Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH AL-ISLAM

KONSEP IBADAH SHALAT DAN ZAKAT


SEBAGAI IBADAH YANG TIDAK TERPISAHKAN

Di Susun Oleh:
1. Mita Wardani
2. Indah Purwanti
3. Nurhaera Sufilawati
4. Merlila Nashwa Auliya

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT
T.A 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat  Allah


SWT. yang telah memberikan kesehatan jasmani ataupun rohani, dan memberikan
nikmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kelompok kami dengan baik.
Dan tak lupa pula kita haturkan sholawat dan serta salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun manusia dari jalan
yang gelap gulita menuju ke jalan yang terang benderang seperti yang sedang kita
rasakan sekarang ini.
Akhirnya, kami bisa menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas di
mata kuliah Al – Islam dan pada makalah ini kami akan membahas suatu judul
mengenai “Konsep Ibadah Shalat Dan Zakat Sebagai Ibadah Yang Tidak
Terpisahkan” tentunya kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Kami menginginkan kepada semua
pihak yang membaca makalah ini khususnya Bapak dosen pengampu mata kuliah
untuk memberikan masukan berupa kritikan atau saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan isi dari makalah ini.

Lombok Timur

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar isi............................................................................................................. iii
BAB I.................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 3
C. Tujuan.............................................................................................. 3
BAB II................................................................................................................ 4
A. Ibadah Sholat................................................................................... 4
B. Zakat................................................................................................ 14
BAB III............................................................................................................... 24
A. Kesimpulan...................................................................................... 24
B. Saran................................................................................................ 26
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kewajiban shalat yang banyak dihubungkan dengan zakat adalah suatu


hal yang patut untuk memperoleh perhatian yang sungguh-sungguh dari
kalangan umat Islam. Shalat dan zakat bagi umat Islam sudah merupakan
ketetapan tegas yang tidak bisa dipertanyakan lagi, yang secara simbolis
merupakan bentuk untuk menyadarkan akan kehadiran Allah swt dalam
kehidupan ini. Kewajiban shalat dan kewajiban zakat adalah satu kesatuan
yang tidak boleh dipisahkan. Shalat akan menjadi sia-sia bila tidak disertai
membayar zakat, demikian pula sebaliknya, zakat akan menjadi sia-sia jika
tidak disertai dengan pelaksanaan shalat.

Ibadah shalat dan zakat adalah ibadah yang menjadi fardhu ‘ain atas
diri setiap muslim yang mukallaf (mengemban kewajiban syariah) dan
berakal sehat. Zakat diwajibkan khusus atas orang Islam yang memiliki harta
atau penghasilan yang mencapai nisab, sedangkan shalat diwajibkan atas
setiap muslim tanpa membedakan kaya atau miskin. Shalat dan zakat adalah
ibadah yang memiliki peran penting dalam pembangunan pribadi dan
masyarakat yang bersih dan sejahtera yang pada hakikanya menekankan
kesucian hati, pikiran, harta dan jalan hidup seorang muslim.

Shalat sebagai satu kesatuan sistem ibadah dengan yang lain, memiliki
implikasi yang sangat kuat sekali dengan keteguhan jiwa dan ketabahan hati
dalam menempuh hidup, sekaligus ibadah yang membentuk rasa keagamaan
yang tinggi. Konsekuensi sosial dari ibadah shalat yang paling utama adalah
pembentukan moralitas pribadi seseorang. Dan, karena moralitas itu
merupakan sesuatu yang lebih bersifat intriksik, maka pola pendekatan yang
sesuai adalah pola spriritualitas. Dalam ibadah shalat membentuk dua
hubungan bagi manusia, yaitu hubungan partikal kepada Allah swt dan
hubungan horizontal yang merupakan hubungan manusia dengan manusia
yang lain. Shalat merupakan media komunikasi antara seorang hamba dengan
Yang Maha Penciptanya, yang dampak dari pelaksanaan sholat adalah akan

1
lahirnya manusia-manusia yang bersih dari berbagai pengaruh kehidupan
yang distruktif.

Kemudian, zakat adalah ibadah yang mencerminkan bahwa Islam


adalah agama yang peduli terhadap sosial kemasyarakatan, sebab di dalam
ibadah zakat mengatur tentang adanya hak dari seorang muslim, yakni yang
membutuhkan terhadap harta muslim lainnya yang punya kelebihan ataupun
mampu. Konsekuensinya, bila ada orang Islam menolak maupun menentang
shalat dan menolak mengeluarkan zakat, maka status keislamannya tidak sah
alias murtad.

Banyaknya ayat-ayat al-Qur’an yang sering menyebutkan antara ibadah


dan zakat secara beriringan merupakan sebuah wacana yang patut untuk
mendapatkan perhatian yang lebih untuk dikaji lebih mendalam bagi seorang
muslim yang notabene-nya kedua ibadah ini adalah bagian dari rukun Islam
yang wajib untuk dilaksanakan. Namun kajian-kajian tentang ayat-ayat shalat
dan zakat seringkali dikaji secara terpisah. Padahal, jika melihat realitas
keberadaan syariat shalat dan zakat, al- Qur’an secara tegas telah menjelaskan
bahwa keberadaan syariat shalat ini adalah ibadah yang telah disyariatkan
sejak masa yang lama, kepada semua nabi dan ummatnya, di semua
peradaban dan masa. Juga sudah disyariatkan sejak awal mula turun wahyu di
masa kenabian Rasulullah saw, dan akhirnya disempurnakan lagi pada
peristiwa mi’raj ke sidratil muntaha. Dan zakat bukan khususiah untuk umat
Islam saja, tetapi telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu. Dan dalam
ajaran Islam, pensyariatan zakat dilakukan dalam beberapa fase.

Para nabi-nabi terdahulu yang diutus oleh Allah swt senantiasa


memerintahkan umatnya untuk menyembah Allah, mendirikan shalat, serta
menunaikan zakat. Nabi Ibrahim, Ismail, Musa, Isa, hingga Rasulullah saw
semuanya mendirikan shalat. Hanya saja, bagaimana shalatnya para nabi-nabi
terdahulu ini tidak diketahui dengan pasti, kecuali shalat umat Islam yang
diajarkan oleh Rasulullah saw.7 Begitu juga dengan zakat, masing-masing
nabi dan rasul diperintahkan untuk mengeluarkan zakat, dan kadar dalam
mengeluarkan zakat berbeda-beda sesuai dengan perintah Allah yang

2
diberikan kepada mereka.

B. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pokok dalam
penelitian ini dapat dirumuskan dalam pernyataan sebagai berikut:
1. Apa makna shalat dan zakat dalam al-Qur’an ?
2. Bagaimana penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang menggandengkan antara
shalat dan zakat?
3. Bagaimana korelasi antara shalat dan zakat di dalam al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Menjelaskan makna shalat dan zakat dalam al-Qur’an.
b. Menjelaskan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang menggandengkan
antara shalat dan zakat.
c. Menjelaskan korelasi antara shalat dan zakat di dalam al-Qur’an.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ibadah shalat dan zakat adalah ibadah yang menjadi fardhu ‘ain atas diri
setiap muslim yang mukallaf (mengemban kewajiban syariah) dan berakal sehat.
Zakat diwajibkan khusus atas orang Islam yang memiliki harta atau penghasilan
yang mencapai nisab, sedangkan shalat diwajibkan atas setiap muslim tanpa
membedakan kaya atau miskin. Shalat dan zakat adalah ibadah yang memiliki
peran penting dalam pembangunan pribadi dan masyarakat yang bersih dan
sejahtera yang pada hakikanya menekankan kesucian hati, pikiran, harta dan
jalan hidup seorang muslim.

A. Ibadah Shalat
1. Pengertian Shalat
Sholat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah
adalah pekerjaan dan ucapan yang diawali oleh takbiratul ihram dan
diakhiri oleh salam. Permulaan shalat, shalat didirikan dengan membaca
kalimah kebesaran Allah. Yaitu musholi bertakbir dengan mengucapkan
Allahu Akbar, maka serempak jiwanya bergerak menghadap ke Hadirat
Allah Yang Mahatinggi-Mahamulia. Sementara musholi meninggalakan
seluruh urusan dunianya dan memusatkan pikirannya untuk menghadap
Allah SWT. Sehingga, sudah barang tentu ia putus hubungan dengan
(makhluk) di bumi, meskipun jasadiahnya ada di atas hamparan bumi.
Sesungguhnya shalat dengan adzan dan iqamatnya, berjamaah
dengan keteraturannya, dengan dilakukan di rumah-rumah Allah, dengan
kebersihan dan kesucian, dengan penampilan yang rapi, menghadap ke
kiblat, ketentuan waktunya dan kewajiban-kewajiban lainnya seperti
gerakan, tilawah, bacaan-bacaan dan perbuatan-perbuatan, yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan ini semuanya maka
shalat mempunyai nilai lebih dari sekedar ibadah bumi, seraya berdoa
selamat (mengucap salam) kepada makhluk bumi, keselamatan dan
kesejahteraan yang diperuntukkan bagi sesama makhluk-Nya. Sebab

4
itulah shalat berawal dengan takbir ihram, Allahu Akbar dan berakhir
dengan salam, ‘Assalamu’alaikum’.
2. Sejarah Shalat
Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa
yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Mi’raj,
dimana proses ini tidak dapat dipahami hanya secara akal melainkan harus
secara keimanan sehingga dalam sejarah digambarkan setelah Nabi
melaksanakan Isra dan Mi’raj, umat Islam ketika itu terbagi tiga golongan,
yaitu yang secara terang-terangan menolak kebenarannya itu, yang setengah
– tengahnya, dan yang yakin sekali kebenarannya. Dilihat dari prosesnya
yang luar biasa maka shalat merupakan kewajiban yang utama, yaitu
mengerjakan shalat dapat menentukan amal – amal yang lainnya, dan
mendirikan sholat berarti mendirikan agama dan banyak lagi yang lainnya.
3. Macam-Macam Shalat
Sholat terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Sholat Fardhu
Yaitu sholat yang diwajibkan Alloh SWT kepada hamba-hamba-Nya
sesuai batasan-batasan yang telah dijelaskan-Nya, baik melalui perintah
maupun larangan. Dalam hal ini adalah sholat 5 waktu dalam sehari
semalam, yaitu:
a) Dzuhur, waktunya dari tergelincirnya matahari kearah barat sampai
panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya
b) 'Ashar, waktunya dari panjang bayangan dua kali lipat dari panjang
benda aslinya sampai tenggelamnya matahari.
c) Magrib, waktunya dari tenggelamnya matahari sampai hilangnya
mendung merah dilangit.
d)  'Isya', waktunya dari hilangnya mendung merah dilangit sampai
munculnya fajar shodiq.
e)  Shubuh, waktunya dari menculnya fajar shodiq sampai terbitnya
matahari.
2) Sholat Tathowwu'

5
Yaitu sholat sunnah atau tambahan dari sholat-sholat fardhu 5
waktu.                  
a) Sholat Tathowwu' Muthlaq
Yaitu sholat sunnah yang batas dan ketentuannya tidak ditentukan
oleh syara'.
b) Sholat Tathowwu' Muqoyyad
Yaitu sholat yang batas dan ketentuannya telah ditentukan oleh
syara'.
Ibnu Umar rodhiallohu anhuma berkata: "Aku mengahafal 10
rokaat (sholat) dari Nabi sholallohu alaihi wa sallam. 2 rokaat
sebelum Dzuhur dan 2 rokaat sesudahnya, 2 rokaat setelah maghrib
dirumahnya, 2 rokaat setelah isya' dirumahnya, dan 2 rokaat
sebelum shubuh disaat Nabi sholallohu alaihi wa sallam tidak
boleh dimasuki orang lain". (HR. Bukhori: 118, dan Muslim: 729)
Sholat lain yang disyariatkan dalam bagian ini antara lain, sholat-
sholat sunah seperti sholat tahajud, sholat witir dan rowatib, sholat
istihoroh, sholat dhuha, sholat taubat, sholat tahiyyatul masjid, dan
sholat tasbih.
4. SHOLATNYA ORANG BERIMAN DAN ORANG FASIQ
a. Sholatnya orang beriman
a) Orang beriman melaksanakan shalat sesuai dengan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT, serta sesuai dengan yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana sabdanya:           
“Aku lakukan hal ini agar kalian dapat mengikuti aku
(bermakmum) dan agar kamu sekalian tahu shalatku” (HR.
Bukhari-Muslim)
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku
shalat” (HR. Bukhari-Muslim)
b) Orang yang beriman melakukan shalat tidak hanya berupa
gerakan dan ucapan yang telah dicontohkan Rasulullah melainkan
menekankan pada esensi shalat yaitu terdapatnya kekhusuan.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)

6
orang-orang yang khusu’ dalam shalatnya.” (Al Mu’minun: 9).
b. Sholatnya orang fasiq
a) Golongan pertama adalah golongan orang yang telah mengetahui
ilmu tentang shalat, yaitu mengenai syarat dan rukunnya, perkara-
perkara yang membatalkannya, tentang bersuci dari hadas, begitu
juga bacaannya sudah betul dan lain sebagainya. Akan tetapi
golongan ini tidak mampu melawan nafsu. Sehingga godaan dan
tarikan dunia mudah memalingkan mereka daripada menunaikan
kewajiban kepada Tuhannya seperti perintah shalat ini. Bila mereka
sedang ada mood maka ditunaikannya juga shalat. Tetapi bila ada
urusan pekerjaan, maka mereka lupakan saja shalat dan
mendahulukan apa saja tuntutan pekerjaan mereka walaupun
mereka tahu perbuatan itu berdosa. Dengan kata yang lain, mereka
tidak istiqomah di dalam mengerjakan perintah shalat. Golongan
ini dihukumkan sebagai orang fasiq. Seperti firman Allah di dalam
Al Quran: “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang
telah Allah turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang yang
fasiq”.
b) Golongan kedua yaitu orang –orang yang sudah mengerjakan
shalat dan sudah tahu ilmunya, akan tetapi tidak khusyuk dalam
mengerjakannya. Yakni, jiwa dan fikirannya tidak ditumpukan
untuk mengingati Allah dengan menghayati bacaan-bacaan dalam
shalat. Fikirannya melayang-layang memikirkan hal-hal lain di luar
shalat, seperti perniagaannya, kerjanya, istrinya, anaknya, dan lain-
lain lagi. Golongan ini tidak menjiwai shalatnya, malah
pekerjaannya di luar shalat itu yang dijiwai sehingga mengganggu
ibadah shalatnya. Mereka diancam oleh Allah SWT dengan
firmanNya:
“Maka kecelakaanlah (neraka Wail) bagi orang-orang yang
shalat, yaitu orang-orang yang lalai di dalam shalatnya“ (Qs. Al
Ma’un 4-5)

7
Ciri orang yang munafik juga dapat dilihat dari pelaksanaan sholat
itu sendiri:
“Sesungguhnya orang munafik itu menipu Allah dan Allah
membalas tipuan mereka dan apabila mereka berdiri untuk sholat
mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya(dengan
sholat) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka menyebut Allah
melainkan dengan sedikit sekali“ (Qs. Annisa ayat 142).
5. MANFAAT SHOLAT
a. Sholat dapat menghapuskan dosa
Ibnu Mas’ud meriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Kamu
sekalian berbuat dosa, maka kamu telah melakukan shalat subuh maka
shalat itu membersihkannya, kemudian kamu sekalian berbuat dosa,
maka jika kamu melakukan shalat zhuhur, maka shalat itu
membersihkannya, kemudian berbuat dosa lagi, maka jika kamu
melakukan shalat ‘asar maka shalat itu membersihkannya, kemudian
kamu berbuat dosa lagi, maka jika kamu melakukan shalat maghrib,
maka shalat itu membersihkannya, kemudian kamu berbuat dosa lagi,
maka jika kamu melakukan shalat isya’, shalat itu akan
membersihkannya, kemudian kamu tidur maka tidak lagi di catat dosa
bagi kamu hingga kamu bangun.” (HR. Thabrani)
b. Manfaat sholat bagi kesehatan
Berikut ini beberapa manfaat dari gerakan sholat yang baik untuk
kesehatan:
Berdiri lurus adalah pelurusan tulang belakang, dan menjadi awal dari
sebuah latihan pernapasan, pencernaan dan tulang.
Takbir merupakan latihan awal pernapasan. Paru-paru adalah alat
pernapasan, Paru kita terlindung dalam rongga dada yang tersusun dari
tulang iga yang melengkung dan tulang belakang yang mencembung,
dengan begitu kita tidak mudah terserang penyakit, tulang
belakang juga akan lurus.
Takbir berarti kegiatan mengangkat lengan dan merenggangkannya,
hingga rongga dada mengembang seperti halnya paru-paru. Dan

8
mengangkat tangan berarti meregangnya otot-otot bahu hingga aliran
darah yang membawa oksigen menjadi lancar.
Ruku’ berarti memperlancar aliran darah dan getah bening ke leher
oleh karena sejajarnya letak bahu dengan leher. Aliran akan semakin
lancar bila ruku’ dilakukan dengan benar yaitu meletakkan perut dan
dada lebih tinggi daripada leher.
Sujud  juga melancarkan peredaran darah hingga dapat mencegah
wasir. Sujud dengan cepat tidak bermanfaat. Ia tidak mengalirkan getah
bening dan tidak melatih tulang belakang dan otot. Tak heran kalau ada
di sebagian sahabat Rasul menceritakan bahwa Rasulullah sering lama
dalam bersujud.
Duduk di antara dua sujud dapat mengaktifkan kelenjar keringat
karena bertemunya lipatan paha dan betis sehingga dapat mencegah
terjadinya pengapuran.  Gerakan ini menjaga supaya kaki dapat secara
optimal menopang tubuh kita.
Gerakan salam yang merupakan penutup sholat, dengan memalingkan
wajah ke kanan dan ke kiri bermanfaat untuk menjaga kelenturan urat
leher. Gerakan ini juga akan mempercepat aliran getah bening di leher
ke jantung.
c. Mencegah perbuatan keji dan mungkar
“….sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar…” (Qs. Al-Ankabut ayat 45). Sholat adalah salah satu aplikasi
dari keimanan yang diambil dari konsekuensi rukun islam yang
pertama. Sebagai muslim yang memiliki iltizam terhadap apa yang
telah menjadi konsekuensi pengakuannya terhadap keimanannya pada
Allah, maka sholat akan menjadi pencegah kemaksiatan dan
kemungkaran dari dirinya sebagaimana telah disebutkan dalam ayat
tadi.
d.  Dzikir, tilawah dan doa-doa dalam sholat sangat baik
untuk membersihan jiwa dan melunakkan perasaan, menenangkan
pikiran dan perasaan. Shalat dengan dipersyaratkannya membaca AL
Fatihah di dalamnya, sementara AL Qur’an menjadi kurikulum

9
Tsaqafah Islamiyah yang sempurna telah memberikan bekal pada akal
dan fikiran dengan berbagai hakekat ilmu pengetahuan, sehingga orang
yang shalat dengan baik akan sehat tubuhnya, lembut perasaannya dan
akalnya pun mendapat gizi.

6. BAHAYA MENINGGALKAN SHOLAT


Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, bukan saja
diperlihatkan tentang balasan orang yang beramal baik, tetapi juga
diperlihatkan balasan orang yang berbuat mungkar, diantaranya siksaan
bagi yang meninggalkan Sholat fardhu.
Mengenai balasan orang yang meninggalkan Sholat Fardu.
“Rasulullah SAW, diperlihatkan pada suatu kaum yang
membenturkan kepala mereka pada batu, Setiap kali benturan itu
menyebabkan kepala pecah, kemudian ia kembali kepada keadaan
semula dan mereka tidak terus berhenti melakukannya. Lalu
Rasulullah bertanya: “Siapakah ini wahai Jibril”? Jibril menjawab:
“Mereka ini orang yang berat kepalanya untuk menunaikan Sholat
fardhu” (Riwayat Tabrani).
Orang yang meninggalkan Sholat akan dimasukkan ke dalam Neraka
Saqor. Maksud Firman Allah Ta’ala: “..Setelah melihat orang-orang
yang bersalah itu, mereka berkata: “Apakah yang menyebabkan
kamu masuk ke dalam Neraka Saqor ?”. Orang-orang yang bersalah
itu menjawab: “kami termasuk dalam kumpulan orang-orang yang
tidak mengerjakan Sholat” Al-ayat.
Saad bin Abi Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai orang
yang melalaikan Sholat, maka jawab Baginda SAW, “yaitu mengakhirkan
waktu Sholat dari waktu asalnya hingga sampai waktu Sholat lain. Mereka
telah menyia-nyiakan dan melewatkan waktu sholat, maka mereka
diancam dengan Neraka Wail”. Ibn Abbas dan Said bin Al-Musaiyib turut
menafsirkan hadist di atas “yaitu orang yang melengah-lengahkan Sholat
mereka sehingga sampai kepada waktu Sholat lain, maka bagi pelakunya
jika mereka tidak bertaubat Allah menjanjikan mereka Neraka Jahannam

10
tempat kembalinya”.
Maksud Hadist: “Siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka
sesungguhnya dia telah kafir dengan nyata”.
Berdasarkan hadist ini, Sebagaian besar ulama (termasuk Imam Syafi’i)
berfatwa: Tidak wajib memandikan, mengkafankan dan mensholatkan
jenazah seseorang yang meninggal dunia dan mengaku Islam, tetapi tidak
pernah mengerjakan sholat. Bahkan, ada yang mengatakan haram
mensholatkanya.
a. Tiga jenis siksa di dalam kubur yaitu:
1) Kuburnya akan berhimpit-himpit serapat mungkin sehingga
meremukkan tulang-tulang dada.
2) Dinyalakan api di dalam kuburnya dan api itu akan membelit dan
membakar tubuhnya siang dan malam tiada henti-henti.
3) Akan muncul seekor ular yang bernama “Sujaul Aqra” Ia akan
berkata, kepada si mati dengan suaranya bagai halilintar: “Aku disuruh
oleh Allah memukulmu sebab meninggalkan sholat dari Subuh hingga
Dhuhur, kemudian dari Dhuhur ke Asar, dari Asar ke Maghrib dan dari
Maghrib ke Isya’ hingga Subuh”. Ia dipukul dari waktu Subuh hingga
naik matahari, kemudian dipukul dan dibenturkan hingga terjungkal ke
perut bumi karena meninggalkan Sholat Dhuhur. Kemudian dipukul
lagi karena meninggalkan Sholat Asar, begitulah seterusnya dari Asar
ke Maghrib, dari Maghrib ke waktu Isya’ hingga ke waktu Subuh lagi.
Demikianlah seterusnya siksaan oleh “Sajaul Aqra” hingga hari
Qiamat.
Barang siapa yang (sengaja) meninggalkan solat fardhu lima waktu:
Subuh , Allah Ta’ala akan menenggelamkannya kedalam neraka
Jahannam selama 60 tahun hitungan akhirat. (1 tahun diakhirat=1000
tahun didunia=60,000 tahun).
Dhuhur, dosa sama seperti membunuh 1000 orang muslim.
Asar, dosa seperti menghacurkan Ka’bah.
Maghrib, dosa seperti berzina dengan ibu-bapak sendiri.
Isya’, Allah Ta’ala akan berseru kepada mereka: “Hai orang yang

11
meninggalkan sholat Isya’, bahwa Aku tidak lagi ridha’ engkau tinggal
dibumiKu dan menggunakan nikmat-nikmatKu, segala yang digunakan
dan dikerjakan adalah berdosa kepada Allah Ta’ala”.
Kehinaan bagi yang meninggalkan sholat didunia:
1. Allah Ta’ala menghilangkan berkat dari usaha dan rezekinya
2. Allah Ta’ala mencabut nur orang-orang mukmin (sholeh) dari pada
(wajah) nya
3. Ia akan dibenci oleh orang-orang yang beriman.
Ketika Sakaratul Maut
1.      Ruh dicabut ketika ia berada didalam keadaan yang sangat haus.
2.      Dia akan merasa amat azab/pedih ketika ruh dicabut keluar.
3.      Dia akan Mati Buruk (su’ul khatimah)
4.      ia akan dirisaukan dan akan hilang imannya
Ketika di Alam Barzakh
1) Ia akan merasa susah (untuk menjawab) terhadap pertanyaan (serta
menerima hukuman) dari Malaikat Mungkar dan Nakir yang sangat
menakutkan.
2)  Kuburnya akan menjadi sangat gelap.
3) Kuburnya akan menghimpit sehingga semua tulang-tulang rusuknya
berkumpul (seperti jari bertemu jari).
4)  Siksaan oleh binatang-binatang berbisa seperti ular, kala jengking dan
lipan.

7. Waktu Yang Dilarang untuk Sholat


a. Setelah shalat fajar hingga ukuran matahari setinggi tombak.
b. Setelah Shalat Ashar hingga matahari tenggelam
Tidak boleh dilaksanakannya shalat sunnah setelah 2 waktu tersebut
berdasarkan hadits-hadits berikut:
Hadits Ibnu Abbas, ia berkata “Saya diajari oleh banyak orang yang
kejujuran dan keagamaannya tidak diragukan lagi -termasuk
didalamnya adalah Umar- Sesunguhnya Nabi melarang
melaksanakan shalat  setelah Subuh hingga terbit matahari dan

12
setelah Shalat Ashar hingga matahari tenggelam“. (HR Bukhari 581
dan Muslim 826)
Hadits Abu Sa’id, ia berkata bahwa Rasulullah r bersabda: “Tidak ada
pelaksanaan shalat setelah shalat subuh hngga matahari meninggi,
dan tidak ada shalat setelah shalat Ashar hingga matahari terbenam.”
(HR Bukhari 586 dan Muslim 727)
c. Ketika tengah hari
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Uqbah bin Amir, ia
berkata: “Tiga waktu yang dilarang oleh RAsulullah untuk
melaksanakan shalat atau mengubur mayit kami, Ketika matahari
terbit dan bersinar terang hingga meninggi, ketika tengah hari hingga
matahari tergelincir, ketika matahari condong kebarat hingga
tengelam“. (HR Muslim 831)
8. Syarat Wajib Sholat
a. Islam
Syarat ini sudah pasti harus dipenuhi, karena orang yang tidak islam
tidak wajib mengerjakan Shalat, tetapi Ia pasti akan mendapatkan
siksa di Akhirat.
b. Berakal
Karena sholat merupakan jalinan hubungan antara manusia dengan
ALLAH maka manusia yang bisa berfikir secara logislah yang
diwajibkan menjalankan Shalat, orang-orang yang tidak berakal atau
orang yang tidak sehat akalnya seperti orang gila, orang yang baru
mabuk ( walaupun orang itu normal tapi saat itu sedang dalam
keadaan diluar akalnya atau diluar kesadarannya maka ia tidak bisa
berpikir, sehingga orang yang mabuk juga termasuk orang yang tidak
berakal ), dan juga orang yang pingsan tidak diwajibkan Shalat karena
dalam kondisi yang tidak sadar.

c. Baligh (Dewasa)
Orang yang belum baigh tidak diwajibkan mengerjakan shalat, berikut
adalah beberapa ciri atau tanda-tanda orang yang sudah baligh
 Sudah menginjak umur kurang lebih 13-15 tahun

13
 Mimpi bersetubuh (mimpi basah) untuk anak laki-laki
 Mulai keluar darah haid atau sering disebut datang bulan untuk
anak perempuan
Berikut adalah salah satu cara/metode untuk melatih anak menjadi
terbiasa untuk melaksanakan Shalat. Bagi orang tua yang memiliki
anak sudah berumur sekitar 7 tahun orang tua harus sudah
menyuruh untuk melaksanakan Shalat , apabila anaknya sudah
berumur 10 tahun dan belum mengerjakan Shalat maka orang tua
itu wajib untuk menyuruh dengan lebih keras (maksudnya lebih
disiplin) bahkan orang tua diwajibkan memukulnya, semua itu
dilakukan agar tertanam dalam diri anak itu agar tidak meninggal
kan shalat.
d. Telah sampainya dakwah kepadanya
Orang yang belum pernah mendapatkan dakwah/seruan agama, tidak
wajib mengerjakan Shalat, dan dia tidak mendapat siksa diakhirat,
belum mendapat seruan disini dimaksudkan seperti seorang anak
kecil/bayi yang meninggal, bukan orang yang tidak mau mendapatkan
seruan agama, karena belajar Ilmu agama itu wajib.
e. Suci dari haid dan nifas
Seorang wanita yang sedang datang bulan atau habis melahirkan tidak
diwajibkan melaksanakan Shalat karena dalam kondisi yang tidak
Suci
f.  Jaga
Maksudnya orang yang sedang tidur tidak diwajibkan untuk
melaksanakan Shalat. ( tanpa disengaja ).

B. Zakat

zakat adalah ibadah yang mencerminkan bahwa Islam adalah agama


yang peduli terhadap sosial kemasyarakatan, sebab di dalam ibadah zakat
mengatur tentang adanya hak dari seorang muslim, yakni yang membutuhkan
terhadap harta muslim lainnya yang punya kelebihan ataupun mampu.

14
Konsekuensinya, bila ada orang Islam menolak maupun menentang shalat
dan menolak mengeluarkan zakat, maka status keislamannya tidak sah alias
murtad.

Hakekat Zakat dan Kedudukan Zakat dalam Islam


Zakat adalah sarana atau tali pengikat yang kuat dalam mengikat
hubungan vertikal antara manusia dengan Allah dan hubungan horizontal
antar sesama manusia, khususnya antara yang kaya dengan yang miskin,
dengan saling member keuntungan moril maupun materil, baik dari pihak
penerima (mustahiq) maupun dari pihak pemberi (muzakki). Selain itu zakat
klasifikasi, aturan dan cara sendiri menurut hukum islam.
Zakat ialah salah satu Rukun Islam yang lima. Zakat disebut bersama
dengan solat dalam beberapa ayat di dalam al-Quran, antaranya: firman Allah
Ta„ala:

Artinya
“Dan dirikanlah solat, dan tunaikanlah zakat”. (Al-Baqarah: 43).
Firman Allah Ta„ala:
Artinya

“Dan supaya mereka mendirikan solat dan menunaikan zakat”.


(Al-Bayyinah: 5).

Aturan Dan Cara Zakat


Sesuai dengan syariah Islam, zakat dikenakan atas dua hal yaitu atas
tiap-tiap jiwa manusia yang hidup (an-nafs) dan atas harta-harta (maal)
yang memenuhi syarat. Zakat atas jiwa disebut zakat fitrah, dibayarkan satu
kali dalam satu tahun di bulan suci Ramadhan sebelum sholat Idul Fitri,
dibayarkan berupa satu sha‟ bahan makanan pokok seperti beras, gandum,
jagung atau menurut sebagian ulama zakat fitrah dapat dibayarkan dalam
bentuk uang yang setara dengan harga satu sha‟ bahan makanan pokok

15
tersebut.
Zakat atas harta disebut zakat maal, dan dibayarkan secara fleksibel
sepanjang waktu satu tahun. Syaratnya harta yang telah menjadi hak milik
penuh (al-mikuttam), yang pemiliknya telah terbebas dari segala bentuk
hutang. Harta tersebut juga harus melebihi kebutuhan pokok (al- hajatul
ashliyah), mencapai syarat cukup (nishab), mempunyai potensi untuk
berkembang, dan bertahan selama lebih dari satu tahun.
Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat pada pasal 4 ayat (1) harta yang wajib dikenakan zakat maal meliputi
:
1) emas, perak, dan logam mulia lainnya
2) uang dan surat berharga lainnya
3) perniagaan
4) pertanian, perkebunan dan kehutanan
5) peternakan dan perikanan
6) pertambangan
7) perindustrian
8) pendapatan dan jasa dan
9) rikaz.
Syarat-Syarat Zakat
Menurut pendapat para ulama, harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya ialah harta yang dimiliki seorang muslim yang baligh dan berakal
yang dimiliki serta dapat dipergunakan hasil atau manfaatnya. Adapun
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam kewajiban zakat ialah :
1) pemilikan harta yang pasti dan kepemilkan penuh.
2) Melebihi kebutuhan pokok,
3) Bersih dari utang,
4) Mencapai nishab,
5) Mencapai haul,
Menurut madzhab Imam Syafi‟i (Rasjid, 1994: 213) telah menjelaskan
kriteria – kriteria orang yang berhak menerima zakat yaitu :
1) Fakir

16
2) Miskin
3) Amil
4) Muallaf
5) Riqab
6) Ghorim
7) Fisabilillah
8) Musafir
Allah SWT telah menyebut golongan yang berhak menerima zakat ini
dalam AL-Qur‟an dengan firman-Nya:

Artinya
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dijinakkan
hatinya, untuk hamba-hamba yang hendak memerdekakan dirinya dan
orang-orang yang berhutang dan untuk (dibelanjakan pada) jalan Allah dan
orang-orang musafir (yang terputus bekalan dalam perjalanan), sebagai
satu ketetapan dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.(At-Taubah: 60).

Adapun yang tidak termasuk ke dalam golongan delapan asnaf


tersebut, termasuk ke dalam golongan yang tidak berhak menerima zakat.
Adapun golongan yang tidak berhak menerima zakat, adalah sebagai
berikut :
1) Keturunan atau kerabat keluarga Nabi Muhammad SAW.
2) Kelompok orang kaya yang memiliki harta dengan usaha dan
penghasilan .
3) Keluarga Muzakki yakni keluarga orang-orang yang berkewajiban
membayar zakat
4) Orang yang sibuk beribadah sunnah untuk kepentingan dirinya
sendiri, tetapi melupakan kewajiban menafkahi keluarga dan orang-
orang yang menjadi tanggungannya.

17
5) Orang yang musyrik, tidak mempercayai adanya tuhan, dan menolak
ajaran agama

Zakat Bagi Muslim


Zakat sebagai sumber dana yang potensial yang dapat digunakan
dalam menunjang kesejahteraan masyarakat, jelas memiliki manfaat dan
hikmah tersendiri. Menurut Sudarsono (2007:135) dalam bukunya Bank dan
lembaga Keuangan Syariah, manfaat dan hikmah zakat tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Menghindari kesenjangan antara aghniyah dan dhu’afa.
2) Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakaan orang jahat.
3) Menjadi unsure penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam
distribusi. harta (social distribution) dan keseimbangan tanggung
jawab individu dalam masyarakat.
4) Menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang terdiri
atas prinsip-prinsif
:ummat wahidan (umat yang satu), musawah (persamaan derajat),
ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan Islam) dan takaful ijti’ma (tanggung jawab bersama).
5) Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa
dan menumbuhkan akhlaq mulia dan mengikis sifat bakhil (kikir).
6) Zakat adalah ibadah maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi
sosial ekonomi dan pemerataan karunia Allah dan juga merupakan
perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan
keadilan, dan pengikat kebersamaan umat dan bangsa sebagai
pengikat batin antara golongan kaya dengan yang miskin dan
sebagai penimbun jurang pemisah antara golongan yang kuat
dengan yang lemah (Rachim, 2012).

Hubungan Manusia Dengan Allah


Zakat iu menyangkut kesadaran seseorang. Jika ia percaya pada
Allah dan hari kiamat serta menganggap sholat dan zakat sebagai kewajiban
yang di bebankan atas seseorang oleh Allah, maka ia pasti akan

18
melaksanakan tuguas-tugas itu dengan sukarela dan akan merasa bahagia
menafkahkan lebih banyak dari bagian yang telah di tentukan. Orang seperti
ini tidak akan memperhitungkan waktu dan kekayaan mereka yang telah di
nafkahkan atas nama Allah.
Mereka mencari keridhaan Allah dengan memberikan tidak hanya
2,5% dari harta yang mereka miliki. Melainkan sebanyak yang bias mereka
sisihkan setelah kebutuhan-kebutuhan pokoknya tercukupi. Setelah
melakukan kewajiban itu, merka tidak mersa sombong. Sebaliknya justru
memperlihatkan sifat kemanusiaan dengan syukur kepada Allah karena
telah dikauniai kesempatan untuk membayar kembali hutang yang mereka
pinjam dari anggota masyarakat yang miskin (Afzalurrahman,2000)

Hubungan Manusia Dengan Munusia


Zakat merupakan ibadah yang berdimensi ganda, selain untuk
menggapai keridhaan serta pahala dari Allah. Zakat merupakan ibadah yang
berdimensi sosial. Dalam sejarah Islam, zakat banyak digunakan untuk
kepentingan sosial. Wujud kepentingan sosial tersebut dapat berupa
pemberdayaan masyarakat, jaminan sosial, pendidikan, kesehatan, dan lain-
lain.
Zakat ini mempunyai dimensi sosial yang sangat mulia, yang
menandakan bahwa ajaran Islam telah memikirkan mengenai solusi
pemecahan permasalahan ketimpangan dan distrbusi pendapatan yang tidak
merata di masyarakat. Zakat dapat dipergunakan dalam berbagai bentuk
sistem jaminan sosial, seperti asuransi tenaga kerja, asuransi pension dan
asuransi jiwa. Serta untuk mengatasi berbagai macam masalah seperti
perumahan, akses permodalan dan pendidikan bagi si miskin dapat
dilakukan melalui memaksimalkan pengelolaan dan pendayagunaan zakat.
Hal ini dapat terwujud jika potensi zakat benar-benar dapat dieksplorasi
secara efektif dan berdaya guna. Dan ini merupakan fungsi utama dari zakat
untuk membantu sesama umat yang membutuhkan. (Afzalurrahman,2000).

Dimensi Sosial Ekonomi Zakat


Dalam istilah ekonomi, zakat merupakan suatu tindakan pemindahan
harta kekayaan dari golongan yang kaya kepada golongan miskin. Transfer

19
kekayaan berarti juga transfer sumber- sumber ekonomi. Rahardjo (1987)
menyatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan ekonomi, zakat bisa
berkembang menjadi konsep kemasyarakatan (muamalah), yaitu konsep
tentang bagaimana cara manusia melakukan kehidupan bermasyarakat
termasuk di dalamnya bentuk ekonomi. Oleh karena itu ada dua konsep ada
dua konsep yang selalu di kemukakan dalam pembahasan mengenai sosial
ekonomi Islam yang saling berkaitan yaitu pelarangan riba dan perintah
membayar zakat (Q.S al-Baqarah/2:276)
Zakat ditinjau dari pendekatan etnis dan pemikiran rasional
ekonomis adalah sebagai kebijaksanaan ekonomi yang dapat mengangkat
derajat orang-orang miskin, sehingga dampak sosial yang diharapkan dapat
tercapai secara maksimal. Hal ini dapat terwujud apabila dilakukan
pendistribusian kekayaan yang adil (Amalia, 2012). Zakat mungkin
didistribusikan secara langsung kepada orang-orang yang berhak, baik
kepada satu atau lebih penerima zakat maupun kepada organisasi sosial
yang mengurusi fakir miskin.
Namun hendaknya kita mencari orang-orang yang benar
membutuhkan. Untuk menghindari pemberian zakat kepada orang yang
salah, maka pembayar zakat hendaknya memastikan dulu. Zakat merupakan
bagaian dari harta yang wajib dibayarkan oleh setiap muslim yang
memenuhi syarat, untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya menurut ajaran Islam, selain itu juga berkaitan erat dengan
aspek-aspek ketuhanan maupun sosial ekonomi. Aspek ketuhanan dapat
ditelusuri dari ayat-ayat dalam Al-Qur‟an menyebutkan masalah zakat.
Rasulullah bahkan menempatkan zakat sebagai salah satu pilar utama
menegakkan rukun Islam. Bertitik tolak pada prinsip al-adalah al
ijtima’iyyah (keadilan sosial) maka zakat dapat dipahami sebagai satu
kesatuan sistem yang tidak terpisahkan dalam pencapaian kesejahteraan
sosial ekonomi dan kemasyarakatan (Doa, 2001). Zakat yang dibayarkan
akan diberikan kepada fakir miskin, amil, muallaf, budak, orang yang
berhutang, pejuang fisabilillah, dan musafir yang kesemuanya akan
menunjukkan berbagai bentuk jaminan sosial dalam masyarakat.

20
Zakat sebagai aktivitas ekonomi religius dengan lima unsur penting
yaitu:
1) Keagamaan.
2) Pemerataan dan Keadilan.
3) Kematangan dan Produktivitas.
4) Kebebasan dan Nalar.
5) Etik dan Kewajaran (Widarno, 2006).
Manajemen Zakat
Kegiatan yang inti (mendasar) dalam Badan Amil Zakat ada empat
yaitu: penghimpunan, pengelolaan, pendayagunaan, dan pendistribusian.
Penghimpunan
Penghimpunan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan dana ZIS dari muzakki. Peran fungsi dan tugas divisi atau
bidang penghimpunan dikhususkan mengumpulkan dana zakat, infak,
sedekah dan wakaf dari masyarakat. Dalam melaksanakan aktivitas
pengumpulan dana tersebut bagian penghimpunan dapat menyelenggarakan
berbagai macam kegiatan (Rachim, 2012).
Pengelolaan (Keuangan)
Seperti juga struktur keuangan lembaga yang lain, struktur keuangan
zakat terdiri atas dua bidang yaitu bendahara dan akuntansi. Ada dua
verifikasi yang dikerjakan yakni verifikasi penerimaan dan pengeluaran.
Verifikasi penerimaan dimulai sejak dana ditransfer dari muzakki hingga
masuk ke lembaga zakat. Sedangkan verifikasi pengeluaran dicermati sejak
diajukan hingga pencairan dana. Bendahara (kasir) berfungsi mengeluarkan
dana yang telah disetujui (Rachim, 2012).
Sedangkan bidang akuntansi melakukan pencatatan keluar
masuknya uang.Pencatatan ini diinput dalam jurnal harian.Setelah itu
diposting kedalam buku besar.Dalam kerjanya sesungguhnya akuntansi
memilah atas dua segi yakni akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen.Akuntansi keuangan dibuat sesuai pernyataan standar akuntansi,
sementara akuntansi manajemen dikerjakan sesuai dengan kebutuhan
lembaga (Rachim, 2012).

21
Pendayagunaan
Sesungguhnya jatuh bangunnya lembaga zakat terletak pada
kreativitas divisi pendayagunaan, yaitu bagaimana amil (lembaga zakat)
mendistribusikan zakat dengan inovasi- inovasi yang baru dan bisa
memenuhi tujuan pendistribusian zakat kepada mustahiq. Pendayagunaan
program pemberdayaan mustahiq merupakan inti dari zakat.Ada beberapa
kegiatan yang dapat dikembangkan oleh bidang pendayagunaan.Namun
yang terjadi di Indonesia beberapa lembaga zakat sudah memiliki
keseragaman kegiatan (Rachim, 2012).

Pendistribusian
Pendistribusian adalah suatu kegiatan dimana zakat bisa sampai
kepada mustahiq secara tepat. Kegiatan pendistribusian sangat berkaitan
dengan pendayagunaan, karena apa yang akan didistribusikan disesuaikan
dengan pendayagunaan. Akan tetapi juga tidak bisa terlepas dari
penghimpunan dan pengelolaan. Jika penghimpunannya tidak maksimal
dan mungkin malah tidak memperoleh dana zakat sedikitpun maka tidak
akan ada dana yang didistribusikan(Rachim, 2012). Muhammad (2006:176)
berpendapat bahwa distribusi zakat berkaitan dengan persediaan,
saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi mustahiq, wilayah
penyaluran, tingkat persediaan, dana zakat dan lokasi amil, pengiriman,
dan keagenan.

Ekonomi Zakat
Dalam istilah ekonomi, zakat merupakan suatu tindakan pemindahan
harta kekayaan dari golongan yang kaya kepada golongan miskin. Transfer
kekayaan berarti juga transfer sumber- sumber ekonomi. Rahardjo (1987)
menyatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan ekonomi, zakat bisa
berkembang menjadi konsep kemasyarakatan (muamalah), yaitu konsep
tentang bagaimana cara manusia melakukan kehidupan bermasyarakat
termasuk di dalamnya bentuk ekonomi.
Zakat ditinjau dari pendekatan etnis dan pemikiran rasional
ekonomis adalah sebagai kebijaksanaan ekonomi yang dapat mengangkat

22
derajat orang-orang miskin, sehingga dampak sosial yang diharapkan dapat
tercapai secara maksimal. Hal ini dapat terwujud apabila dilakukan
pendistribusian kekayaan yang adil (Amalia, 2012). Maka saluran zakat
data dibuka dari tiap tiap tempat penyimpananya untuk mengairi laha-lahan
kering masyarakat. Dengan demikian, tampaknya zakat menjadi suatu
metode yang sangat efektif untuk menjembatani jurang pemisah antara
kaum kaya dengan kaum miskin yang ada di masyarakat
(Afzalurrahman,2000).

Sosial Zakat
Zakat merupakan ibadah yang berdimensi ganda, selain untuk
menggapai keridhaan serta pahala dari Allah. Zakat merupakan ibadah yang
berdimensi sosial. Dalam sejarah Islam, zakat banyak digunakan untuk
kepentingan sosial. Wujud kepentingan sosial tersebut dapat berupa
pemberdayaan masyarakat, jaminan sosial, pendidikan, kesehatan, dan lain-
lain.Zakat ini mempunyai dimensi sosial yang sangat mulia, yang
menandakan bahwa ajaran Islam telah memikirkan mengenai solusi
pemecahan permasalahan ketimpangan dan distrbusi pendapatan yang tidak
merata di masyarakat jauh sebelum konsep pemerataan pembangunan dari
negara- negara Barat muncul. Bahkan konsep zakat ini merupakan konsep
jaminan sosial pertama yangterlebih dahulu muncul dibandingkan dengan
konsep jaminan sosial yangsaat ini diterapkan oleh negara-negara Barat
(Arif, 2010).
Aspek ketuhanan dapat ditelusuri dari ayat-ayat dalam Al-Qur‟an
menyebutkan masalah zakat. Rasulullah bahkan menempatkan zakat
sebagai salah satu pilar utama menegakkan rukun Islam. Bertitik tolak pada
prinsip al-adalah al ijtima‟iyyah (keadilan sosial) maka zakat dapat
dipahami sebagai satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan dalam
pencapaian kesejahteraan sosial ekonomi dan kemasyarakatan (Doa, 2001).
Zakat yang dibayarkan akan diberikan kepada fakir miskin, amil, muallaf,
budak, orang yang berhutang, pejuang fisabilillah, dan musafir yang
kesemuanya akan menunjukkan berbagai bentuk jaminan sosial dalam
masyarakat.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah di jelaskan dalam beberapa bab


di atas, maka dalam penutup ini kami akan menjelaskan beberapa garis
besar tentang hasil dari makalah dan sebagai kesimpulan dari riset ini
sebagai berikut:

Pertama, shalat yang secara bahasa memiliki makna do’a, rahmat


serta magfirah adalah ritual ibadah yang sudah lama mengakar sejak masa
yang lama, kepada semua nabi dan umatnya, dan juga menjadi kewajiban
bagi umat Islam yang harus dilaksanakan dalam semua kondisi maupun
waktu yang telah ditetapkan. Ia merupakan media ritual ibadah yang
dilaksanakan oleh seorang hamba (baik ritual ibadah dalam ajaran syariat
umat-umat terdahulu maupun umat Islam) kepada Allah untuk
mendapatkan konsep ilmu teori di dunia ini, yakni penghambaan diri
manusia kepada Allah sebagai Sang Pencipta.
Kemudian, zakat yang secara bahasa memiliki makna kesucian, bersih
dan baik, berkah, serta tumbuh dan berkembang adalah bagian ibadah wajib
yang bersifat sosial antara manusia dengan manusia yang lainnya. Ia
merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan bagi orang Islam yang
memiliki harta lebih atau kaya untuk menyucikan diri dari dosa-dosa serta
membersihkan harta yang di dalamnya ada hak untuk orang lain.
Kedua, shalat dan zakat merupakan risalah semua nabi yang pernah di
utus oleh Allah swt sebagai pondasi dalam menjalani kehidupan di
dunia ini untuk menghambakan diri kepada Allah dan untuk bersosial
dengan sesama mahluk hidup di muka bumi ini yang pada dasarnya manusia
diciptakan hanyalah untuk beridabah kepada Allah. Sebab, shalat adalah
sebaik-baiknya ibadah kepada Allah, sedangkan zakat adalah sebaik-
baiknya ibadah maliyah (harta). Keduanya juga berperan penting dalam
pembangunan pribadi dan masyarakat yang bersih dan sejahtera yang pada
hakikanya menekankan kesucian hati, pikiran, jalan hidup serta harta

24
seorang muslim.
Ketiga, pengamalan terhadap perintah shalat dan zakat adalah wujud
dari kepatuhan manusia kepada Allah atas apa yang telah ditetapkan oleh-
Nya. Oleh karena itu, pengamalan ibadah shalat dan zakat banyak
digambarkan oleh al- Qur’an sebagai salah satu ciri perbuatan orang-orang
yang mencapai sifat ketaqwaan, keimanan yang sempurna, kesabaran,
keshalehan, orang-orang yang meraih keberuntungan, dan juga ketaatan.
Dengan melakukan shalat secara benar, seorang muslim berusaha
membersihkan dirinya dari perbuatan keji dan munkar, dan dengan
mengeluarkan zakat ia berusaha membersihkan hartanya dari hak orang
lain yang ada di dalam harta benda tersebut, sekaligus untuk menjaga harta
dari kemusnahan.
Keempat, pelaksaan shalat secara terus menerus mampu memberikan
pengaruh positif terhadap jiwa seseorang untuk teguh dan istiqomah dengan
pendiriannya, juga berfungsi untuk memberikan keteguhan jiwa,
menumbuhkan sikap percaya diri, dan untuk mendapatkan kekuatan
ruhaniyah dalah jiwa seorang mukmin. Kemudian dalam pelaksanaan
zakat memberikan fungsi untuk menanamkan sifat kemuliaan hidup, rasa
solidaritas, serta kepatuhan dalam keshalihan. Juga berfungsi untuk
menolong, membantu dan membina orang- orang yang berhak menerima
zakat pada kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.
Kelima, banyaknya ayat-ayat al-Qur’an yang menggandengkan shalat
dan zakat menunjukkan bahwa kedua ibadah ini saling menghubungkan,
saling menguatkan, dan saling berinteraksi. Shalat merupakan pondasi
utama untuk tegaknya agama, sarana untuk mendekatkan diri seorang
hamba kepada Allah, sarana untuk berdoa, meminta ampunan, meminta
rahmat ataupun untuk memohon pertolongan kepada Allah dari berbagai
situasi yang telah atau akan dihadapi oleh manusia. Sedangkan zakat
pondasi utama untuk tegaknya sifat solidaritas manusia sebagai mahluk
sosial, untuk menjadikan kehidupan masyarakat muslim sebagai masyarakat
yang suka tolong-menolong serta memiliki kepedulian sosial yang mulia
atas dasar mencari keridhaan Allah, dan untuk untuk memperoleh pahala

25
yang besar, dan juga untuk memperoleh keberkahan rizki supaya menjadi
tambah dan berlipat ganda. Sehingga dengan usaha untuk mengamalkan
serta menyelaraskan kedua ibadah ini, berarti ia berupaya untuk meraih
keselamatan dan kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

B. Saran

Dalam pengumpukan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak


mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca
memberikantanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan
sesudahnya kami haturkan banyak terimakasih.

26
DAFTAR PUSTAKA

Yunus, Abu. 1997. Cum Shalat yang Khu.syuk. Jakarta: Rineka Cipta
Abadin, Zainal. 1951. Kunci /6ndo/i. Semarang:PT Karya Toha Putra
Semarang hep://google.com
http://abiyazid.wordpress.com/2008/03/06/waktu-yang-terlarang-untuk-shalat/

http://majelisvirtual.com/2010/04/15/dahsyatnya-siksa-bagi-orang-yang
meninggalkan-sholat/
Al Arif, M. Nur Rianto. 2010. Efek Pengganda Zakat Serta Implikasinya
Terhadap Program Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Ekbisi. Volume 5,
No. 1, Desember 2010.
Amalia, Kasyful Mahalli, 2012. Potensi Dan Peranan Zakat Dalam
Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan.Jurnal Ekonomi dan
Keuangan, Vol. 1, No.1, Desember 2012.

27

Anda mungkin juga menyukai