mana dipimpin oleh presiden kedua Indonesia yaitu bapak Soeharto selama 32 tahun . kelahiran
dari orde baru sendiri memberikan warna sendiri pada media Indonesia. Pers di Indonesia pada
masa Orde Baru diatur dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan Pokok
Pers dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1966.
Kebijakan Orde Baru yang mengatur tentang pers merupakan kebijakan politik
pembangunan. olitik pembangunan yang diterapkan oleh pemerrintahan Orde Baru
adalah politik pembangunan yang kapitalistik dengan strategi pembangunan yang
beroreientasi pada pertumbuhan (Abar, 1995: 190).Alfian (1990: 241) menjelaskan
politik pembangunan nasional yang dimaksudkan adalah proses modernisasi atau
proses pembinaan bangsa di segala bidang ekonomi, sosial, budaya, pendidikan
maupun mental.
Selama tahun 1973 kritik pers semakin keras terhadap poltik pembangunan
dengan strategi pertumbuhan terutama berbagai implikasi sosial ekonomi (Abar, 1995:
193). Klimkas dari sikap pers kepada pemerintah yaitu pemberedalan 5 media dengan
cara pencabutan surat izin oleh dapertemen penerangan. Alasa pencabutan surat izin
cetak ini karena media dianggap menghasut rakyat. Diantara ke 5 media itu diantaranya
Harian Indonesia pada tahun 31 Januari 1951, Harian Indonesia Raya 21 Januari 1974,
Harian Abadi pada tahun 1974 silam, Majalah Tempo dua kali terkena pemberedelan
pada tahun 1982 dan 21 Juni 1994, Harian Sinar Harapan pada tahun 2 Oktober 1965
silam.
Orde Baru memiliki beberapa sifat yaitu pertama negara yang kuat dan dominan.
Kedua, negara Orde Baru adalah negara yang dipimpin serta didukung oleh kekuatan
militer yang bekerja sama dengan teknokrat dan birokrat sipil. Ketiga, negara Orde Baru
melengkapi dirinya dengan aparat keamanan represif serta aparat politis ideologia
untuk melestarikan dan mereproduksi kekuasaannya. Keempat, negara Orde Baru
sejak awal kebangkitannya mendapatkan dukungan dari kapitalisme internasional. Dan
kelima, negara Orde Baru mengalami instabilitas oleh faktor dari dalam negara dan
faktor internasional (Abar,1995: 211-218).