Anda di halaman 1dari 45

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan rawat gawat darurat, rumah sakit sebagai organisasi
badan usaha di bidang kesehatan mempunyai peranan penting dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat secara optimal (Peraturan Menteri kesehatan
Republik Indonesia nomor 72 tahun 2016). Rumah sakit umum maupun rumah
sakit khusus mempunyai kewajiban dan fungsi dalam pelayanan kesehatan, salah
satunya yaitu pelayanan dan asuhan keperawatan yang bertujuan dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan cara memanajemen
(Rikomah, 2017).
Manajemen berasal dari kata bahasa inggris to manage yang mempunyai
arti mengurus, mengelola atau mengatur. Banyak pakar yang mendefinisikan
manajemen, garis besar manajemen merupakan tugas seorang manajer dalam
mengatur dan mengarahkan pada proses pengorganisasian, pengkoordinasian,
perencanaan serta pengontrolan sumberdaya dalam memenuhi tarjet (goals) yang
efektif dan efisien. Manajemen keperawatan merupakan proses pemberian asuhan
keperawatan secara professional melalui staf keperawatan dengan bentuk integrasi
dan koordinasi dalam memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap klien
(Supinganto, dkk. 2020).
Prinsip yang mendasari manajemen keperawatan yaitu perencanaan sebagai
pemecah permasalahan yang terencana dan efektif agar menghargai waktu dalam
perencanaan, sehingga dalam pengambilan keputusan manajerial dapat memenuhi
kebutuhan asuhan keperawatan yang teroganisir, selain itu dibutuhkan juga
motivasi staf serta komunikasi yang meminimalisir kesalahpahaman dalam
persamaan pandangan dalam upaya mempersiapkan dan meningkatkan perawat
pelaksana mengenai pengetahuan (Supinganto, 2020).
Rumah Sakit Universitas Jember merupakan salah satu rumah sakit
pendidikan yang berada di Kabupaten Jember yang mempunyai banyak ruang
perawatan, salah satu ruangan tersebut ialan ruang Teratai. Ruang Teratai
merupakan ruang perawatan pada klien penyakit dalam yang memiliki 25 bed
pasien yang masih layak untuk digunakan. Ruang Teratai memiliki beberapa
fasilitas, diantaranya ruang kepala ruangan, mushalla, kamar mandi, ruang
perawat, ruang obat dan ruang diskusi. Tenaga kerja yang berada diruang Teratai
terdiri dari 7 Ners dan 8 Ahli Madya Keperawatan (termasuk 1 kepala ruangan),
terdapat juga 3 orang pekarya kesehatan dan 1 orang administrasi.
SOP medis atau SOP keperawatan yang digunakan diruang Teratai masih
sedikit yang sesuai dan masih dalam proses up tu date untuk digunakan,
pendokumentasian dalam melakukan asuhan medis maupun keperawatan belum
terstruktur dan masih menggunakan metode pendokumentasian secara manual
(tulis tangan) serta masih belum lengkapnya dokumentasi yang dilakukan.
Tindakan Patient safety diruangan Teratai juga masih belum maksimal
dikarenakan banyak kendala dalam pelaksanaannya, salah satunya dalam
pengajuan pengadaan barang pada ruang Teratai kurang maksimal karena
birokrasi yang dirasa cukup menyusahkan, akan tetapi ruangan Teratai memiliki
channel youtube yang berisikan terkait fasilitas dan mekanisme pelayanan di
rumah sakit khususnya ruang Teratai.
Berdasarkan data permasalahan di atas, maka diperlukan upaya untuk
memperbaiki manajemen rumah sakit Universitas Jember terutama diruangan
Teratai, sehingga dapat meningkatkan pelayanan serta memberikan kepuasan
kepada klien. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, maka mahasiswa Profesi Ners
Angkatan 28 kelas D kelompok 3 Universitas Jember membantu manajemen
keperawatan diruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember dalam
meningkatkan pelayanan ada menjadi lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran pengelolaan manajemen keperawatan yang ada
diruang Teratai rumah sakit Universitas Jember?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisa praktik pengelolaan manajemen keperawatan dan
menerapkan model praktik manajemen keperaatan professional yang
sesuai diruang Teratai rumah sakit Universitas Jember.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang harus dicapai dalam kegiatan ini antara lain
sebagai berikut:
a. Melakukan pengkajian dan analisa manajemen pelayanan praktik
keperawatan yang berfokus pada prinsip M1-M5 diruang Teratai
rumah sakit universitas Jember.
b. Melakukan analisa SWOT berdasarkan data yang telah dikumpulkan
diruang Teratai rumah sakit Universitas Jember.
c. Menyusun perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan
berdasarkan data yang dikumpulkan diruang Teratai rumah sakti
Universitas Jember.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Klien
Klien merasa aman dan nyaman terhadap prosedur pelayanan serta
terwujudnya kepuasan klien terhadap pelayanan rumah sakit yang sesuai
dengan kebutuhan klien.
1.4.2 Bagi Perawat
Perawat mampu berpikir kritis dalam mengevaluasi pelayanan
keperawatan pada sistem manajemen serta dapat meningkatkan
profesionalitas terhadap pelayanan rumah sakit Universitas Jember
terutama diruang Teratai.
1.4.3 Bagi Ruangan dan Rumah Sakit
Pelayanan rumah sakit dapat di evaluasi dan diperbaiki dalam sistem
prosedur, sehingga akan berdampak positif dalam meningkatkan mutu
pelayanan manajemen keperawatan rumah Sakit Universitas Jember yang
mempunyai daya saing yang tinggi.
BAB 2. PENGKAJIAN

.1 Man/M1
.1.1 Analisa Ketenagaan Keperawatan dan Non Keperawatan
Ruang Teratai (Ruang Penyakit Dalam) RS Universitas Jember,
memiliki tenaga keperawatan sejumlah 15 orang, diantaranya 7 orang perawat
dengan pendidikan Ners dan 8 lainnya memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan sudah termasuk kepala ruang. Selain tenaga keperawatan, ruang
Teratai juga memiliki 3 orang pekarya kesehatan dan 1 orang tenaga
administrasi.
2.1.2 Latar Belakang Pendidikan, Masa Kerja dan Jenis Pelatihan Yang
Diikuti
Latar belakang pendidikan, masa kerja dan jenis pelatihan yang diikuti
oleh tenaga keperawatan di Ruang Teratai adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Daftar Tenaga Perawat di ruang Teratai RS Universitas Jember

N Nama Status Jabatan Pendidikan Masa Pelatihan


o Kerja
1 Ns. A, S.Kep PNS Karu S1 Ners 15 BTCLS, Code
tahun Red,
Komunikasi
Efektif
2 Ns. B, S.Kep PNS Katim S1 Ners 10 BTCLS, Code
tahun Red,
Komunikasi
Efektif
3 Ns. C, S.Kep PNS Katim S1 Ners 12 BTCLS, Code
tahun Red,
Komunikasi
Efektif
4 Ns. D, S.Kep PNS Katim S1 Ners 9 tahun BTCLS, Code
Red,
Komunikasi
Efektif
5 Ns. E, S.Kep PNS PP S1 Ners 6 tahun BTCLS, Code
Red,
Komunikasi
Efektif
6 Ns. F, S.Kep PNS PP S1 Ners 3 tahun BTCLS, Code
Red,
Komunikasi
Efektif
7 Ns. G, S.Kep PNS PP S1 Ners 4 tahun BTCLS, Code
Red,
Komunikasi
Efektif
8 H, Amd.Kep PNS PP D3 2 tahun BTCLS
9 I, Amd.Kep PNS PP D3 1 tahun Komunikasi
efektif
10 J, Amd.Kep PNS PP D3 3 tahun BTCLS
11 K, Amd.Kep Non PP D3 2 tahun BTCLS
PNS
12 L, Amd.Kep Non PP D3 6 tahun BTCLS, code
PNS red,
Komunikasi
Efektif
13 M, Amd.Kep Non PP D3 6 tahun Komunikasi
PNS efektif
14 N, Amd.Kep Non PP D3 3 tahun BTCLS
PNS
15 O, Amd.Kep Non PP D3 4 tahun BTCLS
PNS

Berdasarkan tabel 2.1 jumlah perawat di ruang Teratai RS Universitas


Jember yang memiliki pendidikan Ners dan D3 hampir sama jumlahnya.
Pembagian tenaga keperawatan dalam ruang menurut AIPNI (Asosiasi
Institusi Pendidikan Ners Indonesia) adalah tenaga keperawatan 40 % terdiri
dari perawat professional dan 60 % perawat vokasi. Perhitungan pembagian
tenaga perawat di ruang Teratai adalah sebagai berikut :
a) Perawat Profesional
Tenaga perawat professional = 40 % x 15 orang = 6 orang
b) Perawat Vokasi
Tenaga perawat vokasi = 60 % x 15 orang = 9 orang

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pembagian tenaga perawat di ruang


Teratai sudah memenuhi standart yang seharusnya. Namun kepala ruang
belum pernah mendapatkan pelatihan manajemen kepemimpinan, ada
sebagian perawat yang belum mendapatkan pelatihan BTCLS dan pelatihan
komunikasi efektif, serta sudah pernah mendapatkan pelatihan BTCLS tetapi
sudah lebih 5 tahun.
2.1.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi Ruang Teratai (Penyakit dalam) di Rumah Sakit
Universitas Jember adalah sebaga berikut :

Kepala Ruangan
Ns. A, S.Kep

Ketua TIM 1 Ketua TIM 2


Ns. B, S.Kep Ns. Ns. C, S.Kep

Perawat Pelaksana 1 Perawat Pelaksana 2 Admisitrasi &


1. Ns. D, S.Kep 1. Ns. F, S.Kep Pekarya Kesehatan
2. Ns. E, S.Kep 2. Ns. G, S.Kep
3. H, Amd.Kep 3. L, Amd.Kep
4. I, Amd.Kep 4. M, Amd.Kep
5. J, Amd.Kep 5. N, Amd.Kep
6. K, Amd.Kep 6. O, Amd.Kep

2.1 Struktur Organisasi


Ruang Teratai di RS Univeritas Jember telah memiliki struktur
organisasi yang baik dan dijalankan sesuai tanggung jawab serta wewenang
masing-masing perawat. Struktur organisasi ruang Teratai terdiri dari Kepala
Ruang, Ketua Tim dan perawat pelaksana. Sebagai Kepala Ruang memiliki
tugas yakni bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan di ruangan, kegiatan supervisi ketua tim dan perawat pelaksana,
kegiatan supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang
terkait. Namun belum ada supervisi secara berkala dan terjadwal di ruang
tersebut. Ketua Tim memiliki tugas membagi tugas kepada perawat
pelaksana, membuat jawdal dinas seluruh perawat diruangan, memimpin pre
dan post conference, mengatur kegiatan delegasi, mengobservasi dan evaluasi
asuhan keperawatan. Sedangkan tugas perawat pelaksana yakni berisi
tindakan keperawatan kepada pasien yang dirawat di shift dinasnya (Tulak,
2020)

2.1.4 Tingkat Ketergantungan Pasien


Pelaksanaan asuhan keperawatan pasien diruang rawat inap disesuiakan
dengan kebutuhan pasien atau menurut klasifikasi pasien. Klasifikasi pasien
adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah dan kompleksitas
persyaratan perawatan yang dijalani (Tulak, 2020). Klasifikasi pasien
bertujuan untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk mengukur jumlah
usaha yang diperlukan untuk memenuhi keperawatan pasien (Gillies, 1994
dalam Kamalia dkk, 2020). Diruang teratai sendiri terdiri dari 2 bed total
care, 6 bed partial care dan 17 bed minimal care.

Klasifikasi pasien menurut Swansburg dalam Tulak (2020) meliputi :

1. Self Care
Pasien membutuhkan bantuan minimal dalam tindakan keperawatan
dan pengobatan. Pasien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri
secara mandiri. Perawatan self care membutuhkan waktu 12 jam
dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/hari.
2. Minimal Care
Pasien membutuhkan bantuan sebagian dala tindakan keperawatan
dan pengobatan terntentu, misalnya pemberian obat secara intravena
dan mengatur posisi. Perawatan minimal membutuhkan waktu 3-4 jam
dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam
3. Intermediate Care
Perawatan pasien membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu ratarata
efektif 5,5 jam/hari
4. Mothfied Intensive Care
Perawatan pasien membutuhkan waktu 7-8 jam dengan rata-rata
efektif 7,5 jam/hari
5. Intensive Care
Perawatan pasien membutuhkan waktu 10-14 jam dengan waktu rata-
rata 12 jam/hari.
Sedangkan menurut Douglas (1984) dalam Kamalia (2020) mengklasifikasikan
pasien dala tiga kategori berdasarkan derajat ketergantungan, antara lain :
1. Perawatan Minimal
Pasie pada kategeri ini masih dapat melakukan sendiri kebersihkan
diri, mandi, mengganti pakaian termasuk minum. Ciri-ciri lain pasien
pada klasifikasi ini adalah status psikologis stabil, pengobatan
minimal, penapilan secara umum baik, observasi tanda-tanda vital
dilakukan setiap shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan
simpel. Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/hari
2. Perawatan Intermediet
Pasien pada kategori ini masih memerlukan bantuan dalam memenuhi
kebersihan diri, makan minum serta mengatur posisi. Tindakan
perawatan pada pasien ini meliputi: monitor TTV, kelancaran drainase
atau infus. Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/hari
3. Perawatan Total
Pasien pada klasifikasi ini harus dibantu tentang segala sesuatunya.
Posisi yang diatur, observasi TTV setiap 2 jam, makan memerlukan
selang NGT, menggunakan teapi intravena, pemakaian suction dan
pasien kadang berada dala kondisi gelisah/disorientasi. Perawatan ini
memerlukan waktu 5-6 jam/hari.

2.1.5 Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan


Pasien.
a. Menurut Douglas
Menurut Douglas (1984) dalam Tulak (2020) dalam menetapkan
jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu unit perawatan berdasarkan
klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori mempunya nila standar
per shiftnya, yakni sebagai berikut:
Table 2.2 Kebutuhan Perawat dalam suatu unit atau tim berdasarkan
tingkat ketergantungan menurut Douglas

Table 2.3 Jumlah Tenaga Perawatan Berdasarkan Tingkat


Ketergantungan Pasien
Klasifikasi Jumla Jumlah Tota Jumlah Kebutuhan
h perawat l
pasien tersedia
Tota Partia Sel P S M P S M
l l care f
care car
e
2 6 17 25 6 5 4 15  Total : Total :
Total : 2x0,30 = 2x0,20 =
2x0,36 0,6 0,40
= 0,72  Partial:  Partial:
 Partial 6x0,15 = 6x0,10 =
: 0.9 0,6
6x0,27  Self :  Self :
= 1,62 17x0.14 = 17x0.07 =
 Self : 2,38 1.19
17x0.1
7=
2,89
Jumlah 5,23 = 5 3,88 = 4 2.19 = 2

Keterangan :
1. Jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu hari di ruang Teratai
adalah : 5+4+2 = 11 orang
2. Berdasarkan perhitungan Douglas jumlah perawat dalam satu hari
yang dibutuhkan dalam setiap shift adalah 5 perawat di shift pagi, 4
perawat di shift siang dan 2 orang di shift malam
3. Jumlah tenaga lepas dinas per hari dihitung berdasarkan jumlah hari
libur dan hari efektif dalam 1 tahun serta jumlah kebutuhan total
perawat dalam 1 hari yaitu (86x11) : 279 = 3.39 = 3 orang
4. Jumlah perawat cadangan yaitu 20% x jumlah kebutuhan perawat
per hari = 20 % x 11 = 2,2 = 2 orang
5. Jumlah total perawat yang dibutuhkan di ruang Teratai adalah
11+3+2 = 16 orang

b. Menurut Giles
A x B x 365
TP=
( 365−C ) x jam kerja per hari
Keterangan :
TP = Tenaga Perawat
A = Jam Perawatan/24 jam (waktu perawatan)
B = Rata – rata pasien per hari
C = Jumlah hari libur masing – masing perawat
TT = Jumlah tempat tidur

Prinsip perhitungan Rumus Gillies :

Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per hari adalah :

a. Waktu keperawatan langsung (rata – rata 4-5 jam/pasien/hari) dengan


spesifikasi pembagian adalah :
 Keperawatan mandiri (Self care) = ¼ x 4 jam = 1 jam
 Keperawatan parsial (Partial care) = ¾ x 4 jam = 3 jam
 Keperawatan total (Total care) = 1-1,5 jam x 4 jam = 4-6 jam
 Keperawatan intensif (Intensif care) = 2x4 jam = 8 jam
b. Waktu keperawatan tidak langsung
Menurut RS Detroit (Gillies,1994) = 38 menit/pasien/hari
Menurut Wolfed and Young (Gillies, 1994) = 60 menit/pasien/hari
c. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/pasien/hari = 0,25
jam/pasien/hari

Jam Perawatan di ruang Teratai RS Universitas Jember :


Perawatan langsung :
= 17 pasien x 2 jam = 34 jam (Perawatan langsung minimal)
= 6 pasien x 3 jam = 18 jam (Perawatan langsung sebagian)
= 2 pasien x 6 jam = 12 jam (Perawatan langsung total)
Total jam perawatan langsung = 34 + 18 + 12 = 64 jam
Perawatan tidak langsung :
60 menit x jumlah pasien = 60 menit x 25 pasien = 1500 menit = 25 jam
Pendidikan kesehatan = 25 pasien x 0,25 = 6,25 jam

Total jam perawatan = 64 +25 + 6,25 = 95,25 jam

Jumlah total waktu perawatan / hari


= 95,25 / rata – rata jumlah pasien per hari
= 95,25 / 25
= 3,81 jam

Jumlah kebutuhan perawat :


A x B x 365
TP=
( 365−C ) x jam kerja per hari

3,81 x 25 x 365
TP=
( 365−86 ) x 8
34.766,25
TP=
( 365−86 ) x 8
32485
TP=
2.232
TP = 15,57 =>> 16 perawat
2.1.6 Alur Masuk Pasien

PASIEN Keluarga
Pasien

TRIASE

IGD

PENDAFTARAN

RAWAT INAP RAWAT JALAN

Ruang Dahlia RUANG APOTIK


Ruang Mawar
TERATAI RAWAT JALAN

KASIR

Pasien Sembuh,
Rujuk
PULANG
Pulang Paksa
Meninggal

Gambar 2.2 alur masuk pasien


Untuk alur masuk pasien ke Rumah Sakit Universitas jember dengan
didampingi keluarga pasien. Sebelum masuk IGD pasien akan dilakukan Triase
terlebih dahulu untuk mendapatkan tindakan sesuai dengan kegawatan yang
dialami oleh pasien. Setelah mendapatkan pasien mendapatkan tindakan maka
keluarga pasien harus melengkapi registasi ditempat pendaftaran agar pasien
segara dapat dilakukan penanganan segera. Setelah tahap registrasi selesai maka
pasien akan diberikan gelang identifikasi untuk keselamatan pasien dan akan
diarahkan menuju ruang perawatan sesuai dengan keadaan pasien. Perawat IGD
akan menghubungi ruangan yang bersangkutan untuk mempersiapkan ruangan
untuk pasien. Setelah ruangan dinyatakan siap maka perawat IGD atau transporter
akan mengantarkan pasien menuju ruangannya, dalam kasus ini pasien berada di
ruangan teratai (ruang penyakit dalam). Di ruang Teratai, perawat IGD melakukan
timbang terima dengan perawat ruangan untuk melanjutkan tindakan perawatan
yang dibutuhkan oleh pasien. Pasien kemudian akan menjalani perawatan hingga
pasien sembuh, meninggal, rujuk/ pulang paksa dan keluarga pasien harus
menyelesaikan pembayaran perawatan di kasir/loket pembayaran. Sedangkan bagi
pasien yang dinyatakan rawat jalan setelah dilakukan tindakan sesuai kebutuhan
pasien maka akan diberikan resep obat oleh dokter dan akan diarahkan untuk
mengambilnya di apotik. Setelah pasien/keluarga pasien selesai mengambil obat
sesuai resep diapotik maka pasien harus menyelesaikan pembayaran perawatan di
kasir/loket pembayaran.

2.1.7 Analisis masalah pada bagian ketenagaan


1. Kebutuhan tenaga kerja perawat di ruang Teratai masih belum memenuhi
standart.
2. Kepala Ruangan belum mendapatkan pelatihan manajemen kepemimpinan.
3. Sebagian perawat belum mendapatkan pelatihan BTCLS dan komunikasi
efektif.

2.2 Sarana dan Prasarana (Material / M2)


2.2.1 Lokasi dan denah ruangan
a. Lokasi Rumah Sakit
Lokasi Rumah Sakit Universitas Jember terletak di Jalan Kalimantan No. 37
Kampus Tegal Boto, Kecamatan sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
b. Denah Ruangan
Ruang Teratai adalah ruang penyakit dalam di Rumah Sakit Universitas
Jember. Ruang Teratai memiliki 25 bed pasien yang masih layak digunakan.
Fasilitas di ruang Teratai yaitu terdapat ruang kepala ruangan, mushola,
kamar mandi, ruang perawat, ruang obat dan ruang diskusi. Ruang Teratai
memiliki 3 ruangan perawatan diantaranya yaitu kelas I dengan 2 ruang yang
masing-masing memiliki 1 bed, kelas II dengan 3 ruang yang masing-masing
memiliki 2 bed dan kelas III memiliki 17 bed.

2.2.2 Lokasi dan denah ruangan

Gambar 2.1 Denah Ruangan

Nurse station di ruang Teratai berada di sebelah timur di antara kelas I dan
kelas II untuk memudahkan perawat dalam melakukan perawatan ke semua
pasien. Selain itu juga memudahkan pasien dan keluarga pasien saat
membutuhkan bantuan pada perawat yang bertugas. Fasilitas di ruang Teratai
yaitu ruang kepala ruangan, mushola, kamar mandi, ruang perawat, ruang obat
serta ruang diskusi. Ruang diskusi digunakan untuk memberikan informasi
penting serta edukasi pada keluarga pasien. Ruang obat memiliki loker untuk
penyimpanan obat pasien. Satu pasien memiliki satu loker penyimpanan obat. Hal
tersebut memudahkan perawat dalam mencari obat pasien serta menghindari
terjadinya kesalahan dalam pemberian obat dengan pasien yang lain. Ruang
Teratai memiliki sedikit SOP tindakan medis atau keperawatan yang sesuai dan
masih up to date untk digunakan. Penerapan Patient Safety belum berjalan
maksimal karena dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak kendala.
2.2.3 Gambaran Kapasitas Tempat Tidur Ruangan
Ruang Teratai memiliki 25 bed pasien yang terisi penuh dengan tingkat
ketergantungan pasien rata-rata perhari yaitu 2 bed total care, 6 bed partial care
dan 17 bed minimal care. Pembagian berdasarkan kelas dibagi menjadi 3 kelas
yaitu kelas I 3 bed, kelas II 5 bed dan kelas III 17 bed.

2.2.4 Peralatan dan Fasilitas


1. Peralatan
Tabel 2.4 Jumah Peralatan Ruang Teratai
Kondisi
No Nama Barang Jumlah Satuan
Baik Rusak
1. Stetoskop 3 Buah √ -
2. Thermogun 3 Buah √ -
3. Tensimeter 3 Buah √ -
4. Tourniquet 2 Buah √ -
5. Nebulizer 3 Buah √ -
6. Pispot 10 Buah √ -
7. Bedpan 10 Buah √ -
8. ECG 1 Buah √ -
9. Glucometer 3 Buah √ -
10. Pulse oximeter 2 Buah √ -
11. Syringe pump 2 Buah √ -
12. Reflek hammer 3 Buah √ -
13. Ambu bag 2 Buah √ -
14. Pen light 2 Buah √ -
15. Suction 1 Buah √ -
16. Gunting verban 4 Buah √ -
17. Humidifier 12 Buah √ -
18. Baskom besar 10 Buah √ -
19. Tempat sampah medis 3 Buah √ -
20. Tempat sampah non medis 3 Buah √ -
21. Troli injeksi 2 Buah √ -
22. Safety box 3 Buah √ -
23. Apar 2 Buah √ -
24. Tempat cuci tangan 2 Buah √ -
25. Lemari linen 2 Buah √ -
26. Lemari alkes 2 Buah √ -
27. Bengkok 7 Buah √ -
28. Oksigen regulator 10 Buah √ -
29. Flow meter 10 Buah √ -
30. Cucing kecil 8 Buah √ -
31. Komputer 1 Buah √ -
32. Set perawatan luka 4 Set √ -

2. Fasilitas untuk Pasien

Tabel 2.5 Fasilitas untuk Pasien di Ruang Teratai


Jumlah / Kondisi
No Nama Barang
Ruangan Baik Rusak
Lemari dan meja makan
1. 25 √ -
pasien
2. Bed pasien 25 22 3
3. Standart infuse 25 √ -
4. Kipas angin 3 √ -
5. Televisi 4 √ -
6. Rak piring 2 √ -
7. Toilet 5 √ -
8. Kursi penunggu 25 √ -
9. Rak sepatu 0 √ -
10. Washlap 5 √ -
11. Sarung bantal 28 √
12. Selimut 28 √
13. Sprei 28 √
14. Brancard 2 √
15. Wastafel 5 √
16. Kursi roda 4 3 1
17. Restrain 8 √
18. Penanda risiko jatuh merah 15 √
19. Penanda risiko jatuh kuning 15 √

Tabel 2.6 Kondisi Bed di Ruang Teratai


Nurse
Pengunci
No Slide Rail Control Foot Board Handrub
roda
Panel
J F T J F T J F T Ada Tidak Ada Tidak
1. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
2. 2 1 1 2 2 0 2 2 0 √ √
3. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
4. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
5. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
6. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
7. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
8. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
9. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
10 2 2 0 2 1 1 2 2 0 √ √
11 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
12 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
13 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
14 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
15 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
16 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
17 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
18 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
19 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
20 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
21 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
22 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
23 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
24 2 2 0 2 1 1 2 2 0 √ √
25 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √

Keterangan:
J : Jumlah
F : Berfungsi
T : Tidak berfungsi

3. Fasilitas untuk Tenaga Kesehatan

Tabel 2.7 Fasilitas untuk Tenaga Kesehatan di Ruang Teratai


No Nama Barang Jumlah Satuan Kondisi
Baik Rusak
1. Meja tulis perawat 3 Buah √ -
2. Meja tulis kepala unit 1 Buah √ -
3. Lemari arsip 1 Buah √ -
4. Kulkas 1 Buah √ -
5. Kursi 28 Buah √ -
6. Komputer 1 Buah √ -
7. Kalkulator 2 Buah √ -
8. White Board 1 Buah √ -
9. Staples 5 Buah √ -
10. Spidol 5 Buah √ -
11. Penggaris 3 Buah √ -
12. Lem 3 Buah √ -
13. Form observasi pasien 25 Buah √ -
14. Daftar infuse 25 Buah √ -
15. Daftar injeksi 25 Buah √ -
16. Kipas angin 1 Buah √ -
17. TV 1 Buah √ -
18. AC 1 Buah √ -
19. Rak Sepatu 1 Buah √ -
20. Toilet 1 Buah √ -

2.2.5 Alur Pengadaan Barang


Selama perawatan, alur pengadaan obat dan barang disediakan oleh pihak
farmasi. Penyediaan obat, cairan infus dan spuit diperoleh dari apotek yang sudah
diresepkan oleh dokter. Perawat akan mengirimkan resep ke apotek agar
disediakan obat yang sesuai. Obat diberi label nama pasien, nomor registrasi serta
ruangan rawat yang kemudian di berikan ke ruangan. Alat sekali pakai akan
disediakan oleh pihak farmasi seperti alcohol swab, plester, handscoen. Peralatan
yang dipakai berulang seperti set hecting, set perawatan luka dan linen akan
disediakan oleh Central Steril Supply Departement Rumah Sakit Universitas
Jember. Sistem pengadaan barang harus diketahui oleh kepala ruang. Mekanisme
pengajuan pengadaan barang di ruang Teratai kurang maksimal karena birokrasi
yang dinilai cukup menyusahkan.
2.2.6 Analisis Masalah
1. Ruang Teratai memiliki sedikit sekali SOP tindakan medis atau tindakan
keperawatan yang sesuai.
2. Penerapan patient Safety belum terlaksana maksimal karena banyak kendala
saat pelaksanaan.
3. Mekanisme pengajuan barang di ruang Teratai belum maksimal karena
birokrasi dinilai cukup menyusahkan.
4. Terdapat 1 kerusakan Slide Trail dan 2 pengunci roda bed.

2.3 M3/Method
2.3.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Universitas Jember
1) Visi rumah sakit Universitas Jember
Menjadi rumah sakit pilihan masyarakat dalam memberikan pelayanan di
bidang kesehatan, pendidikan dan pengabdian masyarakat di bidang
kesehatan.
2) Misi rumah sakit Universitas Jember
a) Memberikan pelayanan kesehatan secara utuh dan bermutu tinggi
dengan mengutamakan keselamatan pasien.
b) Menyelenggarakan peningkatan kualitas sumber daya manusia
dengan pendidikan dan pelatihan tenaga medis dan non medis di
bidang kesehatan dengan mengutamakan karakter yang produktif,
inovatif dan profesional.
c) Memberikan pelayanan pengabdian di bidang kesehatan dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

2.3.2 Visi dan Misi Ruangan Teratai


1) Visi ruang Teratai
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang optimal untuk meningkatkan
kesehatan utamanya pada pasien dengan penyakit dalam.
2) Misi ruang Teratai
a) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat utamanya di
bidang penyakit dalam
b) Mengatur ruangan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
kenyamanan pasien
c) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan memberikan
pelayanan kesehatan secara optimal

2.3.3 Model Penugasan Asuhan Keperawatan


Ruang Teratai RS Universitas Jember menggunakan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) dengan model tim yaitu perawat profesional
memimpin sekolompok tenaga perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
pada pasien. Pada ruangan terdapat 7 tenaga perawat profesional yang memiliki
tanggung jawab sebagai 1 kepala ruang, 2 ketua tim dan 4 perawat pelaksana
professional.

2.3.4 Metode Pelaporan/Timbang Terima


Proses timbang terima di Ruang Teratai masih belum optimal dikarenakan
tidak ada panduan prosedur. Proses timbang terima dilakukan 3 kali yaitu pada
saat pergantian shift pagi, siang dan malam. Penanggung jawab dan pemimpin
proses timbang terima pada shift pagi dilakukan oleh karu sedangkan untuk shift
siang dan malam dilakukan oleh katim. Metode komunikasi dalam melakukan
timbang terima dilakukan dengan SBAR akan tetapi masih belum maksimal
dalam pendokumentasiannya.

2.3.5 Discharge Planning


Ruang Teratai melakukan discharge planning pada saat kepulangan pasien
dengan mengidentifikasi aspek kognitif, psikologis, dan ADL pasien. Pelaksanaan
discharged planning belum optimal karena belum ada panduan prosedur atau
SOP.
2.3.6 Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang Teratai menggunakan panduan
SDKI, SLKI dan SIKI. Proses pendokumentasian hasil asuhan keperawatan tidak
terstruktur dan tidak efisien karena masih menggunakan dokumentasi manual
yaitu dengan menulis tangan dilembar kertas serta masih banyak ditemukan
dokumentasi yang tidak lengkap.

2.3.7 Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur


Ketersedian Standar Operasional Prosedur (SOP) di ruang Teratai masih
sedikit dan masih up to date untuk digunakan, sehingga dalam pelaksanaan
prosedur tindakan tidak optimal yang akan mempengaruhi kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Pada tindakan keperawatan dasar
seperti mencuci tangan dan memakai APD sering tidak dilakukan dan apabila
dilakukan tidak sesuai dengan SOP. Selain tindakan keperawatan dasar terdapat
tindakan lain yang dilakukan tidak sesuai panduan, dikarenakan perawat
menggunakan pengalaman terdahulu dan kurang mendapatkan informasi terbaru.

2.3.8 Diskusi Reflekai Kasus

Diskusi refleksi kasus adalah strategi yang sangat efisien serta efektif
dalam meningkatkan pengetahuan, menyampaikan pengalaman yang telah dialami
serta akuntabilitas dari perawat, penyajian kasus yang disampaikan baik kasus
klinis maupun kasus manajemen dalam rumah sakit (Depkes RI, 2016). Penerapan
DRK dapat membantu dalam peningkatan kemampuan seorang perawat dalam
melakukan perencanaan yang baik dan efektif dalam meningkatkan mutu
keperawatan (K and A, 2018). Perawat yang telah melakukan kegiatan DRK akan
berdampak besar dalam peningkatan ilmu pengetahuan serta informasi terbaru
seputar kasus dan penelitian, solusi dalam mengambil keputusan agar dapat
menyelesaikan permasalahan yang ada dalam pelayanan, memberikan kesadaran
untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan meningkatkan berpikir kritis
seorang perawat (Ardian and Hariyati, 2017). Manfaat DRK bagi perawat yaitu:
1. Mengembangkan profesionalisme
2. Meningkatkan aktualisasi diri
3. Membangkitkan motivasi belajar
4. Wahana untuk menyelesaikan masalah
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Teratai Rumah Sakit universitas
Jember, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan DRK jarang dilakukan. Pelaksanaan
pelayanan keperawatan hanya berdasarkan pada SDKI, SLKI, dan SIKI tanpa ada
keterbaruan berdasarkan artikel atau penelitian terbaru. DRK yang jarang
dilakukan akan berpengaruh pada profesionalime perawat, kurangnya motivasi
belajar, mekanisme pemecahan masalah dan ketersediaan SOP. Hal ini akan
berpengaruh pada peningkatan kepatuhan dan profesionalisme perawat sehingga
dapat membawa dampak pada mutu pelayanan asuhan keperawatan (Resiyanthi,
2021).

2.3.9 Supervisi

Supervisi merupakan proses aktif dalam mengarahkan, membimbing dan


mempengaruhi outcome perawat dalam melaksanakan tugasnya (American Nurses
Association, 2005). Supervisi keperawatan adalah proses formal dan profesional
dalam memberikan dukungan, membimbing, mengarahkan, mengevaluasi dan
mengembangkan pengetahuan serta kompetensi perawat yang dilakukan oleh
supervisor atau pemimpinnya untuk menyelesaikan tugas secara bertanggung
jawab dalam usaha untuk mencapai tujuan rumah sakit dan keselamtan pasien.

Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Teratai RS Universitas Jember,


didapatkan hasil bahwa supervisi keperawatan belum konsisten dilakukan. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya jadwal pelaksanaan supervisi oleh supervisor,
sehingga terkesan kurangnya pengawasan yang berakibat pada kurang optimalnya
pelayanan keperawatan.
2.3.10 Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat adalah merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan


komprehensif melibatkan klien dan keluarga, dimana sanagt mempengaruhi mutu
kualitas pelayanan (Nursalam, 2011). Perawat sebagai tenaga profesional
kesehatan memiliki tugas dalam melaksanakan sentralisasi obat. Berdasarkan
pengkajian di Ruang Teratai RS Universitas Jember, sentralisasi obat dilakukan
oleh perawat yang berdinas hari itu. Pendistribusin obat dilakukan oleh farmasi
yang menyediakan obat pasien untuk pemakaian 24 jam. Pemberian obat
dilakukan oleh perawat, sesuai dengan prosedur 6 tepat obat.

2.3.11 Dokumentasi Keperawatan

Berdasaran hasil pengakajian di Ruang Teratai RS Universitas Jember,


proses dokumentasi keperawatan belum dilaksanakan sesuai standar.
Dokumentasi masih dilakukan secara manual sesuai format SDKI, SLKI, dan
SIKI. Waktu yang digunakan untuk proses dokumentasi secara manual menjadi
lebih lama sehingga mengganggu waktu pelayanan.

2.3.12 Sasaran Keselamatan Pasien

Berdasarkan Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1(Kemenkes RI, 2018)


sasaran keselamatan pasien (SKP)meliputi 6 elemen, diantaranya:

1. Mengidentifikasi pasien dengan benar


a) Identifikasi pasien menggunakan minimal 2 (dua) identitas pasien
dan tidak boleh menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi
pasien dirawat.
b) Idenifikasi pasien dilakukan sebelum melakukan tindakan,
prosedur diagnostik, da terapeutik.
c) Identifikasi pasien dilakukan sebelum pemberian obat, darah,
produk darah, pengambilan spesimen, dan pemberian obat.
d) Identifikasi pasien dilakukan sebelum pemberian radioterapi,
menerima cairan intravena, hemodialisis, pengambilan darah atau
pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, katerisasi
jantung, prosedur radiologi diagnostik dan identifikasi terhadap
pasien koma.
Berdasarakan pengkajian di Ruang Teratai RS Universitas Jember,
pasien telah menggunakan gelang identitas, warna merah muda
untuk pasien perempuan dan warna biru untuk pasien laki-laki.
Perawat selalu memastikan identitas pasien (nama, tanggal lahir
dan nomor RM) yang terdapat di gelang pasien sebelum
melakukan tindakan.
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
a) Terdapat regulasi tentang komunikasi efektif antar profesional pemberi
asuhan (PPA).
b) Terdapat bukti pelatihan komunikasi efektif antar profesional pemberi
asuhan (PPA).
c) Pesan secara verbal lewat telpon ditulis lengkap, dibaca ulang oleh
penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan.
d) Penyampaian hasil pemeriksaan diagnostik secara verbal ditulis
lengkap, dibaca ulang, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan secara
lengkap.
e) Terdapat bukti catatan tentang hal-hal kritikal dikomunikasikan
diantaran PPA pada waktu dilakukan serah terima pasien (hand over).
f) Ada bukti dilakukan evalusi tentang catatan komunikasi yang terjadi
waktu serah terima pasien untuk memperbaiki proses.
Berdasarkan pengkajian, sudah terdapat SOP tentang komunikasi efektif,
belum semua perawat mendapatkan pelatihan komunikasi efektif, informasi
melalui telpon ditulis menggunakan metode SBAR tetapi belum optimal, terdapat
beberapa catatan tentang hal-hal kritikal saat serah terima, tetapi belum ada
pengawasan untuk evaluasi proses tersebut.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
a) Terdapat regulasi tentang penyediaan, penyimpanan, penataan,
penyiapan, dan penggunaan obat yang perlu diwaspadai.
b) Terdapat daftar semua obat yang perlu diwaspadai.
c) Tempat penyimpanan, pelabelan obat yang perlu diwaspadai, termasuk
obat look a like/sound a like
d) Terdapat regulasi tentang pengelolaan elektrolit konsentrat
e) Elektrolit konsentrat hanya tersedia di instalasi farmasi
Berdasarkan pengkajian, terdapat daftar semua obat yang perlu
diwaspadai, pelabelan sudah dilakukan sesuai standar oleh instalasi farmasi.
Untuk penataan obat yang perlu diwaspadai belum bisa dilakukan secara optiml
karena keterbatasan tempat penyimpanan.
4. Terlaksananya proses tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
a) Terdapat regulasi untuk melakukan verifikasi sebelum, saat dan
sesudah operasi dengan tersedianya check list (Surgical Checklist dari
WHO Patient Safety 2009)
b) Rumah sakit menggunakan satu tanda di tempat sayatan operasi
pertama atau tindakan invasif yang segera dapat dikenali sesuai
kebijakan RS
c) Penandaan di lokasi operasi atau tindakan invasif dilakukan oleh staf
medis yang melakukan operasi atau tindakan invasif dengan
melibatkan pasien
d) Sebelum melakukan operasi atau tidakan invasisif, RS menyediakan
check list, informed concent sudah benar, tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien, semua dokumen dan peralatan tersedia lengkap dan
berfungsi dengan baik.
e) Terdapat regulasi untuk melakukan tindakan sebelum operasi
dilakukan, tim bedah melakukan prosedur Time-Out di daerah mana
operasi dilakukan
f) RS menggunakan komponen Time-Out yang terdiri dari identifikasi
tepat pasien, tepat prosedur, dan tepat lokasi, persetujan atas operasi
dan konfirmasi bahwa proses verifikasi sudah lengkap
Berdasarkan pengkajian, terdapat regulasi persiapan pelaksanaan operasi,
sudah dilakukan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien sebelum
menjalani tindakan operasi atau tindakan invasif. Pasien di Ruang Teratai
RS Universitas Jember tidak pernah terjadi kesalahan (salah lokasi, salah
prosedur, salah pasien) pada tindakan operasi atau tindakan invasif.

5. Dikuranginya risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


a) Terdapat regulasi tentang pedoman kebersihan tangan yang mengacu
pada standar WHO
b) RS melaksanakan program kebersihan tangan di seluruh RS sesuai
regulasi
c) Seluruh staf Rs dapat melakukan cuci tangan sesuai prosedur
d) Ada bukti staf melaksanakan 5 moment cuci tangan
e) Prosedur desinfeksi di RS sesuai regulasi
f) Ada upaya RS melaksanakan evaluasi terhadap upaya menurunkan
angka infeksi terkait pelayanan kesehatan
Berdasarkan pengkajian, semua staf selalu melakukan cuci tangan sesuai
standar WHO. Terdapat 1 handrub untuk 1 tempat tidur. Terdapat fasilitas untuk
desinfeksi dan semua staf dapat melakukan desinfeksi.
6. Mengurangi risiko cedera karena pasien jatuh
a) Terdapat regulasi yang mengatur tentang pencegahan pasien cedera
karena jatuh
b) Terdapat asesmen pada semua pasien rawat inap dan rawat jalan
dengan kondisi, diagnosis, lokasi terindikasi berisiko jatuh
c) RS melakukan proses asesmen awal, asesmen lanjutan, asesmen ulang
dari pasien rawat inap berdasarkan catatan teridentifikasi risiko jatuh
d) Langkah-langkah dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien
dari situasi dan lokasi yang menyebabkan pasien jatuh.
Berdasarkan pengkajian, regulasi yang mengatur pencegahan risiko jatuh
belum up to date. Asesmen ulang tidak terisi secara rutin. Lantai kamar dan lantai
kamar mandi pasien tidak licin, tetapi di dalam kamar mandi belum terpasang
pegangan.
2.3.13 Analisis Masalah M3
1. DRK jarang dilakukan.
2. Penulisan dokumentasi secara manual mengurangi efisiensi waktu untuk
pelayanan
3. SOP masih sedikit dan masih up to date
4. Supervisi keperawatan belum dilaksanakan secara konsisten
5. Proses komunikasi menggunakan metode SBAR tetapi belum optimal
dalam pendokumentasiannya
6. Terdapat pencatatan hal-hal kritikal saat serah terima, tetapi belum ada
pengawasan untuk evaluasi proses tersebut.
7. Untuk penataan obat yang perlu diwaspadai belum bisa dilakukan secara
optimal karena keterbatasan tempat penyimpanan
8. Pelaksanaan pengurangan risiko pasien jatuh masih belum optimal karena
keterbatasan sarana dan prasarana.

2.4 Pendanaan (Money/ M4)


a. Sumber Pendanaan Rumah Sakit
Sumber pendanaan Ruang Teratai (Penyakit Dalam) Rumah Sakit
Universitas jember berasal dari dana alokasi umum yang bersumber dari
pemerintah pusat yang selanjutnya dialirkan kepada rumah sakit dalam
peyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dana alokasi khusus (DAK) yang
tercantum dalam APBN, pendapatan asli daerah (PAD) yang meliputi
pajak setempat, retribusi lokal, perusahaaan pemerintah daerah. Selain itu
dana juga diperoleh dari retribusi pelayanan kesehatan, serta sumber-
sumber lainnya yang didapatkan dari hasil kerjasama dengan pihak ketiga
seperti BPJS, JAMKESDA, perusahaan asuransi swasta. Selain itu, dana
juga dapat diperoleh dari pasien umum yang pembiayaannnya tidak di
klaim oleh asuransi sehingga dilakukan secara mandiri oleh pasien dan
terkadang juga lebih mahal. Pasien yang memiliki BPJS atau asuransi
kesehatan lain yang bekerjasama dengan rumah sakit tidak perlu
melakukan pembayaran secara langsung karena pasien sudah melakukan
pembayaran kepada pihak asuransi setiap bulannya sehingga pihak
asuransilah yang akan membayarkan secara langsung kepada rumah sakit.

Gambar 2. Mekanisme Keuangan Rumah Sakit

Sumber Dana Rumah Sakit

APBD Masyarakat BPJS

Pusat Keuangan
Rumah Sakit

Administrasi
Keuangan Pusat
Data Keuangan
terhubung langsung

Administrasi oleh Pusat

Keuangan Ruang
Teratai

Ruang Teratai

b. Pengelolaan Keuangan
Manajemen keuangan atau pendanaan yang bersumber dari APBN,
PAD, DAK terlebih dahulu dikelola oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota
sebelum akhirnya dilimpahakan kepada pihak rumah sakit. Kemudian
dana yang berasal dari BPJS dikelola oleh pihak manajemen/ administrasi
rumah sakit kemudian laporan diserahkan ke Dinas Kesehatan
kebupaten/kota setempat dan dana tersebut akan dikembalikan sesuai
alokasi kebutuhan rumah sakit pada pihak manajemen keuangan rumah
sakit sebelum akhirnya dilimpahkan kepada pihak administrasi Ruang
Teratai (Penyakit Dalam)
Pengelolaan keuangan pada rumah sakit masih berpusat di
Pemerintahan Kabupaten/Kota sebelum nantinya akan dilimpahkan kepada
manajemen keuangan rumah sakit menjadi masalah tersendiri terlebih
rumah sakit Universitas Jember belum berstatus Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Bentuk permasalahan
yang ditemui yaitu terkait adanya mekanisme pengajuan pengadaan barang
pada Ruang Teratai (Penyakit Dalam) Rumah Sakit Universitas Jember
juga kurang maksimal karena birokrasi yang dinilai cukup menyusahkan
dengan status Non-BLUD maka pihak Rumah Sakit tidak dapat secara
fleksibel mengelola keuangannya untuk melakukan pengadaan barang
yang sifatnya penting atau segera dibutuhkan.

c. Sumber Kesejahteraan Karyawan


Sumber kesejahteraan karyawan di Ruang Teratai (Penyakit Dalam)
Rumah Sakit Universitas Jember berasal dari gaji pokok serta dana jasa
pelayanan kesehatan dan keperawatan. Tenaga perawat dengan status PNS
mendapatkan gaji pokok yang bersumber dari pemerintah, kemudian
besaran gaji yang diterima oleh perawat disesuaikan dengan pangkat dan
golongannya (PP No. 15 Tahun 2019 Tentang Peraturan Gaji Pegawai
Negeri Sipil). Sedangkan untuk gaji yang berstatus Non-PNS
mendapatkan gaji pokok yang bersumber dari honorarium Rumah Sakit.
Untuk dana tambahan jasa pelayanan keperawatan dan kesehatan berasal
dari BPJS dengan besaran dana jasa pelayanan keperawatan dan kesehatan
yang di terima oleh tenaga perawat dengan status PNS dan Non-PNS yang
disesuaikan dengan jenjang karir masing-masing perawat yang telah diatur
dalam Permenkes RI No. 40 Tahun 2017 Tentang Jenjang Karir Perawat
Profesional Klinis.
d. Analisis Masalah pada Keuangan
1. Ruangan tidak dapat melakukan pembelanjaan kebutuhan ruangan dan
penggandaan sarana prasarana secara mandiri
2. Pengelolaan keungan masih terpusat pada Pemerintahan kabupaten/kota
sebelum akhirnya dilimpahkan ke manajemen keuangan rumah sakit
dan keuangan Ruang Teratai (Penyakit Dalam) Rumah Sakit
Universitas Jember.
3. Keterlambatan pencairan BPJS asuransi lainnya yang dikhawatirkan
dapat mempengaruhi sistem keuangan Rumah Sakit sehingga
berdampak kepada mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan Rumah
Sakit Universitas Jember.
4. Mekanisme pengajuan pengadaan barang pada Ruang Teratai (Penyakit
dalam) Rumah Sakit Universitas Jember juga kurang maksimal karena
birokrasi yang dinilai cukup menyusahkan, dengan status Non-BLUD maka
pihak Rumah Sakit tidak dapat secara fleksibel mengelola keuangannya untuk
melakukan pengadaan barang yang sifatnya penting atau segera di butuhkan.

1.5 Pemasaran (Marketing/M5)


1.5.1 Jumlah Rata-Rata Pasien/Bulan di Ruang Teratai (Penyakit Dalam)
Rumah Sakit Univiersitas Jember Bulan Juli-September 2021
No Bulan Jumlah Pasien
1 Juli 190
2 Agustus 200
3 September 214

1.5.2 BOR, ALOS, TOI di Ruang Teratai (Penyakit Dalam) Rumah Sakit
Universitas Jember
Kriteria Bulan
Juli Agustus September
BOR % 67,92% 67,90% 74,55%
Standar ideal BOR 60% - 85% 60% - 85% 60% - 85%
ALOS % 3,84 3,80 3,66
Standar ideal ALOS 6 – 9 Hari 6 – 9 Hari 6 – 9 Hari
TOI % 1,38 1,39 1,02
Standar ideal TOI 1 – 3 Hari 1 – 3 Hari 1 – 3 Hari

BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu,
indicator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Nilai parameter yang ideal adalah antara 60%85% (Depkes
RI,2005). Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai BOR dan TOI bulan Juli-
September memenuhi standar ideal, sedangkan untuk nilai ALOS masih belum
memenuhi standar ideal.

1.5.3 Tingkat Kepuasan Kerja Perawat


Tingkat kepuasan kerja perawat belum terukur karena masih belum adanya
program yang dilakukan untuk menilai tingkat kepuasan kerja perawat di ruang
teratai. Kepuasan kerja perawat diperoleh dalam bentuk rancangan pekerjaan dan
tempat kerja yang memberikan fasilitas dan kualitas layanan internal. Sehingga
perawat yang merasa puas akan pekerjaanya dapat meningkatkan performa dan
produktivitas kerjanya. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja
perawat yaitu gaji, supervisi, kepemimpinan, rekan kerja dan promosi (Sirait dkk,
2016).

1.5.4 Tingkat Kepuasan Pasien


Pada tingkat kepuasan pasien di Ruang Teratai belum dapat terukur karena
masih belum adanya kegiatan survey kepuasan pasien untuk mengukur kepuasan
pasien. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator mutu pelayanan
keperawatan (Mugianti, 2016). Sehingga ketika Ruangan Di Rumah Sakit tidak
terdapat kegiatan survey kepuasan pasien dapat berpengaruh terhadap kurangnya
mutu pelayanan keperawatan.

1.5.5 Penunjang Ruang di Ruang Teratai


Ruang teratai memiliki beberapa fasilitas penunjang ruangan yang dapat
meningkatkan mutu pelayanan antara lain:
1. Ruang kepala ruangan
2. Ruang perawat
3. Ruang obat
4. Ruang diskusi
5. Ruang rawat inap kelas 1, 2 dan 3
6. Kamar mandi perawat
7. Kamar mandi pasien
8. Mushola
9. Nama ruangan
10. Nomor bed
11. Papan struktur organisasi
12. Papan tim code red
13. APAR
14. Tempat sampah medis dan non medis
15. Tempat linan infeksius dan non infeksius
16. Pertunjuk arah jalur evakuasi

1.5.6 Jam Kunjung


Untuk jam kunjung pasien di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas
Jember selama masa pandemi Covid-19 ditidakan. Pasien yang sedang dalam
perawatan diperbolehkan untuk dijaga oleh 1 orang penjaga yang dalam keadaan
sehat.

1.5.7 Kanal Youtube Ruang Teratai


Ruang teratau yang merupakan ruang penyakit dalam telah memiliki
saluran official youtube https://www.youtube.com/user/ruang teratai yang
didalamnya terdapat informasi terkait fasilitas dan mekanisme pelayanan rumah
sakit khususnya di ruang teratai RS Universitas Jember.

1.5.8 Rumah Sakit Sekitar Rumah Sakit Universitas Jember


Rumah Sakit lain sekitar Rumah Sakit Universitas Jember antara lain
Rumah Sakit Jember Klinik, Rumah Sakit dr. Soebandi, Rumah Sakit Baladhika
Husada Jember dan Rumah Sakit Paru Jember.

1.5.9 Kerjasama
Rumah Sakit Universitas Jember menjalin hubungan kerjasam dengan
beberapa institusi pendidikan khususnya dalam bidang kesehatan seperti
keperawatan, kedokteran, kedokteran gigi, farmasi, dan kesehatan masyarakat
serta ahli gizi. RS Universitas Jember juga melakukan kerjasama dengan berbagai
asuransi jaminan kesehatan seperti BPJS, Jasa Raharja, dan lainnya.

1.5.10 Analisa Masalah pada Bagian Marketing


1. Ruang Teratai masih belum melakukan kegiatan untuk mengukur tingkat
kepuasan perawat.
2. Ruang Teratai masih belum melakukan kegiatan untuk mengukur tingkat
kepuasan pasien.
3. Nilai ALOS atau lama rawat di ruang teratai Rumah Sakit Universitas Jember
kurang dari nilai ideal.

BAB 3. ANALISA SWOT


.1 Analisa SWOT
.1.1 Strength
a. Ruang Teratai memiliki perawat dengan lulusan ners dan ahli madya
keperawatan
b. Pembagian tenaga perawat di ruang Teratai sudah memenuhi standart yang
seharusnya.
c. Ruang Teratai di RS Univeritas Jember telah memiliki struktur organisasi
yang baik dan dijalankan sesuai tanggung jawab serta wewenang masing-
masing perawat
d. Fasilitas yang ada di ruang Teratai dalam kondisi baik dan layak di gunakan
e. Ruang Teratai memiliki Nurse Station yang berada di sebelah timur yang
memudahkan pengawasan dan interaksi dengan pasien perawat
f. Sudah memiliki visi dan misi sebagai acuan dalam pelayanan
g. Memiliki kepala ruangan sesuai metode tim
h. Pemberian obat dilakukan oleh perawat, sesuai dengan prosedur 6 tepat obat.
i. Perawat selalu memperhatiakn identitas pasien sebelum melakukan tindakan
j. Ruang Teratai (penyakit dalam) di Rumah Sakit Universitas Jember
merupakan pelayanan kesehatan perorangan yang biayanya berasal dari
masyarakat yang kemudian dikelola untuk meningkatkan mutu pelayanan
Rumah Sakit.
k. Rumah Sakit kerjasama dengan pihak ketiga seperti BPJS, JAMKESDA,
perusahaan asuransi swasta
l. Ruang Teratai di Rumah Sakit Universitas Jember memiliki chanel Youtube
m. Rumah Sakit Universitas Jember mimiliki petugas marketing yang membantu
kerjasama dengan Dokter Praktik Mandiri dan Klinik swasta

.1.2 Weakness
a. Sebagian perawat belum mendapatkan pelatihan komunikasi efektif dan
BTCLS
b. Kepala ruang belum pernah mendapatkan pelatihan manajemen
kepemimpinan
c. Jumlah tenaga perawat di ruangan kurang 1 orang
d. Terdapat beberapa bed yang rusak (slide rail dan pengunci roda)
e. Ruang Teratai memiliki sedikit sekali SOP tindakan medis atau tindakan
keperawatan yang sesuai
f. Penerapan patient Safety belum terlaksana maksimal (Kamar mandi belum
terpasang pegangan)
g. Mekanisme pengajuan barang di ruang Teratai belum maksimal karena
birokrasi dinilai cukup menyusahkan
h. DRK jarang pernah dilakukan
i. SOP masih sedikit tetapi masih up to date
j. Supervisi keperawatan belum dilaksanakan secara konsisten
k. Proses komunikasi menggunakan metode SBAR tetapi belum optimal
l. Terdapat pencatatan hal-hal kritikal saat serah terima, tetapi belum ada
pengawasan untuk evaluasi proses tersebut
m. Penataan obat yang perlu diwaspadai belum bisa dilakukan secara optimal
karena keterbatasan tempat penyimpanan
n. Penulisan dokumentasi secara manual mengurangi efisiensi waktu untuk
pelayanan
o. Keterlambatan pencairan BPJS pada Rumah Sakit Universitas Jember
p. Mekanisme pengajuan pengadaan barang pada Ruang Teratai (Penyakit dalam)
Rumah Sakit Universitas Jember kurang maksimal karena birokrasi yang dinilai
cukup menyusahkan
q. Pengelolaan keuangan masih terpusat dari Pemerintah kabupaten/kota
r. Ruang Teratai masih belum melakukan kegiatan untuk mengukur tingkat
kepuasan perawat
s. Ruang Teratai masih belum melakukan kegiatan untuk mengukur tingkat
kepuasan pasien.
t. Nilai ALOS atau lama rawat di ruang teratai Rumah Sakit Universitas Jember
kurang dari nilai ideal.
.1.3 Opportunity
a. Masyarakat cenderung memilih fasilitas kesehatan dengan lokasi yang udah
dijangkau
b. Masyarakat berpenghasilan rendah maupun pasien umum bisa berobat ke RS
Universitas Jember karena RS bekerja sama dengan BPJS/Jamkesda dan
asuransi swasta
c. Masyarakat saat ini lebih familiar pada sosial media untuk mengakses
informasi terkait layanan maupun fasilitas yang diberikan RS
d. Rumah sakit digunakan sebagai lahan praktik mahasiswa kesehatan

.1.4 Treath
a. Adanya persaingan dengan rumah sakit lain yang memiliki sistem
pendokumentasian yang lebih terstruktur dan pelayanan keperawatan yang
lebih baik
b. Adanya persaingan dengan rumah sakit lain mengenai pemberian upah
minimum kerja yang lebih tinggi
c. Adanya persaingan dengan rumah sakit lain terutama rumah sakit swasta
yang memiliki fasilitas lebih lengkap
d. Apabila terjadi keterlambatan pencairan dana BPJS atau asuransi lainnya
dikhawatirkan dapat menganggu manajemen keuangan rumah sakit

Tabel 3.1 Analisa SWOT M1

UNSUR MANAJEMEN BOBOT RATING BOBOT X TOTAL


RATING
Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
Kekuatan (Strength)
1. Ruang Teratai memiliki
perawat dengan lulusan S-W= 3-1,8
0,4 3 1,2
ners dan ahli madya =1,2
keperawatan
2. Pembagian tenaga perawat
di ruang Teratai sudah
0,3 3 0,9
memenuhi standart yang
seharusnya.
3. Ruang Teratai di RS
Univeritas Jember telah
memiliki struktur
organisasi yang baik dan
0,3 3 0,9
dijalankan sesuai
tanggung jawab serta
wewenang masing-masing
perawat
Total 1 9 3
Kelemahan (Weakness)
1. Sebagian perawat belum
mendapatkan pelatihan
0,5 1 0.6
komunikasi efektif dan
BTCLS
2. Kepala ruang belum
pernah mendapatkan
0,3 2 0,8
pelatihan manajemen
kepemimpinan
3. Jumlah tenaga perawat
0,2 2 0,4
di ruangan kurang 1
Total 1 5 1,8
Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)
Peluang (Opportunity)
1. Adanya mahasiswa
O-T =4-2 =2
yang melaksanakan
1 4 4
pendidikan di ruang
Teratai
Total 1 4 4
Ancaman (Treath)
1. Upah minimum pekerja
0,5 4 2
di RS lain lebih tinggi
Total 0,5 4 2

Tabel 3.2 Analisa SWOT M2


BOBOT X
UNSUR MANAJEMEN BOBOT RATING TOTAL
RATING
Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
Kekuatan (Strength)
1. Fasilitas yang ada di
S-W=
ruang Teratai dalam
0,8 3 2,4 3-1,57
kondisi baik dan layak di
=1,43
gunakan
2. Ruang Teratai memiliki
Nurse Station yang
berada di sebelah timur
0,2 3 0,6
yang memudahkan
pengawasan dan interaksi
dengan pasien perawat
Total 1 6 3
Kelemahan (Weakness)
1. Terdapat beberapa bed
yang rusak (slide rail 0,15 3 0,45
dan pengunci roda)
2. Ruang Teratai memiliki
sedikit sekali SOP
tindakan medis atau 0,3 4 0,12
tindakan keperawatan
yang sesuai
3. Penerapan patient
Safety belum terlaksana
maksimal (Kamar 0,25 4 1
mandi belum terpasang
pegangan)
Total 1 11 1,57
Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)
Peluang (Opportunity)
1. Masyarakat cenderung O-T=2-0
memilih fasilitas
kesehatan dengan 1 2 2 =2
lokasi yang udah
dijangkau
Total 1 4 4
Ancaman (Treath)
0 0 0
Total 0 0 0
Tabel 3.3 Analisa SWOT M3

UNSUR MANAJEMEN BOBOT RATING BOBOT TOTAL


X
RATING
Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
Kekuatan (Strength)
1. Sudah memiliki visi dan S-W =
misi sebagai acuan dalam 0,2 3 2,4 2,8-2,31
pelayanan = 0,49
2. Memiliki kepala ruangan
0,2 2 0,4
sesuai metode tim
3. Perawat selalu
memperhatiakn identitas
0,3 3 0,9
pasien sebelum
melakukan tindakan
Tota
1 11 2,8
l
Kelemahan (Weakness)
1. SOP masih sedikit
tetapi masih up to 0,25 4 1
date
2. Supervisi
keperawatan belum
0,1 2 0,2
dilaksanakan secara
konsisten
3. Terdapat pencatatan
hal-hal kritikal saat
serah terima, tetapi
belum ada 0,13 2 0,26
pengawasan untuk
evaluasi proses
tersebut.
4. Untuk penataan obat
yang perlu
diwaspadai belum
bisa dilakukan secara 0,1 4 0,4
optimal karena
keterbatasan tempat
penyimpanan
5. Proses komunikasi
menggunakan metode
0,15 3 0,45
SBAR tetapi belum
optimal
Total 1 6 2,31

Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)


Peluang (Opportunity)
0 0 0 O-T =0-2
= -2
Total 0 0 0
Ancaman (Treath)
1. Adanya persaingan
dengan rumah sakit
lain yang memiliki
sistem
pendokumentasian 1 2 2
yang lebih terstruktur
dan pelayanan
keperawatan yang
lebih baik (M3)
Total 1 2 2

Tabel 3.4 Analisa SWOT M4

BOBOT
UNSUR MANAJEMEN BOBOT RATING X TOTAL
RATING
Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
Kekuatan (Strength)
1. Ruang Teratai (penyakit
dalam) di Rumah Sakit
Universitas Jember
merupakan pelayanan
S-W=
kesehatan perorangan
0,6 3 1,8 2,6-2,5
yang biayanya berasal
= 0,1
dari masyarakat yang
kemudian dikelola untuk
meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit.
2. Rumah Sakit kerjasama
dengan pihak ketiga
seperti BPJS,
0,4 2 0,8
JAMKESDA,
perusahaan asuransi
swasta
Tota
1 5 2,6
l
Kelemahan (Weakness)
1. Keterlambatan
pencairan BPJS pada
0,3 2 0,6
Rumah Sakit
Universitas Jember
2. Mekanisme pengajuan 0,5 3 1,5
pengadaan barang pada
Ruang Teratai
(Penyakit dalam)
Rumah Sakit
Universitas Jember
kurang maksimal
karena birokrasi yang
dinilai cukup
menyusahkan
3. Pengelolaan
keuangan masih
terpusat dari 0,2 2 0,4
Pemerintah
kabupaten/kota
Total 1 9 2,5
Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)
Peluang (Opportunity)
1. Masyarakat
berpenghasilan
rendah maupun
pasien umum bisa T-O = 3-2
berobat ke RS =1
1 3 3
Universitas Jember
karena RS bekerja
sama dengan
BPJS/Jamkesda dan
asuransi swasta
Total 1 3 3
Ancaman (Treath)
1.Terjadi
keterlambatan
pencairan dana BPJS
atau asuransi lainnya
1 2 2
dikhawatirkan dapat
menganggu
manajemen keuangan
rumah sakit (M4)
Total 1 2 2

Tabel 3.5 Analisa SWOT M5


BOBOT
UNSUR MANAJEMEN BOBOT RATING X TOTAL
RATING
Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
Kekuatan (Strength)
1. Ruang Teratai di Rumah S-
Sakit Universitas Jember 0,3 2 0,6 W=3,4-
memiliki chanel Youtube 2,8 = 0,6
2. Rumah Sakit Universitas
Jember memiliki petugas
marketing untuk
0,7 4 2,8
melakukan kerjasama
dengan Dokter Praktik
Mandiri dan Klinik swasta
Tota
1 4 3,4
l
Kelemahan (Weakness)
1. Ruang Teratai masih
belum melakukan
kegiatan untuk 0,3 3 0,9
mengukur tingkat
kepuasan perawat.
2. Ruang Teratai masih
belum melakukan
kegiatan untuk 0,5 3 1,5
mengukur tingkat
kepuasan pasien.
3. Nilai ALOS atau lama
rawat di ruang teratai
Rumah Sakit
0,2 2 0,4
Universitas Jember
kurang dari nilai ideal.

Total 1 8 2,8
Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)
Peluang (Opportunity)
1. Masyarakat saat ini
lebih familiar pada O-T =
sosial media untuk
mengakses informasi 0,6 3 1,8 3-2 = 1
terkait layanan maupun
fasilitas yang diberikan
RS
2. Rumah sakit 0,4 3 1,2
digunakan sebagai
lahan praktik
mahasiswa kesehatan
Total 1 3 3
Ancaman (Treath)
1. Adanya persaingan
dengan rumah sakit lain
terutama rumah sakit 1 2 2
swasta yang memiliki
fasilitas lebih lengkap
Total 1 2 2

3.2 Diagram Layang

3 M3
M1 M2
2

1 M4
M5

-3 -2 -1 1 2 3

-1

-2

-3

[Grab your reader’s attention


with a great quote from the
document or use this space to
emphasize a key point. To place
this text box anywhere on the
page, just drag it.]
Berdasarkan diagram
layang………………………………………………………………………………
……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA

Kamila, L., Said, A dan Risky. S. 2020. Manajemen Kperawatan (Nursing


Management). Bandung: Media Sains Indonesia.
Mugianti, S. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Manajemen Dan
Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Jakarta Selatan: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Rikomah, Setya Enti. 2017. Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Sirait, E., Endang, P., dan Herawati. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Haji Boejasin
Pelaihari. Dunia Keperawatan. 4(1): 14-20.

Supinganto, Agus. dkk. 2020. Praktik Manajemen Keperawatan. Bandung: Panca


Terra Firma.
Tulak, Grace, T. 2020. Manajemen Keperawatan Bagi Pendidikan Vokasi.
Surabaya: Kanaka Media.

Anda mungkin juga menyukai