1 Juknis KTSP Mi
1 Juknis KTSP Mi
1 Juknis KTSP Mi
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 09 Desember 2019
DIREKTUR JENDERAL
PENDIDIKAN ISLAM,
TTD
KAMARUDDIN AMIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 36 mengamanatkan agar kurikulum pada semua jenjang dan
jenis pendidikan disusun dan dikembangkan: (a) dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik; (b)
sesuai dengan jenjang pendidikan; dan (c) dalam rangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dengan prinsip diversifikasi itu, pemerintah tidak lagi
menetapkan kurikulum nasional. Oleh karena itu, kurikulum yang berlaku
pada satuan pendidikan penyusunannya diserahkan di tingkat satuan
pendidikan dalam bentuk Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP).
Sedangkan untuk menjamin mutu minimal layanan pendidikan dengan KTSP
yang variatif, dapat mengacu pada delapan standar nasional pendidikan
yaitu: (a) Standar isi, (b) Standar Kompetensi Lulusan, (c) Standar Proses, (d)
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (e) Standar Sarana dan
Prasarana, (f) Standar Pengelolaan, (g) Standar Pembiayaan, dan (h) Standar
Penilaian Pendidikan.
Keputusan Menteri Agama Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum pada Madrasah menjelaskan bahwa satuan
pendidikan dapat melakukan inovasi dan pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) sesuai kebutuhan peserta didik, akademik, sosial
budaya dan kebutuhan madrasah. Inovasi dan pengembangan KTSP meliputi
struktur kurikulum, beban belajar, desain pembelajaran, muatan lokal dan
ekstrkurikuler. Dengan demikian bagi satuan pendidikan yang ingin
melakukan terobosan-terobosan dalam penyelenggaraan pendidikan di
madrasahnya, dapat melakukan inovasi dalam pengembangan KTSP
madrasahnya.
Untuk memudahkan satuan pendidikan melakukan inovasi dalam
pengembangan KTSP, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menyusun
petunjuk teknis pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
sebagai salah satu panduan bagi satuan pendidikan dan pemangku
kepentingan lainnya dalam mengembangkan KTSP di madrasah.
C. Sasaran
Sasaran Petunjuk Teknis ini adalah kepala madrasah, guru, pengawas,
pengelola pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya dalam
mengembangkan KTSP Madrasah Ibtidaiyah.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi: Pendahuluan, Hakekat
KTSP, Panduan Teknis Penyusun KTSP Dokumen I, dan Lampiran.
2) Muatan Kurikulum
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan
kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan
pendidikan. Di samping itu, materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
Hal-hal yang harus dimasukkan tim pengembang kurikulum
madrasah dalam dokumen KTSP dokumen 1 sebagai berikut:
a) Muatan Nasional
Muatan nasional mencakup mata pelajaran dan alokasi waktu yang
ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) maupun Keputusan Menteri Agama (KMA) atau peraturan
lain yang berlaku. Mata pelajaran adalah seluruh mata pelajaran yang
diajarkan di madrasah dengan tetap berpedoman pada struktur
kurikulum yang tercantum dalam KMA Nomor 184 Tahun 2019 tentang
Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah. Sedangkan alokasi
waktu adalah waktu yang tersedia dalam setiap mata pelajaran.
Madrasah dapat menambah beban belajar maksimal 6 jam pelajaran.
Penambahan 6 jam pelajaran tersebut sudah termasuk di dalamnya mata
pelajaran muatan lokal.
Disamping itu madrasah dapat merelokasi jam pada mata pelajaran
tertentu untuk mata pelajaran lain sebanyak-banyaknya 6 JTM untuk
keseluruhan relokasi, dengan ketentuan bahwa relokasi tersebut dengan
memindahkan mata pelajaran kelompok B ke mata pelajaran kelompok A.
Madrasah dapat melakukan relokasi jam pelajaran dengan pertimbangan
kebutuhan peserta didik, akademik, dan dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan. Merelokasi jam pelajaran bukan karena pertimbangan
kekurangan atau kelebihan guru.
b) Muatan Lokal
Tim pengembangan kurikulum madrasah memasukkan muatan
lokal yang digunakan satuan pendidikannya. Muatan lokal merupakan
kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuikan
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak
terbatas pada mata pelajaran ketrampilan.
Muatan lokal merupakan satu mata pelajaran, sehingga satuan
pendidikan harus mengembangkan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis
muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal atau lebih setiap
semester. Muatan lokal setiap tingkatan kelas bisa berbeda-beda jenisnya.
Misalnya muatan lokal kelas 1 Bahasa daerah dan Tahfidz, kelas 3
Tahfidz, kelas 4 Bahasa Daerah dan Robotik, dan sebagainya.
Diunggah ulang oleh https://ayomadrasah.blogspot.com/
15
Rambu-rambu penyusunan muatan lokal adalah sebagai berikut :
(a) Lingkup muatan lokal dapat berupa : Bahasa Daerah, Tahfidz, Tilawah,
Seni Islam, Riset atau penelitian ilmiah, Bahasa/literasi, Teknologi,
Pendalaman Sains, Kekhasan madrasah, Kekhasan madrasah khusus
dalam naungan pondok pesantren, serta hal-hal yang menjadi ciri khas
madrasah yang bersangkutan
(b) Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan
(c) Mata pelajaran muatan lokal perlu dilengkapi dengan KI dan KD yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan. Alokasi waktu muatan lokal
minimal 2 jam dan maksimal 6 jam
(d) Pembelajaran beberapa muatan lokal setiap semester bisa berbeda-
beda
(e) Madrasah harus menyelenggarakan minimal 1 muatan lokal.
(f) Jika madrasah menawarkan lebih dari satu muatan lokal, setiap
peserta didik tidak harus mengikuti semua muatan lokal yang
ditawarkan, namun demikian, peserta didik wajib mengambil muatan
lokal wajib.
Muatan lokal di Madrasah Ibtidaiyah dapat berupa:
(a) Tahfidz: kegiatan menghafal Alquran;
(b) Tilawah: seni baca Alquran;
(c) Seni Islami: qasidah, hadrah, dsb.;
(d) Riset: penelitian ilmiah sederhana;
(e) Bahasa/literasi: Bahasa Inggris, pengembangan Bahasa Arab, kegiatan
literasi, dsb.;
(f) Teknologi: Robotik, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dsb.;
(g) Pendalaman Sains: pendalaman IPA, pendalaman Matematika, dsb.;
(h) Kekhasan madrasah, seperti: Aswaja, Kemuhammadiyahan,
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), dsb.
(i) Kekhasan madrasah khusus dalam naungan pondok pesantren,
seperti: nahwu, sharaf, baca kitab, dsb.
Muatan lokal di atas dapat diampu oleh guru dengan ketentuan sebagai
berikut:
(a) Tahfidz dan Tilawah dapat diampu oleh Guru PAI (Akidah Akhlak,
Fikih, Alquran Hadis, SKI) dan Bahasa Arab.
(b) Seni Islami dapat diampu oleh Guru Kelas, PAI, Bahasa Arab dan Seni
budaya.
(c) Riset atau penelitian ilmiah dapat diampu oleh Guru Kelas,
Matematika.
(d) Bahasa/literasi dapat diampu oleh Guru Kelas, Bahasa Inggris, dan
Bahasa Arab.
(e) Teknologi dapat diampu oleh guru TIK atau guru yang memperoleh
sertifikat dalam bidang teknologi.
(f) Pendalaman Sains dapat diampu oleh Guru Kelas, IPA, Matematika.
(g) Kekhasan madrasah dapat diampu oleh guru yang sesuai dengan
rumpunnya, misalnya Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dapat
diampu oleh guru IPA, guru kelas.
(h) Kekhasan madrasah khusus dalam naungan pondok pesantren dapat
diampu oleh guru yang sesuai dengan rumpunnya, misalnya nahwu,
shorof, dan baca kitab dapat diampu oleh Guru PAI dan Bahasa Arab.
Diunggah ulang oleh https://ayomadrasah.blogspot.com/
16
Adapun contoh alternatif-alternatif penambahan beban belajar
terkait dengan muatan lokal adalah sebagai berikut:
Mata Pelajaran Beban Belajar Jumlah
Alternatif
Tambahan Tambahan Tambahan
1. 1 2 jp 2 jp
2. 1 3 jp 3 jp
3. 2 3 jp + 3 jp 6 jp
4. 2 4 jp + 2 jp 6 jp
5. 3 2 jp + 2 jp + 2 jp 6 jp
c) Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik
dalam mengembangkan diri dan mengekspresikan diri sesuai bakat
dan minat. Pengembangan ini disesusaikan dengan kebutuhan dan
kondisi madrasah. Kegiatan pengembangan diri ini merupakan
kegiatan di luar pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum
sekolah atau madrasah. Tujuan khususnya adalah mengembangkan
bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam
kehidupan, kemandirian, kemampuan kehidupan keagamaan,
kemampuan sodial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan
karier juga kemampuan pemecahan masalah., seperti: bimbingan dan
konseling, kegiatan ekstrakurikuler, pembiasaan rutin, pembiasaan
terprogram, keteladanan, dan sebagainya.
f) Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar adalah tingkat kecakapan kompetensi setelah
peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran yang diukur dengan
menggunakan kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai siswa pada
setiap mata pelajaran.
Setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi
dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-
masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria
ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan
rata-rata peserta didik, tingkat kompleksitas KD, dan kemampuan sumber
daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan
pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar terus
menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
g) Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran.
kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-masing satuan pendidikan.
Kendati demikian, ada rambu-rambu yang dapat digunakan untuk
merancang penentuan kenaikan kelas, Peserta didik dinyatakan naik
kelas apabila :
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada tahun berjalan;
2) Nilai sikap/perilaku minimal baik;
3) Mata pelajaran yang belum mencapai ketuntasan maksimal 2 mata
pelajaran;
4) Madrasah dapat menetapkan kriteria lain sesuai dengan kebijakan
madrasah.
Penetapan kenaikan kelas dihitung berdasarkan pencapaian hasil
belajar semester ganjil dan genap pada satu tahun ajaran, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Jika capaian belajar pada semester ganjil dan genap nilai suatu
pelajaran tuntas, maka untuk mata pelajaran tersebut dinyatakan
tuntas;
Jika capaian hasil belajar pada semester ganjil dan genap nilai suatu
pelajaran tidak tuntas, maka untuk mata pelajaran tersebut
dinyatakan tidak tuntas;
Jika nilai rata-rata capaian semester ganjil dan genap mata
pelajaran sama atau lebih besar dari rata-rata KKM, maka mata
pelajaran tersebut dinyatakan tuntas dan sebaliknya apabila
dinyatakan tidak tuntas.
Diunggah ulang oleh https://ayomadrasah.blogspot.com/
20
h) Kelulusan peserta didik
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada madrasah
ibtidaiyah setelah:
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
2) Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik;
3) Lulus Ujian Madrasah.
j) Proses pembelajaran
Proses pembelajaran ini memuat ketentuan umum tentang kegiatan
pengembangan pembelajaran yang secara spesifik termuat di dalam
dokumen 2 KTSP.
k) Penilaian
Penilaian pembelajaran memuat ketentuan umum tentang sistem
penilaian sesuai dengan peraturan yang berlaku.
g. Bab VI Penutup
Bagian penutup berisi uraian singkat tentang kesimpulan isi dokumen
KTSP, saran dan harapan madrasah terhadap dokumen yang telah disusun.
DIREKTUR JENDERAL
PENDIDIKAN ISLAM,
TTD
KAMARUDDIN AMIN
DOKUMEN I
TAHUN PELAJARAN …/…
Disusun Oleh :
Tim Pengembang Kurikulum
MI …
1 Diisi dengan keunggulan lokal atau global yang dikembangkan madrasah, seperti: madrasah
tahfidz, madrasah sains, madrasah robotik, madrasah adiwiyata, madrasah literasi, dst.
PENGESAHAN
_______________________ ___________________
Mengetahui
Kepala Kankemenag Kab/Ko …
________________________
LEMBAR VALIDASI
KTSP TAHUN PELAJARAN … /…
Madrasah :…
Alamat :…
Tahun Pelajaran : .../…
_______________
...............20......
Pengawas
____________________
KEPUTUSAN
KEPALA MADRASAH IBTIDAIYAH …
NOMOR: …
TENTANG
PENETAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH
IBTIDAIYAH …
TAHUN PELAJARAN …/…
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di …
pada tanggal ....
KEPALA MADRASAH ...,
......................
Tembusan:
1. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab./Kota
Diunggah ulang oleh https://ayomadrasah.blogspot.com/
29