Nim: 2020143598
Kelas: 2G
2. Apakah perlu menghadirkan kembali Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), karena
Pasal 3 UUD 1945 tentang penetapan GBHN telah dihapus oleh MPR pada saat dilakukan
amandemen ketiga UUD 1945 tahun 2001 berikan penjelasan anda?
Jawaban:
Tidak,karna GBHN karna alasannya.
1. Merusak sistem presidensial di Indonesia
penjelasan Pasal 3 bahwa menegaskan Presiden wajib melaksanakan GBHN dan apabila
Presiden melanggar, maka MPR bisa memberhentikan Presiden. Pengaturan itu pada
dasarnya membuat Indonesia menganut sistem parlementer. Pasal itu dihapus dalam
amendemen ketiga UUD 1945, sehingga kewenangan MPR diatur limitatif, yaitu: mengubah
dan menetapkan UUD 1945; melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden; dan
memberhentikan Presiden/Wakil Presiden dalam masa jabatannya berdasarkan ketentuan
dalam UUD 1945.
2. Melawan arus sejarah
Penghapusan GBHN dalam ketentuan UUD 1945 bukan tanpa alasan, sehingga apabila tidak
belajar dari sejarah dengan membangkitkan GBHN, maka peluang pengulangan sejarah
melalui pemakzulan Presiden besar kemungkinan bisa terjadi lagi. Dengan model GBHN,
Presiden hanya diposisikan sebagai pelaksana tugas sehingga esensi Presiden sebagai
pemegang arah dan komando pembangunan menjadi hilang.
3. Memperburuk kinerja parlemen
Melakukan amendemen UUD 1945 adalah agenda kompleks yang memerlukan waktu
panjang dan padat, sehingga akan menyita banyak waktu anggota MPR yang terdiri dari
gabungan anggota DPR dan DPD periode 2019-2024. Padahal, peran dan keberadaan DPR
diperlukan untuk melaksanakan berbagai fungsinya, yaitu legislasi, pengawasan, dan
anggaran.
4.Melawan komitmen arah pembangunan
Sejak GBHN tidak lagi diberlakukan, perencanaan pembangunan di Indonesia adalah
berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), dan yang saat ini
berlaku adalah RPJPN 2005-2025 berdasarkan kepada UU No. 17 Tahun 2007. RPJPN
kemudian didukung oleh serangkaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) yang saat ini sedang dalam proses pembentukan RPJMN fase kelima. Apabila para
elite politik memang serius untuk memperbaiki arah pembangunan nasional, maka tidak
perlu menempuh jalur amandemen konstitusi dengan melahirkan kembali GBHN. Cukup
dengan serius mengikuti proses penyusunan RPJMN 2020-2025. Upaya lain yang dapat
dilakukan untuk memaksimalkan tenaga dan waktu yang ada adalah dengan melakukan
evaluasi terhadap RPJPN 2005-2025, dan menjadikan hasil evaluasi itu untuk menyusun
RPJPN tahap berikutnya, yaitu RPJPN 2025-2050.
5.Melawan prinsip partisipasi publik dalam pemerintahan
Dinamika melahirkan kembali GBHN melalui amendemen UUD 1945 yang saat ini terjadi
bersifat elitis, yaitu hanya melibatkan kepentingan aktor-aktor partai politik yang agendanya
memang saling berebut kekuasaan. Dalam praktik pemerintahan, yang adalah dibutuhkan
keseimbangan agar capaian pembangunan dilakukan dengan transparan, akuntabel, dan
partisipatif. Wacana melahirkan kembali GBHN saat ini hanya mengakomodasi kepentingan
elite partai politik, dan tidak mengakar pada kebutuhan riil masyarakat. Hal ini terjadi
karena proses yang berjalan sampai mewacanakan amendemen UUD 1945 tidak berakar
dari permasalahan riil dalam masyarakat, bahkan cenderung mengenyampingkan
argumentasi atau kepentingan yang menolak dilakukannya amendemen UUD 1945 untuk
melahirkan kembali GBHN.
3. Bagaimana tanggapan anda terhadap NKRI yang bukan Negara Sekularisme dan juga
bukan Negara Religious Agamis?
Jawaban:
salah satu hal yang berbeda dan unik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dan tidak dimiliki
oleh bangsa-bangsa lain di dunia adalah bahwa Indonesia bukan Negara Agama dan juga
bukan Negara Sekuler. Indonesia bukan Negara Agama artinya idiologi bangsa Indonesia
bukan dari doktrin atau aquida agama tertentu, tetapi idiologi bangsa Indonesia adalah
Pancasila. Indonesia bukan negera sekuler, artinya bangsa Indonesia adalah bangsa yang
religius atau bangsa yang beragama. Bangsa Indonesia menganut agama majemuk, dan
supaya dapat hidup harmonis, rukun dan saling menerima, saling mengakui dan saling
menghargai, maka pemerintah melahirkan kebijakan bahwa agama diatur didalam
perundang-undangan RI, yaitu Pancasila dan UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2.
5. Jelasakan menurut anda Sarana Komunitas Politik dalam sistem demokrasi yang dimiliki
seperti Indonesia ?
Jawaban:
Pelaksanaan fungsi komunikasi politik membutuhkan saluran yang tepat agar tidak
terjadi miskomunikasi. Saluran ini bisa berupa media elektronik maupun cetak. Saluran
komunikasi politik ini merupakan sarana penghubung antara komunikator dan
komunikan. Agar komunikasi politik berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan perlu
adanya kesatuan dan hubungan yang baik antara orang- orang yang ada di partai politik
tersebut. Komunikasi politik tidak dapat dilakukan secara intern saja tetapi juga ekstern.
Fungsi komunikasi politik sangat menentukan dalam pelaksanaan program partai politik
karena dalam melaksanakan program harus adanya kesatuan antara komunikator dan
komunikan yang ada di partai politik tersebut. Partai massa mengutamakan kekuatan
berdasarkan keunggulan jumlah anggota; oleh karena itu biasanya terdiri dari
pendukung-pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat yang sepakat untuk
bernaung di bawahnya dalam memperjuangkan suatu program yang biasanya luas dan
agak kabur. Kelemahan dari partai massa ialah bahwa masing-masing aliran atau
kelompok yang bernaung di bawah partai massa cenderung untuk memaksakan
kepentingan masing-masing, terutama pada saat-saat krisis, sehingga persatuan dalam
partai dapat menjadi lemah atau hilang sama sekali sehingga salah satu golongan
memisahkan diri dan mendirikan partai baru
Sebuah partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau
dibentuk dengan tujuan umum. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Bisa juga di
definisikan, perkumpulan (segolongan orang-orang) yang seasas, sehaluan, setujuan di
bidang politik. Baik yang berdasarkan partai kader atau struktur kepartaian yang dimonopoli
oleh sekelompok anggota partai yang terkemuka. Atau bisa juga berdasarkan partai massa,
yaitu partai politik yang mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah
anggotanya. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik