Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Neonatus disebut juga bayi baru lahir (BBL) merupakan lanjutan fase kehidupan

janin intrauterine yang harus dapat bertahan dan beradaptasi untuk hidup di luar rahim.

Hidup di luar rahim rentan menimbulkan komplikasi neonatal (Marni, 2014). Neonatus

adalah kelompok usia dengan risiko tinggi mengalami masalah kesehatan. Masalah

yang dialami beberapa neonatus baik matur maupun prematur seperti masalah nutrisi,

masalah gangguan pernapasan dan lainnya menyebabkan kebutuhan terhadap

hospitalisasi dan berbagai bantuan tindakan untuk mempertahankan kehidupannya

(Martins et al., 2013).

Masalah neonatus yang perlu diberikan perawatan khusus dialami pada bayi

prematur. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37

minggu dan berat lahir kurang dari 2500 gram. Lingkungan normal untuk janin sampai

dengan usia 40 minggu adalah di dalam rahim ibu yang melindunginya dari stimulasi

luar (Yunisa Priyono,2010).

Mayoritas dari semua kematian neonatal (75%) terjadi selama minggu pertama

kehidupan, dan sekitar 1 juta bayi baru lahir meninggal dalam 24 jam pertama.

Kelahiran prematur, komplikasi terkait intrapartum (asfiksia lahir atau kurang bernapas

saat lahir), sepsis neonatorum dan cacat lahir merupakan penyebab sebagian besar

kematian neonatal pada tahun 2017 (WHO, 2017).

World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyebutkan bahwa kelahiran

prematur terjadi sebelum 37 minggu kehamilan, merupakan penyebab nomor satu

kematian bayi baru lahir dan penyebab kematian kedua pada anak dan balita.

Diperkirakan terdapat 15 juta persalinan prematur pertahun yang terjadi di dunia

1
dengan 1,1 juta diantaranya tidak mampu bertahan hidup dan persalinan prematur

terbanyak terdapat di Afrika serta Asia Selatan dengan kejadian prematur lebih dari

60%.

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI,2017) menunjukkan

bahwa angka kematian bayi selama lima tahun adalah 32 kematian bayi per 1.000

kelahiran hidup. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0- 28

hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59%

kematian bayi. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dan dunia dalam menurunkan

Angka kematian neonatal yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs)

atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tujuan ketiga yaitu “Pada 2030,

mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah. Targetnya adalah seluruh

negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per

1.000 kelahiran hidup” (Permenkes RI, 2015).

Indonesia masuk di urutan kelima dunia pada tahun 2009 dengan jumlah persalinan

prematur yang mencapai angka 675.700 kelahiran (Beck, Wojdyla, Say et al., 2010).

Menurut WHO (2012) bahwa prematuritas yang terdapat di Indonesia untuk tahun

2010 adalah 15,5 per 100 kelahiran hidup. Persentase kasus bayi prematur di NICU

RSAB Harapan Kita tahun 2014 sebanyak 34% (Data Instalasi Perinatal Terpadu,

2014).

Organ tubuh bayi prematur umumnya belum dapat bekerja secara sempurna. Bayi

prematur sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim, sehingga ia pun

mengalami banyak gangguan dari sistem tubuhnya seperti sistem pernapasan,

persyarafan, kardiovaskuler, hematologi, nutrisi, pencernaan, metabolisme tubuh,

perkemihan, termoregulasi, imunitas, dan penglihatan (Cloherty et al., 2012). Bayi

kurang bulan memerlukan perawatan khusus saat lahir, maka bayi akan menerima

2
stimulus yang seharusnya belum diterima pada usianya. Stimulus yang diterima oleh

bayi tersebut mungkin membahayakan bayi atau membuat bayi stres. Salah satu

stimulus yang sering diterima bayi adalah gangguan rasa nyaman ; nyeri yang dapat

ditimbulkan dari tindakan diagnostik dan terapeutik. Efek dari ketidaknyamanan yang

dirasakan neonatus berakibat pada gangguan hemodinamik tubuh yang terlihat pada

perubahan tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan saturasi oksigen yang

dapat memperburuk prognosis penyakit serta kegagalan intervensi bahkan pada jangka

panjang dapat menyebabkan gangguan perkembangan (Martins et al., 2013).

Tujuan utama dilakukan perawatan pada bayi baru lahir adalah mengurangi

terjadinya stres akibat lingkungan dan nyeri pada bayi baru lahir terutama bayi yang

lahir prematur. Upaya untuk meningkatkan kenyaman dan perkembangan bayi

prematur dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti Non Nutritive Sucking (NNS),

pembedongan, memeluk, sentuhan, kontak kulit dengan kulit, posisi, memasukkan jari

ke dalam mulut, menyusui dan pemberian asi tambahan (Cloherty et al., 2012).

Hasil penelitian Halimah,dkk (2016) dengan judul upaya konservasi pada neonatus

dengan non-nutritive sucking (NNS) dan pijat ekstremitas di ruang perinatologi RSAB

Harapan Kita dan RS Cipto Mangunkusumo, didapatkan hasil bahwa model konservasi

Levine dapat digunakan dalam pemenuhan rasa nyaman neonatus baik matur maupun

prematur. Semua bayi berespon positif terhadap intervensi NNS dan pijat ekstremitas

untuk pemenuhan rasa nyaman yang dilihat dari perubahan frekuensi nadi, saturasi

oksigen dan skor nyeri dengan Neonatal Infant Pain Scale (NIPS). Dibutuhkan studi

kasus dengan waktu yang lebih lama untuk melihat dampak penerapan model

konservasi levine melalui intervensi NNS dan pijat ekstremitas terhadap lama rawat

bayi.

3
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSAB Harapan Kita Bulan Oktober

2020 didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh penggunaan pacifier saat melakukan

tindakan invasif terhadap kestabilan tanda-tanda vital pada bayi prematur. Studi

dilakukan terhadap lima pasien bayi yang diberikan perlakuan pacifier (empeng) dan

tidak diberikan perlakuan, tanda – tanda vital pada lima pasien tersebut berbeda.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Penggunaan Pacifier terhadap Kestabilan Tanda-Tanda Vital pada Bayi

Prematur di Ruang Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta”.

1.2 Rumusan Masalah

Masih tingginya angka kesakitan dan kematian pada masa neonatus di Indonesia,

dengan penyebab utama berkaitan dengan prematur tentunya memerlukan penanganan

secara tepat dan perawatan khusus. Organ tubuh bayi prematur umumnya belum dapat

bekerja secara sempurna. Bayi prematur sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan di

luar rahim, sehingga bayi mengalami banyak gangguan dari sistem tubuhnya. Tindakan

invasif sering dilakukan guna menunjang perawatan bayi prematur yang akan

memberikan stimulus ketidaknyamanan pada bayi salah satunya rasa nyeri. Efek dari

ketidaknyamanan yang dirasakan neonatus berakibat pada gangguan hemodinamik

tubuh yang terlihat pada perubahan tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan

saturasi oksigen yang dapat memperburuk prognosis penyakit serta kegagalan

intervensi bahkan pada jangka panjang dapat menyebabkan gangguan perkembangan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diangkat adalah

“Pengaruh Penggunaan Pacifier terhadap Kestabilan Tanda-Tanda Vital pada Bayi

Prematur di Ruang Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta”.

4
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi pengaruh penggunaan pacifier terhadap kestabilan tanda-

tanda vital pada bayi prematur di ruang perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk menjelaskan :

1. Mengidentifikasi tanda-tanda vital bayi premature sebelum penggunaan

pacifier

2. Mengidentifikasi tanda-tanda vital bayi premature sesudah penggunaan pacifier

3. Menganalisa pengaruh penggunaan pacifier terhadap kestabilan tanda-tanda

vital pada bayi prematur di ruang perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap :

1. Rumah sakit/Institusi

Rumah sakit diharapkan mendapat masukan tentang pengaruh penggunaan pacifier

terhadap kestabilan tanda-tanda vital pada bayi prematur

2. Institusi pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan mendapatkan masukan tentang pengaruh

penggunaan pacifier terhadap kestabilan tanda-tanda vital pada bayi prematur,

sehingga institusi dapat melakukan evaluasi terhadap mata ajar terkait

pembelajaran keperawatan perinatologi.

3. Peneliti

Sebagai bahan acuan dan sumber data bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian

di bidang keperawatan perinatologi.

5
Daftar pustaka

1. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.(2017). Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia. https://e-koren.bkkbn.go.id/wp-

content/uploads/2018/10/Laporan-SDKI-2017-WUS.pdf. Diakses pada tanggal

11/11/2020

2. Cloherty, John.P., Eric C.Eichenwaid, dan Ann R.Stark.2012.Manual of Neonatal

Care.USA : Lippincott Williams and Wilkins.

3. Liaw, J., Yang, L., Wang, K. K., Chen. C., Chang, Y., & Yin, T. (2012). Non-nutritive

sucking and facilitated tucking relieve preterm infant pain during stressor: Implication

for intervention. Bulletin of the Menninger Clinic Spring, 64(2), 257-280

4. Marni.2014.Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, Hal.2

5. Martins, S. W., Dias, F. S., Enumo, S. R. F., dan Paula, K. M. P. (2013). Pain

assessment and control by nurses of an neonatal intensive care unit. Rev Dor Sito

Paulo, 1(2), 21-26.

6. Motta, G. C. P., & Cunha, M. K. C. (2014). Prevention and non- pharmacolgical

management of pain in newborns. Rev Bras Enferm, 68 (1), 123-130

7. Priyono, Yunisa.2010.Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Yogyakarta:Medpress.

Contoh penulisan:

6
Buku:

Ball, J.W., Bindler, R.C., & Cowen, K.J. (2010). Child health nursing: Partnering with
children and families. (2nd ed.). Pearson: London.

Dahlan, M.S. (2011). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. (Edisi kelima). Jakarta:
Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan RI (2013). Buku pegangan sosialisasi jaminan kesehatan nasional


(JKN) dalam sistem jaminan sosial nasional. Jakarta: Kemenkes RI.

Artikel/jurnal:

Dewi, M. R., Soenarto, Y., & Karyana, P.G. (2015). Efficacy of synbiotic treatment in
children with acute rotavirus diarrhea. Paediatrica Indonesiana, 55(2), 74-78.

Lima penulis

Gupta, A., Sarker G., Rout, A.J., Mondal, T., & Pal, R. (2015). Risk correlates of diarrhea
in children under 5 years of age in Slums of Bankura, West Bengal. Journal of
Global Infectious Diseases, 7(1), 23-29. doi: 10.4103/0974-777X.150887

Enam penulis

Gonzales, L., Joffre, E., Rivera, R., Ling, A.S., Svennerholm, A.M., & Iguez, V.I. (2013).
Prevalence, seasonality and severity of disease caused by pathogenic
Escherichia coli in children with diarrhoea in Bolivia. Journal of Medical
Microbiology, 62, 1697–1706. doi: 10.1099/jmm.0.060798-0

Lebih dari 6 penulis

Ferdous, F., Das, S.K., Ahmed, S., Frzana, F.D., Kaur, G., Chisti, M.J.,...Faruque, A.S.G.
(2013). The impact of socio-economic conditions and clinical characteristics on
improving childhood care seeking behaviors for families living far from the
health facility. Science Journal of Public Health, 1(2), 69-76.

Anda mungkin juga menyukai