Anda di halaman 1dari 18

GANGGUAN MAKAN PADA

GERIATRI
Dyah Anisa Aprilani 170070201011021
Narulita septi 160070201011182
Suci Caraswati 170070201011167
Dimas Prakoso 160070201011035

Pembimbing:
dr. Gadis Nurlaila M.M, Sp.PD-FINASIM
Geriatri
◦ Geriatri atau ilmu kesehatan usia lanjut ◦ Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut dengan
adalah bagian ilmu penyakit dalam yang multipatologi (penyakit ganda), yang merupakan
mempelajari aspek-aspek pencegahan, gabungan antara penurunan fisiologik/alamiah
dan berbagai proses patologik/penyakit; penyakit
peningkatan, pengobatan, pemulihan serta
biasanya berjalan kronis, menimbulkan kecacatan
aspek psikologis dan sosial dari penyakit-
dan secara lambat laun akan menyebabkan
penyakit pada usia lanjut. kematian; usia lanjut juga sangat rentan terhadap
berbagai penyakit akut, serta diperberat dengan
kondisi daya tahan yang menurun; kesehatan usia
lanjut juga sangat dipengaruhi oleh faktor psikis,
sosial dan ekonomi, dan pada usia lanjut
seringkali didapat penyakit iatrogenik (akibat
banyak obat-obatan yang dikonsumsi).
Gangguan Makan Pada Geriatri
◦ Gangguan makan pada geriartri dapat menyebabkan malnutrisi. Keadaan
malnutrisi pada lanjut usia menurut Mary E. Beck dalam Nutrition And Ditetics
For Nurses,2000 diklasifikasikan menjadi malnutrisi umum dan defisiensi nutrisi
tertentu.
◦ Malnutrisi umum adalah diet yang tidak mengandung beberapa nutrisi dalam
jumlah yang memadai. Dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Defisiensi
terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu tidak ada dalam
diet, seperti Vitamin C, Vitamin D, asam folat, dan besi.
Gangguan Makan Pada Geriatri
◦ Malnutrisi dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian pada pasien lanjut usia. Kriteria berikut untuk
mendiagnosis malnutrisi telah direkomendasikan dalam konsensus dari Academy of Nutrition and Dietetics
(Academy) dan American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) yaitu :
◦ Kekurangan asupan energi
◦ Penurunan berat badan
◦ Hilangnya masa otot
◦ Hilangnya lemak subkutan
◦ Akumulasi cairan yang bisa menutupi gejala penurunan berat badan
◦ Berkurangnya status fungsional seperti berkurangnya kekuatan pegangan tangan
Penyebab penurunan berat badan pada pasien
lanjut usia
◦ • Medications ◦ Hyperthyroidism, Hyperparathyroidism
◦ • Emotions (depression) ◦ • Entry problems (malabsorption)
◦ • Alcoholism, anorexia ◦ • Eating problems
◦ • Late-life paranoia ◦ • Low-salt, low-cholesterol diet
◦ • Swallowing problems ◦ • Shopping problems
◦ • Oral problems
◦ • No money (poverty)
◦ • Wandering (dementia)
◦ Sangatlah perlu bagi tenaga medis untuk dapat mengidentifikasi apakah pasien lanjut usia yang
ditangani termasuk lansia dengan gangguan malnutrisi atau tidak, oleh karena itu diperlukan
adanya skrining yang perlu dilakukan pada pasien usia lanjut. Skrining dapat menggunakan alat
bantu seperti MNA – Mini Nutritional Assesment. MNA sangat membantu untuk mekukan skrining
cepat dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat sederhana. MNA dapat digunakan pada semua
pasien usia lanjut baik yang sedang dirawat dirumah sakit, berada di rumah singgah orang tua
maupun yang tinggal dirumah sendiri. Sensitifitas MNA mencapai 96% dan spesifisitasnya
mencapai 98%.
MNA memiliki skor maksimal 30. Interpretasi dari
skor MNA adalah sebagai berikut :
< 17 : undernutrition
17-23,5 : borderline/underrisk of malnutrition
>24 : normal / well nourished
Diagnosis Gangguan Nutrisi

 Anamnesis Biokimiawi
• asupan makronutrien dan mikronutrien •Albumin
 Antropometrik •Transferin dan prealbumin
• berat badan (BB) •Asam folat serum
• tinggi badan (TB) •Glukosa darah
• tinggi lutut (TL) •Kadar Hb
• panjang depa (PD) •Natrium serum
• tinggi duduk (TD)
• lingkaran lengan atas (LiLA)
• tebaI lemak
• lingkar pinggang
• lingkar panggul.
Komplikasi Gangguan Nutrisi

 Depresi
 Anoreksia
 Cechaxia
 Sarkopenia
 Kurang aktivitas fisik
 Kehilangan fungsi neuro-muskular
 Penurunan massa otot
 Peningkatan produksi sitokin pro-inflamasi
 Disfungsi mitokondria
Tatalaksana Gangguan Nutrisi
 Mengurangi restriksi makanan
 Memastikan makanan sesuai dengan selera
 Memberikan bantuan dalam makan dan berbelanja
 Memberikan suplementasi
 Memberikan stimulant nafsu makan (orexigenics).
• Megastrol acetate
• Dronabinol
• Mirtazapine
 Pemberian cairan dan elektrolit
 Penambahan jumlah energi maksimal
Berbagai Kelompok Makanan Pengganti/Penukar
Kelompok Makanan Jenis Makanan

Sumber Karbohidrat Nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie instan, mie kering, roti

tawar, singkong, talas, ubi jalar, pisang nangka, makaroni

Sumber Protein Hewani Daging ayam, daging sapi, hati (ayam atau sapi), telur unggas, ikan

mas, ikan kembung, ikan sarden, bandeng, baso daging

Sumber Protein Nabati Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, tahu,

tempe, oncom

Buah-buahan Pepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nangka,

pisang ambon, sawo, semangka, sirsak, tomat

Sayuran Bayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri,

kacang panjang, kecipir, sawi, wortel, selada

Makanan Jajanan Bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue pia, kue

putu, risoles

Susu Susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim
KESIMPULAN
Jika terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan,
maka dilakukan intervensi berupa :

a. Tingkatkan intake makanan dengan mengurangi gangguan dari


lingkungan.

b. Sajikan makanan yang mudah dicerna dalam keadaan hangat,


tertutup dan berikan sedikit-sedikit tapi sering.

c. Hindari makanan yang banyak mengandung gas.

d. Berikan penkes program diet yang benar.


Jika terjadi ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d
intake berlebih, maka lakukan:

a. Lakukan pengkajian pola makan pasien.


b. Buat program latihan untuk olahraga.
c. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak.
d. Berikan penkes : program diet yang benar akibat yang mungkin timbul
pada kelebihan BB.
Jika terjadi, kurang perawatan diri makan b/d kelemahan atau kelelahan,
maka:

a. Kurangi gangguan dari lingkungan pada saat makan.


b. Kaji kebutuhan bantuan yang akan diberikan.
c. Bantu dalam pemilihan makanan yang tepat dari menu.
d. Bantu pasien dalam intake makanan.
Jika terjadi konstipasi b/d kebiasaan makan yang buruk:

a. Catat dan kaji warna, konsistensi, jumlah dan waktu BAB.


b. Kaji dan catat pergerakan usus.
c. Berikan cairan adekuat dan makanan tinggi serat.
d. Berikan penkes : kebiasaan diet, aktivitas cairan dan makanan yang
mengandung gas serta kebiasaan BAB.
Saran
◦ Dokter Muda perlu lebih memperhatikan gangguan
nutrisi pada lansia, mengetahui tanda, screening
awal, dan terapi agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang holistik sehingga mampu menjadi
dokter yang lebih baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai