PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak (cerebrovacular) yang ditandai
dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan karena adanya penyempitan,
penyumbatan serta pecahnya pembuluh darah ke otak sehingga pasokan nutrisi dan
oksigen ke otak berkurang dan menimbulkan reaksi biokimia yang merusak atau
mematikan sel-sel saraf (neuron) otak. Stroke dapat juga terjadi akibat dari gangguan
fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak dan akibat gangguan peredaran darah otak.
Gangguan fungsi saraf akan terganggu bila aliran darah otak turun. Bila gangguan aliran
darah berkepanjangan dapat terjadi kematian jaringan saraf yang disebut infark (Pinzon,
2010).
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan
kanker, dan merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia. Data WHO
menunjukkan bahwa lebih dari 60% pasien stroke di dunia dan di negara berkembang.
Peningkatan kejadian stroke di beberapa negara Asia (China, India, dan Indonesia)
ditengarai akibat pengaruh perubahan pola hidup, polusi, dan perubahan pola konsumsi
misalnya hipertensi, merokok, kadar kolesterol darah yang tinggi, dan diabetes.
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa ada 3 juta warga Amerika yang
terkena penyakit pembuluh darah (penyakit jantung, stroke, dan pembuluh darah tepi)
dan 150.000 diantaranya meninggal setiap tahunnya. Kejadian stroke berulang umum
pula dijumpai, 33% pasien stroke yang selamat akan mengalami stroke ulang dalam
1
Penelitian di Thailand menunjukkan bahwa hanya 20,2% pasien stroke yang
bahwa 41% datang ke RS kurang dari 3 jam setelah gejala muncul, dan 15% antara 3-6
jam. Ada sekitar 25% pasien yang datang lewat dari 24 jam setelah serangan stroke.
Jumlah ini sudah relatif lebih baik setelah adanya kampanye nasional tentang 'brain
attack' (Barr, 2006). Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk
terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat
Pekanbaru, jumlah pasien stroke pada tahun 2009 sebanyak 227 orang (33,89%), tahun
2010 sebanyak 286 (47,81%) dan tahun 2011 sebanyak 397 orang (55,75%). Berbagai
fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan masalah utama di
bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial
ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi
Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah
menjadi keharusan, terlebih bila melihatangka penderita Stroke yang terus meningkat
dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang cepat, tepat dan akurat
makalah mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian
tertinggi di Indonesia. Menurut data dasar rumah sakit di Indonesia, seperti diungkapkan
Yayasan
Stroke Indonesia, angka kejadian stroke mencapai 63,52 per 100.000 pada kelompok usia
65 tahun ke atas. Secara kasar, setiap hari dua orang Indonesia terkena stroke.
Berdasarkan latarbelakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk mengambil
judul tentang asuhan keperawatan pada Tn.I dengan stroke di Ruangan Merak II (Syaraf)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep dasar medis stroke, dan
mampu melaksanakanasuhan keperawatan pada Tn.I dengan stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar medis stroke meliputi Pengertian,
dengan stroke
3
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
( Elizabeth J. Corwin, 2002 ).
Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa
deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran otak
non traumatic (Mansjoer 2002)
Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari
proses patologis pada pembuluh darah serebral, misal: Trombosis, embolis, ruptura
dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar (Prince, 2002).
Menurut WHO stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral,
baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat. Berlangsung lebih
dari 24 jam atau berakhir dengan maut tanpa ditemukannya penyebab selain daripada
gangguan vaskuler. Persoalan pokok pada stroke adalah gangguan peredaran darah
pada daerah otak tertentu.
2. Anatomi fisiologi
a. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100
triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),
serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Serebrum terdiri
dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-masing
hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik primer
yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang
berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang
lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk
impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna (Fransisca.
B, 2008).
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater
yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian
posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan
kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh (Fransisca.
B, 2008).
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons
dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang
penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,
pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang
penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan
serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat
stimulus saraf pendengaran dan penglihatan (Widagdo, 2008).
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan
hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal
yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi
lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan
gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus
berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan
dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang
menyertai ekspresi tingkah dan emosi (Widagdo, 2008).
b. Sirkulasi darah otak
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi
oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh
dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga
kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem
anastomosis, yaitu sirkulus Willisi (Lukman, 2011).
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis
kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak
dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior
dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur
seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus
kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri,
termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai
darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri (Lukman,
2011).
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang
sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi
perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri
5
basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini
bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior.
Cabangcabang sistem vertebrobasilaris ini jmemperdarahi medula oblongata, pons,
serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan
cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis
dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. Darah di dalam
jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula (yang tidak mempunyai
nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena
emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial (Widagdo, 2008).
3. Klasifikasi
Menurut Lumbantobing (2002) kelainan yang terjadi akibat gangguan peredaran
darah. Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Infark Iskemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan
pembuluh darah otak. Infark iskemic terbagi menjadi dua yaitu : stroke trombotik,
yang disebabkan oleh thrombus dan stroke embolik, yang disebabkan oleh
embolus.
Harsono (2002) membagi stroke non haemoragi berdasarkan bentuk
klinisnya antara lain :
1) Serangan Iskemia sepintas atau transient ischemic Attack (TIA). Pada bentuk ini
gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan
menghilang dalam waktu 24 jam.
2) Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/ Reversible Ischemic Neurologik Defisit
(RIND). Gejala neurologik timbul ± 24 jam, tidak lebih dari seminggu.
3) Stroke Progresif (Progresive Stroke/ Stroke in evolution).
Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.
4) Completed Stroke
Kelainan saraf yang sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.
b. Perdarahan (Stroke Hemoragi)
Terjadi pecahnya pembuluh darah otak. Stroke yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada
(Harsono, 2002)
4. Etiologi
Stroke non haemoragi merupakan penyakit yang mendominasi kelompok usia
menengah dan dewasa tua karena adanya penyempitan atau sumbatan vaskuler otak
yang berkaitan erat dengan kejadian. a. Trombosis Serebri
Merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu pada 40% dari semua
kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan erat
dengan kerusakan fokal dinding pembuluh darah akibat anterosklerosis.
b. Embolisme
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit jantung.
Sedangkan menurut price (2002) mengatakan bahwa stroke haemoragi
disebabkan oleh perdarahan serebri. Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh
ruptura arteria serebri. Ekstravasali darah terjadi dari daerah otak dan atau
subaracnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser. Perdarahan ini
dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan.
Menurut Harsono ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan antara
lain:
a. Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Kira-kira ¾ harus perdarahan sub arachnoid disebabkan oleh pecahnya seneusisma
5-6% akibat malformasi dari arteriovenosus.
b. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Penyebab yang paling sering adalah hipertensi, dimana tekanan diastolik pecah.
Harsono (2002) membagi faktor risiko yang dapat ditemui pada klien dengan
Stroke yaitu:
1) Faktor risiko utama
a) Hipertensi
7
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh
darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke
otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.
b) Diabetes Mellitus
Debetes mellituas mampu ,menebalkan dinding pembuluh darah otak yang
berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan
diameter pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke
otak, pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel- sel otak.
c) Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan strok. Dikemudian hari
seperti Penyakit jantung reumatik, Penyakit jantung koroner dengan infark
obat jantung dan gangguan irana denyut janung. Factor resiko ini pada
umumnya akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak
karena jantung melepaskan sel- sel / jaringan- jaringan yang telah mati ke
aliran darah.
c. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA dapat terjadi beberapa kali dalan 24 jam/ terjadi berkali- kali dalam seminggu.
Makin sering seseorang mengalami TIA maka kemungkinan untuk mengalami
stroke semakin besar.
d. Faktor Resiko Tambahan
1) Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida.
Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya
asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah.
5. Patofisiologi
a. Stroke Hemoragik
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus
gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater
(hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah duramater, (hemoragi subdural),
diruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi otak
(hemoragi intraserebral).
1) Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan
robekan arteri dengan arteri meningea lain.
2) Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama
dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya
jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama
( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa
pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda
dan gejala.
3) Hemoragi subrachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi
dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat
menjadi tempat aneurisma.
4) Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan
aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini
biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. pada orang yang lebih muda
dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi
arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh tipe patologi
arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan medikasi (antikoagulan oral,
amfetamin dan berbagai obat aditif).
9
Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia.
Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar,
makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan
abnormalitas pada tanda vital. Pasien dengan perdarahan luas dan hemoragi
mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
b. Stroke Non Hemoragic Terbagi atas 2 yaitu :
1) Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen
pembuluh darah otak karena thrombus yang makin lama makin menebal,
sehingga aliran darah menjadi tidak lancer. Penurunan aliran arah ini
menyebabakan iskemi yang akan berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam
daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi
nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke trombosis adalah di percabangan
arteri carotis besar dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler.
Onset stroke trombotik biasanya berjalan lambat.
2) Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari bagian
tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh darah
otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen yang
menyempit, yaitu arteri carotis di bagian tengah atau Middle Carotid Artery
( MCA ). Dengan adanya sumbatan oleh emboli akan menyebabkan iskemik.
(Hurlock, 2004)
6. Manefestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
a. Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada
sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
b. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara
defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan
tindakan yang dipelajari sebelumnya)
c. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual-spasial,
kehilangan sensori
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
e. Disfungsi kandung kemih
(Harsono, 2003).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke
antara lain adalah: a. Angiografi
Angiografi adalah tehnik pemberian zat kontras.Sedangkan angiografi koroner
adalah prosedur diagnostik dengan tehnik pemberian zat kontras ke arteri koroner
yang dilakukan untuk mendapatkan hasil / kelainan dari pembuluh darah arteri
koroner baik itu presentase, letak lumen, jumlah kondisi dari penyempitan lumen,
besar kecilnya pembuluh darah, ada tidaknya kolateral dan fungsi ventrikel kiri. b.
CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
c. EEG (Elektro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah
yang mengalami gangguan.
d. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
e. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(Harsono, 2003)
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan umum stroke
1) Penatalaksanaan awal selama fase akut dan mempertahankan fungsi tubuh
Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan stroke
di Indonesia, 2001 mengemukakan hal-hal berikut:
a) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan
oksigen 0-2 L/menit sampai ada hasil gas darah.
b) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi
intermiten.
2) Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus.
Asia Pacific Consensus on Stroke Manajement, 2001, mengemukakan bahwa
peningkatan tekanan darah yang sedang tidak boleh diobati pada fase akut
11
stroke iskemik. Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia, 2002,
mengemukakan bahwa tekanan darah diturunkan pada stroke iskemik akut bila
terdapat salah satu hal berikut :
a) Tekanan sistolik > 220 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit.
b) Tekanan diastolik > 120 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit.
c) Tekanan darah arterial rata-rata > 130-140 mmHg pada dua kali pengukuran
selang 30 menit.
d) Disertai infark miokard akut/ gagal jantung atau ginjal akut.\
Pada umumnya peningkatan tekanan darah pada fase akut stroke diakibatkan
oleh:
• Stress daripada stroke
• Jawaban fisiologis dari otak terhadap keadaan
hipoksia
• Tekanan intrakranial yang meninggi.
• Kandung kencing yang penuh • Rasa nyeri.
Tekanan darah dapat berkurang bila penderita dipindahkan ke tempat yang
tenang, kandung kemih dikosongkan, rasa nyeri dihilangkan, dan bila
penderita dibiarkan beristirahat.
e) Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.
Keadaan hiperglikemia dapat dijumpai pada fase akut stroke, disebabkan
oleh stres dan peningkatan kadar katekholamin di dalam serum. Dari
percobaan pada hewan dan pengalaman klinik diketahui bahwa kadar
glukosa darah yang meningkat memperbesar ukuran infark. Oleh karena itu,
kadar glukosa yang melebihi 200 mg/ dl harus diturunkan dengan pemberian
suntikan subkutan insulin. Konsensus nasional pengelolaan stroke di
Indonesia mengemukakan bahwa hiperglikemia ( >250 mg% ) harus
dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu sekitar 150 mg% dengan insulin
intravena secara drips kontinyu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia harus
diatasi segera dengan memberikan dekstrose 40% intravena sampai normal
dan diobati penyebabnya.
f) Suhu tubuh harus dipertahankan normal.
Suhu yang meningkat harus dicegah, misalnya dengan obat antipiretik atau
kompres. Pada penderita iskemik otak, penurunan suhu sedikit saja, misalnya
2-3 derajat celsius, sampai tingkat 33ºC atau 34 °C memberi perlindungan
pada otak. Selain itu, pembentukan oxygen free radicals dapat meningkat
pada keadaan hipertermia. Hipotermia ringan sampai sedang mempunyai
efek baik, selama kurun waktu 2-3 jam sejak stroke terjadi, dengan
memperlebar jendela kesempatan untuk pemberian obat terapeutik.
g) Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik,
bila terdapat gangguan menelan atau penderita dengan kesadaran menurun,
dianjurkan melalui pipa nasogastrik.
h) Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian cairan
intravena berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung
glukosa murni atau hipotonik.
i) Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin dosis rendah
subkutan, bila tidak ada kontra indikasi.
Terapi farmakologi yang dapat diberikan pada pasien stroke :
a) Antikoagulasi dan dekstran dapat diberikan pada stroke non haemoragic,
diberikan sdalam 24 jam sejak serangan gejala-gejala dan diberikan secara
intravena seperti : Aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol, tiklopidin.
b) Obat antiplatelet obat ini untuk mengurangi pelekatan platelet. Obat ini
kontraindikasi pada stroke haemorhagic, seperti : aspirin, Thienopyridine
derivatives, cilostazol, dipyridamole, dan yang terakhir adalah Glycoprotein.
c) Bloker kalsium untuk mengobati vasospasme serebral, obat ini merilekskan
otot polos pembuluh darah Seperti : Atenolol, Metoprolol, Propanolol,
Karvedilol, Labetalol.
d) Trental dapat digunakan untuk meningkatkan aliran darah kapiler
mikrosirkulasi, sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan
otak yang mengalami iskemik.
1) Kebutuhan psikososial
Gangguan emosional, terutama ansietas, frustasi dan depresi
merupakan masalah umum yang dijumpai pada penderita pasca stroke.
Korban stroke dapat memperlihatkan masalah-masalah emosional dan
perilakunya mungkin berbeda dari keadaan sebelum mengalami stroke.
Emosinya dapat labil, misalnya pasien mungkin akan menangis namun pada
saat berikutnya tertawa, tanpa sebab yang jelas. Untuk itu, peran perawat
adalah untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang perubahan
tersebut.
13
Hal-hal yang bisa dilakukan perawat antara lain memodifikasi
perilaku pasien seperti seperti mengendalikan simulasi di lingkungan,
memberikan waktu istirahat sepanjang siang hari untuk mencegah pasien dari
kelelahan yang berlebihan, memberikan umpan balik positif untuk perilaku
yang dapat diterima atau perilaku yang positif, serta memberikan
pengulangan ketika pasien sedang berusaha untuk belajar kembali satu
ketrampilan.
2) Rehabilitasi selama di rumah sakit
Rehabilitasi di rumah sakit memerlukan pengkajian yang sistematik
dan evaluassi dari defisit dan perbaikan fungsi pasien. Fokus perawatan
adalah langsung membantu pasien belajar kembali kehilangan keterampilan
yang dapat membentu kembali kemungkinan kemandirian pasien. Pada fase
ini pasien dimonitor secara hati-hati untuk mencegah berkembangnya
komplikasi yang lebih lanjut. Adapun intervensi yang dapat kita lakukan
adalah sebagai berikut :
a) Anjurkan pasien untuk mengerjakan sendiri ”personal Hygiene”
semampunya.
b) Ajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan menghargai cara pasien
mengkompensasi ketidakmampuan pasien.
c) Anjurkan pasien untuk latihan di tempat tidur.
d) Berikan spesial perawatan kulit.
e) Berikan privacy dengan menggunakan penutup jika ia belajar keahlian
baru seperti belajar makan sendiri.
f) Berikan support emosional.
g) Berikan empati pada perasaan klien.anjurkan keluarga untuk
berpartisipasi.
3) Perencanaan pasien pulang
Untuk mencegah kembalinya klien ke rumah sakit, diperlikan suatu
program untuk membimbing klien dan keluarga yang tercakup dalam
perencanaan pulang. Perencanaan pulang dilakukan segera setelah klien
masuk rumah sakit, yang dilakukan oleh semua anggota tim kesehatan.
Perencanaan pulang yang baik adalah perencanaan pulang yang
tersentralisasi, terorganisir, dan melibatkan berbagai anggota tim kesehatan.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan mutlak harus mengikuti
dan berperan aktif dalam mementukan rencana pemulangan klien, sehingga
klien mendapatkan pelayanan yang holistik dan komprehensif.
Tujuan perencanaan pulang :
a) Mempersiapkan klien untk menyesuaikan diri dengan rumah dan
masyarakat.
b) Agar klien dan keluarga mempunyai pengetahuan dan ketrampilan serta
sikap dalam memperbaiki dan mempertahankan status kesehatannya.
c) Agar klien dan keluarga dapat menerima keadaan diri klien jika terdapat
gejala sisa ( cacat )
d) Membantu merujuk klien ke pelayanan kesehatan lain.
Mengingat banyaknya informasi dan pendidikan yang harus diterima
oleh klien selama perawatan maupun dalam persiapan untuk pulang, maka
prinsip belajar mengajar juga harus diperhatikan dalam proses rencana
pemulangan.
Informasi untuk klien dan keluarga :
a) Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas.
b) Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan perawatan.
c) Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis, jika klien bisa
membaca.
d) Motivasi klien mengikuti langkah-langkah tersebut selama perawatan dan
pengobatan.
e) Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yabg harus dilaporkan kepada
tim kesehatan.
f) Anjurkan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pengawasan dan
perawatan klien.
g) Berikan keluarga nomor penting yang dapat dihubungi bila klien perlu
pertolongan medis.
9. Komplikasi
Komplikasi utama pada stroke menurut Smeltzer C. Suzanne, 2002 yaitu :
a. Hipoksia Serebral
b. depresi
15
Inilah dampak yang paling menyulitkan penderitaan dan orang-orang yang
berada di sekitarnya.oleh karena itu terbatasnya akibat lumpuh sulit berkomunikasi
dan sebagianya,penderita stroke sering mengalami depresi.
c. darah beku
Darah beku mudah berbentuk pada jaringan yang lumpuh terutama pada kaki
sehingga menyebabkan pembengkakan yang menggangu,selain itu pembekuaan
darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan darah ke paru-paru(embelio
paru-paru)sehingga penderita sulit bernafas dan dalam beberapa kasus mengalami
kematian.
d. otot mengerut dan sendi kaku
Kurang gerak dapatr menyebabkan sendi menjadi kaku dan nyeri.misalnya jika
otot-otot betis mengerut kaki terasa sakit ketika harus berdiri dengan rumit
menyentuh lantai.hal ini biasanya di tangani fisiotrapi.
Pada teoritis ditemukan persamaan dengan teori kasus yaitu Jika dilihat dari
tandanya sama-sama sulit menelan hal ini ditemukan sesuai dengan kondisi pasien.
Sedangkan pada teoritis ditemukannya perbedaan dengan teori kasus yaitu Jika
dilihat dari gejalanya tidak sama, hal ini dikarenakan pada kasus Tn. I kerusakan
nervus bukan karena dari TIK.
o Neuronsesori
Pada teoritis ditemukan persamaan dengan teori kasus yaitu Tidak ada
persamaan. Sedangkan pada teoritis ditemukannya perbedaan dengan teori kasus
yaitu Pada teory didapatkan nyeri sedangkan pada pasien tidak hal ini dikarenakan
ambang nyeri pasien tidak terkaji, atau dengan kata lain tidak ditemukan nyeri pada
diri pasien itu sendiri.
o Pernapasan
Pada teoritis ditemukan persamaan dengan teori kasus yaitu Tidak ada
persamaan. Sedangkan pada teoritis ditemukannya perbedaan dengan teori kasus
yaitu didalam teory didapatkan pola nafasnya mengalami hambatan, sedangkan
pada kasus Tn. I tidak hal ini dikarenakan pola nafasnya lancar tidak adanya
hambatan dan masih dalam keadaan normal. o Keamanan
Pada teoritis ditemukan persamaan dengan teori kasus yaitu Sama-sama sulit
untuk menelan sesui dengan teory. Sedangkan pada teoritis ditemukannya
perbedaan dengan teori kasus yaitu Dalam teory didapatkan kerusakan penglihatan,
17
ketidak mampuan mengenali objek ,warna, sedangakan pada pasien tidak
ditemukan hal ini dikarenakan syaraf kranial/ nervus masih dalan keadaan normal
sehingga tidak ditemukan.
o Interaksi Sosial
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai
darah serebral, meningkatnya tekanan intrakranial, menurunnya oksigenisasi
serebral
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, meningkatnya
tekanan intrakranial
c. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas, reflek batuk
tidak adekuat.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan menurunnya kesadaran,
paresis/plegia.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia, kesulitan
menelan dan menurunnya nafsu makan.
f. Gangguan menelan berhubungan dengan hilangnya fungsi motorik.
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sensorik, immobilisasi,
inkontensia, perubahan status nutrisi.
h. Perubahan pola eliminasi urin: inkontinen fungsional berhubungan dengan
kerusakan motorik, immobilisasi, kerusakan komunikasi.
i. Perubahan pola eliminasi feses: konstipasi, diare, inkontinen berhubungan dengan
pemasukan cairan dan makanan, hilangnya pengontrolan volunteer, gangguan
komunikasi, perubahan peristaltik, intoleran terhadap makanan.
3. Intervensi dan Rasional
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tiak adekuatnya suplai
darah serebral, meningkatnya tekanan intracranial, menurunnya oksigenisasi
serebral.
Rasional : Klin akan memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi :
• Observasi status neurologi klien meliputi status mental, pupil,
gerakan mata, fungsi sensorik dan motorik, respon verbal setiap
1-4 jam untuk mendeteksi perubahan-perubahan yang berindikasi
adanya gangguan fungsi serebral.
• Monitor tanda-tanda vital setiap 1-4 jam
• Berikan obat antihipertensi dan pantau pengaruhnya
• Pertahankan jalan napas dan ventilasi secara adekuat.
Kriteria Evaluasi :
• Mendemonstrasikan perubahan atau memperbaiki status
neurologi
• Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, meningkatnya
tekanan intracranial
c. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas, reflek batuk
tidak adekuat
Rasional : klien akan mepertahankan potensi jalan napas dengan ventilasi paru
yang adekuat; akan mengeluarkan sekresi bronchial yang terakumulasi,
akan terhindar dari hipoksia kongestio paru.
Intervensi :
• Observasi kemampuan klien untuk mempertahankan jalan nafas
yang terbuka
• Jaga jalan napas yang adekuat dengan memberikan posisi semo
fowles dan penghisapan sekresi.
• Monitor frekuensi pernafasan, irama dan kedalaman setiap 1-4
jam
• Auskultasi suara napas setiap 4 jam untuk mennetukan adekuat
tindakan penghisapan sekresi.
Kriteria Evaluasi :
19
• Memiliki pertukaran udara dalam paru kanan dan kiri adekuat
• Memiliki frekuensi pernapasan antara 12-14 kali/menit
• Memiliki nilai gas arteri dalam batas normal
• Tidak terjadi tanda-tanda hipoksia
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan menurunnya kesadaran,
paresis/plegia.
Rasional : klien akan mepertahankan kekuatan otot klien, akan terhindar dari
komplikasi immobilisasi.
Intervensi :
• Observasi fungsi motorik klien, sensasi dan reflek pada seluruh
ekstremitas untuk menetapkan kemampuan dan keterbatasan.
• Pertahankan sikap tubuh yang terapeutik yang meliputi kepala,
bahu, dan sendi panggung pada mattress dengan papan tempat
tidur
• Berikan footboard dan mattress untuk mecegah penekanan dan
mencegah footdrop dan kerusakan kulit.
• Letakkan sendi-sendi pada posisi fungsional: siku sedikit fleksi,
pergelangan tangan ekstensi, handroll untuk menjaga posisi
menggenggam dan untuk mengontrol spasme, lengan ditinggikan
untuk mencegah edema.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia, kesulitan
menelan dan menurunnya nafsu makan
f. Gangguan menelan berhubungan dengan hilangnya fungsi motorik.
Rasional : klien akan mempertahankan status nutrisi, pemasukan cairan dan
keseimbangan cairan secara optimal.
Intervensi :
• Observasi gag reflek. Kemampuan menelan, adanya praralisis
wajah, fungsi sensorik dan motorik ekstremitas atas klien untuk
menetapkan kemampuan fungsional klien untuk makan.
• Monitor pemasukan dan pengeluaran dan pemasukan diet untuk
menetapkan deficit
• Monitor elektrolit (pemasukan secara peroral yang buruk dan
kurangnya cairan dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit)
pemasukan cairan dan makanan, hilangnya pengontrolan volunteer, gangguan
komunikasi, perubahan peristaltik, intoleran terhadap makanan
4. Pathway
• Berikan cairan IV
Kriteria Evaluasi :
• Berat badannya lebih kurang 10% dari berat badan ideal
• Mentoleransi terhadap nutrisi parenteral, makanan cair dengan
residu minimal, tidak diare, elektrolit seimbang.
• Menelan makanan yang lunak tanpa aspirasi
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sensorik, immobilisasi,
inkontensia, perubahan status nutrisi
h. Perubahan pola eliminasi urin: inkontinen fungsional berhubungan dengan
kerusakan motorik, immobilisasi, kerusakan komunikasi
i. Perubahan pola eliminasi feses: konstipasi, diare, inkontinen berhubungan dengan
(Mansjoer, 2002)
BAB III
TINJAUAN KASUS
TANGGAL PENGKAJIAN: 16 Februari 2012
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur : 32 Tahun
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Pedagang Buah
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jalan Melur No.24
No. Telp/HP : 0852 7172 4539
No. Medical Record : 6633351
21
Ruang Rawat : Merak II (Syaraf)
Golongan Darah : B
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Melur No. 24
No. Telp/HP C. : 081365323196
Data Saat Masuk RS
1. Keluhan Utama/Gejala
: Klian Mengeluh Sulit menggerakkan an
ggota bagian tubuh sebelah kanan dan
tidak bisa menelan makanan dan minu
man.
2. Kondisi atau keadaan klien saat pengkajian (menggunakan alat bantu,jelaskan)
2. Penyebab penyakitnya : _
a) PSIKOLOGIS
23
: Ingin Cepat Sembuh Dan Cepat Pulang
Perubahan yang dirasakan setelah sakit
: Aktifitas Terganggu
Mekanisme koping :
b) SOSIAL
Kegemaran/hobi :-
c) SPIRITUAL
Pelaksanaan ibadah : terganggu
Lain lain,jelaskan :-
Keluhan lain :
Masalah Keperawatan :
1. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
a. Makan
1. Sehat
2. Sakit
Masalah Keperawatan:
1. Sehat
2) POLA ELIMINASI
A. BAK
a.Sehat
Jumlah urine : 1200-1500 cc
Warna : kuning bening
Bau : khas Pola Bak
:
( )Urgency ( )Dysuria
(√ )Polyuria ( )Anuria
( )Olygouria ( )Olygouria
Masalah eliminasi urine ( )Retensi Urine ( )Enuresis
( )Inkontinensia urine( )nokturia
( )hematuri
B. BAB
a.Sehat konsistensi :
1-2 × sehari
warna : kuning
Bau : khas
Pola defekasi : -
Bentuk : padat
Lendir ( )Ada (√ )Tidak
Darah ( )Ada ( √ )Tidak
25
Masalah eliminasi Bowel ( )Tidak ada
( )Melena
( )Diare
( )Konstipasi
( )Fecal Imfaction
( )Inkontinensia alvi
( )Kembung
( )Hemoroid/nyeri saat BAB
3) Pola aktifitas/latihan
a.sehat
pola aktifitas sehari-hari : bekerja
Latihan fisik
Jenis :-
Frekuensi :Lama :3-4 Jam
Aktifitas yang membuat lelah : Terlalu Lama Bekerja
Lelah :
Gangguan pergerakan :-
Penyebab :-
Gejala :Pegal-Pegal Efek :Lemas
Keluhan lain :
Masalah keperawatan :
4) Pola istirahat tidur
a.Sehat
Pola tidur : 8 Jam
Malam(jam) : 6 jam
Siang (jam) : 2 jam
Total (jam) : 8 jam
Gangguan tidur ( )insomnia ( )hipersomnia
( )parasomnia ( )narcolepsy
( )mendengkur dan apnoe tidur
( )mengigau
Dampak pola tidur (√ )segar ( )..............................
Alat bantu tidur ( )obat ( )..............................
b.Sakit
Pola tidur : 5 jam
Malam : 3 – 4 jam
Siang : 1 jam
Total : 5 jam
Gangguan tidur (√ )Insomnia ( )Hipersomnia
( )Parasomnia ( )Narcolepsy
( )mengigau
Dampak pola tidur ( )Segar ( )....................
Alat Bantu tidur ( )Obat ( )....................
b. Sakit
Mandi : 1 x sehari
Gosok gigi : 1 x semnggu
Cuci rambut : 1 x seminggu
Potong kuku : 1 x seminggu
Hambatan pemenuhan
Personal hygiene
27
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
Masalah keperawatan :
J . CATATAN KHUSUS
1. Apa pasien mengerti tentang
Penyakit yang di deritanya ( √ )ya ( )tidak
2. Bila dulu pernah dirawat,
Macam kegiatan perawatan
Apa yang dirasakan terganggu : tidak ada
3. Bagaimana hubungan
suami istri
Sebelum dan sesudah sakit :
K. PEMERIKSAAN FISIK
1. Umum
Keadaan umum (√ )baik ( )cukup ( )
sedang
( )buruk ( )dispnea ( )nyeri
Tingkat kesadaran ( √ )komposmentis ( )apatis
( )somnolen ( )
delirium
( )sopor ( )koma
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 49 kg
Masalah keperawatan : Gangguan Nutrisi
3.integumen
Kulit
Inspeksi :
Kebersihan kulit ( )Bersih ( )kotor
(√ )normal ( √ )coklat
( )pucat ( )ikterik
( )merah ( )albinisme
( )sianosis ( )ptechie
Lesi ( )ya (√ )tidak
Jaringa parut ( )ya (√ )tidak
Edema ( )ya (√ )tidak
Kelembaban (√ )lembab ( )berminyak
( )kering ( )normal
Lain-lain :
Palpasi :suhu ( )dingin (√ )hangat
Tekstur ( )halus (√ )kasar
Turgor (√ )baik ( )menurun
Lain –lain :
Masalah keperawatan : tdak ada
4.Kuku
Inspeksi : Warna ( √ ) normal ( )sianosis ( )
pucat
Bentuk ( √ )normal ( )tidak
Lesi ( )ada ( √ )tidak
Keadaan (√ )bersih ( )kotor
Palpasi Capillary Refill (√ )normal ( )lambat
29
Palpasi :tekstur ( √ )halus ( )kasar
Kulit kepala ( √ )normal ( )peradangan
( )tumor/pembengkakan
( )lesi ( )nyeri tekan
Keadaan rambut (√ )bersih ( )pecah-pecah
( )pediculosa ( )ketombe
( )kotor ( )rontok Tekstur (
)halus ( )kasar
Lain lain :
6.Wajah/Muka
Inspeksi :Simetris (√ )ya ( )tidak
Ekspresi wajah ( )emosi (√ )tidak ( )meringis Kelainan ( )jerawat ( )
kanker ( )pucat
Lain-lain :
Masalah keperawatan : tidak ada
7.Mata
Inspeksi : kesejajaran (√ )normal ( )strabismus
Palpebra (√ )normal ( )ptosis ( )oedema
( )peradangan ( )lagophatalmus
Sclera ( √ )normal ( )icterik
Conjunctiva (√ )normal ( )anemis ( )pus
Pupil ( √ )isokor ( )an isokor
Reaksi pupil terhadap cahaya ( )mengecil ( )melebar
Keadaan mata (√ )bersih ( )kotor
Palpasi :Nyeri tekan ( )ya ( √ )tidak
Lain-lain :
Masalah keperawatan : tidak ada
8.Telinga
Inspeksi ( √ )normal ( )lesi ( )massa
Keadaan telinga ( √ )bersih ( )kotor
Palpasi belakang telinga ( )nyeri ( √ )tidak
Lain lain :
Lain lain :
: tidak ada
Masalah keperawatan
10.Mulut
Inspeksi : Bibir ( √ )normal ( )labioschisis
( )ulkus ( )sianosis
( )lesi ( )pucat
Gusi ( √ )normal ( )gingivitis
( )perdarahan
Gigi ( √ )normal ( )caries ( )karang gigi
( )ompong ( )sisa makanan
Lidah (√ )simetris ( )tidak
( )ulkus ( )lesi ( )edema
( )bercak putih ( )hiperemis Keadaaan
mulut(√ )bersih ( )kotor
Palpasi palatum (√ )normal ( )pembengkakan
( )fisura ( )palatoschisis
Lain lain :
Masalah keperawatan : tidak ada
11.Leher
Inspeksi : warna (√ )normal ( )icterus
( )jaringan parut( )merah
( )pembengkakan
Palpasi :leher (√ )panas ( )nyeri tekan
Kelenjar limfe submandibula ( )membesar (√ )tidak
Kelenjer tiroid ( )membesar/gondok (√ )tidak
JVD ( )ya ( )tidak
Lain lain :
31
( )Apnea ( )Apneustik
( )Hiperventilasi
Sifat Pernafasan (√ )Dada ( )Perut
Retraksi Interkostalis ( √ )Ada ( )Tidak
Batuk (√ )Ya ( )Tidak
( √ )Sputum ( )Darah
Palpasi ( )Normal ( )Nyeri tekan
( )Massa ( √ )
Peradangan
Ekspansi Paru pd( )Simetris ( )Asimetris
Sisi kanan dan kiri
Taktil fremitus : Anterior (√ )Normal ( )Keras
( )lemah
Posterior (√ )Normal ( )Keras
(√ )lemah
Perkusi Paru ( )Resonan/normal
(√ )Pekak ( )Timpani
Auskultasi: Bunyi Nafas( )Vesikuler ( )Bronkovesikuler
( )Bronkeal ( )Trakeal
( )Ronchi kering ( )Wheezing
( √)Ronchi Basah/Rales
Lain –lain :
Lain lain :
Masalah keperawatan :
14.Kardiovaskuler
Inspeksi Jantung :Pulsasi Apikal (√ )Terlihat ( )Tidak Terlihat
Inspeksi dan Palpasi :Pulsasi Apikal ( √ )Normal ( )Bergeser
JVP (√ )Normal ( )Meninggi
Palpasi :Irama Jantung ( √ )Teratur ( )Tidak Teratur
Perkusi ( )Redup
Auskultasi :Murmur ( )Ya (√)Tidak
Bunyi Jantung :S1 ( √ )Normal ( )Tidak
S2 (√ )Normal ( )Tidak
Bunyi Tambahan ( )S3 ( )S4 Lain lain :
15.Abdomen/Perut
a. Abdomen
Inspeksi ( √ )Normal ( )pembesaran
( )Jaringan Perut ( )Vena-Vena
Auskultasi:bising usus (√ )Terdengar ( )Sangat Lambat
( )Tidak ada ( )Hiperaktif
Perkusi Hepar (√ )Pekak ( )...................
Limpa (√ )Redup ( )...................
Abdomen (√ )Timpani ( )..................
Palpasi Ringan ( √ )Normal ( )Massa
( )Nyeri Tekan ( )Distensi bladder
b.Anus (√ )Normal ( )Hemoroid
( )Lesi ( )Kemerah-merahan
Lain-lain :
16.Genitalia
Inspeksi ( √ )Normal ( )Tidak,Sebutkan:
Kateter ( )Terpasang (√ )Tidak
Palpasi ( √ )Normal ( )Hernia
( )Lesi ( )Nyeri Tekan
Lain-lain :
17.Muskuloskeletal
Inspeksi
Otot:Ukuran (√ )Normal ( )Atrofi ( )Hipertrofi
Kontraktur ( )Ya ( √ )Tidak
Tremor ( )Ya ( √ )Tidak
Tulang ( √ )Normal ( )Deformitus
Tulang belakang ( √ )Normal ( )Kifosis ( )Skoliosis
( )Lordosis ( )Fraktur
Sendi ( √ )Normal ( )Bengkak ( )Krepitasi
ROM (√ )Normal ( )Terbatas
Palpasi:
Otot ( √ )Normal ( )Flasiditas ( )spastisitas
Tulang ( √)Normal ( )Nyeri Tekan
( )Pembengkakan
Sendi (√ )Normal ( )Nyeri Tekan ( )Bengkak
Lingkar Lengan atas Laki :...........................(N=28,3 cm) Perempuan
:............................(N=28,5 cm)
Uji Kekuatan otot(0-5) : 3
Lain-lain :
33
18.Persarafan/Neurologi
GCS (3-15) :
Orientasi (√ )Orang ( )Tempat ( )Waktu
Atensi ( √ )Baik ( )Tidak
Berbicara ( √ )Normal ( )Tidak
Sensasi (√ )Nyeri ( √ )Sentuhan
( √ )Tekanan ( √ )Suhu
Penciuman ( √ )Baik ( )Tidak Berfungsi
Pengecapan (√)Baik ( )Tidak Berfungsi
Ingesti-Digesti :Mengunyah ( √ )Mampu ( )Tidak
:Menelan (√ )Mampu ( )Tidak
Gerakan:Berjalan ( )Mampu (√ )Tidak Mampu
Parestesia pada :
Kejang ( )Ya ( √ )Tidak
Lain –lain :
Masalah Keperawatan :
Hasil labor
PH 7,43 7,35-7,45
PCO2 38 35-45
(mmHg)
PO2 241 80-104
HCO3 25,2 18-23
M. PROGRAM DOKTER
a). Captopril 3 x 25 mg
b). Nifedipin 2 x 10 mg
c). Ranitidin 2 x 50 mg
d). B1,B6,B12 3 x 1
N. CATATAN TAMBAHAN
TTV :
TD : 170/100 mmHg
N : 84 x/ mnit
RR : 22 x/ mnit
S : 36 C
Klien tampak tidak bisa menelan
makanan dan minuman
222 555
35
2 DS : Kerusakan Ganggguan nutrisi
a). Keluarga klien mengatakan tonus
klien tidak bisa menelan makan otot/kontrol otot
menggunakan mulut sejak 5 hari fasial/oral
yang lalu.
b). Keluarga klien mengatakan
makanan yang dapat masuk
makanan yang berupa makanan
cair
DO :
a). Konjungtiva anemis
b). Klien terpasang NGT untuk
makan dan minum
c). Pasien tampak kurus
d). BB klien mengalami
penurunan dari 40 kg menjadi 38 kg.
e). Diet klien : MC
TTV :
a). TD : 170/100 mmHg
b). N : 84 x/mnit
c). RR : 22 x/mnit
d). S : 36 C
3 DS : Kelemahan Gangguan mobilitas
a). Keluarga klien mengatakan ekstremitas kanan fisik dengan
klien hanya bisa berbaring di tempat kelemahan ekstremitas
tidur. kanan.
b). Keluarga klien mengatakan
klien mengalami kelemahan
ditangan dan kaki kanan.
c). Keluarga klien mengatakan
aktivitas klien terganggu
DO :
a). Klien tampak terbaring di
tempat tidur
b). Kelemahan di ekstremitas
kanan
c). Kekuatan otot 2 2 2 5 5 5
222 555
TTV :
TD: 170/100 mmHg
N : 84 x/mnit
RR : 22 x/mnit
N : 36 C
III. PERENCANAAN
Nama Pasien : Tn.I Nomor Registrasi : 6633351
Umur : 32 Tahun Diagnosa Medis : Stroke non hemoragik
Ruangan/Kamar : Merak II (Syaraf)
No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi dan Rasional
37
Hasil
1. Gangguan Setelah dilakukan a. Berikan penjelasan
perfusi tindakan keperawatan kepada keluarga klien
jaringan 1 x 24 jam , masalah tentang sebab-sebab
berhubunga gangguan perfusi peningkatan TIK dan
n dengan jaringan berhubungan akibatnya
penyumbata dengan adanya
n lumen pendarahan intra rasional : Keluarga lebih
pembuluh serebral dengan berpartisipasi alam proses
darah kriterial hasil : penyembuhan
b. Anjurkan kepada klien
ke − Klien
otak untuk bed rest total
tidak
gelisah rasional : Untuk mencegah
perdarahan ulang
− Tidak c. Observasi dan catat
ada keluhan tanda-tanda vital dan
nyeri kepala, mual, kelain tekanan
kejang. intrakranial tiap dua jam
− GCS 456 rasional : Mengetahui setiap
perubahan yang terjadi pada
− Pupil isokor, klien secara dini dan untuk
reflek cahaya menerapkan tindakan yang
(+) tepat
d. Berikan posisi kepala
− Tanda-tanda lebih tinggi 15-30
vital normal(nadi : dengan letak jantung
60-100 kali ( beri bantal tipis)
permenit, suhu:
36-36,7 C, rasional : Mengurangi
pernafasan 16-20 tekanan arteri dengan
kali meningkatkan drainage vena
permenit) dan memperbaiki sirkulasi
serebral.
e. Anjurkan klien untuk
menghindari batuk dan
mengejan berlebihan
rasional : Batuk dan
mengejan dapat
meningkatkan tekanan intra
cranial dan potensial terjadi
perdarahan ulang.
f. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan batasi
pengunjung
rasional : Rangsangan
aktivitas yang meningkat
dapat meningkatkan
39
kenaikan TIK. Istirahat total
dan ketenangan mungkin
diperlukan untuk pencegahan
terhadap perdarahan dalam
kasus stroke/perdarahan
lainnya
g. .Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
obat neuroprotektor
rasional : Memperbaiki sel
yang masih variabel
41
pentingnya aktivitas sehingga
dapat kooperatif dalam
tindakan keperawatan.
d. Melakukan ROM aktiv
pada ekstremitas yang
tidak lemah, pasiv pada
yang lemah
e. Rasional: ROM aktiv dan
pasif sangat penting untuk
mobilisasi klien
f. Observasi TTV
R: Untuk mengetahui status
kesehatan umum klien
g. Libatkan keluarga dalam
setiap intervensi.
Rasional: Keluarga adalah
yang paling dekat dengan klien
Intervensi kolaboratif
a. Kerja sama dengan tim
kesehatan lain: tenaga
fisioterapi.
Rasional: fisioterapi untuk
melatih pasien melakukan
aktivitas secara bertahap dan
benar.
IV. TINDAKAN
CATATAN KEPERAWATAN
p
e
n
j
e
l
13.00 a
s
a
13.30 n
k
e
p
14.00
43
15.00 a
d
a
k
e
l
u
a
r
g
a
k
l
i
e
n
t
e
n
t
a
n
g
s
e
b
a
b
s
e
b
a
b
p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
T
I
K
d
a
n
a
k
i
45
ba
t
nya
− M
engan
j
u
r
kan
k e
pa
da
k
l i
en
u
n
t
u
k
b
e
d
r
e
s
t
t
o
t
a
l
−
M
e
n
g
o
b
s
e
r
47
49
a
l
t
i
a
p
d
u
a
j
a
m
.
o TTV :
• TD :170/100
mmHg
• N : 84(x/menit)
• RR:22
(x/menit)
• S : 36OC
−Me
m
b
e
r
51
n
g
a
n
m
e
m
b
e
ri
b
a
n
t
a
l
t
i
p
i
s
)
−
M
e
n
g
53
55
− M
e
n
c
i
p
t
a
k
a
n
l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
y
a
n
g
t
e
n
57
m
e
n
e
m
u
i
k
li
e
n
− M
e
l
a
a
k
u
k
a
n
K
o
l
a
b
o
r
59
b
e
r
i
a
n
a
t
e
u
r
o
p
r
o
t
e
k
t
o
r
08:00 II − Menininjau ulang
patologi/kemampuan
menelan pasien secara
individual, catat luasnya
paralisis fasial,gangguan
− semi fowler
Membantu stimulasi
bibir untuk menutup dan
11.00
membuka mulut secara
manual dengan menekan
ringan diatas bibir/di
−
bawah dagu jika
dibutuhkan
12.00
Memberikan sentuh pipi
bagian dalam dengan
spatel lidah/tempatkan es
untuk mengetahui
adanya kelemahan lidah.
14.00 −
− Memberikan makan
dengan perlahan pada
lingkungan yang tenang.
61
08:00 III − Mengubah posisi klien
09.30 tiap 2 jam dengan
mikamiki
V. EVALUASI
CATATAN PERKEMBANGAN
• RR:22 (x/menit)
• S : 36OC
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Tindakan dihentikan
II S : Keluarga klien mengatakan
klien menghabisakan makan,
makanan yang diberikan, bisa
melan makanan dan minuman
O : Klien mengalamai peningkatan
BB dari 38 kg menjadi 39 kg
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Tindakan dihentikan
III S : Keluarga klien mengatakan
klien sudah ada kemajuan
dalam pergerkan tidak hanya
ditempat tidur, tidak adanya
kelemahan pada anggota
tubuhnya.
O : Klien dapat menggerakkan
ekstrimitasnya
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Tindakan dihentikan
BAB IV PEMBAHASAN
63
a. trombosis cerebri yang berkaitan dengan keusakan fokal didnidng
pembuluh darah akibat anterosklerosis.
b. Embolisme yaitu kebanyakan dari embolis cerebri berasal dari suatu
flowess dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya
merupakan perwujudan dari penyakit jantung.
Sedangkan pada kasus ditemukan gejala stroke pada pasien yang bernama Tn. I klien tidak
bisa menelan makanan dan minuman serta terasa pusing dan mengalami kelemahan pada
bagian ekstremitas kanan
A. Diagnosa Keperawatan
Dalam teory ditemukan sembilan ( 9 ) diagnosa keperawatan dalam Doengoes
sedangkan pada kasus Tn. I ditemukan tiga diagnosa ( 3) yaitu:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penyumbatan lumen pembuluh darah
ke otak
2. Gangguan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan ekstremitas kanan.
Hal ini disebabkan karena pada saat pengkajian tidak ditemukan data-data yang
menunjang untuk ditegakkan masalah keperawatan yang lainnya.
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
Secara keseluruhan intervensi yang ada di teoritis semuanya sama dengan yang
dikasus, dan tidak ada perbedaan antara diteory dan dikasus. Semua tindakan intervens
yang telah dilakukan sesuai.
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada kasus ini dilakukan sama sesuai pada teoritis,
jadi tidak ditemukan perbedaan.
D. EVALUASI KEPERAWATAN
Dari ketiga masalah keperawatan pada pasien Tn.I semua masalahnya teratasi.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembuatan makalah ini saya dapat menyimpulkan bahwa didalam dunia
kesehatan itu, khususnya dalam keperawatan medikal bedah sangat banyak sekali yang
dilakukakan apalagi dalam melakukan tindakan dan pemberian asuhan keperawatan
khususnya dalam oprerasi dan dalam keperawatan medikal bedah ini pun beraneka ragam
kasus yg ditangani.
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai
dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran
darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan
adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan
masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi
masalah krusial ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek
preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif.
B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan dan bisa digunakan sebagai
acuan dalam melakukan tindakan keperawatan medik bedah pemilihan secara tepat dan baik
dikalangan dunia kesehatan khususnya dibagian keperawatan.
1. Untuk Perawat
Saran yang dapat diberikan kepada perawat adalah agar mampu mendiagnosis stroke
secara cepat dan tepat serta mampu melakukan tatalaksana gawat darurat pada pasien
dengan stroke.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan masukan dalam melakukan proses belajar mengajar serta dapat
dijadikan sebagai bahan bacaan, perpustakaan dan masukan untuk pengembangan
pembuatan makalah yang akan datang.
3. Untuk Pasien
Saran yang dapat diberikan kepada pasien ini, terutama kepada keluarga pasien adalah
agar keluarga pasien dapat kooperatif dalam pemberian terapi pasien dan membantu
65
dalam menjalankan terapi seperti membantu pasien untuk memposisikan kepala setinggi
30° dengan menambahkan bantal, membantu memiringkan pasien untuk mencegah
timbulnya dekubitum, dan menemani pasien selama terapi dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA
Ancowitz, A. 2002. The Stroke Book. New York : William Morrow and Company, inc.
Hudak Gallo. 2002. Keperawatan Kritis. Edisi VI Volume II. Jakarta : EGC.
Pahria, Tuti, dkk. 2002. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
vol 3. Jakarta : EGC.
Ners,anda.2010.Askepstroke,:Http://Andaners.Wordpress.Com/2009/01/06/Asuhan-
Keperawatan-Pada-Klien-
S
t
r
o
k
e
/
KATA PENGANTAR
67
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan
dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan “Makalah Asuhan Keperawatan dengan
Pasien Stroke” ini tepat pada waktunya.
Salawat dan salam kami ucapkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW
yang telah mengantarkan ilmu, iman, akhlaq dan islam, sehingga kami dan semua manusia
berada dalam lindungan Allah SWT.
Kami menyadari bahwa penulisan Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
segala kritik, saran serta masukan perbaikan demi sempurnanya Makalah ini kami terima dengan
tangan terbuka.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Devi Syafiawati, S.Kep sebagai dosen pembimbing
dalam pembuatan Makalah ini. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
Makalah ini.
Akhirnya kami sekali lagi mengucapkan terima kasih serta maaf, kepada semua kalangan
yang telah mendukung penulisan dan selesainya Makalah ini. Semoga apa yang ditulis ini
sebagai amal shaleh disisi Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
i.Latar Belakang.................1
ii.Tujuan.................................3
i.Askep........................................16
11. Pengkajian...............................................16
12. Diagnosa Keperawatan............................18
13. Intervensi dan Rasional...........................19
14. Pathway...................................................22
BAB IV PEMBAHASAN
i.Diagnosa Keperawatan 46
B. Perencanaan.......................................................................................46
C. Penatalaksanaa...................................................................................46
D. Evaluasi..............................................................................................46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................47
B. Saran............................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
Disusun oleh :
PUTRI SUCIATI
69
10.1.0.1.028