Anda di halaman 1dari 16

EPIDEOMOLOGI PENYAKIT MENULAR

Disusun oleh :

Ummi failatul khasanah (G2A018027)

Riska ayu kartikasari (G2A018028)

Fini dwi eriyani (G2A018029)

Elvin anggrianti (G2A018030)

Nur alfiah (G2A018031)

Anis kurnia (G2A018032)

Islamiati mulyaningrum (G2A018033)

Mahfudhatul khasanah (G2A018034)

Ana afilya (G2A018035)

Khory angelia restiana (G2A018036)

Annisa wulandari (G2A018037)

Vera astutiningtyas (G2A018038)

Zamzam fahlapi (G2A018039)

S1 ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2020


A. Pengertian

Penyakit menular merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


mikroorganisme, seperti virus, bakteri, parasit, atau jamur, dan dapat berpindah ke orang
lain yang sehat. Beberapa penyakit menular yang umum di Indonesia dapat dicegah
melalui pemberian vaksinasi serta pola hidup bersih dan sehat.
Penyakit menular dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung.
Penularan secara langsung terjadi ketika kuman pada orang yang sakit berpindah melalui
kontak fisik, misalnya lewat sentuhan dan ciuman, melalui udara saat bersin dan batuk,
atau melalui kontak dengan cairan tubuh seperti urine dan darah. Orang yang
menularkannya bisa saja tidak memperlihatkan gejala dan tidak tampak seperti orang
sakit, apabila dia hanya sebagai pembawa (carrier) penyakit. Selain metode penyebaran
di atas, penyakit menular juga dapat menyebar melalui gigitan hewan, atau kontak fisik
dengan cairan tubuh hewan, serta melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
mikroorganisme penyebab penyakit. Penyakit menular juga dapat berpindah secara tidak
langsung. Misalnya saat menyentuh kenop pintu, keran air, atau tiang besi pegangan di
kereta yang terkontaminasi. Kuman dapat menginfeksi jika Anda menyentuh mata,
hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah menyentuh barang-
barang tersebut.
Salah satu penyakit menular yang sedang terjadi di Indonesia bahkan sudah
mendunia adalah virus corona atau COVID-19. Yang dimana penyebarannya mulai
terjadi di Wuhan, TIONGKOK, pada bulan Desember 2019. Virus Corona atau severe
acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang
sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona
bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang
berat, hingga kematian.

Penyakit tidak menular (PTM), dikenal sebagai penyakit dengan kondisi medis
yang kronis, dan tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit-penyakit tersebut
mungkin akibat dari faktor genetik atau gaya hidup.

Khasanah (G2A018034)

B. Triad Epidemiologi
1. Agent

TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, bakteri gram positif, berbentuk


batang halus, mempunyai sifat tahan asam dan aerobic. Karakteristik alami dari agen
TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu
bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama . Pada Host, daya
infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi.
Pathogenesis hamper rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi
Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah
penggunaan kemoterapi modern, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan
obat baru. Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang
terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta
transmisi congenital yang jarang terjadi .

2. Host
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak
kejadian dan kematian ;
a. Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita
b. Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan,
perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita
c. Puncak sedang pada usia lanjut
Dalam prkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak
berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel
usia ini atau tidak terlindung dari risiko infeksi .
Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan
tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi
memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang
disebabkan rendahnya kondisi sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara
familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi
keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga.
Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak
timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian Status gizi, kondisi kesehatan secara umum,
tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga
berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer
memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi .
3. Environment
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang
besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola
sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis .
keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran
sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial
yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan
dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi
dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik,
pengangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga
menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini .
Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang
dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya .
Nure alfiah (G2A018031) dan Riska (G2A018028)
C. Jenis dari penyakit menular
1. HIV / AIDS
Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu
syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang
menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem
kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS
pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1981 dan
virusnya ditemukan oleh Luc Montagnier pada tahun 1983. Penyakit AIDS
dewasa ini telah terjangkit dihampir setiap negara didunia (pandemi), termasuk
diantaranya Indonesia.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah Syndrome akibat
defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai
dengan infeksi oportunistik keganasan berakibat fatal. Munculnya Syndrome ini
erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya
tidaklah terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang
terinfeksi HIV.

2. Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) masih menjadi pembunuh terbanyak di antara penyakit

menular. Berdasarkan data WHO tahun 2017, diperkirakan ada 1 juta kasus TB
di Indonesia. TB disebabkan oleh bakteri yang menyerang paru-paru, namun
bakteri tersebut bisa juga menyerang bagian tubuh lain seperti tulang dan sendi,
selaput otak (meningitis TB), kelenjar getah bening (TB kelenjar), dan selaput
jantung. Bakteri ini ditularkan melalui udara saat penderita batuk atau bersin.
TB dapat dicegah melalui pemberian vaksin BCG.
3. Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit berat yang mempengaruhi hati. Hepatitis B
disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B dapat menyebabkan penyakit
ringan yang berlangsung selama beberapa minggu, atau bisa juga
mengakibatkan penyakit yang berat yang berlangsung seumur hidup. Infeksi
virus hepatitis B bisa hadir dalam tingkat yang akut atau berlangsung menahun.
Infeksi akut virus hepatitis B merupakan penyakit jangka pendek yang terjadi
dalam 6 bulan pertama setelah seseorang terkena virus hepatitis B. Infeksi akut
virus hepatitis B dapat mengakibatkan:
a. Demam, kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, dan/atau muntah-
muntah
b. Penyakit kuning (kulit atau mata yang menguning, urin yang gelap, buang
air besar dengan kotoran berwarna seperti tanah liat)
b. Nyeri otot, nyeri sendi dan nyeri pada perut
4. Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari
genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area
(udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa
yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti
demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges,
demam kura dan paludisme. Malaria didefinisikan suatu penyakit infeksi
dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit plasmodium (termasuk
protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk anoheles betina. Malaria yang
disebabkan oleh protozoa terdiri dari empat jenis species yaitu plasmodium
vivax menyebabkan malaria tertiana, plasmodium malariae menyebabkan malaria
quartana, plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika dan
plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale. Penderita malaria umumnya
menunjukkan gejala demam, menggigil, sakit kepala, berkeringat, nyeri otot, disertai
mual dan muntah. Malaria termasuk penyakit endemik dengan daerah yang masih
memiliki kasus yang tinggi berada di wilayah Indonesia timur. Penduduk yang tinggal di
wilayah endemik malaria memiliki risiko tertinggi tertular penyakit ini.
5. Difteri
Difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri. Gejalanya berupa
demam dan peradangan pada selaput saluran pernapasan bagian atas, hidung, serta kulit.
Pada tahun 2017, difteri pernah menjadi kasus luar biasa di Indonesia. Kondisi ini terjadi
karena diduga terdapat kelompok yang mudah tertular difteri akibat tidak mendapatkan
vaksinasi atau status vaksinasinya tidak lengkap.
6. Cacingan
Cacingan disebabkan oleh cacing tambang, cacing pita, dan cacing kremi yang
menginfeksi usus. Cacingan dapat mengakibatkan anemia (kurang darah),lemas, dan
mengantuk, sehingga produktivitas menurun. Hal ini karena cacing menyerap nutrisi
yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat dan protein. Pada wanita hamil, cacingan
dapat mengakibatkan berat bayi lahir rendah dan masalah pada persalinan. Cacingan
menular melalui kontak langsung, misalnya saat tangan yang kotor dimasukkan ke dalam
mulut, atau secara tidak langsung saat Anda menyentuh makanan atau benda yang
mengandung telur cacing.
7. COVID-19
Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit baru yang dapat
menyebabkan gangguan pernapasan dan radang paru. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Gejala klinis
yang muncul beragam, mulai dari seperti gejala flu biasa (batuk, pilek, nyeri tenggorok,
nyeri otot, nyeri kepala) sampai yang berkomplikasi berat (pneumonia atau sepsis).
COVID-19 adalah penyakit baru dan para peneliti masih mempelajari bagaimana cara
penularannya. Dari berbagai penelitian, metode penyebaran utama penyakit ini diduga
adalah melalui droplet saluran pernapasan dan kontak dekat dengan penderita. Droplet
merupakan partikel kecil dari mulut penderita yang dapat mengandung virus penyakit,
yang dihasilkan pada saat batuk, bersin, atau berbicara. Droplet dapat melewati sampai
jarak tertentu (biasanya 1 meter). Droplet bisa menempel di pakaian atau benda di sekitar
penderita pada saat batuk atau bersin. Namun, partikel droplet cukup besar sehingga tidak
akan bertahan atau mengendap di udara dalam waktu yang lama. Namun, masyarakat
diwajibkan untuk menggunakan masker kain yang menutupi hidung dan mulut untuk
mencegah penyebaran droplet.
Vera astutingtyas (G2A018038)

D. Berdasarkan cara penularannya, Penyakit Menular dikelompokkan menjadi:


a.penyakit menular langsung; dan
b. penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit.

(2) Penyakit menular langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a terdiri atas:

a. Difterif, pertussis, tetanus, polio, campak, typhoid,kolera, rubella, yellow fever,


Influensa, meningitis, tuberculosis, hepatitis, penyakit akibat pneumokokus, penyakit
akibat rotavirus, penyakit akibat human papilloma virus(HPV), penyakit virus ebola.

b. MERS-Cov, infeksi saluran pencernaan, infeksi menular seksual, infeksi human


immunodeficiency(HIV), infeksi saluran pernafasan, kusta dan frambusia.

(3) Jenis penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai
dengan huruf p merupakan penyakit menular langsung yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I).
(4) Jenis penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. Malaria;
b. Demam Berdarah;
c. Chikungunya;
d. Filariasis dan Kecacingan;
e. Schistosomiasis;
f. Japanese Enchepalitis;
g. Rabies;
h. Antraks
i. Pes;
j. Toxoplasma
k. Leptospirosis;
l. Flu Burung (Avian Influenza); dan
m. West Nile
Zamzam fahlapi (G2A018039)

E. Pencegahan menular, primer, tersier, sekunder


1. Pencegahan Primer
a. Promosi kesehatan penyuluhan dengan melibatkan pasien & masyarakat dalam
kampanye advokasi, penyuluhan rencana pengendalian infeksi, Koleksi dahak Aman,
penyuluhan Etika batuk dan batuk yang higienis, penyuluhan pasien TB triase dilakukan
untuk saluran cepat atau pemisahan, penyuluhan mendiagnosis TB yang cepat dan
pengobatan, Meningkatkan ventilasi udara kamar, Melindungi pekerja perawat kesehatan,
Pengembangan kapasitas dan Memonitor praktek pengendalian infeksi (WHO).
b. Proteksi spesifik Vaksinasi BCG secara signifikan yang bisa mengurangi risiko TB
dan penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja yang berisiko terkena TB, Terapi
pencegahan isoniazid (IPT) dan Terapi antiretroviral (ART) untuk orang-orang dengan
HIV (WHO).
2. Pencegahan Sekunder
a. Deteksi dini
Skrining atau penemuan kasus baru yang benar-benar positif TB dengan
melakukan pemerikasaan dahak. melakukan diagnosis TB paru dengan memeriksa semua
suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam 2 hari, diagnosis TB ekstra paru dengan
gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis
TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada
limfadenitis TB. Diagnosis TB pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) 1.TB Paru BTA
Positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan dahak positif. 2.TB Paru BTA negatif, yaitu
hasil pemeriksaan dahak negatif dan gambaran klinis & radiologis mendukung Tb atau
BTA negatif dengan hasil kultur TB positif. 3.TB Ekstra Paru pada ODHA ditegakkan
dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari
jaringan tubuh yang terkena (KEMENKES RI,2011)
b. Pengobatan tepat
Pada tahap ini, pencegahan sekunder dilakukan dengan pengobatan tepat.
Pengobatan untuk penyakit TB yaitu mengonsumsi obat kombinasi pada orang dengan
TB aktif, dengan jadwal dosis pada anak-anak dan remaja dengan TB aktif yang tepat,
jadwal dosis pada orang dewasa dengan TB aktif yang tepat, Lama pengobatan pada
orang dewasa dengan TB paru aktif yang benar, Lama pengobatan pada anak-anak dan
remaja dengan TB paru aktif dengan benar, Lama pengobatan pada penderita TB paru
aktif dengan benar.
3. Pencegahan Tersier
a. Pencegahan ketidakmampuan Penggunaan kortikosteroid tambahan pada pengobatan
TB aktif, Penggunaan operasi tambahan pada orang dengan TB aktif serta Pengobatan
TB aktif pada orang dengan penyakit penyerta atau kondisi co-ada.
b. Rehabilitasi Pasien paru BTA positif dengan pengobatan ulang kategori 2, bila masih
positif TB maka hentikan pengobatan dan rujuk ke layanan TB-MDR.
Ana afilya (G2A018035) dan islamiati mulyaningrum (G2A018033)

F. Pengkajian TBC
1. Identitas Klien
Meliputi : Nama, Jenis kelamin, umur, alamat, agama suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal, mrs, diagnose medis, registrasi.
2. Keluhan utama.
Tuberkulosis yaitu suatu penyakit mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit
lain sehingga sering dijuluki the great imitator, yang juga memberikan gejala umum
seperti lemah dan demam. Pada sejumlah klien terjadi ketidakjelasan gejala yang
timbul sehingga sering diabaikan bahkan kadang-kadang asimptomatik. Golongan
dari keluhan yang menyebabkan klien dengan Tuberkulosis paru meminta
pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
3. Keluhan respiratoris, antara lain:
Batuk. timbul paling awal yaitu keluhan batuk yang merupakan gangguan yang sering
dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah bersifat non-produktif/produktif atau
sputum bercampur darah keluhan batuk tersebut.
Batuk darah. Alasan utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan ialah keluhan
batuk darah. Ini disebabkan oleh rasa takut klien pada darah yang keluar dari jalan
napas. Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah yang keluar atau hanya
berupa blood streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah.
Sesak napas. Terjadi ketika ada kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti pneumothoraks, anemia, efusi pleura, dan lain-lain.
Nyeri dada. Nyeri dada yang terjadi pada TB paru tergolong nyeri pleuritik ringan.
Gejala ini timbul jika sistem persarafan di pleura terkena Tuberkulosis.
4. Keluhan sistemis, antara lain:
Demam. Keluhan yang sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore atau malam
hari mirip demam hilang timbul, influenza, dan semakin lama semakin panjang
serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
5. Keluhan sistemis lain. Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,
malaise, dan penurunan berat badan. Timbulnya keluhan biasanya berkala muncul
dalam beberapa minggu/bulan. Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan
sesak napas (walaupun jarang) dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
6. Riwayat Penyakit Saat ini
Pengkajian ini dilakukan guna mendukung keluhan utama. Apabila keluhan utama
ialah batuk, maka perawat harus menanyakan lamanya keluhan batuk tersebut. Pada
klien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak
berkurang meskipun telah meminum obat batuk pasaran.
Tanyakan selama keluhan batuk muncul adakah keluhan lain seperti keringat malam,
demam, atau menggigil yang menyerupai demam influenza karena keluhan demam
dan batuk adalah gejala awal Tuberkulosis paru. Tanyakan apakah batuk disertai
dengan sputum yang kental atau tidak, serta apakah klien bisa melakukan batuk
efektif guna mengeluarkan sekret yang menempel pada jalan napas.
Apabila keluhan utama adalah batuk darah, maka perlu ditanyakan lagi jumlah darah
yang keluar. Ketika melakukan anamnesis, perawat juga perlu meyakinkan klien
tentang perbedaan batuk darah dengan muntah darah, karena pada keadaan klinis hal
ini sering menjadi tidak jelas. Maka dari itu, peran perawat di dalam mengkaji
keluhan batuk darah yang komprehensif sangat mendukung tindakan perawatan
selanjutnya.
Hal ini bertujuan untuk menurunkan kecemasan dan mengadaptasikan klien dengan
kondisi yang dialaminya. Apabila keluhan utama atau alasan klien meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak napas, maka perawat juga perlu mengarahkan
atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan antara sesak napas yang disebabkan
oleh gangguan pada sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.
7. Riwayat Penyakit Dahulu.
Pengkajian yang mendukung ialah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita Tuberkulosis paru dengan keluhan batuk lama pada masa kecil,
tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang
memperberat Tuberkulosis paru seperti diabetes melitus.

Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa dikonsumsi oleh klien pada masa

yang lalu yang masih relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Dalam

enam bulan terakhir, kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan BB (berat

badan). Penurunan BB pada klien dengan Tuberkulosis paru berhubungan erat dengan

proses penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering

dikarenakan meminum OAT.

8. Riwayat Penyakit Keluarga

Secara patologi Tuberkulosis paru tidak diturunkan, akan tetapi perawat perlu

menanyakan apakah penyakit ini juga pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya

sebagai faktor predisposisi penularan di lingkungan rumah.


9. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada klien dengan Tuberkulosis paru meliputi pemeriksaan

fisik umum per-sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital,

dan pemeriksaan head to toe. Keadaan umum dan tanda-tanda vital hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan Tuberkulosis paru biasanya

teridentifikasi dari peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas

meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seiring

dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan juga tekanan darah

biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.

Pemeriksaan head to toe.

Kepala/Kulit kepala

Tujuan : Untuk mengetahui tekstur kulit dan turgor kulit dan

mengetahui adanya lesi atau bekas luka.

Inspeksi : Lihat adakah lesi, warna kehitaman/ kecoklatan, edema,

dan distribusi rambut kulit.

Palpasi : Diraba dan tentukan turgor kulit elastis atau tidak, tekstur

kasar atau halus, akral dingin/hangat.

Rambut

Tujuan : mengetahui warna, percabangan pada rambut dan tekstur

dan untuk mengetahui mudah rontok dan kotor.

Inspeksi : Distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak,

bercabang.

Palpasi : Mudah rontok atau tidak, tektur kasar atau halus.


Kuku

Tujuan : Untuk mengetahui keadaan kuku, panjang dan warna, dan

untuk mengetahui kapiler refill.

Inspeksi : Catat mengenai warna biru: sianosis, merah peningkatan

visibilitas Hb, bentuk: clubbing karena hypoxia pada kanker

paru.

Palpasi : Catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler

refill (pada pasien hypoxia lambat 5-15 detik)

Kepala/wajah

Tujuan : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk

mengetahui luka dan kelainan pada kepala.

Inspeksi : Lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan kiri berbeda

atau missal lebih condong ke kanan atau ke kiri, itu

menunjukkan ada parase/kelumpusan.

Palpasi : Cari adanya luka, tonjolan patologik dan respon nyeri

dengan menekan kepala sesuai kebutuhan.

Mata

Tujuan : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan

penglihatan visus dan otot-otot mata), dan juga untuk

mengetahui adanya kelainan atau pandagan pada mata.

Inspeksi : Kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip

baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah atau konjungtivitis,


ikterik/ indikasi hiperbilirubin atau gangguan pada hepar,

pupil: isokor, miosis atau medriasis.

Palpasi : Tekan secara rinagn untuk mengetahui adanya TIO

(Tekanan Intra Okuler) jika ada peningkatan akan teraba

keras (pasien glaucoma/ kerusakan dikus optikus) kaji adanya

nyeri tekan.

Hidung

Tujuan : Untuk megetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui

adanya inflamasi atau sinusitis.

Inspeksi : Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada

secret.

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan massa.

Telinga

Tujuan : Untuk mengetahui kedalaman telinga luar, salura telinga,

gendang telinga.

Inspeksi : Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran bentuk,

kebersihan, lesi.

Palpasi : Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan

kelenturan kartilago

Mulut dan faring

Tujuan : Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan

untuk mengetahui kebersihan mulut.


Inspeksi : Amati bibir apa ada kelainan congenital (bibir sumbing)

warna, kesimetrisan, kelembaban pembengkakan, lesi, amati

jumlah dan bentuk gigi, berlubang, warna plak dan

kebersihan gigi.

Palpasi : Pegang dan tekan darah pipi kemudian rasakan ada massa

atau tumor, pembengkakan dan nyeri.

Leher

Tujuan : Untuk menentukan struktur integritas leher, untuk

mengetahui bentuk dan organ yang berkaitan dan untuk

memeriksa system limfatik.

Inspeksi : Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, amati

adanya pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan

leher dari depan belakan dan samping.

Palpasi : Letakkan telapak tangan pada leher klien, suruh pasien

menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid.

Dada

Tujuan : Untuk mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama

pernapasan, adanya nyeri tekan, dan untuk mendengarkan

bunyi paru.

Inspeksi : Amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati adanya retraksi

interkosta, amati pergerakan paru.

Palpasi : Adakah nyeri tekan

Perkusi : Untuk menentukan batas normal paru.


Auskultasi : Untuk mengetahui bunyi napas, vesikuler, wheezing/

crecles.

Abdomen

Tujuan : Untuk mengetahui bentuk dan gerakan perut, mendengarkan

bunyi peristaltic usus, dan mengetahui respon nyeri tekan

pada organ dalam abdomen.

Inspeksi : Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya

retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya

asites.

Palpasi : Adanya massa dan respon nyeri tekan.

Auskultasi : Bising usus normal 10-12x/menit.

Muskuloskeletal

Tujuan : Untuk mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-

gangguan pada daerah tertentu.

Inspeksi : Mengenai ukuran dan adanya atrofil dan hipertrofil, amati

kekuatan otot dengan memberi penahanan pada anggota

gerak atas dan bawah

Anis kurnia (G2A018032)

G. Diagnosa
1. Defisit kesehatan komunitas
2. Kesiapak peningkatan menejemen kesehatan komunitas
3. Menejemen kesehatan keluarga tidak efektif
Anisa wulandari (G2A018037)

H. intervensi

1. devisit kesehatan komunitas


- identifikasi masalah atau isu kesehatan dan prioritasnya

- identifikasi potensi atau aset dalam masyarakat terkait isu yg dihadapi

- identifikasi kekuatan dan partner dalam pengembangan kesehatan

2. Kesiapak peningkatan menejemen kesehatan komunitas

-bimbing sistem kesehatan

-edukasi pengurangan resiko

-menejemen nutrisi

-promosi kepatuhan pengobatan

3. Menejemen kesehatan keluarga tidak efektif

-dukung koping keluarga

-Dukung keluarga merencanakan perawatan

-Bimbingan sistem kesehatan

-Identifikasi penyakit

-Edukasi program pengobatan

Khori angeliya(G2A018036)

Editor : ummi failarul khasanah (G2A018027) dan elvin anggrianti (G2A018030)


DAFTAR PUSTAKA

Septyarini, putri. 2015 faktor penyakit tidak menular. FKM Undip

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI)

Sartika siska. 2011 . Epidemologi penyakit menular. Unversitas sriwijaya

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI)

repo.stikesicme-jbg.ac.id/2802/

No.1755, 2014 KEMENKES. Penyakit Menular. Penanggulangan

Anda mungkin juga menyukai