Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP SENSITIVITAS KAKI

PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS


MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2015

Elny Lorensi Silalahi, Surita Ginting, Anita Johana Marpaung


Jurusan Keperawatan Pultekkes Medan

` Abstract

Gymnastic of foot is activity or practice for the patient for the patient with diabetes mellitus to prevent
the injury and for the blood circulation on foot (Suryadi, 2004). The objective of foot gymnastic is to
improve the blood circulation on the foot of patient with diabetes mellitus for the circulation of
nutrition on the organ (Tara, 2003). Sensitivity of foot is sensitivity on the lower extremity. This
research applies pretest-posttest design in wich this research was conducted by do the initial
observation (ptetest) before the intervention. After the intervention, the observation is conducted from
the observation sheet. The resulth of research before the intervention of foot gymnastic indicates that
the less sensitivity is 15 respondents (50%), medium sensitivity is 8 respondents (26,7%), good
sensitivity for 7 respondent (23,3%) and after the intervention of foot sensitivity, the medium sensitivity
to be 18 respondent (78,3%), good sensitivity for 5 respondents (21,7%). The result of statistical test
has a significant result to the increasing of sensitivity of foot where p =
0,00 with the average value of increasing is
0,67.

Keywords: Gymnastic of foot , Sensitivity of


foot

LATAR BELAKANG Sepuluh besar negara dengan prevalensi DM


tertinggi di dunia pada tahun 2000 adalah India, Cina,
Diabetes melitus merupakan penyebab utama Amerika, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil,
amputasi ekstermitas bawah non traumatic di Amerika Italia, dan Bangladesh. Pada tahun 2030 India, Cina,
Serikat. Sebanyak 50% amputasi yang dilakukan di dan Amerika diprediksikan tetap menduduki posisi tiga
Amerika Serikat disebabkan karena teradinya teratas negara dengan prevalensi DM tertinggi.
kerusakan akibat diabetes. Berdasarkan hasil penelitian, Sementara Indonesia diprediksikan akan tetap berada
didapatkan sekitar 60,3% orang yang mengalami dalam sepuluh negara dengan prevalensi DM tertinggi
diabetes melitus mengalami komplikasi neuropaty pada tahun 2030 (Wild, Roglic, Green, et al, 2004).
sensorik atau kerusakan serabut saraf sensorik akan Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar
menyebabkan ganguan sensasi rasa getar, rasa sakit, dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia. Pada
rasa kram, semutan, rasa baal, ransang ternal atau suhu, tahun 2006 jumlah diabetes di Indonesia diperkirakan
dan hilangnya refleks tendo pada kaki sehingga akan mencapai 14 juta orang, baru 50 % yang sadar
menyebabkan gangguan mekanisme protektif pada mengidapnya dan diantaranya baru sekitar 30 % yang
kaki. Saraf sensorik ini merupakan sistem saraf yang datang berobat teratur (WHO, 2008). Kesadaran
pertama kali terganggu pada diabetes melitus sebelum keluarga maupun masyarakat dalam mengantisipasi
sistem saraf motorik dan otonom (Yunir, 2006). akibat yang ditimbulkan sangat diperlukan untuk
Diabetes melitus terbagi atas diabetes melitus menekan angka kejadian diabetes melitus termasuk
tipe I jika pankreas hanya menghasilkan sedikit atau juga di Indonesia.
sama sekali tidak menghasilkan insulin sehingga Berdasarkan data yang diperoleh dari data
penderita selamanya tergantung insulin dari Survailans Terpadu Penyakit (STP) tahun 2008 terlihat
luar,biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. jumlah kasus yang paling banyak adalah penyakit
Diabetes melitus tipe II adalah keadaan pankreas tetap Diabetes Melitus dengan jumlah kasus Diabetes
menghasilkan insulin, kadang lebih tinggi dari normal Melitus mencapai 918 pasien yang ada di 123 rumah
tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya. sakit 28 kota/ kabupaten seluruh provinsi Sumatra
Biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun karena Utara, data Riskesdas (2007) prevalensi Diabetes
kadar gula darah cenderung meningkat secara ringan Melitus yang di diagnosa oleh Nakes (tenaga
tapi progresif setelah usia 50 tahun terutama pada orang kesehatan) disertai dengan gejala diperoleh data untuk
yang tidak aktif dan mengalami obesitas (Smeltzer & Samosir 0,3%, Dairi 0,1%, Serdang Bergadai 0,6%,
Bare, 2002). Tapanuli Utara 0,3%, prevalensi Diabetes Melitus
untuk kota Medan 2,7% dan prevalensi Diabetes
147 147
Melitus untuk provinsi Sumatra Utara 1,98%, sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan
sementara data terakhir yang dikeluarkan Depkes RI dan kekuatan pada umumnya. Selain itu telah lama pula
menyatakan prevalensi DM secara nasional adalah olahraga digunakan sebagai bagian pengobatan
5,7% (Depkes, 2009). diabetes melitus namun tidak semua olahraga
Puskesmas Medan Tuntungan melaporkan dianjurkan bagi pengidap diabetes melitus (bagi orang
untuk penderita diabetes melitus di tahun 2014 normal juga demikian), karna dapat menimbulkan hal-
sebanyak 454 pasien sedangkan dibulan Februari tahun hal yang dapat diharapkan. Olahraga yang tepat
2015 sebanyak 72 pasien dan yang sering berobat di dilakukan adalah olahraga yang terukur, teratur,
bulan Februari tahun 2015 adalah sebanyak 30 pasien terkendali dan berkesinambungan. Frekuensi yang
dan mengeluh gangguan sensitivitas kaki. dianjurkan adalah beberapa kali perminggu selama 30
Cavanagh pakar kaki pada diabetik dari
menit atau lebih secara teratur dan tidak berlabihan
Claveland US, menyoroti problem kaki di masa yang
(Hitchcock, 1999). Intensitas yang dianjurkan sebesar
akan datang, dimana pada tahun 2032 seiring dengan 40-70%, aktifitas ringan sampai sedang (Ermita, 2009).
peningkatan jumlah penyandang diabetes melitus dunia Salah satu jenis olahraga yang dianjurkan pada
akan terjadi pula lonjakan masalah kaki diabetik. Di penderita diabetes adalah senam kaki (Akhtyo, 2009).
negara Cina, dengan jumlah penduduk yang lebih dari Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau
1 milyar, saat ini diperkirakan terdapat 40 juta latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus
penyandang diabetes, jika di perkirakan 10% untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
diantaranya mengalami problem kaki diabetik maka melancarkan peredaran darah bagian kaki (Suryadi,
akan terdapat 4 juta penyandang diabetes yang 2004). Sedangkan menurut Setiawan 2010), senam kaki
mengalami problem kaki diabetik. Berdasarkan diabet merupakan salah satu terapi yang dilakukan
epidemiologi di Amerika Serikat ditemukan sekitar perawat. Senam ini bertujuan untuk melancarkan
250.000 orang meninggal akibat tidak melakukan peredaran darah yang terganggu karena senam kaki
latihan fisik tidak secara teratur. Latihan fisik secara diabetes dapat membantu memperkuat otot-otot kaki.
teratur akan mencegah atau mengurangi resiko Senam kaki diabet ini bertujuan untuk memperbaiki
terserangnya bibit penyakit (Hitchcock, 1999). sirkulasi darah sehingga nutrisi kejaringan lebih lancar,
Neuropati perfifer (kerusakan saraf) memperkuat otot-otot kecil, otot betis, dan otot paha,
merupakan komplikasi serius dari diabetes. Data serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang sering
terbaru menunjakkan bahwa 1 dari 5 orang dengan dialami oleh penderita diabetes melitus, (Wibisono,
diabetes (20%) mengalami neuropati perifer. Resiko 2009). Senam kaki diabet ini dapat diberikan kepada
neuropati perifer dapat terjadi sekitar 2 kali lipat lebih seluruh penderita diabetes melitus dengan tipe satu
tinggi dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. maupun dua.Namun sebaiknya diberikan senam kaki
Kombinasi neuropati perifer dengan masalah yang ini sejak pasien di diagnosa mendertia diabetes melitus
terkait dengan suplai darah ke kaki dapat menyebabkan sebagai tindakan pencegahan dini. Menurut Wibisono,
ulkus kaki dan penyembuhan luka lambat. Infeksi ini yang menjadi ketua persatuan diabetes indonesia,
dapat menyebabkan luka amputasi, 40-70% dari senam kaki ini berpengaruh untuk memperbaiki
Dasar pengobatan yang dapat dilakukan ketika sirkulasi darah dan meningkatkan sensitivitas kaki. Jika
sudah terjadi komplikasi hanyalah dengan cara tidak dilakukan dapat menimbulkan terjadinya
mengontrol kadar gula darah semaksimal mungkin ganggren, selanjutnya meningkatkan resiko kecacatan
untuk mencegah terjadinya keadaan yang lebih buruk, atau morbiditas dan akhirnya meningkatkan beban
karena neuropati akan terus berlangsung seiring hidup individu, keluarga, masyrakat dan
perjalanan penyakit diabetes melitus yang diderita. pemerintah.Senam kaki ini sangat dianjurkan untuk
Penanganan neuropati ini dapat dilakukan melalui tiga penderita diabetes yang mengalami gangguan sirkulasi
hal yaitu (1) penyuluhan atau pemberian nasehat, (2) darah dan neuropati di kaki, tetapi di sesuaikan dengan
pengobatan nyeri, dan (3) perawatan kaki (Tandra, kondisi dan kemampuan tubuh penderita. Gerakan
2007; Yunir, 2005). Perawatan kaki merupakan upaya dalam senam kaki diabet seperti yang disampaikan
pencegahan primer terjadinya luka pada kaki diabetes dalam 3rd National Diabetes Educators Training Camp
maupun gejala awal adanya kesemutan atau baal yang Tahun 2005 dapat membantu memperbaiki sirkulasi
akan menyebabkan penurunan sensitifitas kaki. Salah darah di kaki. Mengurangi keluhan dari neuropati
satu tindakan yang harus dilakukan dalam perawatan sensorik seperti: rasa pegal, kesemutan, gringgingen di
kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki secara kaki. Manfaat dari senam kaki diabet yang lain adalah
dini adalah dengan melakukan senam kaki diabetes, dapat memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya
selain memotong kuku yang benar, pemakaian alas kaki kelainan bentuk kaki, meningkatkan kemampuan otot
yang benar, dan menjaga kebersihan kaki (Soegondo, et betis, dan paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi,
al, 2004). Diabetes melitus dapat diatasi dengan latihan seperti senam kaki diabet dapat membuat otot-
mengelola beberapa hal yang mempengaruhi otot dibagian yang bergerak berkontraksi (Soegondo, et
penurunan glukosa, yaitu aktifitas, kadar insulin, diet, all, 2004). Pengendalian faktor resiko diabetes melitus
edukasi dan terpi (Perkeni, 2002; Smelzer & Bare, melalui modifikasi gaya hidup sebagian besar hanya
2002). Dilihat sudut ilmu kesehatan, tidak diragukan dilakukan dengan mengurangi makanan yang manis-
lagi bahwa olahraga atau latihan fisik apabila dilakukan manis. Selain itu para penderita cenderung untuk
memeriksakan kesehatanya, jika ada peningkatan kadar Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Karaktristik
gula darah menggambarkan kebiasaan hidup orang Responden di Puskesmas Medan
keturunan diabetes melitus mempunyai resiko enam Tuntungan Tahun 2015
kali terkena diabetes melitus dibandingkan dengan No. Karakteristik Frekuesi Persen %
masyarakat yang tidak mempunyai riwayat keturunan . 1. Usia
Berdasarkan penelitian Sigit Priyanto (2012) 26 – 45 Tahun 7 23,3
mengenai pengaruh senam kaki terhadap sensitivitas 46 – 55 Tahun 18 60
kaki pada penderita diabetes melitus di Magelang. 56 – 65 Tahun 5 16,7
Penelitian eksperimen semu desain pre and post test Total 30 100
group with control group. Sampel secara aksidental 2. Jenis Kelamin
atau conveniece sampling, 63 responden. Instrumen Laki – Laki 21 70
penelitian menggunakan skala sensitivitas kaki. Senam Perempuan 9 30
kaki dilakukan selama 4 minggu. Hasil penelitian Total 30 100
setelah diberikan senam kaki sensitivitas kaki lebih
baik (p value 0,000). Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa
mayoritas responden yang berusia 26-45 sebanyak 7
Desain Penelitian orang (23,3 %), yang berusia 46-55 responden
Penelitian ini merupakan jenis penelitian sebanyak 18 Orang (60,0%)dan yang berusia 56-65
kuantitatif dengan desain penelitian yaitu pra sebanyak 5 orang (16,7%). Sedangkan menurut jenis
eksperimental one group. Kelompok subyek kelamin laki- laki sebanyak 21 orang (70,0 %) dan
diobservasi sebelum dilakukakan intervensi. Kemudian di yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang
observasi kembali setelah dilaksanakan intervensi (30,0 %).
(Sastroasmoro & Ismael, 2010). Desain rancangan yang
dipergunakan yaitu pre and post test group design with Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sensitivitas Kaki
control group. Sensitivitas kaki sebelum dan sesudah Sebelum Dilakukan Senam Kaki Pada
diberikan intervensi senam kaki dilakukan penilaian Penderita Diabetes Melitus di
untuk melihat pengaruh senam kaki terhadap Puskesmas Medan Tuntungan Tahun
peningkatan sensitivitas kaki penderita diabetes melitus 2015
di Puskesmas Medan Tuntungan Kecamatan Kemenang No. Sebelum Frekuensi Persen
Tani Tahun 2015. Intervensi
Gambaran skema penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Sensitivitas 15 50%
Q1 X Q2 Kurang
Q1 = Pengukuran sensitivitas kaki sebelum dilakukan 2. Sensitivitas 8 26,7%
intervensi senam kaki. Sedang
X = Intervensi senam kaki. 3. Sensitivitas Baik 7 23,3%
Q2 = Pengukuran sensitivitas kaki setelelah dilakukan Total 30 100%
intervensi senam kaki.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
Hasil Penelitian
mayoritas yang sensitivitas kaki yang kurang sebanyak
Diuraikan hasil penelitian dan pembahasan
15 responden (50%), yang sensitivitas kaki yang
mengenai pengaruh senam kaki terhadap sensitivitas
kaki pada penderita diabetes melitus di Puskesmas sedang sebanyak 8 responden (26,7%) sedangkan yang
Medan Tuntungan tahun 2015 dengan jumlah sensitivitas kaki yang baik sebanyak 7 responden yaitu
responden 30 orang pasien diabetes melitus dengan (23,3%).
ganguan sensitivitas kaki yang dilakukan pada tanggal
17 Juli 2015 – 31 Juli 2015. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sensitivitas Kaki
Sesudah Dilakukan Senam Kaki Pada
1. Analisa Univariat Penderita Diabetes Melitus di
Puskesmas Medan Tuntungan Tahun
Analisa univariat dilakukan dengan menggunakan 2015
analisa distribusi, frekuensi , dan statistik deskriptif
No. Sesudah Frekuensi Persen
untuk melihat sensitivitas kaki sebelum dan sesudah
Intervensi
dilakukan senam kaki.
1. Sensitivitas 0 0%
Kurang
2. Sensitivitas 18 78,3%
Sedang
3. Sensitivitas 5 21,7%
Baik
Total 23 100%
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada penelitian Calle adalah terhadap sirkulasi darah
mayoritas sensitivitas sedang sesudah diberikan senam sedang pada penelitian ini sensitivitas kaki, begitu juga
kaki sebanyak 18 responden (78,3%) sedangkan penelitian Calle hanya
sensitivitas baik sebanyak 5 responden (21,7%). perawatan kaki secara umum, sedangkan penelitian ini
dengan dilakukan dengan senam kaki.
2. Analisa Bivariat Senam kaki merupakan salah satu bentuk
Analisa Bivariat yaitu analisa yang dilakukan keterampilan dimana untuk mencapai peningkatannnya
untuk mengetahui perbedaan sensitivitas kaki sebelum diperlukan waktu yang lama dan teratur serta harus
dan sesudah dilakukan senam kaki pada penderita dipraktekkan.
diabetes. Analisa bivariat dilakukan dengan uji statistik Hal ini sesuai dengan penelitian Sahar (2002)
Pair T test karena data berdistribusi normal. yang menyebutkan bahwa ada peningkatan
keterampilan secara signifikan setelah 6 bulan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sensitivitas Kaki penelitian tersebut menunjukkan terjadinya
Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam peningkatan ketrampilan atau latihan sedangkan esensi
Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus di perbedaan penelitian tersebut selama 6 bulan,
Puskesmas Medan Tuntungan Tahun sedangkan penelitian ini dilakukan selama 2 minggu.
2015 Begitu pula penelitian Barnett, et, al (2003)
No. Sensitivitas Mean SD P Value mengemukakan bahwa latihan fisik yang dilakukan 1
Kaki jam per minggu selama satu tahun dapat menurunkan
1. Sensivitas 1,76 0,81 0,00 angka kerusakan sebesar 40 %. Intensitas dan
kaki sebelum kontinuitas dalam melakukan aktivitas atau latihan
dilakukan akan mempengaruhi efek yang ditimbulkan. Oleh
intervensi karena itu senam kaki yang dilakukan secara teratur
sensitivitas dan seimbang dapat berdampak positif bagi penderita
kaki Diabetes Melitus.
2. Setelah 2,43 0,5 0,00 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di
dilakukan swiss oleh Rocher dikutip oleh Wibisono pada
intervensi penderita diabetes melitus dengan neuropati, hasil
penelitian olahraga tidak teratur akan beresiko terjadi
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa terdapat ulkus diabetika lebih tinggi 4 kali dibanding dengan
perbedaan rata- rata sensivitas kaki yang bermakna olahraga yang tidak teratur.
antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi (P Perkini (2006) menyatakan perawatan kaki
Value < 0,05). Sesudah dilakukan intervensi terjadi diabetesi yang teraturakan mencegah atau mengurangi
perubahan rata- rata sensivitas kaki sebanyak 0,67. terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Menurut
penulis aktifitas fisik khususnya senam kaki akan
PEMBAHASAN membantu menstimuli syaraf-syaraf kaki dalam
menerima ransangan. Hal ini akan meningkatkan
Perubahan nilai sensitivitas kaki sebelum dan sensitivitas kaki terutama pada penderita diabetes
sesudah diberikan intervensi di Puskesmas Medan melitus. Kondisi tersebut didukung hasil penelitian
Tuntungan. Berdasarkan hasil penelitian yang yang dilakukan di Puskesmas Medan Tuntungan yang
dilakukan menunjukkan perbedaan selisih mean rata- menunjukkan peningkatan rata-rata sensitivitas kaki
rata sensitivitas kaki sebelum dengan sesudah setelah dilakukan intervensi senam kaki.
intervensi. Hal ini menggambarkan bahwa penderita Kerusakan saraf yang menuju ke kaki akan
diabetes melitus yang diberikan intervensi memiliki mengurangi rasa sensasi, dengan demikian kemampuan
sensitivitas lebih baik. kaki untuk merasakan luka atau rasa tidak enak dan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian berkurangnya pasukan darah berarti bahwa luka yang
sebelumnya yaitu Calle, Pascual, Duran, (2001) kecil, mungkin sembuh tidak secepat biasanya.
menyatakan bahwa diabetisi dengan neuropati Kombinasi dari perubahan ini, berarti bahwa penderita
dilakukan perawatan kaki diabet yang dilakukan diabetes melitus yang lansia beresiko terhadap infeksi
dengan menjaga sirkulasi darah kaki dihasilkan dan luka pada kaki dan tenpa perawatan kaki yang baik
kelompok yang tidak melakukan perawatan kaki 13 maka keadaan ini dapat menjadi parah sehingga
kali beresiko terjadinya ulkus diabetika dibandingkan kadang-kadang harus berhenti bekerja atau bahkan
kelompok yang melakukan perawatan kaki secara jarang sekali melakukan aktifitas karena nyeri sangat
teratur. Esensi persamaan penelitian yang dilakukan hebat. Banyak penderita diabetes melitus yang
dengan penelitian tersebut menunjukkan resiko mengalami ganguan peredaran darah, terutama pada
terjadinya gangguan pada ekstermitas bawah atau kaki, kakinya. Pada penderita diabetes melitus akan
jika penderita yang mengalami diabetes melitus merasakan perubahan sensitivitas pada kakinya setelah
diberikan latihan senam atau aktivitas. Sedangkan melakukan perjalanan jauh. Sensitivitas tidak dapat
esensi perbedaan penelitian yang ditemukan dengan dirasakan lagi dan ini berarti bahwa pembuluh darah
penelitian tersebut. Yaitu efek positif yang ditimbulkan besar atau arteri di kaki menyempit atau tersumbat.
Pada kasus-kasus tertentu pengobatan pembuluh darah subur untuk berkembangnya bakteri patogen. Karena
secara operatif dapat membantu mengatasi masalah ini. kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan
Obat-obat biasanya tidak membantu mengatasi masalah tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena
tesebut. Terapi keperawatan dans enam kaki plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol
merupakan salah satu untuk mengatasi ganguan dengan baik, mempunyai kekentalan (viskositas) yang
sensitivitas pada kaki penderita diabetes melitus. tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat.
Menurut Waspadji (2005), senam kaki merupakan Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup.
salah satu terapi yang diberikan seorang perawat, yang Hal ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman
ebrtujuan untuk memperlancar peredaran darah yang anaerob berkembang biak.
tergangu karena senam kaki diabetes dapat membantu Menurut Thoha 2005, kondisi kaki diabetik
memperkuat otot-otot kaki. Senam kaki diabetes dapat berasal dari suatu kombinasi dari beberap penyebab
membantu memperkuat otot-otot kaki. Senam kaki atau seperti senaitivitas yang kurang dan neuropati.
senam diabetes dapat membantu memperbaiki Berbagai kelainan seperti neuropati, angiopati yang
peredaran darah yang terganggu dan memeperkuat otot- merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap
otot kecil kaki pada pasien diabetes dengan neuropati. terjadinya kaki diabetik. Sensitivitas kaki pada
Selain itu dapat memperkuat oto-otot kecil kaki pada penderita diabetes melitus yang diawali angiopati
psien diabetes dengan neuropati. Selain itu dapat diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,
memperkuat otot betis dan otot paha, mengatasi metabolik dan faktor resiko lainnya . kadar glukosa
keterbatasan gerak sendi dan mencegah terjadinya yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai
deformitas. dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap
Komplikasi menahun dari diabetes melitus metabolisme karbihidrat, tetapi juga terhadap
salah satunya adalah kelainan pada kaki diawali dengan metabolisme protein dan lemak yang dapat
terjadinya gangguan sensitivitas yang disebut sebagai menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh
kaki diabetik. Komplikasi yang paling sering dialami darah (aterokolosis). Akibatnya terjadi ganguan
pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki 15% peredaran pembuluh darah besar dan kecil yang
yang kini disebut kaki diabetes (Hendratmo, 2004, mengakibatkan sirkulasi darah kurang baik, pemberian
Wibowo, 2004, Cumha, 2005). Menurut Misnadiarly, makanan dan oksigenisasi kurang dan mudah menjadi
2007, di negara berkembang prevalensi kaki diabetik terjadi penyumbatan aliran darah terutama daerah kkai.
didapatkan jauh lebih besar dibandingkan dengan Neuropati diabetik dapat menyebabkan insentivitas
negara maju yaitu 2-4%, prevalensi yang tinggi ini atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri,
disebabkan kurang pegetahuan penderita akan panas, dan dingin. Menurut Mayfield, 1998, diabetes
penyakitnya, kurangnya perhatian tenaga kesehatan yang menderita neuropati dapat berkembang menjadi
terhadap komplikasi serta rumitnya cara pemeriksaan luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak
yang ada saat ini untuk mendeteksi kelainan tersebut disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cidera ini
secara dini. tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi
Pengelolaan kaki diabetes mencakup komplikasi dan menyebabkan uleserasi dan bahkan
pengendalian gula darah, debridemen/ membuang amputasi. Neuropati juga dapat menyebakan deformitas
jaringan yang rusak, pemberian antibiotik, dan obat- seperti Buniion, Hammer (ibu jari martil), dan Charcot
obat vaskularisasi. Komplikasi kaki diabetik adalah foot.
penyebab amputasi ekstermitas bawah nontraumatik Penderita diabetik memerlukan perhatian
yang paling sering terjadi di dunia industri. Sebagian penuh untuk mencegah kedua kaki agar tidak terkena
besar komplikasi kaki diabetik mengakibatkan cidera. Karena adanya konsekuensi neuropati,
amputasi yang dimulai dengan pembentukan ulkus di observasi setiap hari terhadap kaki merupakan masalah
kulit. Resiko amputasi ekstermitas bawah 15-46 kali kritis. Sedangkan menurut Amstrong & Lawrence,
lebih tinggi pada penderita diabetik dibandingkan (1998) jika penderita diabetes memberikan perhatian
dengan orang yang tidak menderita diabetik terhadap aktivitas dan perawatan kaki, maka akan
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita mengurangi risiko yang serius bagi kondisi kakinya,
diabetes melitus. Selain daripada itu menurut Amstrong Cunha, (2005) mengemukakan sensitivitas yang kurang
& Lawrence, 1998, komplikasi kaki merupakan alasan juga dapat menyebabkan pembengkakan dan
tersering seseorang harus dirawat dengan diabetes, kekeringan pada kaki. Pencegahan komplikasi pada
berjumlah 25% dari seluruh rujukan diabetes di kaki merupakan hal penting pada penderita diabetes
Amerika Serikat dan Inggris. melitus karena sensitivitas yang kurang merusak proses
Ganguan sensitivitas akan menyebabkan penyembuhan dan dapat menyebabkan ulkus, infeksi,
berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada dan kondisi pada kaki.
serabut saraf yang kemudianmenyebabkan Proporsi kurangnya latihan fisik yaitu
berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada
kebiasaan olahraga atau senam kaki kurang dari 3 kali
serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan
dalam seminggu selama 30 menit pada kasus sebesar
neuropati. Di samping itu, dari kasus ulkus/ gangren
80,6% dan kontrol 30,6%. Sesuai dengan teori aktivitas
diabetes kaki diabetes melitus, 50% akan mengalami
fisik (olahraga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan
infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang
sensitivitas darah, menurunkan berat badan dan
memperbaiki kadar glukosa darah. Menurut Yuni, SARAN
(2006) dengan kadar glukosa darah terkendali maka
akan mencegah komplikasi kronik diabetes melitus. 1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Olahraga rutin (lebih 3 kali dalam seminggu selama 30 Agar pelayanan kesehatan dapat menerapkan
menit) akan memperbaiki metabolisme karbohidrat, senam kaki kepada pasien penderita diabetes
berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan melitus baik yang mengalami ganguan
sumbangan terhadap penurunan berat badan. Orang sensitivitas kaki dan yang tidak mengalami
diabetes memiliki 3 alasan lebih tinggi resikonya gangguan sensitivitas kaki agar mencegah
mengalami masalah kaki. Pertama, berkurangnya terjadinya penurunan sensitivitas kaki.
sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat 2. Keluarga Bersama Dengan Pasien
penderita tidak menyadari bahkan sering disebabkan Agar keluarga ikut memberikan dukungan dan
karena trauma misalnya kemasukan air, tertusuk duri, motivasi kepada pasien dalam melakukan
lecet akibat pemakaian sepatu, sandal yang sempit dan senam kaki baik di rumah maupun saat
bahan yang keras. Awalnya hanya kecil, kemudian pertemuan di puskesmas.
meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan
mejadi borok dan menimbulkan bau yang disebut gas DAFTAR PUSTAKA
gangren. Jika tidak dilakukakan perawatan akan sampai
ke tulang yang mengakibatkan infeksi tulang Akhtyo, (2009), Gambaran Klinis Hipoglikemia Pada
(osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk mencegah Pasien Diabetes Melitus.
perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan amputasi Jurnal Sigit Priyanto, (2012), Pengaruh Senam Kaki
(pemotongan tulang). Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Penderita
Diabetes Melitus di Magelang, Jakarta : FIK UI.
KETERBATASAN PENELITIAN Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit
Keterbatasan penelitian yang terjadi, sebelum Rineka Cipta.
dilakukan intervensi senam kaki terhadap 30 responden Nursalam (2009). Konsep & Penerapan Metodologi
terlebih dahulu peneliti melakukan pemeriksaan Penelitian Ilmu Kesehatan Pedoman Skripsi,
sensitivitas kaki (sensitivitas kurang 15 responden, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan,
sensitivitas sedang 8 responden, sensitivitas baik 7 Jakarta: Salemba Medika.
responden), dimana pasien yang mengalami sesitivitas Perkini, (2002), Konsensus Pengelolaan Diabetes
baik tidak mengikuti senam kaki hal ini terjadi karena Melitus Di Indonesia. Jakarta: PB Perkini.
responden mengalami sensitivitas baik sehingga pasien Price, (2005). Patofisiologi, Konsep, Penyakit-Penyakit
meminta untuk tidak mengikuti senam kaki dan tidak , EGC, Jakarta.
dipergunakan menjadi responden meskipun akhirnya Smeltzer & Bare, (2002). Keperawatan Medikal Bedah
jumlah responden seluruhnya adalah 23 orang. Volume 2. Alih Bahasa Andry Hartono. EGC:
Responden terkadang ada yang tidak rutin dalam Jakarta .
mengikuti senam kaki. Soegondo. (2008), Melawan Diabetes Dengan Banyak
Beraktivitas, diakses dari
KESIMPULAN http://www.indodiabetes.com
Suyono, (2009), Kecenderungan Peningkatan Jumlah
Pengaruh senam kaki terhadap sensitivitas Pasien Diabetes. Jakarta: FKUI.
kaki pada penderita diabates melitus di Puskesmas Tjokronegoro, A.(2002). Petunjuk Hidup Sehat Untuk
Medan Tuntungan Tahun 2015 dapat diisimpulkan Para Diabetis, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
sebagai berikut : Utama.
1. Rata-rata sensitivitas kaki sebelum dilakukan WHO (2008), Technical Brief For Policy Maker,
senam kaki nilai sensitivitas kaki lebih rendah. Geneva, Switzerland.
2. Rata-rata sensitivitas kaki setelah dilakukan
senam kaki nilai sensitivitas kaki lebih tinggi.
3. Ada pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan
senam kaki terhadap sensitivitas kaki pada
penderita diabetes melitus di Puskesmas
Medan Tuntungan Tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai