Disusun Oleh :
Kelompok 11
1. Cecep Cipta Wiwaha (P27901119062)
2. Lilis Nuralisah (P27901119078)
3. Rizky Nurwulan (P27901119093)
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya.
Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang penulis beri
judul ”Masalah Perawatan Pada Luka Bakar dan Dermatitis”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang
sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar
penulis yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat
berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga
semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan
kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak
meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan
akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR PUSTAKA 52BAB I
PENDAHULUAN
1
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan
inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan bentuk
khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk menjelaskan
inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk ekzema
adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis
seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari penduduk.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling
sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah
eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak
anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan
menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita
seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan
baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal.
Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala
kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak
menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang
kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi
cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi
pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan combutsio?
b) Bagaimana etiologi dari combutsio?
c) Bagaimana patofisiologi dari combutsio?
d) Bagaimana manifestasi klinik dari combutsio?
e) Bagaimana pemeriksaan penunjang dari combutsio?
f) Bagaimana penatalaksanaan medis dari combutsio?
g) Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari combutsio?
h) Apa pengertian dari dermatitis?
i) Bagaimana etiologi dari dermatitis?
2
j) Apa saja klasifikasi dari dermatitis?
k) Bagaimana manifestasi klinis dari dermatitis?
l) Bagaimana patofisiologi dermatitis?
m) Bagaimana pathway dari dermatitis?
n) Bagaimana penatalaksanaannya?
o) Bagaimana konsep asuhan keperawatan dermatitis?
1.3 Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas Keperawatan Medical Bedah mengenai Combutsio
dan Dermatitis. Serta mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya
Combutsio dan Dermatitis.
b) Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Definisi dari combutsio
Untuk mengetahui etiologi dari combutsio
Untuk mengetahui patofisiologi dari combutsio
Untuk mengetahui manifestasi klinik dari combutsio
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari combutsio
Untuk mengeatahui penatalaksanaan medis dari combutsio
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari combutsio
Untuk mengetahui Definisi dari dermatitis
Untuk mengetahui etiologi dari dermatitis
Untuk mengetahui patofisiologi dari dermatitis
Untuk mengetahui manifestasi klinik dari dermatitis
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari dermatitis
Untuk mengeatahui penatalaksanaan medis dari dermatitis
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari dermatitis
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite).
(Mansjoer 2000 : 365)
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung
atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia
(chemycal), atau radiasi (radiation) .
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat
bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
2.2 Etiologi Combutsio/Luka Bakar
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan
api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak
dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
4
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari
lokasi kontak,baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2005).
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik
dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2005).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat
luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang
terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar
mengalami keruskan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada
penyebabnya.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada
di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Menigkatnya permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya
cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke
keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
bisa mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan
gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan,
maksimal terjadi setelah delapan jam. (Wim De Jong, 2004)
5
Penderita syok atau terancam syok
- Anak : luasnya luka >10%
- Dewasa : luasnya luka >15%
Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
- Wajah, mata
- Tangan dan kaki
- Perineum
Terancam udem laring
- Tertutup asap atau udara hangat
Bagan 2.1 indikasi rawat inap
Pada awalnya tubuh menanggapi dengan memirau (shunting) darah ke otak dan
jantung menjauh dari organ-organ tubuh lainnya. Kekurangan aliran darah yang
berkepanjangan ke organ-organ tersebut bersifat merugikan. Kerusakan yang dihasilkan
bergantung pada keburuhan dasar organ tubuh. Beberapa organ dapat bertahan hanya
untuk beberapa jam tanpa pasokan darah yang menyediakan sumber gizi. Setelah
resusitasi, tubuh mulai menyerap kembali cairan edema dan membuangnya lewat
pembentukan urine (diuresis). (Black & Hawk, 2009)
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman
luka bakar. walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak
luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat memengaruhi
prognosis. (Wim De Jong, 2004) Untuk luka bakar yang lebih kecil, tanggapan tubuh
terhadap cedera terlokalisasi pada area yang terbakar. Namun, pada luka yang lebih luas
(misalnya, meliputi 25% atau lebih total area permukaan tubuh [total body surface area-
TBSA]), tanggapan tubuh terhadap cedera bersifat sistemik dan sebanding dengan
luasnya cedera. Tanggapan sistemik terhadap cedera luka bakar biasanya bifasik, ditandai
oleh penurunan fungsi (hipofungsi) yang diikuti dengan peningkatan fungsi (hiperfungsi)
setiap sistem organ. (Black & Hawk, 2009)
Respons Sistemik
6
sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat
hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan natrium
serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan
hemodinamika bukan hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga
keseimbangan cairan serta elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan
mekanisme lainnya.
Respons Kardiovaskuler
Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka
gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka bakar
itu sendiri sehingga pembentukkan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka
bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang
masif. karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar
(sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstermitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
Respons Pulmonal
Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah
cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan volume
pernapasan-dimanifestasikan sebagai hiperventilasi-dapat terjadi, terutama bila
klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah hasil
7
peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul sebagai hasil
hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal tersebut
memuncak pada minggu kedua pascacedera dan kemudian secara bertahap
kembali ke normal seiring menyembuhnya luka bakar atau ditutupnya luka
dengan tandur kulit.
Cedera Inhalasi
Depresi Miokardium
8
tidak memasuki tubuh dan agar cairan tubuh tidak merembes keluar,
mengendalikan penguapan, dan menjaga kehangatan tubuh. Dengan rusaknya
kulit mekanisme untuk menjaga suhu normal tubuh dapat terganggu, dan risiko
infeksi akibat invasi bakteri meningkat, serta kehilangan air akibat penguapan
meningkat.
Imunosupresi
Respons Psikologis
Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut
sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness.
Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua, -tiga.
Kedalaman dan Bagian Gejala Penampilan luka Perjalanan
penyebab luka kulit yang kesembuhan
bakar terkena
Derajat satu Epidermi Kesemutan, Memerah, menjadi Kesembuhan
(superfisial): s hiperestesia putih ketika ditekan lengkap dalam
tersengat (supersensivitas), minimal atau tanpa waktu satu
matahari, rasa nyeri mereda edema minggu,
terkena api jika didinginkan terjadi
9
dengan pengelupasan
intensitas kulit
rendah
10
inflasi, dan cedera jaringan.
3. Zona hiperemia : area yang terluar, biasanya berhubungan dengan luka bakar
derajat 1 dan seharusnya sembuh dalam seminggu.
11
Gambar luka bakar derajat III (full-thickness)
12
untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan
persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.
13
bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode
tersebut.
Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
14
Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
a. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air.
Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin.
Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang
itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan
kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan
kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin.
Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan
menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan
luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh
yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar
15
biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin,
asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis
b. Hospital
1) Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus
dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain
adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
b) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain
yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae
c) Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena
kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara
yang lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans
2) Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita
luka bakar yaitu :
a) cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
· Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
· Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
· 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari
kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.
16
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan
cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat
karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.
c) Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
d) Monitor urine dan CVP.
e) Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
- Tulle
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f) Obat – obatan
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat
pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri,
kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan
yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai
penjepitan bebas.
Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan
jalan eksisi tangensial.
17
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka
bakar; kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar, yaitu: fase
darurat/resusitasi, fase akut atau intermediet, dan fase rehabilitasi.
Fase Resusitatif
Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera awal
sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika resusitasi
cairan selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas dan pernapasan yang
mengancam nyawa adalah perhatian utama. Fase ini juga ditandai dengan
terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan kebocoran cairan kapiler dari
ruang intravaskuler ke ruang interstisial, menyebabkan edema. Walaupun
cairan tetap berada dalam tubuh, cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam
menjaga sirkulasi yang memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.
Fase Akut
Fase Rehabilitasi
18
Pertolongan pertama
Fase resusitasi yang darurat Dari awitan cedera hingga
atau segera selesainya resusitasi cairan Pencegahan syok
19
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari
20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku;
penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok
listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok
listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak
mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii
(obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak
terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
20
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas
panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut
kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau
jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan
dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan
sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
j. Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan
otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar masif.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1) Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
21
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak
cukupan pemasukan, kehilangan perdarahan.
3) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada
atau leher.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat;
penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5) Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6) Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar
seputar ekstremitas dengan edema.
7) Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera
berat) atau katabolisme protein.
8) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10) Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian
traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
22
c. Rencana Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawata
Kriteria Intervensi Rasional
n
Hasil
Resiko Bersihan Kaji refleks Dugaan cedera inhalasi
bersihan jalan nafas gangguan/menelan;
jalan nafas tetap efektif. perhatikan pengaliran air
tidak efektif Kriteria liur, ketidakmampuan Takipnea, penggunaan
berhubungan Hasil : menelan, serak, batuk otot bantu, sianosis dan
dengan Bunyi nafas mengi. perubahan sputum
obstruksi vesikuler, Awasi frekuensi, irama, menunjukkan terjadi
trakheobronk RR dalam kedalaman pernafasan ; distress
hial; oedema batas perhatikan adanya pernafasan/edema paru
mukosa; normal, pucat/sianosis dan dan kebutuhan
kompressi bebas sputum mengandung intervensi medik.
jalan nafas . dispnoe/cya karbon atau merah muda.
nosis. Obstruksi jalan
Auskultasi paru, nafas/distres pernafasan
perhatikan stridor, dapat terjadi sangat
mengi/gemericik, cepat atau lambat contoh
penurunan bunyi nafas, sampai 48 jam setelah
batuk rejan. terbakar.
23
indikasi menghambat
pernafasan,
menyebabkan nekrosis
Dorong batuk/latihan pada kartilago telinga
nafas dalam dan yang terbakar dan
perubahan posisi sering. meningkatkan
Hisapan (bila perlu) pada konstriktur leher.
perawatan ekstrem, Meningkatkan ekspansi
pertahankan teknik steril. paru, memobilisasi dan
drainase sekret.
Membantu
Tingkatkan istirahat mempertahankan jalan
suara tetapi kaji nafas bersih, tetapi harus
kemampuan untuk bicara dilakukan kewaspadaan
dan/atau menelan sekret karena edema mukosa
oral secara periodik. dan inflamasi. Teknik
steril menurunkan risiko
Selidiki perubahan infeksi.
perilaku/mental contoh Peningkatan
gelisah, agitasi, kacau sekret/penurunan
mental. kemampuan untuk
menelan menunjukkan
Awasi 24 jam peningkatan edema
keseimbngan cairan, trakeal dan dapat
perhatikan mengindikasikan
variasi/perubahan. kebutuhan untuk
intubasi.
Meskipun sering
berhubungan dengan
Lakukan program nyeri, perubahan
kolaborasi meliputi : kesadaran dapat
Berikan pelembab O2 menunjukkan
melalui cara yang tepat, terjadinya/memburukny
contoh masker wajah a hipoksia.
24
Awasi/gambaran seri Perpindahan cairan atau
GDA kelebihan penggantian
cairan meningkatkan
risiko edema paru.
Catatan : Cedera
inhalasi meningkatkan
Kaji ulang seri rontgen kebutuhan cairan
sebanyak 35% atau lebih
karena edema.
Berikan/bantu fisioterapi O2 memperbaiki
dada/spirometri intensif. hipoksemia/asidosis.
Pelembaban
menurunkan
pengeringan saluran
Siapkan/bantu intubasi pernafasan dan
atau trakeostomi sesuai menurunkan viskositas
indikasi. sputum.
Data dasar penting
untuk pengkajian lanjut
status pernafasan dan
pedoman untuk
pengobatan. PaO2
kurang dari 50,
PaCO2lebih besar dari
50 dan penurunan pH
menunjukkan inhalasi
asap dan terjadinya
pneumonia/SDPD.
Perubahan menunjukkan
atelektasis/edema paru
tak dapat terjadi selama
2 – 3 hari setelah
terbakar
Fisioterapi dada
25
mengalirkan area
dependen paru,
sementara spirometri
intensif dilakukan untuk
memperbaiki ekspansi
paru, sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
menurunkan atelektasis.
Intubasi/dukungan
mekanikal dibutuhkan
bila jalan nafas edema
atau luka bakar
mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi.
Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan mendemostr Perhatikan kapiler dan untuk penggantian
volume asikan status kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji
cairan cairan dan respon kardiovaskuler.
berhubungan biokimia Awasi pengeluaran urine
dengan membaik. dan berat jenisnya. Penggantian cairan
Kehilangan Kriteria Observasi warna urine dititrasi untuk
cairan evaluasi: tak dan hemates sesuai meyakinkan rata-2
melalui rute ada indikasi. pengeluaran urine 30-50
abnormal. manifestasi cc/jam pada orang
Peningkatan dehidrasi, dewasa. Urine berwarna
kebutuhan : resolusi Perkirakan drainase luka merah pada kerusakan
status oedema, dan kehilangan yang otot masif karena
hypermetabo elektrolit tampak adanyadarah dan
lik, ketidak serum dalam keluarnya mioglobin.
cukupan batas Peningkatan
pemasukan. normal, Timbang berat badan permeabilitas kapiler,
Kehilangan haluaran setiap hari perpindahan protein,
perdarahan. urine di atas proses inflamasi dan
26
30 ml/jam. Ukur lingkar ekstremitas kehilangan cairan
yang terbakar tiap hari melalui evaporasi
sesuai indikasi mempengaruhi volume
sirkulasi dan
Selidiki perubahan pengeluaran urine.
mental Penggantian cairan
tergantung pada berat
badan pertama dan
Observasi distensi perubahan selanjutnya
abdomen,hematomesis,fe Memperkirakan luasnya
ces hitam. oedema/perpindahan
Hemates drainase NG cairan yang
dan feces secara periodik. mempengaruhi volume
Lakukan program sirkulasi dan
kolaborasi meliputi : pengeluaran urine.
Pasang / pertahankan Penyimpangan pada
kateter urine tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan
Pasang/ pertahankan ketidak adequatnya
ukuran kateter IV. volume
Berikan penggantian sirkulasi/penurunan
cairan IV yang dihitung, perfusi serebral
elektrolit, plasma, Stres (Curling) ulcus
albumin. terjadi pada setengah
dari semua pasien yang
Awasi hasil pemeriksaan luka bakar berat(dapat
laboratorium ( Hb, terjadi pada awal
elektrolit, natrium ). minggu pertama).
Temuan-temuan ini
mennadakan
hipovolemia dan
perlunya peningkatan
cairan. Pada lka bakar
luas, perpindahan cairan
dari ruang intravaskular
ke ruang interstitial
menimbukan
hipovolemi.
31
pembedahan eskarotomi torakal dapat membatasi
sesuai pesanan. ekspansi adda.
Mengupas kulit
(eskarotomi)
memungkinkan ekspansi
dada.
Resiko tinggi Pasien bebas Pantau:
infeksi dari infeksi. Penampilan luka bakar Mengidentifikasi
berhubungan Kriteria (area luka bakar, sisi indikasi-indikasi
dengan evaluasi: tak donor dan status balutan kemajuan atau
Pertahanan ada demam, di atas sisi tandur bial penyimapngan dari hasil
primer tidak pembentuka tandur kulit dilakukan) yang diharapkan.
adekuat; n jaringan setiap 8 jam.
kerusakan granulasi Suhu setiap 4 jam.
perlinduinga baik. Jumlah makanan yang
n kulit; dikonsumsi setiap kali
jaringan makan.
traumatik. Bersihkan area luka Pembersihan dan
Pertahanan bakar setiap hari dan pelepasan jaringan
sekunder lepaskan jarinagn nekrotik meningkatkan
tidak nekrotik (debridemen) pembentukan granulasi.
adekuat; sesuai pesanan. Berikan
penurunan mandi kolam sesuai
Hb, pesanan,
penekanan implementasikan
respons perawatan yang Antimikroba topikal
inflamasi ditentukan untuk sisi membantu mencegah
donor, yang dapat ditutup infeksi. Mengikuti
dengan balutan vaseline prinsip aseptik
atau op site. melindungi pasien dari
Lepaskan krim lama dari infeksi. Kulit yang
luka sebelum pemberian gundul menjadi media
krim baru. Gunakan yang baik untuk kultur
sarung tangan steril dan pertumbuhan baketri.
32
beriakn krim antibiotika
topikal yang diresepkan Temuan-temuan ini
pada area luka bakar mennadakan infeksi.
dengan ujung jari. Kultur membantu
Berikan krim secara mengidentifikasi
menyeluruh di atas luka. patogen penyebab
Beritahu dokter bila sehingga terapi
demam drainase purulen antibiotika yang tepat
atau bau busuk dari area dapat diresepkan.
luka bakar, sisi donor Karena balutan siis
atau balutan sisi tandur. tandur hanya diganti
Dapatkan kultur luka dan setiap 5-10 hari, sisi ini
berikan antibiotika IV memberiakn media
sesuai ketentuan. kultur untuk
pertumbuhan bakteri.
Tempatkan pasien pada Kulit adalah lapisan
ruangan khusus dan pertama tubuh untuk
lakukan kewaspadaan pertahanan terhadap
untuk luka bakar luas infeksi. Teknik steril dan
yang mengenai area luas tindakan perawatan
tubuh. Gunakan linen perlindungan
tempat tidur steril, lainmelindungi pasien
handuk dan skort untuk terhadap infeksi.
pasien. Gunakan skort Kurangnya berbagai
steril, sarung tangan dan rangsang ekstrenal dan
penutup kepala dengan kebebasan bergerak
masker bila memberikan mencetuskan pasien
perawatan pada pasien. pada kebosanan.
Tempatkan radio atau
televisis pada ruangan
pasien untuk Melindungi terhadap
menghilangkan tetanus.
kebosanan.
Bila riwayat imunisasi
33
tak adekuat, berikan Ahli diet adalah
globulin imun tetanus spesialis nutrisi yang
manusia (hyper-tet) dapat mengevaluasi
sesuai pesanan. paling baik status nutrisi
Mulai rujukan pada ahli pasien dan
diet, beriakn protein merencanakan diet
tinggi, diet tinggi kalori. untuk emmenuhi
Berikan suplemen nutrisi kebuuthan nutrisi
seperti ensure atau penderita. Nutrisi
sustacal dengan atau adekuat memabntu
antara makan bila penyembuhan luka dan
masukan makanan memenuhi kebutuhan
kurang dari 50%. energi.
Anjurkan NPT atau
makanan enteral bial
pasien tak dapat makan
per oral.
Nyeri Pasien dapat Berikan anlgesik narkotik Analgesik narkotik
berhubungan mendemonst yang diresepkan prn dan diperlukan utnuk
dengan rasikan sedikitnya 30 menit memblok jaras nyeri
Kerusakan hilang dari sebelum prosedur dengan nyeri berat.
kulit/jaringan ketidaknyam perawatan luka. Evaluasi Absorpsi obat IM buruk
; anan. keefektifannya. Anjurkan pada pasien dengan luka
pembentukan Kriteria analgesik IV bila luka bakar luas yang
edema. evaluasi: bakar luas. disebabkan oleh
Manipulasi menyangkal perpindahan interstitial
jaringan nyeri, Pertahankan pintu kamar berkenaan dnegan
cidera contoh melaporkan tertutup, tingkatkan suhu peningkatan
debridemen perasaan ruangan dan berikan permeabilitas kapiler.
luka. nyaman, selimut ekstra untuk Panas dan air hilang
ekspresi memberikan kehangatan. melalui jaringan luka
wajah dan bakar, menyebabkan
postur tubuh Berikan ayunan di atas hipoetrmia. Tindakan
rileks. temapt tidur bila eksternal ini membantu
34
diperlukan. menghemat kehilangan
panas.
Menururnkan neyri
Bantu dengan dengan
pengubahan posisi setiap mempertahankan berat
2 jam bila diperlukan. badan jauh dari linen
Dapatkan bantuan temapat tidur terhadap
tambahan sesuai luka dan menuurnkan
kebutuhan, khususnya pemajanan ujung saraf
bila pasien tak dapat pada aliran udara.
membantu membalikkan Menghilangkan tekanan
badan sendiri. pada tonjolan tulang
dependen. Dukungan
adekuat pada luka bakar
selama gerakan
membantu meinimalkan
ketidaknyamanan.
Resiko tinggi Pasien Untuk luka bakar yang Mengidentifikasi
kerusakan menunjukka mengitari ekstermitas indikasi-indikasi
perfusi n sirkulasi atau luka bakar listrik, kemajuan atau
jaringan, tetap pantau status penyimpangan dari hasil
perubahan/di adekuat. neurovaskular dari yang diharapkan.
sfungsi Kriteria ekstermitas setaip 2 jam.
neurovaskule evaluasi: Pertahankan ekstermitas Meningkatkan aliran
r perifer warna kulit bengkak ditinggikan. balik vena dan
berhubungan normal, menurunkan
dengan menyangkal Beritahu dokter dengan pembengkakan.
Penurunan/in kebas dan segera bila terjadi nadi
terupsi aliran kesemutan, berkurang, pengisian Temuan-temuan ini
darah nadi perifer kapiler buruk, atau menandakan keruskana
arterial/vena, dapat diraba. penurunan sensasi. sirkualsi distal. Dokter
contoh luka Siapkan untuk dapat mengkaji tekanan
bakar seputar pembedahan eskarotomi jaringan untuk
ekstremitas sesuai pesanan. emnentukan kebutuhan
35
dengan terhadap intervensi
edema. bedah. Eskarotomi
(mengikis pada eskar)
atau fasiotomi mungkin
diperlukan untuk
memperbaiki sirkulasi
adekuat.
Kerusakan Memumjukk Kaji/catat ukuran, warna, Memberikan informasi
integritas an kedalaman luka, dasar tentang kebutuhan
kulit b/d regenerasi perhatikan jaringan penanaman kulit dan
kerusakan jaringan nekrotik dan kondisi kemungkinan petunjuk
permukaan Kriteria sekitar luka. tentang sirkulasi pada
kulit hasil: aera graft.
sekunder Mencapai Lakukan perawatan luka
destruksi penyembuha bakar yang tepat dan Menyiapkan jaringan
lapisan kulit. n tepat tindakan kontrol infeksi. untuk penanaman dan
waktu pada menurunkan resiko
area luka Pertahankan penutupan infeksi/kegagalan kulit.
bakar. luka sesuai indikasi.
Kain nilon/membran
silikon mengandung
kolagen porcine peptida
Tinggikan area graft bila yang melekat pada
mungkin/tepat. permukaan luka sampai
Pertahankan posisi yang lepasnya atau
diinginkan dan mengelupas secara
imobilisasi area bila spontan kulit
diindikasikan. repitelisasi.
Menurunkan
Pertahankan balutan pembengkakan
diatas area graft baru /membatasi resiko
dan/atau sisi donor sesuai pemisahan graft.
indikasi. Gerakan jaringan
dibawah graft dapat
36
Cuci sisi dengan sabun mengubah posisi yang
ringan, cuci, dan minyaki mempengaruhi
dengan krim, beberapa penyembuhan optimal.
waktu dalam sehari, Area mungkin ditutupi
setelah balutan dilepas oleh bahan dengan
dan penyembuhan permukaan tembus
selesai. pandang tak reaktif.
Lakukan program
kolaborasi : Kulit graft baru dan sisi
- Siapkan / bantu donor yang sembuh
prosedur bedah/balutan memerlukan perawatan
biologis. khusus untuk
mempertahankan
kelenturan.
Graft kulit diambil dari
kulit orang itu
sendiri/orang lain untuk
penutupan sementara
pada luka bakar luas
sampai kulit orang itu
siap ditanam.
37
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda.
38
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang
kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis
muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan
kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.
5. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). kelainan kulit berupa papul
gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya
dilipatan(fleksural).
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah.
Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul
saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga
memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau
berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
6. Dermatitis Medikamentosa
Dermatitis medikamentosa memiliki bentuk lesi eritem dengan atau tanpa vesikula,
berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada bibir, glans penis, telapak
tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat-obatan yang masuk kedalam tubuh
melalui mulut, suntikan atau anal. Keluhan utama pada penyakit biasanya gatal dan
suhu badan meninggi. Gejala dapat akut, subakut atau kronik. Untuk lokalisasinya
bisa mengenai seluruh tubuh. Apabila di bandingkan dengan melasma bedanya
yaitu plak hiperpigmentasi batas nya tidak tegas
39
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim
menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin
mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul
karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan
terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus.
40
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit
dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini
ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian
memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi
sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi
berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk
berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara
spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi,
sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh,
menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau
serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu
menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
2. Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler,
dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif
jelas, bila kering membentuk krusta. bagian tubuh.
3. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama
kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae,
presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit
kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah
disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang
dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler
masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama
berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit
dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi
hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama,
edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
41
5. Dermatitis Atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang
memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan
emnekan produksi sel T. Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel
ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak
menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus
dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara
berlebihan diturunkan secara genetik.
6. Dermatitis Medikamentosa
Faktor lingkungan merupakan factor terpenting . Alergi paling sering
menyerang pada saluran nafas dan saluran pencernaan . Di dalam saluran nafas
terjadi inflamasi yang menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menyebabkan
batuk dan sesak nafas.
42
Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen,
seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tampak
sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di membran sel
dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel Langerhans
menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa
antigen akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di
epidermis berkurang. Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening
setempat meningkat. Namun demikian penelitian terakhir mengenai gambaran
histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron dari tahap seluler awal pada
pasien yang diinduksi alergen dan bahan iritan belum berhasil menunjukkan
perbedaan dalam pola peradangannya.
43
2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak
melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi
sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari
sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit
mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR),
sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-
psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara
imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis,
menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi
mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui
mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans
akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB
juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.
3. Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas
kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek
minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di
epidermis atau dermis.
4. Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus,
E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat
diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya
clotrimazole) dalam bentuk topikal.
5. Imunosupresif topikal
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus)
dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T
melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya
terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan
tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981
merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi.
Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-
propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-
valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan
44
adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan
penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara oral.
6. Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya.
Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin.
Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat
pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
45
2.16 Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
I. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
d. Pola Fungsional
1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit
tersebut mengganggu aktivitas pasien.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang
dan malam )
46
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi
Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-
sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
3) Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan
alat bantu untuk miksi dan defekasi.
4) Pola aktivitas/olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada
kulit.
Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5) Pola istirahat/tidur
Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur
yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar
atau tidak?
6) Pola kognitif/persepsi
Kaji status mental klien
Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu
Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
Identifikasi penyebab kecemasan klien
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
Kaji apakah klien mengalami vertigo
Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada
kulit.
7) Pola persepsi dan konsep diri
47
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,
depresi atau takut
Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
8) Pola peran hubungan
Tanyakan apa pekerjaan pasien
Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:
pasangan, teman, dll.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan
penyakit klien
9) Pola seksualitas/reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait
dengan menopause
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks
10) Pola koping-toleransi stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri )
Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk
penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang
terdekat.
11) Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang
dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
48
II. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan jaringan inflamasi
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan spasme oto-otot pernapasan,
kerusakan neurologis
3. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak-bercak merah pada kulit
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perasaan malu terhadap penampakan
diri dan persepsi diri tentang ketidakbersihan.
5. Defisiensi pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan kurangnya
informasi
49
3. Dx 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak-bercak merah pada kulit
Definisi : Berisiko terhadap invasi organisme pathogen
Intervensi NIC
a. Perawatan sirkulasi: insufisiensi arteri: meningkatkan sirkulasi arteri
b. Skrining kesehatan: Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan dengan
memanfaatkan riwayat kesehatan, pemeriksaan kesehatan, dan prosedur lainnya
c. Pengendalian infeksi: meminimalkan penyebaran dan penularan agens infeksius
d. Perlindungan infeksi: mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien
berisiko
4. Dx. 4 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perasaan malu terhadap
penampakan diri dan persepsi diri tentang ketidakbersihan
Definisi : Konfusi pada gambaran mental fisik diri seseorang
Intervensi NIC
a. Bimbingan antisipasi: Mempersiapkan pasien terhadap krisis perkembangan
atau krisis situasional
b. Peningkatan citra tubuh: Meningkatkan persepsi sadar dan tak sadar pasien serta
sikap terhadap tubuh pasien
c. Peningkatan koping: membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi
stresor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan
peran hidup
5. Dx 5: Defisiensi pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
kurangnya informasi
Definisi : Tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topik tertentu
Intervensi NIC
a. Perlindungan infeksi: Mencegah dan melakukan deteksi dini infeksi pada pasien
beresiko
b. Penyuluhan individual: Membuat perencanaan, imokementasi, dan evaluasi
program penyuluhan yang dirancang dan untuk memenuhi kebutuhan khusus
pasien
50
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan
harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik
dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka
bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka
bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak
luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar
sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya: bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
3.2 Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan
sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan
selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada
hal-hal yang dapat memicu luka bakar.
Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa
memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya dan
agar lebih dapat mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam pembuatan
51
asuhan keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai dari
keluarga, kerabat sampai teman pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth editor,
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi bahasa
indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran.
EGC
Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta:
EGC
52