Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendekatan pembelajaran yang merupakan tuntutan kurikulum tingkat satuan


pendidikan belum dilaksanakan secara maksimal. Guru masih sering
melaksanakan kegiatan pembelajaran Matematika secara murni mata
pelajaran dan terpisah dari mata pelajaran lain. Kegiatan pembelajaran mata
pelajaran Matematika hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang berhubungan dengan Matematika tanpa mengaitkannya dengan
mata pelajaran lain. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa terjebak
dalam rutinitas yang membosankan sehingga pembelajaran menjadi kurang
menarik dan motivasi belajar siswa pun rendah. Siswa juga belum terlibat
secara aktif dalam menemukan konsep yang dipelajari, karena pembelajaran
lebih banyak terpusat pada guru.

Berkaitan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan dan seiring


bergulirnya kurikulum tingkat satuan pendidikan, pembelajaran yang dikemas
dan dirancang guru harus mengoptimalkan pencapaian standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang telah digariskan. Untuk mencapai hal tersebut
maka guru harus dapat menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan
tingkat perkembangan psikologis siswa SD kelas V. Pada periode ini, siswa
masih memandang dunia sebagai sesuatu yang terpadu dan konkrit, sehingga
pendekatan pembelajaran yang digunakan di kelas ini harus bersifat tematis
dan integratif. Dengan pembelajaran secara tematis dan integratif diharapkan
dapat memberikan pengalaman yang lebih bermakna dan utuh bagi siswa,
serta dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal.
Dan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
khususnya prestasi belajar Matematika.

Berdasarkan uraian di atas, maka mendorong penulis untuk mengeliminir


kesenjangan-kesenjangan yang menjadi permasalahan dengan menerapkan

1
pendekatan pembelajaran tematik pada pembelajaran Matematika. Oleh
karena itu pada karya tulis ilmiah ini menulis mengenai “Peningkatan
Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Tematik (Pokok)
pada Siswa Kelas VI UPTD SDN 2 BATAKAN”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka secara spesifik


masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah melalui
pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa
kelas VI SD”

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar


Matematika. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bahwa pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar
Matematika siswa kelas VI SD.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Mendapatkan teori baru tentang peningkatan prestasi belajar Matematika


melalui pembelajaran tematik pada siswa kelas VI sekaligus sebagai dasar
untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran


Matematika kelas VI SD dengan model pembelajaran tematik.

b. Bagi Instansi Terkait

Merupakan masukan dalam mengambil kebijakan yang dapat


menunjang peningkatan mutu dan efektivitas pembelajaran
Matematika  di sekolah.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Sutratinah Tirtonegoro (1988: 43) adalah


“Penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”.

Sedangkan menurut Winkel (1991: 60) yang dimaksud dengan prestasi


belajar adalah “Bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai seseorang
setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu”.

Senada dengan pendapat kedua ahli tersebut, Anton Sukarno (1994:16)


menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah suatu hasil maksimal yang
diperoleh dengan usahanya dalam rangka mengaktualisasikan dan
mempotensikan diri lewat belajar”.

Dari ketiga pendapat di atas, maka yang dimaksud prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf maupun kalimat dalam rangka mengaktualisasikan dan
mempotensikan diri lewat belajar.

Dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah suatu angka
yang dicapai oleh masing-masing siswa dalam periode waktu tertentu
sebagai hasil dari belajarnya, yang merupakan perwujudan dari potensi
dirinya.

3
b. Pengertian Matematika

Menurut Djauzak Ahmad (1994: 13) “Matematika adalah salah satu ilmu
dasar dalam kehidupan sehari-hari yang berguna memahami dasar-dasar
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dewasa ini”.

Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust seperti dikutip Mulyono


Abdurrahman (1999: 252), “Matematika adalah bahasa simbolis yang
fungsi praktisnya untuk mengeskpresikan hubungan-hubungan kuantitatif
dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan
berfikir”.

Senada dengan pendapat tersebut, Kline dalam Mulyono Abdurrahman


(1999: 252) mengemukakan bahwa “Matematika merupakan bahasa
simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif,
tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.

Dari pendapat-pendapat di atas, berarti bahwa Matematika adalah salah


satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan bahasa
simbolis untuk memudahkan manusia berfikir dengan menggunakan cara
bernalar deduktif dan induktif.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Matematika adalah salah satu
ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan
dan teknologi, yang memudahkan manusia berfikir dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.

c. Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik pada proses pembelajaran adalah untuk memberikan


pemahaman secara menyeluruh pada peserta didik, dimana peserta didik
diharapkan mampu melihat dan menyerap secara utuh berbagai materi ajar
dari berbagai mata pelajaran berbeda yang diberikan dalam satu bingkai
tema tertentu. Penggunaan pembelajaran tematik pada proses
pembelajaran juga bertujuan untuk mengajarkan dan mesimulasikan
peserta didik pada permasalahan di kehidupan nyata nantinya, dimana

4
masalah di dunia nyata terkadang membutuhkan cara pandang yang
menyeluruh.

Tujuan pembelajaran tematik menurut Sutirjo (2004:23) adalah sebagai


berikut:

1. Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat


perkembangan dan kebutuhan anak.

2. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak hasil


belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.

3. Mengembangkan keterampilan berfikir anak sesuai dengan


permasalahan yang dihadapi dan menumbuhkan keterampilan sosial
dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi, serta tanggap terhadap
gagasan orang lain.

4. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar


mengajar menjadi lebih bermaknsa dan utuh.

5. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan


beberpa hal antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan
banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan.

6. Memilih tema yang terdekat dengan anak dan aktual.

7. Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada


tema.

d. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik

Ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran inti


pada Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah yaitu meliputi; Pendidikan
Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Sains, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Pendidikan Kewarganegaraan, Seni Budaya dan Keterampilan, serta
Pendidikan Jasmani Olahraga, dan Kesehatan.

5
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik


berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal).
Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru
terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting
sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar
yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing
(Moh Uzer Usman & Lilis Setiawati, 1993: 9).

Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)

a) Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang


diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah panca indera yang
tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit,
cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna,
berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah
laku.

b) Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang


diperoleh, terdiri atas:

(1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu


kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi
yang dimiliki.

(2)   Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu


seperti sikap, kebiasaan, minta kebutuhan, motivasi, emosi, dan
penyesuaian diri.

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

2) Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)

6
a) Faktor sosial yang terdiri atas:

(1)   Lingkungan keluarga.

(2)   Lingkungan sekolah.

(3)   Lingkungan masyarakat.

(4)   Lingkungan kelompok.

b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tehnologi,


dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas


belajar.

d) Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.

Demikian, beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi baik


secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar
siswa.

f. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar dapat memilih materi yang


mampu menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi
siswa, sehingga mampu mengikuti perkembangan IPTEK. Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar tidak dapat terlepas dari ciri Matematika itu
sendiri yaitu memiliki sifat abstrak dan berpola deduktif dan konsisten.

Karenanya kegiatan belajar dan mengajar Matematika seyogyanya juga


tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain, karena peserta didik
yang belajar Matematika itupun berbeda-beda kemampuannya, maka
kegiatan belajar mengajar harus tetap memperhatikan adanya perbedaaan
individu dan karakteristik siswa. (Djauzak Ahmad, 1994: 13)

Selanjutnya, Djauzak Ahmad (1994: 17) menyatakan bahwa “Tujuan


pembelajaran Matematika secara umum adalah mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan

7
dan dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat dan efektif”. Di samping
itu siswa diharapkan mampu menggunakan Matematika dalam kehidupan
sehari-hari dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Dalam Kurikulum 2004 (2003: 6) juga disebutkan “Tujuan pembelajaran


Matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir secara
sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. Serta mengembangkan sikap
gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan masalah”.

Sedangkan Moch Ichsan (2003: 4) merumuskan tujuan pembelajaran


Matematika, sebagai berikut:

1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung


(menggunakan bilangan ) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui


kegiatan Matematika.

3) Mengembangkan pengetahuan dasar Matematika sebagai bekal belajar


lebih lanjut.

4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Tujuan tersebut dianggap telah tercapai apabila siswa telah memiliki


sejumlah kemampuan di bidang Matematika. Agar tujuan pembelajaran
Matematika tersebut dapat dicapai secara optimal, guru harus dapat
menerapkan pendekatan pembelajaran Matematika secara tepat.

Moch Ichsan (2003: 8-9) mengemukakan empat macam pendekatan


pembelajaran Matematika, yaitu:

1) Pendekatan belajar aktif (Student Active Learning = SAL)

SAL adalah suatu pembelajaran yang menekankan aktivitas para siswa


secara fisik, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar
yang maksimal, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

8
Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, maka guru harus dapat
menciptakan suasana yang menggairahkan kegiatan belajar, antara lain
dengan menyajikan bahan pelajaran mengesankan dan merangsang
daya kreativitas, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
berkesan.

2) Pendekatan terpadu

Yaitu suatu pendekatan yang mengaitkan mata pelajaran Matematika


dengan mata pelajaran lainnya. Dengan mengetahui keterkaitan konsep
dari beberapa mata pelajaran, maka akan dapat memberi pengertian
kebermaknaan, sehingga siswa lebih mantap dalam memahami suatu
konsep.

3) Pendekatan konstruktivis

Yaitu merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran di kelas melalui tiga


fase, yaitu: fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan aplikasi konsep
untuk mencapai kebermaknaan pemahaman.

4) Pendekatan realistik (Realistic Mathematics Education = RME)

Yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal


yang real bagi siswa, menekankan keterampilan “process of doing
mathematics”. Pada pendekatan ini peran guru tidak lebih dari seorang
fasilitator, moderator, atau evaluator, sementara siswa berfikir.

Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk


dikembangkan. Hadi Mulyono (2000: 13) memberikan pengertian
pembelajaran tematik dapat dilihat sebagai:

1) Pembelajaran yang beranjak dari satu tema tertentu sebagai pusat


perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-
gejala dan konsep lain yang berasal dari bidang studi yang
bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.

9
2) Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang
studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang
kemampuan dan perkembangan anak.

3) Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak


secara simultan.

Berdasarkan hakikat pembelajaran tematik, Tim Pengembang PGSD


(2001: 58-59) mengemukakan beberapa ciri atau karakteristik
pembelajaran sebagai berikut:

1) Holistik

Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam


pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran
terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari
segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi
lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang
ada di hadapan mereka.

2) Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti


diterangkan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan
antar skemata yang dimiliki siswa.

3) Otentik

Pembelajaran tematik juga memungkinkan siswa memahami secara


langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. Ini karena mereka
dalam belajarnya melakukan kegiatan secara langsung. Mereka
memahami dari hasil belajar sendiri, hasil dan interaksinya dengan
fakta dan peristiwa, bukan sekedar hasil pemberitahuan guru.

10
4) Aktif

Pembelajaran tematik pada dasarnya dikembangkan dengan berdasar


kepada pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa perlu terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga proses evaluasinya. Pembelajaran tematik pada dasarnya
dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan
kemampuan siswa.

Oleh karena itu, pembelajaran tematik bukan semata-mata merancang


aktivitas-aktivitas dari masing-masing bidang studi yang ada kaitannya.
Meskipun hal itu bisa saja dilakukan, hal ini bisa tidak sesuai dengan
landasan filosofis, psikologis dan praktis dari pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang
disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa
dipelajari melalui pengembangan tema tersebut.

11
BAB III

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Guru masih sering melaksanakan kegiatan pembelajaran Matematika secara


murni mata pelajaran dan terpisah dari mata pelajaran lain. Kegiatan
pembelajaran mata pelajaran Matematika hanya mempelajari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan Matematika
tanpa mengaitkannya dengan mata pelajaran lain. Pembelajaran seperti ini
mengakibatkan siswa terjebak dalam rutinitas yang membosankan sehingga
pembelajaran menjadi kurang menarik dan motivasi belajar siswa pun rendah.
Siswa juga belum terlibat secara aktif dalam menemukan konsep yang
dipelajari, karena pembelajaran lebih banyak terpusat pada guru. Selain itu,
pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah kurang
mengembangkan siswa untuk berfikir holistik karena siswa kurang
mengetahui keterkaitan konsep dari beberapa mata pelajaran, sehingga
pengalaman yang diperoleh sebagai hasil belajar menjadi kurang bermakna.
Pada akhirnya berimplikasi pada rendahnya prestasi belajar siswa.

B. Perencanaan Tindakan

Dengan berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi dasar mata


pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial, penulis melakukan langkah-
langkah untuk merencanakan model pembelajaran tematik, antara lain:

a. Membuat/memilih tema.

b. Melakukan analisis kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang


sesuai dengan tema.

c. Membuat pengelompokan jaringan indikator.

12
d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tematik berdasarkan
jaringan indikator yang telah dibuat.

Kegiatan awal untuk setiap pertemuan memuat doa bersama, absensi siswa
dan appersepsi. Tahap appersepsi berupa cerita atau menyanyi bersama yang
bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa
pada tema yang akan dibicarakan.

Kegiatan inti adalah kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam pembelajaran.


Sedangkan kegiatan akhir merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengakhiri satu pertemuan, meliputi kegiatan evaluasi dan memberikan
tindak lanjut berupa tugas rumah.

C. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini guru menerapkan model pembelajaran tematik sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Tindakan yang
dilaksanakan meliputi kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran antara
lain kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan diawali dengan kegiatan awal


berupa doa bersama, absensi siswa dan appersepsi. Dilanjutkan dengan
kegiatan inti yang pada setiap pertemuannya menyampaikan 1 indikator
Matematika sebagai core (inti pembelajaran).

Adapun contoh indikator Matematika dengan Kompetensi Dasar “Melakukan


perhitungan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pebagian bilangan bulat
dan pecahan yang menjadi core (inti pembelajaran) pada setiap pertemuan
adalah :

a. Menentukan persentase dari banyak benda tertentu, untuk pertemuan ke-1.

b. Mengubah pecahan biasa kebentuk decimal atau persen, untuk pertemuan


ke-2 dan ke-3.

13
c. Menentukan nilai pecahan dari gambar yang telah diberikan, untuk
pertemuan ke-4.

d. Membandingkan nilai pecahan dari dua bilangan dan menyederhanakan


pecahan dari yang sudah ditentukan, untuk pertemuan ke-5 dan ke-6.

Indikator-indikator Matematika tersebut dikaitkan dengan indikator mata


pelajaran lain yang sesuai dengan tema, yang tertulis dalam RPP.

Pembelajaran pada setiap pertemuan selalu diakhiri dengan evaluasi dan


memberikan tindak lanjut berupa tugas portofolio. Dan pada akhir pertemuan
dilaksanakan ulangan harian untuk mengetahui prestasi belajar Matematika.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan penulisan karya imiah dengan pembelajaran


tematik dalam pembelajaran Matematika pada kelas I dapat disampaikan
kesimpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran tematik dalam pembelajaran Matematika dilakukan


dengan mengaitkan mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran
lainnya melalui konsep-konsep yang dapat dipadukan dalam naungan tema
tertentu.

2. Dengan pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar


Matematika siswa kelas VI.

3. Dengan menerapkan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan


peran aktif (pastisipasi) siswa dalam proses pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat


dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan
uraian penutup penelitian ini, antara lain:

1. Bagi Sekolah

15
Hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai alat peraga Matematika
khususnya untuk kelas rendah (kelas 1 dan 2), baik droping maupun
swadaya sekolah, sehingga lebih menunjang dalam penanaman konsep-
konsep Matematika secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan memberdayakan model pembelajaran tematik.

2. Bagi Guru

Hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung


pembelajaran tematik dan fasilitas belajar yang diperlukan, karena sangat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya
berpengaruh pada proses dan hasil belajar Matematika siswa

16
DAFTAR PUSTAKA

Anton Sukarno. 2011. Efektifitas Sistem Pengajaran Pelayanan Bagi Anak


Berkesulitan Belajar. Surakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kurikulum 2011 Standar Kompetensi


Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar.

Djauzak Ahmad.2011. Pedoman Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar.


Soppeng: Balai Pustaka.

Hadi Mulyono. 2000. Pembelajaran Terpadu. Surakarta: Sebelas Maret University


Pers.

Hartono & Edy Legowo. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Soppeng: Depdiknas.

H.Jemmain. 2009. Strategi Belajar Mengajar Matematika di Sekolah Dasar.


Soppeng: BPG.

Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. 2009. Upaya Optimalisasi Kegiatan


Belajar Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Soppeng: Remaja
Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai