda melihat
apel-apel itu menyembul keluar dari air, gunakan batu pemberat atau benda
lain agar apel cukup tercelup dan pastikan apel-apel itu terendam.
3. Tunggu sampai apel tenggelam di dasar stoples. Ketika Anda mengecek
apel setiap hari, perhatikan gelembung-gelembung yang menandakan
proses fermentasi. Setelah satu atau dua minggu, apel-apel itu akan benar-
benar tenggelam ke dasar stoples. Hal ini menandakan bahwa apel telah
terfementasi dan tak diperlukan lagi untuk membuat cuka. Jika Anda
melihat ada buih terbentuk di lapisan teratas, sendok dan buanglah
4. Saring apel dari air sari apel tersebut dan tuang sari apel kembali ke
stoples. Gunakan saringan plastik atau kain saring keju untuk menyaring
apel dari sarinya. Sama seperti langkah sebelumnya, hindari pemakaian
logam karena dapat merusak proses fermentasi. Tuang sari apel kembali ke
dalam stoples, tutup dengan kain saring dan ikat dengan karet gelang.
Letakkan kembali stoples ke tempat yang hangat dan gelap.
5. Setelah apel disaring, Anda bisa membuangnya. Apel tersebut sudah tidak
layak dimakan setelah terfementasi.
6. Biarkan sari apel terfermentasi selama 3 hingga 6 minggu, aduk setiap
beberapa hari sekali. Pada saat inilah sari apel akan mulai berubah
menjadi cuka apel. Aduk isi stoples setiap 3 hingga 4 hari sekali, supaya
cuka tersebut sedikit bergerak saat terfermentasi. Pada waktu ini, aroma sari
apel yang manis akan berubah menjadi agak tajam. Hal ini berarti sedang
terjadi fermentasi, dan sari apel menjadi cuka. Makin lama Anda
membiarkan cuka apel itu terfermentasi, rasanya akan bertambah kuat dan
aromanya makin tajam. Setelah sekitar 3 minggu terfermentasi, mulai cicipi
cuka apel setiap beberapa hari sekali sampai Anda mendapatkan rasa dan
keasaman yang diinginkan. Lamanya proses fermentasi bervariasi
tergantung iklim tempat tinggal Anda. Selama musim panas, sari apel butuh
waktu tidak terlalu lama untuk terfementasi. Pada musim dingin, proses
fermentasi butuh waktu lebih lama.
7. Pindahkan cuka yang sudah terfermentasi ke stoples kaca yang ada
tutupnya dan simpanlah. Gunakan stoples bersih dan sudah disterilkan
lalu tutup rapat-rapat untuk menghambat proses fermentasi dan menjaga
agar cuka apel tetap segar. Simpan cuka di lemari es agar tidak rusak.
Menyimpan cuka apel di lemari es akan menghentikan proses fermentasi,
tetapi jika disimpan terlalu lama, fermentasinya akan terus berlanjut. Jika
cuka menjadi terlalu asam, tambahkan sedikit air untuk mengencerkannya
dan menurunkan keasaman sesuai keinginan. Meskipun Anda bisa
menyimpan cuka apel pada suhu ruang, cuka bisa terus terfermentasi.
Kalau terbentuk lapisan serupa gelatin di permukaan cuka, Anda tak perlu
cemas dan hal ini justru baik. Lapisan itu disebut “biang” cuka dan dapat
digunakan untuk membuat cuka apel berikutnya. Tambahkan biang cuka
bersamaan dengan apel untuk mempercepat proses fermentasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses fermentasi,antara lain:


1. Jangan gunakan cuka buatan sendiri untuk membuat acar karena untuk
acar diperlukan tingkat asam asetat 5%. Sulit untuk mengetahui tingkat
asam asetat cuka buatan sendiri, maka sebaiknya gunakan cuka yang
dibeli di toko demi amannya.
2. Jika Anda mendapati lapisan warna hijau, abu-abu, hitam, atau
kecokelatan atau jamur yang tumbuh di permukaan cuka apel saat
fermentasi, sebaiknya buang cuka itu dan mulai membuatnya lagi. Hal
itu mungkin tanda adanya bakteri berbahaya yang bisa membuat Anda
sakit.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN & SARAN

Fermentasi adalah suatu proses bioteknologi dengan memanfaatkan


mikroba untuk mengawetkan pakan dan tidak mengurangi kandungan
zatnutrien pakan dan bahkan dapat meningkatkan kualitas dan daya tahan
pakan itu sendiri. Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah
bakteri, khamir dan kapang.

Bakteri merupakan salah satu golongan mikroorganisme prokariotik (bersel


tunggal) yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung inti namun mampu
hidup dimana saja (Jawetz et al., 2004). Menurut klasifikasinya bakteri dibagi
menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.

Teknologi fermentasi merupakan salah satu upaya manusia dalam


memanfaatkan bahan-bahan yang berharga relative murah yang kurang bermanfaat
bagiproduk yang bernilai ekonomi tinggi dan bermanfaat bagi kesejahteraan
manusia.

Sebagai generasi muda yang produktif dan kreatif, kita hendaknya dapat
memanfaatkan teknologi fermentasi yang sangat berguna bagi kehidupan kita
sehari-hari, salah satunya dapat memperbaiki tingkat ekonomi karena produknya
memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sehatq.com/artikel/bagaimana-cara-kerja-bakteri-yogurt

https://food.detik.com/info-kuliner/d-3300175/begini-proses-fermentasi-pada-
pembuatan-tempe

https://kanalpengetahuan.tp.ugm.ac.id/menara-ilmu/2018/1319-kimchi-semakin-
menyehatkan-dengan-adanya-fermentasi.html

Anda mungkin juga menyukai