Anda di halaman 1dari 5

Partisipasi dalam penimbangan balita di posyandu penting untuk diteliti, karena memiliki dampak

cukup penting terhadap tindakan preventif dan promotif penyakit, serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan penurunan kematian bayi dan ibu melalui peningkatan status gizi
masyarakat. Studi pendahuluan menunjukkan pada balita yang jarang ke posyandu diketemukan,
dari 39 balita terdapat 13 orang mengalami gizi kurang dan 1 orang mengalami gizi buruk. Penelitian
ini bertujuan mengetahui dan mendeskripsikan partisipasi masyarakat Kampung Naga Kabupaten
Tasikmalaya dalam kegiatan penimbangan balita di posyandu dengan menggunakan tinjauan
sosiologis (interaksi sosial dan dukungan sosial). Dalam penelitian ini digunakan rancangan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan DKT, Wawancara, dan Observasi. Wawancara dilakukan kepada
ibu balita, kuncen, punduh, tukang jampe, dukun beranak, ketua RT, perangkat desa, kader, bidan
dan kepala puskesmas. Untuk kelengkapan data dilakukan juga pembicaraan informal dengan
masyarakat di luar dan di dalam kampung, serta suami ibu balita. Validitas data dengan triangulasi
sumber dan metode. Realibilitas dilakukan dengan auditing data. Partisipasi yang terjadi dalam
masyarakat Kampung Naga tidak dapat dilepaskan begitu saja dari adat dan tradisi asli budaya Sunda
yang dijunjung tinggi. Kedatangan ke posyandu dipengaruhi oleh : a. Nilai dan keyakinan
masyarakat : kegiatan posyandu hanya bermanfaat untuk imunisasi, b. Petugas kurang mengetahui
karakteristik masyarakat, upaya yang dilakukan hanya untuk kebutuhan petugas. Interaksi sosial
masyarakat ditentukan oleh : a. kontak sosial : pengaruh adat dan saur sepuh'kata leluhur
mengakibatkan timbulnya berbagai kegiatan yang wajib diikuti dan menunjukkan tidak mendukung
terhadap partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita, b. Komunikasi yang berupa informasi
kesehatan masyarakat diperoleh dari kebiasaan sesepuhnya, orang tua dan menafsirkan sendiri
masalah kesehatan yang dihadapinya. Masyarakat kurang mendapat penyuluhan. Sedangkan
dukungan yang diberikan anggota keluarga dan kelompok referensi hanya berbentuk informatif,
sebagai akibat struktur parokialisme yang dimilikinya. Nilai Anak tidak dapat menumbuhkan sikap
dan partisipasi masyarakat. Hal ini dipengaruhi, aktivitas orang tua dan kepercayaan dalam
pemelihaan anak. Selain itu, pemberian pembinaan dan perhatian anak lebih bersifat
mempersiapkan anak agar mampu nantinya berperan dalam masyarakat dan senantiasa
menjalankan ajaran nenek moyang.

Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial diantaranya adalah :

1. Imitasi
2. Sugesti
3. Identifikasi
4. Simpati
5. Empati  
6. Motivasi

Agar lebih paham mengenai poin-poin diatas, simak pembahasan berikut


ya! :D
PEMBAHASAN
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik atau hubungan sosial
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun
kelompok dengan kelompok.
Sebelum membahas tentang faktor yang mempengaruhi interaksi sosial,
ada baiknya mengetahui dulu syarat dan juga karateristiknya.
Interaksi sosial itu agar bisa terjadi harus memenuhi syarat, yaitu
adanya kontak sosial baik secara langsung atau tidak, dan terdapat
komunikasi. Adapun karakteristik dari interaksi sosial diantaranya :

 Dilakukan lebih dari dua orang.


 Ada kontak sosial dan komunikasi didalamnya.
 Ada maksud dan tujuan dari interaksi.
 Terdapat dimensi waktu.

Ok, sekarang mari kita bahas faktor yang mempengaruhi interaksi sosial!
= Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
1. Imitasi, proses interaksi dengan cara meniru dari tindakan atau perilaku
orang lain. Imitasi dikatakan sebagai proses yang positif apabila dilakukan
sesuai norma dalam masyarakat. Sebaliknya jika menyimpang berarti
proses nya bersifat negatif.

 Contoh : Alana sangat menyukai film India, dia sering meniru gaya
menari ala di film India.

2. Sugesti, suatu pengaruh dari tingkah atau cara yang diberikan kepada


orang lain, sehingga orang lain yang dipengaruhi pun bisa mengikuti atau
nurut tanpa adanya perlawanan, kritikan, ataupun pertimbangan yang
panjang.

 Contoh : Galaksi mengikuti perintah temannya untuk membolos


sekolah bersama temannya.

3. Identifikasi, kecenderungan yang dilakukan seseorang tujuannya agar


orang itu sama dengan orang lain (idolanya). Identifikasi ini sifat
pengaruhnya lebih kuat daripada imitasi dan sugesti.
 Contoh : Alfi sangat mengidolakan pesepak bola Cristiano Ronaldo.
Ia pun menirukannya baik ketika dia bermain bola bersama dengan
temannya (gaya bermainnya), membeli jersey Cr7. Bahkan Ia tidak pernah
ketinggalan tayangan pertandingan sepak bola yang melibatkan Cristiano
Ronalno.

3. Simpati, kondisi dimana seseorang merasa tertarik (simpatik) kepada


orang lain. Dalam artian bisa memehami keadaan orang lain.

 Contoh : Ardhan mengucapkan bela sungkawa karena kemarin


temannya tertimpa musibah.

4. Empati, proses yang terjadi ketika seseorang mampu memahami dan


seolah-olah ikut merasakan apa yang orang lain rasakan atau alami, baik
itu kondisi senang, sedih, sakit, susah, dll.

 Contoh : Ahmad memberikan makananan kepada anak jalanan


yang ia lihat saat dirinya bepergian. Karena anak tersebut terlihat
kelaparan.

5. Motivasi, suatu dorongan, dukungan, pengaruh dari seseorang yang


ditujukan kepada orang lain. Sehingga orang yang diberikan motivasi akan
melaksanakan dengan rasional dan tanggung jawab sesuai dengan
pengaruh motivasi orang lain.

 Contoh : Seorang guru SMA yang memotivasi muridnya agar belajar


dengan tekun supaya murid tersebut nantinya bisa lolos SNMPTN.

= Bentuk Interaksi Sosial  


a. Asosiatif :

 Kerjasama
 Akomodasi
 Asimiliasi
 Akulturasi

b. Disosiatif :

 Petikaian
 Kontraversi
 Kompetisi
 Konflik

KESIMPULAN
Jadi, imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, empati, dan
motivasi. Keenam hal itu merupakan faktor yang mempengaruhi interaksi
sosiall.

Interaksi individu dengan individu dapat bersifat positif maupun negatif. Contoh
interaksi sosial positif adalah kegiatan ibu membantu anaknya belajar. Kemudian,
contoh negatif adalah peperangan atau perkelahian antara dua kelompok atau
negara.

- Interaksi individu dengan kelompok terjadi ketika seorang pelatih sepak bola
menerangkan strategi bertanding dengan para pemainnya. Nantinya, para pemain
akan sesekali bertanya, dan mengajukan usulan.

- Interaksi kelompok dengan kelompok, misalnya persatuan pemuda dari berbagai


daerah bertemu untuk membahas acara kongres pemuda nasional. Semua
kelompok akan mengajukan saran acara yang ingin ditampilkan.

a. Interaksi antara Individu dengan Individu


Pada saat dua individu bertemu, walaupun tidak melakukan kegiatan apa-
apa, namun sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-
masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan
dalam diri masingmasing. Seperti minyak wangi, bau keringat, bunyi sepatu
ketika berjalan, dan hal-hal lain yang bisa mengundang reaksi orang lain.
Interaksi jenis ini selain tidak harus konkret seperti telah dijelaskan di atas,
juga bisa sangat konkret. Wujudnya antara lain berjabat tangan, saling
bercakap-cakap, saling menyapa, dan lain-lain.
b. Interaksi antara Kelompok dengan Kelompok
Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok sebagai satu-kesatuan, bukan
sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang bersangkutan. Maksudnya
kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu-kesatuan yang
berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain.
Contohnya pertandingan antartim kesebelasan sepak bola. Mereka
bermain untuk kepentingan kesebelasannya (kelompok).
c. Interaksi antara Individu dengan Kelompok
Interaksi antara individu dengan kelompok menunjukkan bahwa
kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok. Bentuk
interaksi ini berbeda-beda sesuai dengan keadaan. Contohnya seorang
guru yang mengawasi murid-muridnya yang sedang mengerjakan ujian.
Dalam hal ini seorang guru sebagai individu berhubungan dengan murid-
muridnya yang berperan sebagai kelompok.

 Interaksi antara Individu dan Individu


 Interaksi antara Kelompok dan Kelompok
 Interaksi antara Individu dan Kelompok

Anda mungkin juga menyukai