PENDAHULUAN
Neonatus disebut juga bayi baru lahir (BBL) merupakan lanjutan fase kehidupan
janin intrauterine yang harus dapat bertahan dan beradaptasi untuk hidup di luar rahim.
Hidup di luar rahim rentan menimbulkan komplikasi neonatal (Marni, 2014). Neonatus
adalah kelompok usia dengan risiko tinggi mengalami masalah kesehatan. Masalah
yang dialami beberapa neonatus baik matur maupun prematur seperti masalah nutrisi,
Masalah neonatus yang perlu diberikan perawatan khusus dialami pada bayi
prematur. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat lahir kurang dari 2500 gram. Lingkungan normal untuk janin sampai
dengan usia 40 minggu adalah di dalam rahim ibu yang melindunginya dari stimulasi
Mayoritas dari semua kematian neonatal (75%) terjadi selama minggu pertama
kehidupan, dan sekitar 1 juta bayi baru lahir meninggal dalam 24 jam pertama.
Kelahiran prematur, komplikasi terkait intrapartum (asfiksia lahir atau kurang bernapas
saat lahir), sepsis neonatorum dan cacat lahir merupakan penyebab sebagian besar
kematian bayi baru lahir dan penyebab kematian kedua pada anak dan balita.
1
dengan 1,1 juta diantaranya tidak mampu bertahan hidup dan persalinan prematur
terbanyak terdapat di Afrika serta Asia Selatan dengan kejadian prematur lebih dari
60%.
bahwa angka kematian bayi selama lima tahun adalah 32 kematian bayi per 1.000
kelahiran hidup. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0- 28
hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59%
kematian bayi. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dan dunia dalam menurunkan
Angka kematian neonatal yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs)
atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tujuan ketiga yaitu “Pada 2030,
mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah. Targetnya adalah seluruh
Indonesia masuk di urutan kelima dunia pada tahun 2009 dengan jumlah persalinan
prematur yang mencapai angka 675.700 kelahiran (Beck, Wojdyla, Say et al., 2010).
Menurut WHO (2012) bahwa prematuritas yang terdapat di Indonesia untuk tahun
2010 adalah 15,5 per 100 kelahiran hidup. Persentase kasus bayi prematur di NICU
RSAB Harapan Kita tahun 2014 sebanyak 34% (Data Instalasi Perinatal Terpadu,
2014).
Organ tubuh bayi prematur umumnya belum dapat bekerja secara sempurna. Bayi
prematur sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim, sehingga ia pun
kurang bulan memerlukan perawatan khusus saat lahir, maka bayi akan menerima
2
stimulus yang seharusnya belum diterima pada usianya. Stimulus yang diterima oleh
bayi tersebut mungkin membahayakan bayi atau membuat bayi stres. Salah satu
stimulus yang sering diterima bayi adalah gangguan rasa nyaman ; nyeri yang dapat
ditimbulkan dari tindakan diagnostik dan terapeutik. Efek dari ketidaknyamanan yang
dirasakan neonatus berakibat pada gangguan hemodinamik tubuh yang terlihat pada
perubahan tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan saturasi oksigen yang
dapat memperburuk prognosis penyakit serta kegagalan intervensi bahkan pada jangka
Tujuan utama dilakukan perawatan pada bayi baru lahir adalah mengurangi
terjadinya stres akibat lingkungan dan nyeri pada bayi baru lahir terutama bayi yang
prematur dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti Non Nutritive Sucking (NNS),
pembedongan, memeluk, sentuhan, kontak kulit dengan kulit, posisi, memasukkan jari
ke dalam mulut, menyusui dan pemberian asi tambahan (Cloherty et al., 2012).
Hasil penelitian Halimah,dkk (2016) dengan judul upaya konservasi pada neonatus
dengan non-nutritive sucking (NNS) dan pijat ekstremitas di ruang perinatologi RSAB
Harapan Kita dan RS Cipto Mangunkusumo, didapatkan hasil bahwa model konservasi
Levine dapat digunakan dalam pemenuhan rasa nyaman neonatus baik matur maupun
prematur. Semua bayi berespon positif terhadap intervensi NNS dan pijat ekstremitas
untuk pemenuhan rasa nyaman yang dilihat dari perubahan frekuensi nadi, saturasi
oksigen dan skor nyeri dengan Neonatal Infant Pain Scale (NIPS). Dibutuhkan studi
kasus dengan waktu yang lebih lama untuk melihat dampak penerapan model
konservasi levine melalui intervensi NNS dan pijat ekstremitas terhadap lama rawat
bayi.
3
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSAB Harapan Kita Bulan Oktober
2020 didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh penggunaan pacifier saat melakukan
tindakan invasif terhadap kestabilan tanda-tanda vital pada bayi prematur. Studi
dilakukan terhadap lima pasien bayi yang diberikan perlakuan pacifier (empeng) dan
tidak diberikan perlakuan, tanda – tanda vital pada lima pasien tersebut berbeda.
Masih tingginya angka kesakitan dan kematian pada masa neonatus di Indonesia,
secara tepat dan perawatan khusus. Organ tubuh bayi prematur umumnya belum dapat
bekerja secara sempurna. Bayi prematur sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan di
luar rahim, sehingga bayi mengalami banyak gangguan dari sistem tubuhnya. Tindakan
invasif sering dilakukan guna menunjang perawatan bayi prematur yang akan
memberikan stimulus ketidaknyamanan pada bayi salah satunya rasa nyeri. Efek dari
tubuh yang terlihat pada perubahan tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diangkat adalah
4
1.3 Tujuan Penelitian
tanda vital pada bayi prematur di ruang perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta.
pacifier
vital pada bayi prematur di ruang perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta
1. Rumah sakit/Institusi
2. Institusi pendidikan
3. Peneliti
Sebagai bahan acuan dan sumber data bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian
5
Daftar pustaka
11/11/2020
3. Liaw, J., Yang, L., Wang, K. K., Chen. C., Chang, Y., & Yin, T. (2012). Non-nutritive
sucking and facilitated tucking relieve preterm infant pain during stressor: Implication
Pelajar, Hal.2
5. Martins, S. W., Dias, F. S., Enumo, S. R. F., dan Paula, K. M. P. (2013). Pain
assessment and control by nurses of an neonatal intensive care unit. Rev Dor Sito
Contoh penulisan:
6
Buku:
Ball, J.W., Bindler, R.C., & Cowen, K.J. (2010). Child health nursing: Partnering with
children and families. (2nd ed.). Pearson: London.
Dahlan, M.S. (2011). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. (Edisi kelima). Jakarta:
Salemba Medika.
Artikel/jurnal:
Dewi, M. R., Soenarto, Y., & Karyana, P.G. (2015). Efficacy of synbiotic treatment in
children with acute rotavirus diarrhea. Paediatrica Indonesiana, 55(2), 74-78.
Lima penulis
Gupta, A., Sarker G., Rout, A.J., Mondal, T., & Pal, R. (2015). Risk correlates of diarrhea
in children under 5 years of age in Slums of Bankura, West Bengal. Journal of
Global Infectious Diseases, 7(1), 23-29. doi: 10.4103/0974-777X.150887
Enam penulis
Gonzales, L., Joffre, E., Rivera, R., Ling, A.S., Svennerholm, A.M., & Iguez, V.I. (2013).
Prevalence, seasonality and severity of disease caused by pathogenic
Escherichia coli in children with diarrhoea in Bolivia. Journal of Medical
Microbiology, 62, 1697–1706. doi: 10.1099/jmm.0.060798-0
Ferdous, F., Das, S.K., Ahmed, S., Frzana, F.D., Kaur, G., Chisti, M.J.,...Faruque, A.S.G.
(2013). The impact of socio-economic conditions and clinical characteristics on
improving childhood care seeking behaviors for families living far from the
health facility. Science Journal of Public Health, 1(2), 69-76.