Anda di halaman 1dari 40

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau kelayakan tujuan suatu

subjek oleh perencana dengan membandingkannya terhadap target dan tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya (McKenzie, Pinger dan Kotecki, 2007).

Menurut Azwar yang dikutip oleh Sulaeman (2011) evaluasi suatu proses untuk

menentukan nilai atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau suatu program dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam

membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah

ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan saran-

saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program.

Berdasarkan pengertian diatas, evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan

seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan

program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program

tersebut.

2.1.1. Prosedur Evaluasi

Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri.

Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya

sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini paparan tahapan evaluasi:

Universitas Sumatera Utara


1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. yaitu apa saja yang dapat dievaluasi,

dapat mengacu pada program. Banyak terdapat aspek aspek yang kiranya dapat

dan perlu dievaluasi. Tetapi, biasanya yang diprioritaskan untuk dievaluasi

adalah hal-hal yang menjadi faktor berhasil tidaknya suatu program.

2. Merancang (desain) kegiatan evaluasi. Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan

terlebih dahulu desain evaluasinya agar data apa saja yang dibutuhkan, tahapan-

tahapan kerja apa saja yang dilalui, siapa saja yang akan dilibatkan, sarta apa

saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.

3. Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data

dapat dilakukan secara efektif dan efesian, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah

ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

4. Pengolahan dan analisis data. Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk

dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis

yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya.

Selanjutnya, dibandingkan antara fakta dan harapan/rencana untuk

menghasilkan gap. Besar gap akan disesuaikan dengan tolok ukur tertentu

sebagai hasil evaluasinya.

5. Pelaporan hasil evaluasi. Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-

pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara

tertulis dan diinformasikan baik secara lisan maupun tulisan.

6. Tindak lanjut hasil evaluasi. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi

manajemen, oleh karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh

Universitas Sumatera Utara


manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi masalah

manajemen, baik ditingkat strategi maupun di tingkat implementasi strategi

(Husein, 2003).

Meskipun kelima fungsi manajemen terpisah satu sama lain, tetapi sebagai

suatu kesatuan kegiatan, dimana kelimanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

berhubungan satu sama lain. Kelima fungsi ini bersifat sekuensial artinya fungsi yang

satu mendahului fungsi yang lainnya, di mana aktivitas manajerial dimulai dengan

planning (perencanaan) yang telah disusun, kemudian struktur organisasi

(organizing).

Jika struktur organisasi telah dirancang, maka pimpinan memilih dan

menetapkan personalia dengan kualifikasi yang tepat. Kemudian individu atau tim

yang bekerja dalam organisasi digerakkan dan diarahkan agar mereka bertindak atau

bekerja efektif untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan (actuating).

Akhirnya semua aktivitas dikontrol untuk mengetahui sejauh mana hasil yang

dicapai sesuai dengan standar kinerja yang telah ditentukan (controling), kemudian

hasil yang dicapai dibandingkan dengan tolok ukur atau kinerja yang telah ditetapkan,

dilanjutkan dengan kesimpulan dan saran-saran yang dapat dilakukan pada setiap

tahap pelaksanaan program (evaluating) (Sulaeman, 2011).

2.1.2. Ruang Lingkup Evaluasi

Menurut Reinke, dalam program pelayanan kesehatan evaluasi bukan hanya

sebagai suatu alat pembanding sebelum dan sesudah dampak program, tetapi evaluasi

harus dipandang sebagai suatu cara untuk perbaikan pembuatan kebijakan atau

Universitas Sumatera Utara


keputusan untuk tindakan dimasa mendatang, juga keberhasilan program tersebut

dapat dicontoh/ditiru ditempat lain atau pengalaman kegagalan agar jangan terulang

ditempat lain.

Untuk kepentingan praktis, Azrul Azwar, ruang lingkup evaluasi atau

penilaian secara sederhana dapat dibedakan atas empat kelompok yaitu :

1. Penilaian terhadap masukan

Termasuk kedalam penilaian terhadap masukan (input) ialah yang menyangkut

pemanfaatan berbagai sumber daya, baik dana, tenaga, metode maupun saran-

prasarana.

2. Penilaian terhadap proses

Penilaian ini lebih dititik beratkan pada pelaksanaan program, apakah sudah

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. Proses yang dimaksud

disini mencakup semua tahap administrasi, mulai dari tahap perencanaan,

pengorganisasian, dan pelaksanaan program.

3. Penilaian terhadap keluaran

Yang dimaksud penilaian terhadap keluaran (output) ialah penilaian terhadap

hasil yang dicapai dari pelaksanaan suatu program.

4. Penilaian terhadap dampak

Penilaian terhadap dampak (impact) suatu program mencakup pengaruh yang

ditimbulkan dari pelaksanaan suatu.

Universitas Sumatera Utara


2.1.3. Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah menentukan apa tingkat, apa sasaran dan tujuan yang

telah dicapai sehingga program yang telah diimplementasikan diketahui sudah sejauh

mana dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat dan bagaimana dampaknya terhadap

peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Pada dasarnya tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan bahan-

bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali

dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis (Rowitz, 2011). Fungsi

evaluasi berbeda dengan fungsi monitoring (pengawasan). Perbedaan ini terletak pada

sasarannya, sumber data dan siapa yang akan melaksanakannya. Perbedaan ini dapat

dilihat pada tabel berikut: Pada dasarnya tujuan evaluasi adalah:

1. Sebagai alat untuk memperbaiki pelaksanaan kebijakan dan perencanaan

program yang akan datang. Hasil evaluasi akan memberikan pengalaman

mengenai hambatan atau pelaksanaan program yang lalu selanjutnya dapat

dipergunakan untuk memperbaiki kebijakan dan pelaksanaan program yang

akan datang.

2. Sebagai alat memperbaiki alokasi sumber dana, daya dan manajemen

(resources) saat ini serta dimasa datang, karena tanpa adanya evaluasi akan

terjadi pemborosan sumber dana dan daya yang sebenarnya dapat diadakan

penghematan serta penggunaannya.

3. Memperbaiki pelaksanaan perencanaan kembali suatu program, dengan

kegiatan ini antara lain mengecek relevansi program, mengukur kemajuan

Universitas Sumatera Utara


terhadap target yang direncanakan secara terus menerus serta menentukan

sebab dan faktor didalam maupun diluar yang mempengaruhi pelaksanaan

program (Supriyanto, 2003)

2.1.4. Pendekatan Evaluasi

1. Model Linier

Model linier merupakan salah satu pendekatan dalam evaluasi yang

dilakukan dengan melihat urutan peristiwa yang terjadi dimana perencanaan yang

telah dipersiapkan dilakukan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan pelaksanaan

dan akhirnya program di evaluasi. Ini merupakan urutan yang biasa dilakukan karena

anggapan bahwa evaluasi biasa dilakukan setelah program dilaksanakan dan ini

merupakan kelemahan dari model ini (Veney dan Kaluzny, 1984).

Planning Implementation Evaluation

Gambar 2.1. Pendekatan Evaluasi dengan Model Linier

2. Model Non Linier

Model lain dari model linier adalah model non liner. Pendekatan ini

menempatkan evaluasi sebagai bagian integral dari siklus manajemen. Dimana

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian sebagai tiga kegiatan yang saling

berhubungan menempatkan evaluasi terjadi disemua fase dalam siklus manajemen.

Evaluasi pada model ini menggiringi perencanaan dan pengimplementasian program

untuk bias terus melihat apakah program berjalan dengan baik atau tidak serta melihat

Universitas Sumatera Utara


apakah program memiliki dampak ditengah-tengah masyarakat (Veney dan Kaluzny,

1984)

2.1.5. Tahapan Evaluasi Program

Dimensi utama evaluasi diarahkan kepada hasil, manfaat, dan dampak dari

program. Pada prinsipnya yang perlu dibuat perangkat evaluasi yang dapat diukur

melalui empat dimensi yaitu (Muninjaya A. , 2004)

1. Indikator Masukan (Input)

Masukan (input) adalah sumber-sumber daya manajemen yang dapat

dikelompokkan atas sumber daya manusia (human resource) dan sumber daya non

manusia (non human resource) yang meliputi sumber daya finansial (financial),

sumber daya fisik (physical resource), serta sumber daya sistem dan teknologi

(system and technological resource) (Sulaeman, 2011). Semua masukan ini

dievaluasi sebelum kegiatan program dilaksanakan, bertujuan untuk mengetahui

apakah sumber daya yang dimanfaatkan sudah sesuai dengan standard dan kebutuhan.

Kegiatan evaluasi ini juga bersifat pencegahan (Muninjaya A. , 2004).

2. Proses (Process)

Dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung, untuk mengetahui

apakah metode yang dipilih sudah efektif, bagaimana dengan motivasi staf dan

komunikasi diantara staf dan sebagainya. Proses ini dapat dikaitkan dengan fungsi

manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controling (POAC).

Universitas Sumatera Utara


1) Perencanaan

Perencanaan merupakan fungsi yang terpenting karena merupakan awal dan

arah dari proses manajemen di organisasi secara keseluruhan. Perencanaan dimulai

dengan sebuah idea atau perhatian yang khusus ditujukan untuk situasi tertentu.

Perencanaan adalah usaha untuk menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan itu benar-

benar timbul, mengantisipasi sebanyak mungkin keputusan pelaksanaan dengan

meramalkan masalah-masalah yang mungkin timbul, dan menerapkan prinsip-prinsip

serta menerapkan aturan-aturan untuk memecahkannya (McMahon & Kumala, 1999).

Perencanaan adalah suatu fase dimana secara rinci direncanakan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang muncul (Notoatmodjo, 2005).

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan

dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan

wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka

mencapai tujuan organisasi. Melalui pengorganisasian, seluruh sumber daya yang

dimiliki oleh organisasi (manusia dan bukan manusia) akan diatur penggunaannya

secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi (Muninjaya, 2004).

Keefektifan organisasi terlihat dari struktur organisasi yang dibentuk. Dengan

menempatkan orang-orang sesuai dengan keahliaan dan pengalamanya akan mampu

membuat organisasi mencapai tujuannya (Robbins & Udaya, 1994). Tugas-tugas staf

dan mekanisme pelimpahan wewenang dapat diketahui melalui struktur organisasi

yang dianut.

Universitas Sumatera Utara


3) Pelaksanaan (Aktuasi)

Pelaksanaan adalah usaha untuk menciptakan iklim kerja sama diantara staf

pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan

efisien (Muninjaya, 2004). Prinsip pembagian kerja dan pelimpahan wewenang

sangat berkaitan dengan hubungan pribadi. Mekanisme komunikasi antara pimpinan

dengan staf ataupun dengan pihak luar yang mempunyai kaitan dengan Puskesmas

(lintas sektor) akan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan program

yang sudah disusun sebelumnya. Keterampilan untuk menggembangkan hubungan ini

sangat diperlukan dalam pelaksanaan dari fungsi manajemen ini (McMahon &

Kumala, 1999).

4) Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan adalah membandingkan rencana program yang sudah disusun

dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Ketika program yang telah direncanakan

tidak sesuai maka dapat diambil langkah untuk memodifikasi program yang telah

direncanakan sebelumnya (Veney dan Kaluzny, 1984). Pengawasan adalah proses

berkelanjutan dari mendapatkan informasi dan menggunakan informasi terstandar

untuk mengkaji kemajuan terhadap tujuan yang diinginkan, sumber yang digunakan

dan pencapaian dari outcome dan dampaknya (Kurniati dan Efendi, 2012).

Pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi dari proses manajemen. Fungsi

pengawasan dan pengendalian bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih

diefisienkan, dan tugas-tugas staf dapat dipantau secara berkelanjutan oleh pimpinan

yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan dari organisasi (Muninjaya,

Universitas Sumatera Utara


3. Keluaran (Output)

Dilaksanakan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan untuk mengetahui efek

dari program yang sudah dikerjakan

4. Indikator dampak (Outcame)

Apakah program sudah sesuai dengan target yang ditetapkan sebelumnya.

2.1.6. Jenis-Jenis Evaluasi

1. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada tahap pelaksanaan

program dengan tujuan untuk mengubah atau memperbaiki program. Evaluasi ini

dilakukan untuk memperbaiki program yang sedang berjalan dan didasarkan atas

kegiatan sehari-hari, minggu, bulan bahkan tahun, atau waktu yang relative pendek.

Manfaat evaluasi formatif ini terutama untuk memberikan umpan balik kepada

pimpiman program tentang hasil yang dicapai beserta hambatan-hambatan yang

dihadapi.

2. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil

keseluruhan dari suatu program yang telah selesai dilaksanakan. Evaluasi ini

dilakukan pada akhir kegiatan atau beberapa kurun waktu setelah program, guna

menilai keberhasilan program (Gage, Disha, dan Chiho, 2005)

Universitas Sumatera Utara


2.1.7. Analisa Strength, Weakness, Oppurtunity, and Threat (SWOT)

Mutu pelayanan kesehatan sangat ditententukan oleh kepuasaan yang didapat

oleh pasien, makin sempurna kepuasaan yang dirasakan pasien maka semakin

bermutu pelayanan yang diberikan. Mutu pelayanan lahir dari berbagai program yang

dilaksanakan difasilitas kesehatan khusunya Puskesmas. Untuk mendapatkan mutu

pelayanan yang terbaik membutuhkan berbagai strategi sehingga pasien merasa puas

jika datang ke pelayanan kesesehatan. Untuk itu dalam penerapan mutu dalam

pelayanan kesehatan membutuhkan analisis SWOT (Rangkuti, 2006)

a) Strength (Kekuatan)

Strength adalah situasi dan kondisi yang merupakan kekuatan dari

individu/organisasi atau program saat itu.

b) Weakness (Kelemahan)

Weakness adalah situasi dan kondisi yang merupakan kelemahan dari

individu/organisasi atau program pada saat ini.

c) Oppurtunity (Peluang)

Oppurtunity adalah situasi dan kondisi yang merupakan peluang diluar diri

individu/organisasi yang memberikan peluang berkembang bagi individu/organisasi

dimasa depan.

d) Threat (Tantangan)

Threat adalah situasi yang merupakan ancaman bagi individu/organsisasi

yang datang dari luar individu/organisasi dan dapat mengancam eksistensi/organisas

di masa depan.

Universitas Sumatera Utara


2.1.8. Kerangka SWOT

Kerangka SWOT merupakan matriks dua kali dua. Pembuatan matriks ini

bertujuan utnuk membantu mengidentifikasi dimana posisi sebuah program saat ini,

sumber daya yang dapat segera dimanfaatkan dan masalah yang belum juga dapat

diselesaikan. Dengan melakukan hal seperti ini kita dapat melihat dan

mengidentifikasi dimana/kapan sumber daya baru, keterampilan atau mitra baru akan

dibuthkan (Start dan Hovlan, 2004).

1. Startegi SO (Strength and Oppurtunity) adalah strategi yang ditetapkan

berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh

kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity) adalah strategi yang ditetapkan

berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalksan

kelemahan yang ada.

3. Strategi ST (Strength and Threat) adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan

kkekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman.

4. Strategi WT (Weakness and Threat) adalah strategi yang ditetapkan

berdasarkan kegiatan yang bersifat defenisif dan berusaha meminimalkan

kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2.2. Pengertian Kematian Ibu

Kematian Ibu (Maternal Mortality, Maternal Death, Obstetric Death) adalah

kematian wanita ketika hamil atau dalam 42 hari sejak terminasi kehamilan, tanpa

Universitas Sumatera Utara


memandang lama dan lokasi kehamilan, karena suatu sebab yang berhubungan

dengan atau menjadi lebih buruk karena kehamilan atau pengelolaannya, tetapi bukan

disebabkan kecelakaan (WHO, 2008). Maternal Mortality Rate (MMR, Angka

Kematian Ibu/AKI) adalah rasio antara jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran

hidup.

Menurut WHO (2005) Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu,

secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab

tidak langsung.

a. Penyebab utama medis langsung dari kematian ibu adalah faktor yang

berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas seperti

perdarahan, pre ekslamsia/eklamsia, infeksi, persalinan macet dan abortus.

b. Penyebab utama medis tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang

memperberat keadaan ibu hamil seperti malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit

kardio-vaskuler.

Semua kondisi ini menjadi faktor yang mempersulit kehamilan, atau sebaliknya

diperburuk oleh kehamilan

c. Penyebab lainnya yang termasuk pada level mikro (proximate level) adalah

prilakuk sehat dimana wanita hamil menggunakan atau tidak menggunakan

perawatan persalinan

d. Perilaku dalam kesehatan reproduksi faktor yang mempengaruhi adalah usia

menikah, jarak kelahiran, paritas dan ketidakinginan untuk hamil lagi.

Universitas Sumatera Utara


e. Penyebab lainnya pada level mikro (proximate) dan meso (intermediate) level

yang terdiri dari:

1) Akses terhadap pelayanan kesehatan dimana kurangnya ketersediaan

peralatan dari perawatan persalinan, kurangnya obat-obatan dan petugas

kesehatan yang kurang terlatih, jarak yang jauh dari pelayanan kesehatan,

transportasi yang kurang menyebabkan membutuhkan biaya yang mahal.

2) Sebagian besar kematian ibu terjadi selama menuju layanan kesehatan dan

pada masa periode postpartum.

f. Penyebab lainnya pada level makro (distant level) yaitu kematian ibu disebabkan

oleh sosial ekonomi dan faktor budaya dimana kemiskinan, kepercayaan

terhadap budaya, pengabaian, gizi dan dominasi orangtua dalam membuat

keputusan.

2.3. Perjalanan Program Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia

Penurunan angka kematian ibu dan anak selama ini terus menjadi program

yang dikerjakan pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat di Indonesia. Sejak Indonesia ikut dalam kesepakatan MDGs yang lahir

tahun 2000, dimana salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan

kesehatan ibu dan anak. Dimana angka kematian ibu yang ditargetkan dalam

kesepakatan ini adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan untuk angka

kematian bayi adalah 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Bappenas, 2010)

Universitas Sumatera Utara


Mortalitas dan morbiditas pada perempuan hamil, bersalin dan masa nifas

adalah masalah besar di negara berkembang termasuk di Indonesia. Kebijakan

tentang Kesehatan Ibu dan anak secara khusus berhubungan dengan pelayanan

antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua

jenis fasilitas pelayanan kesehatan, mulai dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

sampai dengan Rumah Sakit.

Kesehatan ibu dan anak adalah upaya yang dilakukan dibidang kesehatan

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki,

bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Tujuan Program kesehatan ibu dan anak

adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan

yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk

menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi

peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Tujuan khusus dari program ini adalah:

a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku), dalam

mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat

guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat sekitarnya.

b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara

mandiri di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas dan ibu meneteki.

Universitas Sumatera Utara


d. Meningkatnyan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu

meneteki, bayi dan anak balita.

e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh

anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,

terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menekan angka kematian

ibu dan anak melalui berbagai program yang telah dilakukan pemerintah.

2.3.1. Program Safe Motherhood

Safe Motherhood adalah upaya yang dilakukan untuk menekan kematian ibu.

Program ini mulai digalakkan ditahun 1988. Di Indonesia upaya Safe Motherhood

diartikan sebagai upaya untuk kesejahteraan atau keselamatan ibu. Gerakan yang

digunakan untuk menyelamatkan perempuan agar kehamilan dan persalinannya

berjalan dengan sehat, aman dan mendapatkan bayi yang sehat.

Gambar 2.2. Empat Pilar Safe Motherhood

Universitas Sumatera Utara


a. Keluarga Berencana, memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses

ke informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk

kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Sehingga tidak ada lagi kehamilan

yang tak diinginkan.

b. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetric bila mungkin

dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara

memadai

c. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai

pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan

bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.

d. Pelayanan obstetric esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetric untuk risiko

tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.

Melalui pilar Safe Motherhood ini lahirlah Kebijakan tentang Kesehatan

Ibu secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan

perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas pelayanan

kesehatan, mulai dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sampai dengan Rumah

Sakit.

2.3.2. Gerakan Sayang Ibu (GSI)

Gerakan saying ibu merupakan program yang dicanangkan oleh Presiden pada

tahun 1996, yang sebelumnya dilakukan uji coba di 8 kabupaten/kota di 8 propinsi.

Prinsip dari GSI ini adalah:

a) Pendekatan lintas sektoral dan multi disiplin ilmu;

Universitas Sumatera Utara


b) Intervensi yang integratif dan sinergis;

c) Partisipasi dan tanggung jawab pihak laki-laki

d) Sistem pemantauan yang terus menerus;

e) Koordinasi yang efektif oleh pemerintah daerah.

Kegiatan masyarakat dalam GSI ini adalah:

a) Melaksanakan pendataan ibu hamil;

b) Melaksanakan KIE;

c) Menyediakan pondok saying ibu;

d) Menggalang dana bersalin;

e) Menggalang donor darah

f) Menyediakan ambulance desa;

g) Menyelenggarakan forum pertemuan teratur.

2.3.3. Making Pregnancy Safer (MPS)

Program Making Pregnancy Safer diluncurkan tahun 2001. Namun program

ini merupakan lanjutan dari program Safe Motherhood. Strategi utama dalam MPS

yaitu:

a. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

yang berkualitas;

b. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas

sektor dan mitra lainnya;

c. Mendorong pemberdayaan perempuan dan juga keluarga melalui peningkatan

pengetahuan;

Universitas Sumatera Utara


d. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan

pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

2.3.4. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

Salah satu kegiatan dalam Making Pregnancy Safer (MPS) adalah

peningkatan deteksi dan penanganan ibu hamil resiko tinggi. Deteksi dini resiko

tinggi pada ibu hamil dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan

masyarakat melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K). Program ini dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2007 yang

merupakan salah satu komponen dalam pelaksanaan desa/kelurahan siaga yang tertera

dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010.

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah

program yang dicanangkan dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu

dengan memantau, mencatat serta menandai setiap ibu hamil. Program ini

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dibantu kader dan tokoh masyarakat dengan

menempelkan stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan, penolong persalinan,

tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah

pada rumah yang didalamnya terdapat ibu hamil (Depkes, 2008).

Fokus dari kegiatan P4K dari masyarakat adalah notifikasi (pendanaan),

penggalangan donor darah, mempersiapkan tabungan ibu bersalin, dan dana sosial

bersalin, serta persiapan ambulance desa (transportasi).

Universitas Sumatera Utara


2.3.5. Jaminan Persalinan (Jampersal)

Program Jaminan Persalinan dicanangkan ditahun 2011 sebagai komitmen

pemerintah untuk mencapai target dari MDGs tahun 2015. Dimana data kematian ibu

berdasarkan SDKI (2007) adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jaminan

Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan

KB pasca persalinan serta komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan,

nifas, KB pasca salin, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan untuk

melindungi semua masalah individu dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Permenkes, 2011)

Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari:

a. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama

Pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan

berwenang memberikan pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan,

pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta

pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat

terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru serta KB pasca

salin tingkat pertama.

Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED

(untuk kasus-kasus tertentu), serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes,

fasilitas kesehatan swasta (bidan, dokter, klinik, rumah bersalin) yang memiliki

Universitas Sumatera Utara


Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. Jenis

pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:

1. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali

2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir.

3. Pertolongan persalinan normal

4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang

merupakan kompetensi Puskesmas PONED.

5. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan

KIA dengan frekuensi 4 kali

6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya

7. Pelayanan rujukan terencana sesuai sesuai indikasi medis untuk ibu dan

janin/bayinya.

b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan

Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan

kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir

dengan resiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada

fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilasanakan berdasarkan rujukan atas

indikasi medis. Pada kondisi kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal tidak

diperlukan surat rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan

terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya. Pelayanan tingkat lanjutan

menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya. Jenis

pelayanan persalinan di tingkat lanjutan meliputi:

Universitas Sumatera Utara


1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti)

2. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di

pelayanan tingkat pertama.

3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat

persalinan

4. Pemeriksanaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti).

5. Penatalaksanaan KB paska salin dengan metode kontrasepsi jangka panjang atau

kontrasepsi mantap (kontap) serta penanganan komplikasi.

c. Pelayanan Persiapan Rujukan

Pelayanan pada suatu keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat

ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu

dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

1. Kasus tidak dapat ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan karena:

a) Keterbatasan SDM

b) Keterbatasan peralatan dan obat-obatan

2. Dengan merujuk dipastikan pasien akan mendapat pelayanan paripurna yang

lebih baik dan aman di fasilitas kesehatan rujukan.

3. Pasien dalam keadaan aman selama proses rujukan

1. Manfaat Pelayanan Jaminan Persalinan

a. Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu pada

buku pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4

Universitas Sumatera Utara


kali disertai konseling KB dengan frekuensi: 1 kali pada triwulan pertama, 1

kali pada triwulan kedua, 2 kali pada triwulan ketiga. Pemeriksaan kehamilan

yang jumlahnya melelbihi frekuensi diatas pada tiap-tiap triwulan tidak

dibiayai oleh program ini.

b. Penatalaksanaan Persalinan

c. Pelayanan nifas (Post Natal Care)

Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing-masing 1 kali

pada: 1) Kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke-2), 2)

Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7), 3) Kunjungan ketiga untuk

Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari ke-28) dan 4) Kunjungan keempat untuk Kf3

(hari ke-29 s/d hari ke-42)

Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42 hari pasca persalinan.

Pelayanan KB pasca salin antara lain:a) Kontrasepsi mantap (kontap), b) IUD, c)

Implant, dan d) Suntik

2. Pendanaan Jaminan Persalinan

Pendanaan Jaminan persalinan merupakan bagian integral dari pendanaan

Jamkesmas, sehingga pengelolaannya pada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan

Kab/kota tidak dilakukan secara terpisah baik untuk pelayanan tingkat

pertama/pelayanan dasar maupun untuk pelayanan tingkat lanjutan/rujukan.

Pengelolaan dana Jamkesmas di pelayanan tingkat pertama/pelayanan dasar

dilakukan oleh Dinas Kesehatan selaku Tim Pengelola Jamkesmas tingkat

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten/Kota sedangkan pelayanan tingkat lanjutan/rujukan dilakukan oleh

RS.

Dana Jampersal dipelayanan kesehatan dasar disalurkan ke rekening Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, terintegrasi dengan dana Jamkesmas. Sedangkan

untuk pelayanan kesehatan rujukan langsung dikirim kerekening Rumah Sakit.

Gambar 2.3. Alur Penyaluran dan Pertanggunjawaban Dana Jamkesmas

2.3.6. Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS)

Dari berbagai program yang sudah digulirkan oleh pemerintah angka

kematian ibu masih tetap tinggi di Indonesia. Dimana data terbaru dasarkan SDKI

(2012) angka kematian ibu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut

Universitas Sumatera Utara


WHO (2005) hal ini bisa disebabkan oleh berbagai penyebab yaitu penyebab

langsung secara medis yaitu terjadinya perdarahan berat, infeksi, aborsi tidak aman,

eklamsia, persalinan lama. Sedangkan penyebab tidak langsung secara medis adalah

penyakit malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardio vaskuler.

Selain dari penyebab diatas, faktor perilaku kesehatan dimana masih rendah

pemahaman masyarakat tentang perawatan selama kehamilan dan persalinan serta

perilaku secara kesehatan reproduksi dimana usia menikah terlalu muda, jarak antar

kelahiran, dan paritas juga menjadi faktor tingginya angka kematian ibu.

Program EMAS merupakan program bantuan teknis Pemerintah Amerika

kepada Pemerintah Indonesia melalui pendanaan United State Agency for

International Development (USAID) di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan RI

selama 5 tahun (2012-2016). Program ini berupaya untuk meningkatkan akses dan

mutu pelayanan kesehatan, terutama untuk kesehatan ibu dan anak dibidang fasilitas

kesehatan. Pemerintah telah menetapkan kebijakan tentang peningkatan pelayanan

kesehatan terutama maternal dan neonatal yang salah satu tujuannya untuk

menurunkan angka kematian ibu dan anak (Alamsyah, 2012)

Program EMAS mendukung pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten, dalam

berjejaring dengan Organisasi Masyarakat Sipil, fasilitas kesehatan publik dan

swasta, asosiasi rumah sakit, organisasi profesi, sektor swasta dan lain-lain. Program

ini akan berkontribusi terhadap percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru

lahir sebesar 25 % di Indonesia. Jejaring program EMAS ini adalah JHPIEGO, Save

Universitas Sumatera Utara


The Children, Muhammadiyah-Aisyiah, Perkumpulan Budi kemulian dan RTI

(USAID, 2012). Program EMAS dilakukan di 30 kabupaten dan 6 propinsi yaitu:

a. Sumatera Utara daerah intervensinya adalah Kabupaten Deli Serdang.

Kabupaten di sekitar daerah intervensi adalah Kota Medan, Kota Tebing Tinggi,

Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kota Pematang Siantar, Kabupaten

Serdang Bedagai, Kab Simalungun, dan Kota Binjai

b. Banten daerah intervensinya adalah Kabupaten Serang. Kabupaten di sekitar

daerah intervensi adalah Kabupaten Tangerang, Kabupaten Lebak, Kabupaten

Pendeglang, dan Kota Cilegon

c. Jawa Barat daerah intervensinya adalah Kabupaten Bandung. Kabupaten di

sekitar daerah intervensi adalah Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang,

Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, Kota Bandung,

Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat. Daerah intervensi lain di Jawa Barat

adalah Kabupaten Cirebon. Kabupaten di sekitar daerah intervensi adalah Kota

Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan

d. Jawa Tengah daerah intervensinya adalah Kabupaten Tegal. Kabupaten di

sekitar daerah intervensi adalah Kota Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten

Pemalang, Kabupaten Pekalongan, dan Kota Pekalongan. Daerah intervensi lain

di Jawa tengah adalah Kabupaten Banyumas. Kabupaten di sekitar daerah

intervensi adalah Kabupaten Kebumen, Kabupaten Cilacap, Kabupaten

Purbalingga, dan Kabupaten Banjarnegara

Universitas Sumatera Utara


e. Jawa Timur daerah intervensinya adalah Kabupaten Malang. Kabupaten di

sekitar daerah intervensi adalah Kota Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten

Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kota Batu, dan Kabupaten Blitar

f. Sulawesi Selatan. Daerah intervensinya adalah Kabupaten Pinrang. Kabupaten

di sekitar daerah intervensi adalah Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten

Enrekang, Sidenreng Rappang, dan Kota Pare-Pare.

2.3.6.1. Tujuan Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS)

1. Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi maternal-neonatal

1) Memastikan prioritas intervensi medis berdampak besar pada penurunan

kematian ibu dan neonates diterapkan di Puskesmas dan Rumah Sakit.

2) Melakukan pendekatan tata kelola (clinical governance) diterapkan di

Puskesmas dan Rumah Sakit.

2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem rujukan antar Puskesmas dan

Rumah Sakit.

1) Melakukan penguatan sistem rujukan, dimana tenaga kesehatan atau bidan

yang ada di desa ataupun di Puskesmas merujuk ke Rumah Sakit dalam

kondisi yang bersiap.

2) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjamin akuntabilitas dan

kualitas tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan dan pemerintah daerah.

3) Meningkatkan akses masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan

(Hardjono, 2013).

Untuk melakukan semua hal tersebut, program EMAS fokus terhadap:

Universitas Sumatera Utara


a) Memperbaiki dan memperkuat jalinan antara Rumah Sakit dan Puskesmas

b) Menggunakan teknologi berbasis Web dan ponsel sederhana untuk

meningkatkan komunikasi, memperpendek waktu rujukan, dan memastikan

pasien distabilkan kondisinya.

c) Menetapkan sekumpulan standar dan audit berkala yang dapat membantu pihak

kabupaten untuk mengenali dan memantau semua kelebihan dan kekurangan

dalam sistem rujukan dan memastikan dibuatnya kebijakan dan standar

pelayanan yang sesuai.

d) Mengurangi halangan keuangan dan memastikan semua orang mempunyai

akses setara untuk memperoleh jaminan sosial.

2.3.6.2. Konsentrasi Program EMAS

Dalam melaksanakan program ini, tidak semua yang berkaitan dengan

kematian ibu dan bayi diintervensi, tetapi terkonsentrasi kepada 7 penyebab kematian

maternal dan neonatal, bidang kematian ibu ada 4 penyebab yang akan diintervensi

yaitu kejadian perdarahan (hemorrhage), pre ekslamsia berat/eklamsia, infeksi dan

partus macet (prolonged labor)., sedangkan untuk neonatal yang diintervensi adalah

asfiksia, sepsis, dan berat bayi lahir rendah.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Konsentrasi Intervensi pada Program EMAS

No Priority Diagnoses Priority Intervensions


Maternal Intervensions
1 Hemorrhage 1. Active management of 3rd stage of labor
2. PPH management
3. Management of shock
4. Use of blood transfusion
5. Use of manual vacuum aspiration (MVA) and
post abortion care (PAC)
2 Severe Pre-eclampsia / a. Use of magnesium sulphate
eclampsia b. Treatment of hypertension
c. Timely delivery
3 Maternal infection Safe use of prophylactic antibiotics and treatment of
sepsis
4 Prolonged Labor 1. Use of the partograph
2. Safe use of cesarean section
Neonatal Interventions
5 Neonatal asphysia Newborn resuscitation
6 Neonatal Sepsis Diagnosis and treatment of neonatal infection
7 Low Birth Weight 1. Assess and monitor for complications of
prematury
2. Increased surveillance for infection/sepsis
3. Early diagnosis and management of feeding
problems
4. Early initation of breastfeeding
5. Kanggaroo mother care

2.3.6.3. Framework dan Intervensi Program EMAS

Program EMAS dalam melaksanakan programnya menggunakan pendekatan

Vanguard dimana sistem rujukan yang digunakan adalah satu RS akan dikunjungi

Puskesmas dimana disinilah nanti dijalin sistem rujukan, Puskesmas akan merujuk ke

RS tertentu untuk meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan professional sehingga pada akhirnya mampu menurunkan angka kematian

ibu dan bayi.

Universitas Sumatera Utara


Intervensi yang dilakukan melalui quality improvement atau peningkatan

kualitas di Rumah Sakit dan stakeholders yang mempunyai kemampuan untuk

membuat kebijakan seperti Kepala Dinas Kesehatan, direktur RS khususnya dokter

spesialis obgyn dan anak, serta tenaga spesialis lainnya yang mendukung. Selain dari

peningkatan kualitas tenaga kesehatan, program ini juga menggunakan SMS sebagai

media untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak dengan nama SIJARIEMAS.

Goal Reduced Maternal and Newborn Mortality

Increased covegare of life-saving MNH


interventions
VANGUARD APPROACH

Improved quality of Increased efficiency


emergency MNH and effectiveness of
services referral systems

High-impact, life Referral systems


saving clinical functioning optimally
interventions and equitably
implemented through
strong clinical

Strengthened accountability
Gambar 2. EMAS within government, the
Results Framework
community and the health system for supportive policies
and resource management

Gambar 2.4. EMAS Result Framework

Universitas Sumatera Utara


Increased coverage of life saving MNH Interventions

Improved quality of Increased efficiency and


emergency MNH service effectiveness of referral
MENTORING PROCESS

Quality Improvement Referral Strengthening


 Strategic leadership and shared  Referral performance
vision standars
 Clinical performance standards  Network MOUs
 Provider behavioral  Sijari EMAS (referral
interventions exchange)
 Staff from puskesmas  Maternal Perinatal audit
complete rotations in hospitals at district level (pathway
 Death and near miss audits audit)
 Dashboards  Equitable access/social
 SIPPP (SMS Learning) insurance
 Sigapku (SMS citizen
feedback
 Service charters

Strengthened Accountability for improved Policies and Resources


 Civic Engagement
 Pokja-multi sector
 Civic forum-community members
 Citizen Feedback (sigapku, CRC)
 National Advocacy with professional associations, and other stakeholders

Gambar 2.5. EMAS Program Interventions

2.3.6.4. Roadmap Kegiatan Governace Program EMAS 2012-2016

Program EMAS direncanakan berjalan di Indonesia selama 5 tahun (2012-

2016) dengan berbagai intervensi yang dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan

angka kematian ibu dan anak sebesar 25% sehingga tujuan dari MDGs menurunkan

angka kematian ibu sebesar ¾ atau menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan 23

per 1000 kelahiran hidup ditahun 2015 tercapai. Program EMAS dalam

Universitas Sumatera Utara


mengimplementasikan program membagi kegiatan dalam target tahunan sehingga

tujuan untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi tercapai.

Tabel 2.2. Roadmap Kegiatan Program EMAS 2012-2016

No Tahun Kegiatan Capaian

1 2012 Pembangunan Kelembagaan (Pokja) SIJARIEMAS,


pembangunan kesadaran, pengenalan SIGAPKU, SIPPP melalui
teknologi, partisipasi dan transparansi SMS dan Voice (call
center)
2 2013 Peningkatan partisipasi dan Penguatan intervensi
transparansi pelayanan melalui tahun pertama melalui
maklumat pelayanan dan umpan balik, aplikasi telepon seluler
akses yang baik terhadap pembiayaan
3 2014 Penguatan sistem rujukan dengan Penguatan intervensi
dukungan regulasi yang baik, tahun 1 dan ke 2 serta
pelayanan berkualitas dan akses yang integrasi sistem
lebih baik, didukung kolaborasi
stakeholders
4 2015 Perluasan partisipasi dan transparansi Penguatan intervensi
dalam pelayanan KIA tahun 1, ke 2 dan ke 3
serta integrasi dan
mengimplementasikan
sistem
5 2016 Kelembagaan rujukan yang kuat, Penguatan intervensi
kebijakan yang pro MNH, jaminan tahun 1, ke 2, ke 3 dan ke
pembiayaan bagi kelopok miskin, 4 serta potensi teknologi
askes yang adil terhadap pelayanan baru (innovation)
KIA

2.4. Indikator Program Kesehatan Ibu

Indikator program kesehatan ibu yang diperlukan dalam pelaporan kesehatan

ibu yaitu: kunjungan antenatal (K1), kunjungan antenatal 4 kali (K4), persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan (PN), kunjungan nifas (KF), penanganan komplikasi

Universitas Sumatera Utara


obstetric (PK), kematian ibu dan cakupan peserta KB aktif. Data indicator program

kesehatan ibu dipantau perkembangan pencapaiannya setiap bulan.

2.4.1. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan secara komprehensif

dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Tujuan dari pelayanan ini

adalah memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang

berkualitas sehingga mampu mendeteksi sedini mungkin kelainan/gangguan/penyakit

yang diderita oleh ibu hamil (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2012).

Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan dengan

ketentuan sebagai berikut:

1) Kunjungan Antenatal Pertama (K1) adalah

Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal sesuai

standar oleh tenaga kesehatan. Pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang

diberikan, sekurang-kurangnya meliputi:

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b) Ukur tekanan darah

c) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

d) Ukur tinggi fundus uteri

e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

bila diperlukan

g) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Universitas Sumatera Utara


h) Test laboratorium sederhana (Hb, Protein Urin) dan atau berdasarkan indikasi

(HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).

i) Tatalaksana kasus

j) Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan Pencegahan

komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan

2) Kunjungan Antenatal 4 kali (K4)

Kunjungan Antenatal 4 kali (K4) adalah jumlah ibu hamil yang mendapatkan

pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi waktu

satu kali pada trisemester kesatu (kehamilan hingga 12 minggu), satu kali pada

trisemester kedua dan dua kali pada trisemester ketiga.

2.4.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki


Kompetensi Kebidanan (PN)

Adalah jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalina oleh

tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

2.4.3. Pelayanan Nifas (KF)

Adalah jumlah ibu nifas (ibu masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca

bersalin) yang mendapatkan pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar paling

sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 4 – 28 hari dan 29 – 42 hari

setelah bersalin.

Pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar yang diberikan, sekurang

kurangnya meliputi:

Universitas Sumatera Utara


1) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu

2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)

3) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya

4) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan

5) Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera

setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A

pertama

6) Pelayanan KB pasca salin.

2.4.4. Komplikasi Kebidanan yang Ditangani (PK)

Adalah jumlah kasus komplikasi/kegawatdaruratan obstetri (kebidanan) yang

mendapatkan penanganan definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih

pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED,

Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU PONEK). Penanganan definitive adalah

penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap

kasus komplikasi kebidanan.

2.5. Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)

PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA

di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang

cepat dan tepat, meliputi program pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu

dengan komplikasi kebidanan, dan keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru

lahir dengan komplikasi, bayi dan balita.

Universitas Sumatera Utara


2.5.1. Kegiatan Pokok Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS KIA)

Kegiatan pokok PWS KIA, meliputi:

1) Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua

fasilitas kesehatan.

2) Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten, diarahkan

ke fasilitas kesehatan

3) Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai dengan standar di semua

fasilitas kesehatan.

4) Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonates sesuai standar di semua fasilitas

kesehatan

5) Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonates

oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat

6) Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonates secara adekuat

dan pengamatan terus menerus oleh tenaga kesehatan

7) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua

fasilitas kesehatan

8) Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

2.5.2. Pemanfaatan Data PWS KIA

Data PWS KIA harus dimanfaatkan secara terus menerus pada semua siklus

pengambilan keputusan untuk memantau penyelenggaraan program KIA di semua

Universitas Sumatera Utara


tingkatan administrasi pemerintah, baik yang bersifat teknis program maupun yang

bersifat koordinatif non teknis dan lintas sektoral.

a. Pemanfaatan PWS pada forum lintas program yaitu:

1) Menginformasikan hasil yang telah dicapai

2) Mengidentifikasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi

3) Merencanakan perbaikan dan rencana tindak lanjut

b. Pemanfaatan PWS KIA pada forum lintas sektor

1) Mengidentifikasi hasil yang dicapai sebagai masukan bagi lintas sector

2) Mengidentifikasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi, khususnya yang

terkait dengan lintas sektor

3) Mendapatkan dukungan lintas sektor dalam pemecahan masalah

c. Pembagian tugas dan peran masing-masing sektor dalam pemecahan masalah

(Kementerian Kesehatan, 2013)

2.6. Landasan Teori

Kesehatan ibu merupakan salah satu tantangan utama kesehatan dunia saat ini

dimana penurunan angka kematian ibu merupakan target kelima dari Millenenium

Development Goals. Penurunan angka kematian ibu sangat dipengaruhi oleh beberapa

aspek yaitu demografi, sosial budaya, aspek epidemiologis, aspek sumber daya

manusia yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan aspek

manajemen yang digunakan dalam mengelola sistem kesehatan tersebut (Rasch,

2007).

Universitas Sumatera Utara


Program EMAS direncanakan berjalan di Indonesia selama 5 (lima) tahun

(2012 – 2016) dengan berbagai intervensi yang dilakukan dengan tujuan untuk

menurunkan angka kematian ibu dan anak sebesar 25% sehingga tujuan MDGs

menurunkan angka kematian ibu sebesar ¾ atau menjadi 102 per 100.000 kelahiran

hidup dan 23 pe 1000 kelahiran hidup ditahun 2015 tercapai.

Increased covegare of life-saving MNH


interventions
VANGUARD APPROACH

Improved quality of Increased efficiency


emergency MNH and effectiveness of
services referral systems

High-impact, life Referral systems


saving clinical functioning optimally
interventions and equitably
implemented through
strong clinical

Strengthened accountability within government, the


community and the health system for supportive policies
and resource management

Gambar 2.6. Intervensi Program EMAS

Program EMAS dalam melaksanakan programnya menggunakan pendekatan

Vanguard dimana sistem rujukan yang digunakan adalah satu RS akan dikunjungi

Puskesmas dimana disinilah nanti dijalin sistem rujukan, Puskesmas akan merujuk ke

RS tertentu untuk meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga

Universitas Sumatera Utara


kesehatan professional sehingga pada akhirnya mampu menurunkan angka kematian

ibu dan bayi.

Intervensi yang dilakukan melalui quality improvement atau peningkatan

kualitas di Rumah Sakit dan stakeholders yang mempunyai kemampuan untuk

membuat kebijakan seperti Kepala Dinas Kesehatan, direktur RS khususnya dokter

spesialis obgyn dan anak, serta tenaga spesialis lainnya yang mendukung. Selain dari

peningkatan kualitas tenaga kesehatan, program ini juga menggunakan SMS sebagai

media untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak dengan nama SIJARIEMAS.

2.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Program EMAS Tahun


2012 - 2013
1. Pembangunan kelembagaan Capaian
(Pokja), pembangunan Aplikasi sijariemas, sigapku
kesadaran, pengenalan dan SIPP melalui SMS dan
teknologi, partisipadi dan Voice (call center)
transparansi menggunakan aplikasi
2. Peningkatan partisipasi dan telepon seluler
transparansi pelayanan

Gambar 2.7. Roadmap Kegiatan Program EMAS 2012 – 2013

Program EMAS direncanakan berjalan di Indonesia selama 5 (lima) tahun

yaitu tahun 2012 – 2016 dengan berbagai intervensi yang dilakukan dengan tujuan

untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak sebesar 25% sehingga tujuan dari

MDGs menurunkan angka kematian ibu sebesar ¾ atau menjadi 102 per 100.000

Universitas Sumatera Utara


kelahiran hidup dan 23 per 1000 kelahiran hidup ditahun 2015. Setiap tahun program

EMAS memiliki tujuan yang berbeda namun memiliki goals yang sama. Ditahun

2012 program EMAS menitikberatkan kepada pembangunan kelembagaan,

pembangunan kesadaran serta pengenalan teknologi guna mendukung target yang

ingin dicapai untuk tahun 2012 dan 2013 yaitu memperkenalkan 3 (tiga) program

berbasis teknologi yaitu 1) Sistem Informasi dan Komunikasi Jejaring Rujukan

Gawat Darurat, 2) Sistem Informasi Gerbang Kesehatan Publik (Sigapku), 3) Sistem

Informasi Penguatan dan Pembelajaran (SIPP).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai