PENDAHULUAN
.1 Man/M1
.1.1 Analisa Ketenagaan Keperawatan dan Non Keperawatan
Ruang Teratai (Ruang Penyakit Dalam) RS Universitas Jember,
memiliki tenaga keperawatan sejumlah 15 orang, diantaranya 7 orang perawat
dengan pendidikan Ners dan 8 lainnya memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan sudah termasuk kepala ruang. Selain tenaga keperawatan, ruang
Teratai juga memiliki 3 orang pekarya kesehatan dan 1 orang tenaga
administrasi.
2.1.2 Latar Belakang Pendidikan, Masa Kerja dan Jenis Pelatihan Yang
Diikuti
Latar belakang pendidikan, masa kerja dan jenis pelatihan yang diikuti
oleh tenaga keperawatan di Ruang Teratai adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Daftar Tenaga Perawat di ruang Teratai RS Universitas Jember
Kepala Ruangan
Ns. A, S.Kep
1. Self Care
Pasien membutuhkan bantuan minimal dalam tindakan keperawatan
dan pengobatan. Pasien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri
secara mandiri. Perawatan self care membutuhkan waktu 12 jam
dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/hari.
2. Minimal Care
Pasien membutuhkan bantuan sebagian dala tindakan keperawatan
dan pengobatan terntentu, misalnya pemberian obat secara intravena
dan mengatur posisi. Perawatan minimal membutuhkan waktu 3-4 jam
dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam
3. Intermediate Care
Perawatan pasien membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu ratarata
efektif 5,5 jam/hari
4. Mothfied Intensive Care
Perawatan pasien membutuhkan waktu 7-8 jam dengan rata-rata
efektif 7,5 jam/hari
5. Intensive Care
Perawatan pasien membutuhkan waktu 10-14 jam dengan waktu rata-
rata 12 jam/hari.
Sedangkan menurut Douglas (1984) dalam Kamalia (2020) mengklasifikasikan
pasien dala tiga kategori berdasarkan derajat ketergantungan, antara lain :
1. Perawatan Minimal
Pasie pada kategeri ini masih dapat melakukan sendiri kebersihkan
diri, mandi, mengganti pakaian termasuk minum. Ciri-ciri lain pasien
pada klasifikasi ini adalah status psikologis stabil, pengobatan
minimal, penapilan secara umum baik, observasi tanda-tanda vital
dilakukan setiap shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan
simpel. Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/hari
2. Perawatan Intermediet
Pasien pada kategori ini masih memerlukan bantuan dalam memenuhi
kebersihan diri, makan minum serta mengatur posisi. Tindakan
perawatan pada pasien ini meliputi: monitor TTV, kelancaran drainase
atau infus. Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/hari
3. Perawatan Total
Pasien pada klasifikasi ini harus dibantu tentang segala sesuatunya.
Posisi yang diatur, observasi TTV setiap 2 jam, makan memerlukan
selang NGT, menggunakan teapi intravena, pemakaian suction dan
pasien kadang berada dala kondisi gelisah/disorientasi. Perawatan ini
memerlukan waktu 5-6 jam/hari.
Keterangan :
1. Jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu hari di ruang Teratai
adalah : 5+4+2 = 11 orang
2. Berdasarkan perhitungan Douglas jumlah perawat dalam satu hari
yang dibutuhkan dalam setiap shift adalah 5 perawat di shift pagi, 4
perawat di shift siang dan 2 orang di shift malam
3. Jumlah tenaga lepas dinas per hari dihitung berdasarkan jumlah hari
libur dan hari efektif dalam 1 tahun serta jumlah kebutuhan total
perawat dalam 1 hari yaitu (86x11) : 279 = 3.39 = 3 orang
4. Jumlah perawat cadangan yaitu 20% x jumlah kebutuhan perawat
per hari = 20 % x 11 = 2,2 = 2 orang
5. Jumlah total perawat yang dibutuhkan di ruang Teratai adalah
11+3+2 = 16 orang
b. Menurut Giles
A x B x 365
TP=
( 365−C ) x jam kerja per hari
Keterangan :
TP = Tenaga Perawat
A = Jam Perawatan/24 jam (waktu perawatan)
B = Rata – rata pasien per hari
C = Jumlah hari libur masing – masing perawat
TT = Jumlah tempat tidur
3,81 x 25 x 365
TP=
( 365−86 ) x 8
34.766,25
TP=
( 365−86 ) x 8
32485
TP=
2.232
TP = 15,57 =>> 16 perawat
2.1.6 Alur Masuk Pasien
PASIEN Keluarga
Pasien
TRIASE
IGD
PENDAFTARAN
KASIR
Pasien Sembuh,
Rujuk
PULANG
Pulang Paksa
Meninggal
Nurse station di ruang Teratai berada di sebelah timur di antara kelas I dan
kelas II untuk memudahkan perawat dalam melakukan perawatan ke semua
pasien. Selain itu juga memudahkan pasien dan keluarga pasien saat
membutuhkan bantuan pada perawat yang bertugas. Fasilitas di ruang Teratai
yaitu ruang kepala ruangan, mushola, kamar mandi, ruang perawat, ruang obat
serta ruang diskusi. Ruang diskusi digunakan untuk memberikan informasi
penting serta edukasi pada keluarga pasien. Ruang obat memiliki loker untuk
penyimpanan obat pasien. Satu pasien memiliki satu loker penyimpanan obat. Hal
tersebut memudahkan perawat dalam mencari obat pasien serta menghindari
terjadinya kesalahan dalam pemberian obat dengan pasien yang lain. Ruang
Teratai memiliki sedikit SOP tindakan medis atau keperawatan yang sesuai dan
masih up to date untk digunakan. Penerapan Patient Safety belum berjalan
maksimal karena dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak kendala.
2.2.3 Gambaran Kapasitas Tempat Tidur Ruangan
Ruang Teratai memiliki 25 bed pasien yang terisi penuh dengan tingkat
ketergantungan pasien rata-rata perhari yaitu 2 bed total care, 6 bed partial care
dan 17 bed minimal care. Pembagian berdasarkan kelas dibagi menjadi 3 kelas
yaitu kelas I 3 bed, kelas II 5 bed dan kelas III 17 bed.
Keterangan:
J : Jumlah
F : Berfungsi
T : Tidak berfungsi
2.3 M3/Method
2.3.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Universitas Jember
1) Visi rumah sakit Universitas Jember
Menjadi rumah sakit pilihan masyarakat dalam memberikan pelayanan di
bidang kesehatan, pendidikan dan pengabdian masyarakat di bidang
kesehatan.
2) Misi rumah sakit Universitas Jember
a) Memberikan pelayanan kesehatan secara utuh dan bermutu tinggi
dengan mengutamakan keselamatan pasien.
b) Menyelenggarakan peningkatan kualitas sumber daya manusia
dengan pendidikan dan pelatihan tenaga medis dan non medis di
bidang kesehatan dengan mengutamakan karakter yang produktif,
inovatif dan profesional.
c) Memberikan pelayanan pengabdian di bidang kesehatan dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Diskusi refleksi kasus adalah strategi yang sangat efisien serta efektif
dalam meningkatkan pengetahuan, menyampaikan pengalaman yang telah dialami
serta akuntabilitas dari perawat, penyajian kasus yang disampaikan baik kasus
klinis maupun kasus manajemen dalam rumah sakit (Depkes RI, 2016). Penerapan
DRK dapat membantu dalam peningkatan kemampuan seorang perawat dalam
melakukan perencanaan yang baik dan efektif dalam meningkatkan mutu
keperawatan (K and A, 2018). Perawat yang telah melakukan kegiatan DRK akan
berdampak besar dalam peningkatan ilmu pengetahuan serta informasi terbaru
seputar kasus dan penelitian, solusi dalam mengambil keputusan agar dapat
menyelesaikan permasalahan yang ada dalam pelayanan, memberikan kesadaran
untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan meningkatkan berpikir kritis
seorang perawat (Ardian and Hariyati, 2017). Manfaat DRK bagi perawat yaitu:
1. Mengembangkan profesionalisme
2. Meningkatkan aktualisasi diri
3. Membangkitkan motivasi belajar
4. Wahana untuk menyelesaikan masalah
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Teratai Rumah Sakit universitas
Jember, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan DRK jarang dilakukan. Pelaksanaan
pelayanan keperawatan hanya berdasarkan pada SDKI, SLKI, dan SIKI tanpa ada
keterbaruan berdasarkan artikel atau penelitian terbaru. DRK yang jarang
dilakukan akan berpengaruh pada profesionalime perawat, kurangnya motivasi
belajar, mekanisme pemecahan masalah dan ketersediaan SOP. Hal ini akan
berpengaruh pada peningkatan kepatuhan dan profesionalisme perawat sehingga
dapat membawa dampak pada mutu pelayanan asuhan keperawatan (Resiyanthi,
2021).
2.3.9 Supervisi
Pusat Keuangan
Rumah Sakit
Administrasi
Keuangan Pusat
Data Keuangan
terhubung langsung
Keuangan Ruang
Teratai
Ruang Teratai
b. Pengelolaan Keuangan
Manajemen keuangan atau pendanaan yang bersumber dari APBN,
PAD, DAK terlebih dahulu dikelola oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota
sebelum akhirnya dilimpahakan kepada pihak rumah sakit. Kemudian
dana yang berasal dari BPJS dikelola oleh pihak manajemen/ administrasi
rumah sakit kemudian laporan diserahkan ke Dinas Kesehatan
kebupaten/kota setempat dan dana tersebut akan dikembalikan sesuai
alokasi kebutuhan rumah sakit pada pihak manajemen keuangan rumah
sakit sebelum akhirnya dilimpahkan kepada pihak administrasi Ruang
Teratai (Penyakit Dalam)
Pengelolaan keuangan pada rumah sakit masih berpusat di
Pemerintahan Kabupaten/Kota sebelum nantinya akan dilimpahkan kepada
manajemen keuangan rumah sakit menjadi masalah tersendiri terlebih
rumah sakit Universitas Jember belum berstatus Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Bentuk permasalahan
yang ditemui yaitu terkait adanya mekanisme pengajuan pengadaan barang
pada Ruang Teratai (Penyakit Dalam) Rumah Sakit Universitas Jember
juga kurang maksimal karena birokrasi yang dinilai cukup menyusahkan
dengan status Non-BLUD maka pihak Rumah Sakit tidak dapat secara
fleksibel mengelola keuangannya untuk melakukan pengadaan barang
yang sifatnya penting atau segera dibutuhkan.
1.5.2 BOR, ALOS, TOI di Ruang Teratai (Penyakit Dalam) Rumah Sakit
Universitas Jember
Kriteria Bulan
Juli Agustus September
BOR % 67,92% 67,90% 74,55%
Standar ideal BOR 60% - 85% 60% - 85% 60% - 85%
ALOS % 3,84 3,80 3,66
Standar ideal ALOS 6 – 9 Hari 6 – 9 Hari 6 – 9 Hari
TOI % 1,38 1,39 1,02
Standar ideal TOI 1 – 3 Hari 1 – 3 Hari 1 – 3 Hari
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu,
indicator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Nilai parameter yang ideal adalah antara 60%85% (Depkes
RI,2005). Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai BOR dan TOI bulan Juli-
September memenuhi standar ideal, sedangkan untuk nilai ALOS masih belum
memenuhi standar ideal.
1.5.9 Kerjasama
Rumah Sakit Universitas Jember menjalin hubungan kerjasam dengan
beberapa institusi pendidikan khususnya dalam bidang kesehatan seperti
keperawatan, kedokteran, kedokteran gigi, farmasi, dan kesehatan masyarakat
serta ahli gizi. RS Universitas Jember juga melakukan kerjasama dengan berbagai
asuransi jaminan kesehatan seperti BPJS, Jasa Raharja, dan lainnya.
.1.2 Weakness
a. Sebagian perawat belum mendapatkan pelatihan komunikasi efektif dan
BTCLS
b. Kepala ruang belum pernah mendapatkan pelatihan manajemen
kepemimpinan
c. Jumlah tenaga perawat di ruangan kurang 1 orang
d. Terdapat beberapa bed yang rusak (slide rail dan pengunci roda)
e. Ruang Teratai memiliki sedikit sekali SOP tindakan medis atau tindakan
keperawatan yang sesuai
f. Penerapan patient Safety belum terlaksana maksimal (Kamar mandi belum
terpasang pegangan)
g. Mekanisme pengajuan barang di ruang Teratai belum maksimal karena
birokrasi dinilai cukup menyusahkan
h. DRK jarang pernah dilakukan
i. SOP masih sedikit tetapi masih up to date
j. Supervisi keperawatan belum dilaksanakan secara konsisten
k. Proses komunikasi menggunakan metode SBAR tetapi belum optimal
l. Terdapat pencatatan hal-hal kritikal saat serah terima, tetapi belum ada
pengawasan untuk evaluasi proses tersebut
m. Penataan obat yang perlu diwaspadai belum bisa dilakukan secara optimal
karena keterbatasan tempat penyimpanan
n. Penulisan dokumentasi secara manual mengurangi efisiensi waktu untuk
pelayanan
o. Keterlambatan pencairan BPJS pada Rumah Sakit Universitas Jember
p. Mekanisme pengajuan pengadaan barang pada Ruang Teratai (Penyakit dalam)
Rumah Sakit Universitas Jember kurang maksimal karena birokrasi yang dinilai
cukup menyusahkan
q. Pengelolaan keuangan masih terpusat dari Pemerintah kabupaten/kota
r. Ruang Teratai masih belum melakukan kegiatan untuk mengukur tingkat
kepuasan perawat
s. Ruang Teratai masih belum melakukan kegiatan untuk mengukur tingkat
kepuasan pasien.
t. Nilai ALOS atau lama rawat di ruang teratai Rumah Sakit Universitas Jember
kurang dari nilai ideal.
.1.3 Opportunity
a. Masyarakat cenderung memilih fasilitas kesehatan dengan lokasi yang udah
dijangkau
b. Masyarakat berpenghasilan rendah maupun pasien umum bisa berobat ke RS
Universitas Jember karena RS bekerja sama dengan BPJS/Jamkesda dan
asuransi swasta
c. Masyarakat saat ini lebih familiar pada sosial media untuk mengakses
informasi terkait layanan maupun fasilitas yang diberikan RS
d. Rumah sakit digunakan sebagai lahan praktik mahasiswa kesehatan
.1.4 Treath
a. Adanya persaingan dengan rumah sakit lain yang memiliki sistem
pendokumentasian yang lebih terstruktur dan pelayanan keperawatan yang
lebih baik
b. Adanya persaingan dengan rumah sakit lain mengenai pemberian upah
minimum kerja yang lebih tinggi
c. Adanya persaingan dengan rumah sakit lain terutama rumah sakit swasta
yang memiliki fasilitas lebih lengkap
d. Apabila terjadi keterlambatan pencairan dana BPJS atau asuransi lainnya
dikhawatirkan dapat menganggu manajemen keuangan rumah sakit
BOBOT
UNSUR MANAJEMEN BOBOT RATING X TOTAL
RATING
Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
Kekuatan (Strength)
1. Ruang Teratai (penyakit
dalam) di Rumah Sakit
Universitas Jember
merupakan pelayanan
S-W=
kesehatan perorangan
0,6 3 1,8 2,6-2,5
yang biayanya berasal
= 0,1
dari masyarakat yang
kemudian dikelola untuk
meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit.
2. Rumah Sakit kerjasama
dengan pihak ketiga
seperti BPJS,
0,4 2 0,8
JAMKESDA,
perusahaan asuransi
swasta
Tota
1 5 2,6
l
Kelemahan (Weakness)
1. Keterlambatan
pencairan BPJS pada
0,3 2 0,6
Rumah Sakit
Universitas Jember
2. Mekanisme pengajuan 0,5 3 1,5
pengadaan barang pada
Ruang Teratai
(Penyakit dalam)
Rumah Sakit
Universitas Jember
kurang maksimal
karena birokrasi yang
dinilai cukup
menyusahkan
3. Pengelolaan
keuangan masih
terpusat dari 0,2 2 0,4
Pemerintah
kabupaten/kota
Total 1 9 2,5
Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)
Peluang (Opportunity)
1. Masyarakat
berpenghasilan
rendah maupun
pasien umum bisa T-O = 3-2
berobat ke RS =1
1 3 3
Universitas Jember
karena RS bekerja
sama dengan
BPJS/Jamkesda dan
asuransi swasta
Total 1 3 3
Ancaman (Treath)
1.Terjadi
keterlambatan
pencairan dana BPJS
atau asuransi lainnya
1 2 2
dikhawatirkan dapat
menganggu
manajemen keuangan
rumah sakit (M4)
Total 1 2 2
Total 1 8 2,8
Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)
Peluang (Opportunity)
1. Masyarakat saat ini
lebih familiar pada O-T =
sosial media untuk
mengakses informasi 0,6 3 1,8 3-2 = 1
terkait layanan maupun
fasilitas yang diberikan
RS
2. Rumah sakit 0,4 3 1,2
digunakan sebagai
lahan praktik
mahasiswa kesehatan
Total 1 3 3
Ancaman (Treath)
1. Adanya persaingan
dengan rumah sakit lain
terutama rumah sakit 1 2 2
swasta yang memiliki
fasilitas lebih lengkap
Total 1 2 2
3 M3
M1 M2
2
1 M4
M5
-3 -2 -1 1 2 3
-1
-2
-3
Rikomah, Setya Enti. 2017. Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Sirait, E., Endang, P., dan Herawati. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Haji Boejasin
Pelaihari. Dunia Keperawatan. 4(1): 14-20.