Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Perubahan perilaku seksual remaja menuju liberalisasi tanpa batas akan
makin meningkatkan kejadian penyakit hubungan seks. Penyakit hubungan
seks tanpa pengobatan yang memuaskan dapat menimbulkan infeksi radang
panggul dan mengenai genetalia bagian atas. Penyakit infeksi radang panggul
tanpa pengobatan adekuat dapat berlangsung akut dan besar kemungkinan
memerlukan tindakan radikal untuk mengangkat sumber infeksinya. Sebagian
berlangsung secara menahun dengan menimbulkan kerusakan fungsi
utamanya yaitu prokreasi. Setiap kejadian (infeksi) pertama penyakit radang
panggul telah dapat menimbulkan perlekatan yang berat, sehingga dapat
terjadi gangguan fungsi tuba fallopii yaitu sebagai transportasi ovum
spermatozoa dan hasil konsepsi serta khususnya ampula tuba fallopii
merupakan tempat terjadinya konsepsi.
Tertutupnya sebagaian tuba fallopii sehingga hasil konsepsi tersangkut
dalam perjalanan dapat menimbulkan kehamilan ektopik. Terbatasnya
kemampuan tuba fallopii untuk berkembang dan menampung hasil konsepsi,
melibatkan terjadinya kehamilan ektopik Kehamilan ektopik yang bernidasi
pada kornu uteri dengan kemampuan agak besar untuk berkembang dan
membentuk pembuluh darah dapat menimbulkan perdarahan hebat intra
abdominal sampai dengan kematian. Pada gangguan yang sangat berat
sehingga tuba sama sekali tertutup maka habislah harapan perempuan untuk
hamil.
Tingkat kesuburan total ialah istilah yang digunakan di bidang demografi
untuk menggambarkan jumlah rata-rata anak yang akan terlahir dari seorang
wanita sepanjang hidupnya bila ia akan mengalami tingkat kesuburan spesifik
usia terkini yang pasti dan ia akan selamat dari kelahiran sepanjang usia
reproduktifnya.
Masalah kesuburan merupakan suatu hal yang sangat mengganggu bahkan
bisa mengancam keutuhan suatu rumah tangga. Masalah kesuburan terjadi
akibat terganggunya sistem reproduksi pada wanita dan terjadinya penurunan
kualitas dan kuantitas sperma pada pria. Sebuah penelitian menyatakan bahwa
masalah kesuburan terjadi pada 40% akibat perempuan, 40% akibat laki-laki
dan 30% akibat keduanya.
Masalah Kesuburan atau infertilitas dapat ditegakan jika sebuah pasangan
suami isteri dalam jangka waktu 2 tahun belum juga dikaruniai kehamilan
sedangkan mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi. Jika hal ini terjadi,
jelas terjadi masalah kesuburan yang cukup serius yang harus segera
dikonsultasikan ke dokter untuk mengetahui siapa yang memiliki masalah
kesuburan dan dilakukan treatment atau terapi untuk penyembuhan. Berikut
beberapa penyebab masalah-masalah kesuburan yang terjadi baik pada laki-
laki ataupun perempuan.
2.2 Tingkat kesuburan
Tingkat kesuburan dibedakan menjadi 2 yaitu
1. Fertilitas.
Fertilitas adalah kemampuan istri menjadi hamil dan melahirkan anak
hidup oleh suami yang mampu menghamilinya.
2. Infertilitas
a. Pengertian.
Infertilitas adalah suatu keadaan pasangan suami istri yang ingin
mempunyai anak tetapi tidak bisa mewujudkan keinginannya tersebut
karena adanya masalah kesehatan reproduksi baik pada suami atau
istri.
b. Pembagian infertilitas
Infertilitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Infertilitas primer
Infertilitas primer adalah pasangan usia subur yang telah
melakukan hubungan suami istri teratur 2-3 kali semingggu tanpa
memakai alat kontrasepsi selama 1 tahun tetapi belum terjadi
kehamilan juga.
2) Infertilitas Sekunder
Infertilitas sekunder adalah pasangan usia subur yang telah punya
anak dan sudah tidak menggunakan alat kontrasepsi serta
melakukan hubungan suami istri teratur 2 – 3 kali tetapi belum
hamil juga.
Infertilitas menurut WHO :
a. Infertilitas primer adalah pasangan suami istri yang belum pernah
hamil meskipun senggama dilakukan tanpa perlindungan apapun untuk
waktu sekurang-kurangnya 1 tahun.
b. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri yang pernah hamil
tetapi kemudian tidak mampu hamil lagi dalam waktu 12 bulan
meskipun senggama tanpa perlindungan apapun.
c. Subvertilitas atau subvekunditas adalah kesukaran untuk menjadi
hamil yang mungkin disebabkan oleh vekunditas yang menurun
pasangan suami istri.
d. Sterilitas adalah ketidakmampuan yang lengkap dan permanen untuk
menjadi hamil atau menghamili meskipun telah diberi terapi.
Tanpa anak atau chillessness adalah pasangan suami istri yang tidak
pernah menghasilkan anak yang mungkin disebabkan oleh vekunditas,
kontrasepsi, dan abortus.
Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi
syarat-syarat berikut:
a. Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.
b. Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum
mendapatkan kehamilan.
c. Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap
minggunya.
d. Istri  maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun
metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang
berfungsi untuk mencegah kehamilan.
2.3 Penyebab
1. Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada pria
a. Kelainan Genetik
Meskipun amat jarang, ketidaksuburan pria dapat disebabkan oleh
kelainan genetik seperti cystic fibrosis. Gangguan genetik meliputi
kelainan pada kromosom seks, yang terjadi pada sindrom Klinefelter.
b. Gangguan Hormonal
Gangguan hormonal yang terjadi dapat menghalangi produksi sperma.
Untuk merangsang testis menghasilkan sperma, dibutuhkan hormon
yang dihasillkan oleh kelenjar ptituari. Bila hormon tersebut tidak ada,
atau jumlahnya menurun dalam jumlah yang signifikan maka sudah
barang tentu kinerja testis tidak akan sempurna.
c. Varikokel
Adalah terjadinya pelebaran Pembuluh Darah Vena di sekitar Buah
Zakar. Hal ini biasanya terindikasikan dengan adanya benjolan pada
bagian atas buah zakar dan biasanya terjadi pada sebelah kiri.
d. Sumbatan Saluran Sperma
Biasanya disebabkan bawaan lahir karena tidak terbentuknya sebagian
saluran sperma. Selain itu infeksi juga dapat menyebabkan terjadinya
sumbatan saluran sperma. Infeksi pada saluran reproduksi dapat
disebabkan oleh bakteri melalui penyakit menular seksual. Jika
memang disebabkan karena infeksi bakteri mungkin akan terjadi
sumbatan akibat perlekatan dari saluran reproduksi pria.
e. Impotensi
Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena
itu penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa
menyebabkan impotensi. Impotensi juga bisa terjadi akibat adanya
bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah yang
menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis. Kerusakan
saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan
impotensi.
f. Kebiasaan Merokok
Merokok dapat menambah risiko kemandulan dan disfungsi ereksi
pada pria. Nikotin membuat darah mengental sehingga tidak bisa
beredar dengan lancar, termasuk di pembuluh darah alat kelamin.
Akibatnya, muncul gangguan seksual seperti ejakulasi dini, ereksi
tidak sempurna, bahkan impotensi.
g. Kebiasaan Minum Beralkohol
Alkohol dalam jumlah besar dapat menurunkan kadar hormon
testoteron sehingga mengganggu produksi sperma.
h. Pengaruh Radiasi
Radiasi akan memberikan efek negatif terhadap konsentrasi dan
kualitas sperma. Selain itu sperma yang terkena pengaruh radiasi akan
memiliki gerakan berenang yang kurang baik yang akan mengurangi
kesempatan untuk pembuahan.
i. Pengaruh Obat
Beberapa jenis obat bisa mempengaruhi tingkat kesuburan. Obat-
obatan seperti antibiotika, pereda rasa sakit, obat penenang, dan obat
hormonal dapat menurunkan tingkat kesuburan pria.
2. Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada wanita
a. Sumbatan pada saluran telur
Sumbatan saluran telur disebabkan antara lain adanya perlengketan
pada sekitar saluran telur, hal ini sebagai akibat dari pernah terkena
IMS dan radang panggul sehingga menghambat pertemuan sel telur
dengan sperma.
b. Endometriosis
Yaitu sel selaput lendir rahim yang tumbuh pada tempat yang tidak
semestinya, yaitu di indung telur. Hal ini dapat menimbulkan
perlengketan pada sekitar saluran telur atau pada organ reproduksi
lainnya.
c. Kelainan lendir leher Rahim
Terlalu pekat, yang dapat menghambat laju gerakan sperma
Terlalu asam, yang dapat mematikan sperma.
d. Berat Badan Tidak Seimbang
Berat badan yang tidak seimbang dapat mengganggu kesuburan
perempuan, karena tubuh memerlukan 17% dari lemak tubuh di awal
masa siklus haid, dan 22% di sepanjang siklus haid. Lemak tubuh
mengandung enzim aromatase yang dibutuhkan untuk memproduksi
hormon estrogen. Jadi, jika persediaan lemak dalam tubuh tidak
memadai, akan memberikan andil besar terhadap ketidaksuburan.
e. Faktor Usia
Usia berpengaruh terhadap masa reproduksi, artinya selam masih haid
teratur kemungkinan ia masih bisa hamil. Penelitian menunjukkan
potensi wanita untuk hamil menurun setelah usia 25 tahun dan
menurun drastis pada usia di atas 38 tahun (Kasdu,2002). Hal ini juga
berlaku pada pria meskipun pria tetap dapat menghasilkan sel sperma
sampai usia 50 tahun. Hasil penelitian menunjukkan hanya sepertiga
pria berumur di atas 40 tahun yang mampu menghamili istrinya dalam
waktu 6 bulan di banding pria yang berumur di bawah 25 tahun. Pada
wanita, begitu masuk usia 35 tahun, kesuburan akan menurun dan
semakin menurun drastis di usia 37 tahun sampai akhirnya masuk ke
masa menopause di atas 40-45 tahunan. Cadangan sel telur akan terus
berkurang setup kali wanita mengalami menstruasi dan lama-kelamaan
akan habis saat menopouse. Sebaliknya, usia tidak membatasi tingkat
kesuburan pria dimana “pabrik sperma” akan terus memproduksi sel-
sel sperma selama anatominya normal.
f. Gaya Hidup Yang Penuh Stres
Gaya hidup ternyata pegang peran besar dalam menyumbang angka
kejadian infertilitas, yakni sebesar 15-20%. Gaya hidup yang
serbacepat dan kompetitif dewasa ini rentan membuat seseorang
terkena stres. Padahal kondisi jiwa yang penuh gejolak bisa
menyebabkan gangguan ovulasi, gangguan spermatogenesis, spasme
tuba fallopi, dan menurunnya frekuensi hubungan suami istri
g. Kelainan Mulut Rahim
Normalnya, mulut rahim mengarah ke depan (antefleksi), sehingga
berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina. Kondisi inilah
yang memungkinkan spermatozoa sampai ke dalam saluran mulut
rahim yang menghubungkan antara vagina dan rongga rahim.
Penyimpangan dari posisi normalnya, seperti retrofleksi (posisi rahim
menghadap ke belakang), bisa menghambat terjadinya kehamilan.
Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas
operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat
menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke Rahim
h. Kelainan Rahim
Adanya kelainan rongga rahim karena perlengketan, mioma atau
polip; peradangan endometrium dan gangguan kontraksi rahim, dapat
mengganggu transportasi spermatozoa. Kalaupun sampai terjadi
kehamilan biasanya kehamilan tersebut akan berakhir sebelum
waktunya
Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus
yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus
yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
i. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi sperma ke vagina.
j. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba
falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat
bertemu.
2.4 Patofisiologis
1. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan
pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam
pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik
yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor
dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga
ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma.
Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi
infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak
lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi
imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak
bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan
yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang
berujung pada abortus.
2. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.
Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis
juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma
terganggu.
2.5 Faktor-Faktor Infertilitas yang sering ditemukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas pasangan sangat tergantung
pada keadaan local, populasi dan diinvestigasi dan prosedur rujukan.
a. Faktor koitus pria
Riwayat dari pasangan pria harus mencakup setiap kehamilan yang
sebenarnya, setiap riwayat infeksi saluran genital, misalnya prostates,
pembedahan atau cidera pada genital pria atau daerah inguinal, dan setiap
paparan terhadap timbel, cadmium,radiasi atau obat kematerapeutik.
Kelebihan konsumsi alcohol atau rokok atau paparan yang luar biasa
terhadap panas lingkungan harus dicari.
b. Faktor ovulasi
Sebagian besar wanita dengan haid teratur (setiap 22 – 35hari) mengalami
ovulasi, terutama kalau mereka mengalami miolimina prahaid (misalnya
perubahan payudara, kembung, dan perubahan suasana hati).
c. Faktor serviks
Selama beberapa hari sebelum ovulasi, serviks menghasilkan lender encer
yang banyak yang bereksudasi keluar dari serviks untuk berkontak dengan
ejakulat semen. Untuk menilai kualitasnya, pasien harus diperiksa selama
fase menjelang pra ovulasi (hari ke-12 sampai 14 dari siklus 28 hari).
d. Faktor tuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat terjadi pada tiga lokasi: akhir fimbriae,
pertengahan segmen, atau pada istmus kornu. Penyumbatan fimbriae
sajauh ini adalah yang banyak ditemukan. Salpingitis yang sebelumnya
dan penggunaan spiral adalah penyebab yang lazim, meskipun sekitar
separohnya tidak berkaitan dengan riwayat semacam itu. Penyumbatan
pertengahan segmen hamper selalu diakibatkan oleh sterilisasi tuba.
Penyumbatan semacam itu, bila tak ada riwayat ini, menunjukan
tuberculosis. Penyumbatan istmus kornu dapat bersifat bawaan atau akibat
endometriosis, adenomiosis tuba atau infeksi sebelumnya. Pada 90%
kasus, penyumbatan terletak pada istmus dekat tanduk (kornu) atau dapat
melibatkan bagian dangkal dari lumen tuba didalam dinding organ.
e. Faktor peritoneum
Laparoskopi dapat menengali patologi yang tak disangka-sangka
sebelumnya pada 30 sampai 50% wanita dengan infertilitas yang tak dapat
diterangkan. Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim.
Perlekatan perianeksa dapat ditemukan, yang dapat menjauhkan fimbriae
dari permukaan ovarium atau menjebak oosit yang dilepaskan.
2.6 Perkembangan Masalah Infertilitas Hingga Saat Ini
Masalah kesuburan dipengaruhi oleh budaya dan dapat mempengaruhi
populasi suatu negara. Selain itu tingkat kesuburan masyarakat juga
mempengaruhi kesehatan reproduksi yang merupakan bagian penting dan
merupakan upaya paling utama dalam mencapai kehidupan yang berkualitas
karena kesehatan reproduksi merupakan refleksi dari kesehatan konsepsi,
kesehatan anak, remaja dan masa dewasa, dengan demikian kesehatan
reproduksi menentukan kesehatan wanita dan pria serta generasi selanjutnya.
Infertilitas merupakan suatu krisis dalam kehidupan yang akan
berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan seseorang. Sangat menusiawi
dan normal apabila pasangan infertilitas mempunyai perasaan yang
berpengaruh tehadap kepercayaan diri dan citra diri. Lebih parah lagi menurut
the national infertility asosiation menyebutkan beberapa gejala yang dapat
terjadi antara lain, timbul perasaan sedih, depresi atau putus asa lebih dari 2
minggu. Ada perubahan segnifikan dalam selera makan, sulit tidur atau lebih
banyak dari biasanya dan ketika bangun badan tetap merasa lelah. Merasa
khawatir dan curiga sepanjang waktu, kehilangan ketertarikan dalam hoby.
Mengalami masalah den gan konsentrasi, merasa mudah marah atau sulit
mengambil keputusan. Merasa tidak berguna, frustasi dan berfikir lebih baik
mati, kehilangan nafsu seksual dan lebih senang menyendiri daripada bersama
dengan temen-temen dan keluarga.
Masalah ketidaksuburan atau infertilitas merupakan masalah yang cukup
sensitif bagi pasangan suami istri. Bahkan beberapa kasus berujung pada
perceraian. Sepertinya sudah terbiasa , bila suatu pasangan infertil maka
perempuanlah yang paling di curigai, bahkan di vonis sebagai penyebabnya.
Namun hal ini merupakan anggapan yang keliru, karena kemungkinan
ketidaksuburan bisa datang suami, istri atau kedua belah pihak secara
bersamaan. Infertilitas yang disebabkan oleh istri sebesar 35%, faktor suami
35%. Faktor keduanya 20% dan penyebab lainnya 10% (Mustar,2006).
Di Indonesia kejadian wanita infertil 15 % pada usia 30-34 tahun,
meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 55 % pada usia 40-44 tahun. Hasil
survei gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah menikah selama 12
tahun, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40 % karena infertilitas pada
wanita, dan 10 % dari pria dan wanita, 10 % tidak diketahui penyebabnya.
Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas 524 (5,1%) PUS dari
10205 PUS.
Dari sekian banyak kasus infertilitas hanya 50% saja yang berhasil di
tangani baik secara program bayi tabung dan sebagainya( Sarwono, 1999).
2.7 Penatalaksanaan Infertilitas
1. Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak
dan waktu yang tepat untuk coital.
b. Pemberian terapi obat, seperti
1) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh
supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2) Terapi penggantian hormone
3) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
c. GIFT (gemete intrafallopian transfer)
d. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak
secara luas
e. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
f. Pengangkatan tumor atau fibroid
g. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
2. Pria
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi
kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas
dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida.
2.8 Pencegahan Infertilitas
1. Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama
infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap
infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius (Steven RB,1985).
2. Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan
pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven
RB,1985).
3. Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar
hormone testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan
sperma (Steven RB,1985).
4. Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).
2.9 Upaya-Upaya Bidan dalam Menangani Masalah Infertil
Memberikan penyuluhan tentang pentingnya kesuburan dan akibatnya bagi
diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
a. Mengajak ibu-ibu dan remaja untuk mendapatkan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan reproduksi dengan benar.
b. Memberitahu teknik hubungan seks yang benar, contohnya: posisi wanita
dibawah dengan bokong diganjal bantal agar sperma lebih mudah sampai
di uterus.
c. Menganjurkan untuk melakukan hubungan seksual saat masa subur.
d. Menganjurkan memilih makanan yang dapat meningkatkan kesuburan,
misal : terong dan kecambah.
e. Menyarankan melakukan hubungan seksual secara teratur, misalnya 3 kali
dalam seminggu.
f. Menganjurkan untuk periksa ke dr.SpOG guna mengetahui lebih lanjut
penyebab pasti infertilnya.
2.10 Akar Masalah
Tingkat Kesuburan

Faktor Wanita Faktor Pria Faktor Yang Sering


Ditemukan

Sumbatan Saluran
Kelainan Genetik Faktor Koitus Pria
Telur

Endometriosis Gangguan Hormonal Faktor Ovulasi

Kelainan lendir leher


Varikokel Faktor Serviks
rahim

BB Tidak Seimbang Sumbatan Saluran Faktor Tuba


Sperma

Faktor Usia Faktor


Impotensi Peritoneum

Gaya Hidup Yang


Penuh Stres Kebiasaan Merokok Pengaruh Obat

Pengaruh Radiasi
Kelainan Mulut Rahim Kebiasaan Minum
Beralkohol

Kelainan Rahim Kelainan Tuba

Infeksi Vagina

Anda mungkin juga menyukai