RESTORASI ESTETIK
BAHAN R.ESTETIK
1. MONOMER UTAMA
Merupakan bahan matriks dengan berat molekul
yang tinggi. Monomer ini merupakan hasil reaksi
dari bisphenol –A dan glisidil metakrilat ( BIS-GMA
atau BOWEN RESIN).
Monomer lain yang sering digunakan adalah
urethane- dimetacrylate(UEDMA) yang mempunyai
sifat mirip BIS-GMA
2. MONOMER PENGENCER
• Mempunyai berat molekul yang lebih rendah
• Bahan ini ditambahkan dengan tujuan untuk
mengurangi kekentalan monomer utama
agar mampu bercampur dengan komponen
anorganik dam memudahkan manipulasi
klinis
• Monomer ini adalah :
– Monofungsi yakni Methyl Metacrylate
– Bifungsi yakni Etilen Glikol Dimetacrylate
atau Trietilen Glikol Dimetakrilat
Monomer bifungsi lebih disukai karena :
• Mempunyai kontraksi yang lebih kecil selama
polimerisasi
• Menghasilkan stuktur cross – link lebih
banyak sehingga lebih keras dan kuat
• Mempunyai koefisien expansi termis lebih
rendah
• Lebih stabil, tidak mudah menguap
• Menghasilkan polimer yang lebih sedikit
mengabsorpsi air
3. BAHAN PENGISI ANORGANIK (FILLER)
• Memperbaiki sifat mekanis
• Menurunkan koefisien expansi panas
• Memperbaiki estetik
• Mengurangi kontraksi pada saat mengeras
• Mengurangi panas pada waktu polimerisasi
• Menjadikan radiopak bila ditambah Barium Glass
• Menurunkan penyerapan air
Syarat Bahan Pengisi :
• Nilai kekerasan tinggi
• Inert
• Keburaman dan koefisiensi expansi mendekati seperti
gigi
– Aktivasi kimia
– Energi dari luar ( panas / penyinaran )
Mc. CABE (1990) mengatakan bahwa
Polimerisasi secara adisi tdd 4 tahap yakni :
1. AKTIVASI
Yakni terjadinya dekomposisi dari inisiator (Ketone dan
Amine)
2. INISIASI
Yakni tahap pembentukan radikal bebas hasil reaksi diketon
yang sensitive terhadap sinar tampak
3. PROPAGASI
Yakni monomer yang diaktifkan ditambah monomer
pengganti demikian seterusnya sehinga terjadi Tk.
Terminasi
4. TERMINASI
Yakni adanya reaksi antara dua radikal bebas sehingga
terbentuk molekul yang stabil
POLIMERISASI TERJADI DALAM
BEBERAPA MACAM :
a. Aktivasi Kimia
Benzoil peroksida sebagai inisiator dan
Amina Tertier sebagai activator atau asam
Sulpinat sebagai Initiator dan NN Dimetil- p-
Toluidin sebagai activator.
b. Aktivasi Sinar
Aktivasi UV : sistem Ativasi Sinar yang I digunakan
yakni UV (ultraviolet) membentuk radikal bebas
• Sistem UV mempunyai daya penetrasi yang
terbatas sehingga menyebabkan resin tidak dapat
dipolimerisasi dengan sempurna kecuali pada
bagian yang sangat tipis
• Tidak dipakai karena dapat terjadi kerusakan yang
potensial seperti kanker kulit dan kerusakan mata
c. Aktivasi Sinar Tampak (Visible Light Cure)
Komposit yang mengandung alpha diketone
dan amine sekarang banyak dikembangkan.
Komposit jenis ini menggunakan sinar tampak
dengan panjang gelombang 460-485 nm
untuk pembentukan radikal bebas yang
mengawali proses polimerisasi
Keutungan polimerisasi sinar tampak :
2. Waktu penyinaran
Atmaja (1988) menyatakan bahwa nilai kekerasan
dengan lama penyinaran 40 detik lebih baik
daripada dengan penyinaran 20 detik
Mc. CABE menyatakan bahwa menduakalikan waktu
penyinaran tidak menyebabkan derajat polimerisasi
menjadi dua kali lipat
3. Intensitas Sinar
Killian menyatakan bahwa besarnya
intensitas sinar akan mempengaruhi derajat
polierisasi resin komposit sinar tampak.
Intensitas sinar adalah energi yang tiba per
satuan waktu per satuan luas. Makin besar
intensitas sinar maka makin luas daerah
yang terkena sinar
4. Ketebalan
• Ketebalan resin komposit sinar tampak tidak boleh
lebih dari 2,5 mm.
• Atmaja dan Bryan (1990) mengatakan bahwa
bertambahnya ketebalan mengakibatkan
penurunan nilai kekerasan permukaan bawah
masa resin komposit sinar tampak
5. Warna
• Warna komposit mempengaruhi kuringnya, makin
gelap warna maka kedalaman kuring yang didapat
makin kecil
Light Curing Unit
• Panjang gelombang 460-470 nm
• Pada ketebalan komposit 1,5-2 mm
Macam:
• Tungsten-quartz halogen curing unit
• Plasma arc curing unit
• Light Emitting Diode unit
• Argon laser curing unit
Tungsten-quartz Halogen Curing Unit
• Panjang gelombang 410-500 nm
• Umur 100 jam penyinaran
• Intensitas 400-900mW/cm2
Kekurangan
Permukaan kasar setelah diproses
Tidak dapat mengkilat
Mudah terjadi staining
KOMPOSIT PARTIKEL KECIL
• Pemolesan dan finishing lebih baik dari konvensional
• Sifat sifat mekanik dan fisik yang paling baik
ditemukan pada komposit ini
• Pengerutan pada saat polimerisasi sama atau
bahkan lebih kecil dibanding konvensional
• Kandungan bahan pengisinya : kaca yang
mengandung logam berat – bersifat radiopak
• Permukaan resin menjadi lebih halus karena
partikelnya kecil dan termampatkan dan
resistensinya terhadap pngunyahan baik
• Indikasi : Tumpatan pada daerah yang terkena
tekanan besar dan abrasi (klas IV,II)
KOMPOSIT MICROFINE
Keuntungan :
• Hasil poles yg baik
• Estetik baik
• Handling mudah
Kekurangan :
• Sifat mekanis yg buruk
• Stabilitas warna kurang baik
• Wear resistance rendah
• Penyerapan air tinggi
• Koefisien muai panas tinggi
KOMPOSIT HIBRID
• Lithium Aluminosilikat
• Crystalline Quartz atau
• Gelas Silika Barium Aluminoborate
Berdasarkan perbandingan berat bahan pengisi
• R.Komposit dengan perbandingan
bahan pengisi berat (heavy filled)
• R.Komposit dengan perbandingan
bahan pengisi ringan (lightly filled)
Berdasarkan dinding tempat perlekatan
• R.Komposit yang dapat mengikat resin email
• R.Komposit yang dapat mengikat resin dentin
• R.Komposit yang dapat mengikat resin
porselen
• R.Komposit yang dapat mengikat resin
• R.Komposit yang dapat mengikat resin logam
Berdasarkan f/dan kerja kondisoner (perlakuan
smear-layer)
• Kondisioner yang membersihkan total sm.ly.
• Kondisioner yang memodifikasi sm.ly.