Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATA KULIAH

“ Kesulitan Keuangan (Financial Distress) ”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan

Dosen Pengampu :
Binti Shofiatul Jannah, SE, M.S.A

Disusun oleh :
Erlinda Pujianti - G92219090
(Akuntansi 4C)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN 2021
A. Pengertian Financial Distress
Financial Distress atau kesulitan keuangan adalah suatu kondisi keuangan perusahaan sedang
dalam masalah, krisis atau tidak sehat yang terjadi sebelum perusahaan mengalami
kebangkrutan. Financial distress terjadi ketika perusahaan gagal atau tidak mampu lagi
memenuhi kewajiban debitur karena mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk
menjalankan atau melanjutkan usahanya lagi.
Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan umumnya mengalami penurunan dalam
pertumbuhan, kemampulabaan, dan aset tetap, serta peningkatan dalam tingkatan persediaan
relatif terhadap perusahaan yang sehat (Kahya dan Theodossiou, 1999).
Financial Distress juga ditandai dengan adanya penundaan pengiriman, kualitas produk yang
menurun, dan penundaan pembayaran tagihan dari bank. Apabila kondisi financial distress ini
diketahui, diharapkan dapat dilakukan tindakan untuk memperbaiki situasi tersebut sehingga
perusahaan tidak akan masuk pada tahap kesulitan yang lebih berat seperti kebangkrutan ataupun
likuidasi.
B. Penyebab Financial Distress
Menurut Fachrudin (2008), penyebab kesulitan keuangan atau financial distress dijelaskan
dalam Trinitas Penyebab kesulitan keuangan, yaitu sebagai berikut:
1. Neoclassical Model, adalah financial distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi
sumber daya di dalam perusahaan tidak tepat.
2. Financial Model, adalah Pencampuran aset benar tetapi struktur keuangan salah dengan
liquidity constraints.
3. Corporate Governance Model, adalah menurut model ini, kebangkrutan mempunyai
campuran aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk.
Selain itu, menurut Hanafi (2004), terdapat beberapa penyebab lain terjadinya kesulitan
keuangan khususnya pada kelompok usaha kecil, yaitu struktur permodalan yang kurang,
menggunakan peralatan dan metode bisnis yang ketinggalan jaman, ketiadaan perencanaan
bisnis, kualifikasi pribadi.
C. Jenis dan Kategori Financial Distress
Menurut Brighan & Gapenski (1993) dalam Saptono (2001),terdapat 4 jenis financial distress yang
dapat menyebabkan sebuah perusahaan mengalami kebangkrutan. Keempat hal tersebut yaitu:
1. Economic Failure (Kegagalan Ekonomi)
Kegagalan ekonomi dapat diartikan kondisi perusahaan tidak bisa menutupi total cost sehingga
perusahaan tidak dapat membayar gaji karyawan.
2. Business Failure (Kegagalan Bisnis)
Kegagalan bisnis dapat diartikan kondisi perusahaan kehilangan kreditur sehingga harus
menghentikan proses produksi.
3. Financial Failure (Kegagalan Keuangan)
Kegagalan keuangan dapat diartikan suatu kondisi dimana sebuah perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, seperti tidak dapat membayar hutang tepat pada waktunya
(insolvensi) dikarenakan mengalami kerugian atau berkurangnya likuiditas. Kondisi financial
failure umumnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu: insolvensi teknis dan insolvensi
kebangkrutan.
4. Legal Bankruptcy (Bangkrut Secara Hukum)
Ialah kondisi dimana sebuah perusahaan dinyatakan benar-benar pailit atau bangkrut dan telah
disahkan secara hukum. Di Indonesia sendiri terdapat undang-undang yang mengatur tentang syarat
serta putusan bangkrut sebuah perusahaan yang diatur dalam Pasal 2 UU No. 4 Tahun 1998.
Sedangkan Menurut Fahmi (2011), secara umum membagi financial distress atau kesulitan
keuangan menjadi empat kategori, yaitu sebagai berikut:
1. Financial Distress Kategori A (sangat tinggi dan benar-benar membahayakan)
Kategori ini memungkinkan perusahaan dinyatakan untuk berada di posisi bangkrut atau
pailit. Pada kategori ini memungkinkan pihak perusahaan melaporkan ke pihak terkait seperti
pengadilan bahwa perusahaan telah berada dalam posisi bangkrut (pailit). Dan menyerahkan
berbagai urusan untuk ditangani oleh pihak luar perusahaan.
2. Financial Distress Kategori B (tinggi dan dianggap berbahaya)
Pada posisi ini perusahaan harus memikirkan berbagai solusi realistis dalam
menyelamatkan berbagai aset yang dimiliki, seperti sumber-sumber aset yang ingin dijual
dan tidak dijual/dipertahankan. Termasuk memikirkan berbagai dampak jika dilaksanakan
keputusan merger (penggabungan) dan akuisisi (pengambilalihan). Salah satu dampak yang
sangat nyata terlihat pada posisi ini adalah perusahaan mulai melakukan PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja) dan pensiun dini pada beberapa karyawannya yang dianggap tidak layak
(infeasible) lagi untuk dipertahankan.
3. Financial Distress Kategori C (sedang dan dianggap masih bisa menyelamatkan diri)
Pada kondisi ini perusahaan sudah harus melakukan perombakan berbagai kebijakan dan
konsep manajemen yang diterapkan selama ini, bahkan jika perlu melakukan perekrutan
tenaga ahli baru yang dimiliki kompetensi yang tinggi untuk ditempatkan di posisi-posisi
strategis yang bertugas mengendalikan dan menyelamatkan perusahaan, termasuk target
dalam menggenjot perolehan laba kembali.
4. Financial Distress Kategori D (rendah)
Pada kategori ini perusahaan dianggap hanya mengalami fluktuasi finansial temporer
yang disebabkan oleh berbagai kondisi eksternal dan internal, termasuk lahirnya dan
dilaksanakan keputusan yang kurang begitu tepat.
D. Cara Memprediksi Financial Distress
Menurut Syaryadi (2012), Altman’s Z-score atau Altman Bankrupty Prediction Model Z-
score adalah model yang memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan bangkrut.
Dengan menggunakan rumus yang diisi (interplasi) dengan rasio keuangan maka akan diketahui
angka tertentu yang ada menjadi bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan perusahaan akan
bangkrut.
Rumus untuk menghitung Nilai Z-Score untuk Model Altman’s Z-score yaitu:

Zi = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5


Keterangan :
Xl = (Aktiva lancar – utang lancar)/Total Aset
X2 = Laba yang ditahan/Total Aset
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak/Total Aset
X4 = Nilai pasar saham biasa da preferen/Nilai buku total utang
X5 = Penjualan/Total Aset Zi = Nilai Z-Score

Nilai cut-off adalah Z < 1,81 perusahaan masuk kategori bangkrut; 1,81 < Z-Score < 2,99
perusahaan masuk wilayah abu-abu (grey area atau zone of ignorance) atau daerah rawan dan Z
>2,99 perusahaan tidak bangkrut.
Secara umum rasio-rasio seperti profitabilitas, likuiditas, leverage dan cakupan arus kas
berlaku sebagai indikator yang paling signifikan dalam memprediksi kesulitan keuangan maupun
kebangkrutan. Rasio profitabilitas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress.

E. Cara Mengatasi Financial Distress

Adapun cara menangani yang dapat dilakukan oleh perusahaan jika mengalami masalah ini :

1. Perusahaan bisa saja menjual aset-aset utamanya dikarenakan dengan menjual aset


tersebut perusahaan masih bisa mengembalikan modal investor dan masih bisa
menjalankan perusahaannya walaupun dengan modal minimun.
2. Tindakan kedua adalah perusahaan bisa melakukan tindakan merger dengan perusahaan
lain.
3. Membatasi belanja modal untuk ekspansi usaha, dengan kondisi financial distress
perusahaan tidak akan mengeluarkan modal untuk ekpansi usaha malah modal digunakan
untuk menghemat keuangan paling efisien.
4. Mulai menerbitkan saham atau obligasi baru, perusahaan menerbitkan saham atau
obligasi baru untuk pendanaan jangka panjang dan meningkatkan modal dalam
perusahaan tersebut.
5. Pengajuan restrukturisasi kredit kepada bank
6. Mengajukan permohonan kepailitan sehingga dapat dinyatakan legal secara hukum dan
dapat dipertanggung-jawabkan kondisi financial distress pada public.
DAFTAR PUSTAKA

Muchlisin Riadi ; 2018 ; Financial Distress (kesulitan keuangan) ;


https://www.kajianpustaka.com/2018/10/financial-distress-kesulitan-keuangan.html diakses pada
26 Mei 2021

Faradila Putri, Aziz Alfida. (2016). Analisa Kinerja Keuangan Terhadap Prediksi Financial
Distress Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 3 (1),
hal.29

Harmony ; 2021 ; Financial Distress: Bagaimana Memahami Dan Cara Menanganinya ;


https://www.harmony.co.id/blog/financial-distress-bagaimana-memahami-dan-cara-
menanganinya diakses pada 26 Mei 2021

Anda mungkin juga menyukai