Anda di halaman 1dari 22

“Homoseksual dan Lesbian”

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah Masail Fiqih yang
bertemakan “Homoseksual dan Lesbian” ini. Tidak lupa juga kita ucapkan terimakasih kepada
dosen bapak Cik Din M.Pd.I yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara membuat makalah dengan benar dan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Homoseksual dan
Lesbian yang telah kami susun berdasarkan sumber-sumber buku dan website.Semoga makalah
yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya dikalangan masyarakat luas
yang beragamakan Islam.Dan mudah-mudahan juga dapat memberikan pengetahuan yang lebih
luas kepada pembaca.Walaupun masih banyak kekurangan, saya mohon untuk dimaklumi dan
diberikan kritik serta saran yang bersifat membangun.Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Curup, 01 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………………………….i

Daftar isi……………………………………………………………………………………..ii

Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang……………...……………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………..................................2
Bab II Pembahasan…………..………………………………………..…………………...3

A. Awal kata homoseksual……………………………………………………………..3


B. Sejarah Homoseksual di Dunia……………………………………………………...3
C. Homoseksualitas di Indonesia………………………………………………………4
D. Pandangan Umum…………………………………………………………………...4
E. Sejarah Homoseksual di Indonesia………………………………………………….5
F. LGBT di Indonesia…………………………………………………………………..6
G. Hak Hukum…………………………………………………………………………..7
H. Homoseksualitas dalam Islam……………………………………………………….7
H,1Sejarah Homoseksual dalam Islam……………………………………………...8
H.2Islam dan Hukum Homoseks…………………………………………………....9
H.3 Pembuktian terhadap Perbuatan Homoseks………………………………….....10
H.4Hukuman bagi Homoseks………………………………………………………..10-14
I. Hukum Lesbian dalam Islam…………………………………………………………14
J. Jenis dan Ciri-Ciri Wanita Lesbi……………………………………………………...15
K. Pengobatan dengan yang perlu Dilakukan oleh Perilaku Homoseks dan Lesbian…..15-16

L. Hikmah Larangan Homoseks dan Lesbian…………………………………………...17-18


Bab III Penutup……………..……………………………………………………………......19
A. Kesimpulan

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Homoseksual dan Lesbian merupakan masalah yang kompleks, menyangkut berbagai


aspek kehidupan manusia baik sosial maupun agama. Istilah homoseksual mengacu kepada salah
satu bentuk perilaku seks yang menyimpang, yang ditandai adanya ketertarikan kasih sayang,
hubungan emosional, dan secara erotik dengan jenis kelamin yang sama. Penelitian Roberts &
Reddy (2008) tentang homoseksual menyatakan 80% penduduk Afrika yang berusia diatas enam
belas tahun berpendapat sama mengenai hubungan sesama jenis adalah perbuatan yang
menyimpang.
Homoseksual adalah rasa ketertarikan romantis dan atau seksual atau perilaku antara
individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas
mengacu kepada “pola ketetarikan romantis “ terutama atau secara ekslusif pada orang dari jenis
kelamin sama, “homoseksual juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi
dan sosial berdasarkan pada ketertarikan perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas
lain yang berbagai itu.”
Homoseksual dan Lesbian menggambarkan perempuan atau lesbian yang cenderung
menyukai sesama jenisnya. Perempuan atau lesbian adalah perempuan yang memiliki hasrat
seksual dan emosi kepada perempuan lain atau perempuan yang secara sadar
mengidentifikasikan dirinya sebagai lesbian. Oleh karena itu Homoseksual atau Lesbian
merupakan orientasi individu dengan individu lain yang berjenis kelamin sama baik secara sadar
atau tidak sadar.
Homoseksual ialah salah satu dari tiga kategori utama orientasi seksual, bersama dengan
biseksualitas dan heteroseksualitas, dalam kontinum heteriseksual-homoseksual. Konsensus
ilmu-ilmu perilaku, sosial, juga profesi kesehatan dan kesehatan kejiwaan menyatakan bahwa
homoseksualitas ialah aspek normal dalam orientasi seksual manusia. Homoseksualitas bukanlah
penyakit kejiwaan dan bukan penyebab efek psikologis negatif, prasangka terhadap kaum
biseksual dan homoseksual-lah yang menyebabkan efek semacam itu.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Awal Kata Homoseksual ?
2. Bagaimana Sejarah Homoseksual di Dunia ?
3. Bagaimana Homoseksualitas di Indonesia ?
4. Bagaimana Pandangan Umum ?
5. Bagaimana Sejarah Homoseksual di Indonesia ?
6. Bagaimana LGBT di Indonesia ?
7. Bagaimana Hak Hukumnya ?
8. Bagaimana Homoseksualitas dalam Islam ?
9. Bagaimana Hukum Lesbian dalam Islam ?
10. Apa Jenis dan Ciri-Ciri Wanita Lesbi ?
11. Bagaimana Pengobatan dengan yang perlu Dilakukan oleh Perilaku Homoseks dan
Lesbian ?
12. Apa Hikmah Larangan Homoseks dan Lesbian ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Awal kata homoseksual


Penggunaan pertama kata homoseksual yang tercatat dalam sejarah ialah pada tahun 1869
oleh Karl-Maria Kerthbeny, dan kemudian dipopulerkan penggunaannya oleh Richard
Freiherr Von Krafft-Ebing pada bukunya Psychipathia Sexualis. Ungkapan seksual dan cinta
erotis sesama jenis telah menjadi suatu corak dari sejarah kebanyakan budaya yang dikenal
sejak sejarah awal.
Di tahun-tahun sejak Krafft –Ebing, homoseksual telah menjadi suatu pokok kajian dan
debat. Mula-mula dipandang sebagai penyakit untuk diobati, sekarang lebih sering diselidiki
sebagai bagian dari suatu proyek yang lebih besar untuk memahami ilmu hayat, ilmu jiwa,
politik, genetika, sejarah dan variasi budaya dari identitas dan praktek sesual.
B. Sejarah Homoseksual di Dunia
Sejarah homoseksualitas dapat ditilik dari zaman atau masa Mesir Kuno, sementara itu
sikap masyarakat terhadap hubungan sesama jenis telah berubah dari waktu ke waktu dan
berbeda secara geografis. Bermula dari mengharapkan semua pria terikat dalam hubungan
sesama jenis, dalam kesatuan sederhana, melalui penerimaan, dalam pemahama praktik
tersebut merupakan dosa kecil, menekannya melalui penegakan hukum dan mekanisme
pengadilan, hingga dalam pengharaman hubungan tersebut praktik homoseksual dijerat
dengan hukuman mati. Dalam budaya yang dipengaruhi oleh agama-agama Ibrahum, hukum
dan gereja menetapkan sodom sebagai pelanggaran terhadap hukum tuhan atau kejahatan
terhadap alam. Namun, penjatuhan hukuman kepada pelaku seks anal dari kalangan
homoseksual sudah tercatat sejarah sebelum lahirnya agama Kristen.
Banyak tokoh sejarah yang diduga gay atau biseksual seperti Socrates, Lord Byron,
Edward II, dan Hadrian. Sejumlah ilmuwan, seperti Michel Foucault, menganggap pelabelan
gay atau biseksual ini berbahaya bagi pengenalan anakronistik sebuah konstruksi seksualitas
kontemporer yang tidak muncul pada masa itu, tetapi banyak kalangan yang menentang ini.
Menurut wilayahnya, homo sex ini dahulunya mendunia, ada banyak negara-negara yang
melakukan sex dengan sejenis antara seperti di negara Afrika, Amerika, Asia Timur, Eropa,
Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan, dan Kepulauan Pasifik.

3
Sigmund Freud berpendapat bahwa baik heteroseksualitas maupun homoseksualita
adalah bentukan norma, sementara “biseksualitas” ialah kondisi normal manusia yang di tolak
oleh masyarakat. Sebuat kamus kedokteran keluaran tahun1901 mengurutkan
heteroseksualitas sebagai ketertarikan seksual “menyimpang” lawan jenis, sedang pada tahun
1960-an heteroseksualitas disebut “normal”.
C. Homoseksualitas di Indonesia
Homoseksualitas di Indonesia umumnya dianggap sebagai hal yang tabu, baik oleh
masyarakat sipil dan pemerintah Indonesia. Diskusi publik mengenai homoseksualitas di
Indonesia telah dihambat oleh kenyataan, bahwa seksualitas dalam bentuk apapun jarang
dibicarakan secara terbukal adati istiadat tradisional tidak menyetujui homoseksualitas dan
seseorang berbusanan pakaian lawan jenisnya. Seperti di banyak negara lain, kehidupan
homoseksual tidak mudah di Indonesia.
Ada beberapa kasus pasangan homoseksual yang dapat hidup bahagia di lingkungan
mereka, dan tidak ada yang peduli tentang mereka. Dimungkinkan untuk dapat hidup secara
bebas sebgai homoseksual di kota-kota besar di Indonesia, tetapi tantangan yang ada semakin
meningkat. Perlawanan sengit yang mendalam dipimpin oleh kelompok-kelompok Islam
radikal.
Dalam beberapa tahun terakhir, bagaimanapun sikap terhadap homoseksualitas telah
berubah sedikit demi sedikit. Secara khusus, ada penggambaran yang lebih terbuka dan
diskusi mengenai homoseksualitas di media berita Indonesia, juga penggambaran gaya hidup
gay di televisi dan film Indonesia. Indonesia memang memiliki reputasi sebagai Muslim yang
relatif moderat dan toleran, namun surveu terbaru mengungkapkan bahwa intoleransi terhadap
kaum minoritas kian berkembang, dengan tingkat permusuhan tertinggi diarahkan komunitas
gay dan lesbian.
D. Pandangan Umum
Dalam budaya Indonesia seksualitas dalam bentuk apapun dianggap sebagai subjek tabu
dan sering segera dihakimi sebagai kecabulan. Seksualitas, apalagi homoseksualitas dianggap
sebagai hal yang sangat pribadi yang terbatas hanya di dalam kamar tidur. Dalam budaya
Indonesia, budaya malu ialah hal yang lazim. Waria, laki-laki yang berpenampilan seperti
wanita untuk waktu yang lama telah memainkan peran dalam budaya Indonesia.

4
Banyak pertunjukan tradisional Indonesia seperti lenong, ludruk dan ketoprak sering
menampilkan waria sebagai obyek gurauan, humor dan ejekan. Dalam pandangan masyarakat
Indonesia, memiliki tokoh arti, penghibur atau pelawak berpenampilan kemayu seperti kaum
waria, cukup dapat diterima dalam masyarakat. Hal ini biasanya dianggap sebagai hal yang
lucu, kecuali itu terjadi dalam keluarga mereka sendiri di mana anak lelaki yang
berpenampilan seperti perempuan sering dianggap sebagai aib bagi keluarga.
E. Sejarah Homoseksual di Indonesia
Karena budaya rasa malu yang melekat pada homoseksualitas aktivitas homoseksual
jarang tercatat dalam sejarah Indonesia. Tidak seperti di budaya Asia lainnya seperti India,
Cina atau Jepang. Erotika homoseksual dalam lukisan atau patung hampir tidak ada dalam
seni rupa Indonesia. Homoseksualitas hampir tidak pernah direkam atau digambarkan dalam
sejarah Indonesia. Sebuah pengecualian langka ialah catatan abad ke-18 mengenai dugaan
homoseksualitas Arya Purbaya. seorang pejabat di istana Mataram, meskipun tidak jelas
tentang kebenarannya atau hanya sebuah rumor kejam untuk mempermalukan dirinya.
Pergerakan gay dan lesbian di Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan tertua di
Asia Tenggara. Aktivisme hak-hak gay di Indonesia dimulai sejak 1982 ketika kelompok
kepentingan hak-hak gay didirikan di Indonesia. “lambda Indonesia” dan organisasi serupa
lainnya muncul di akhir 1980-an dan 1990-an. Saat ini ada beberapa kelompok utama LGBT
di negara ini termasuk “Gaya Nusantara” dan “Arus Pelangi”. Sekarang ada lebih dari tiga
puluh LGBT kelompok di Indonesia.
Yogyakarta, Indonesia menyelenggarakan KTT pada tahun 2006 tentang hak-hak LGBT
yang menghasilkan prinsip Yogyakarta tentang penerapan hukum HAM Internasional dalam
kaitannya dengan orientasi seksual dan Indentitas Gender. Namun, pertemuan puncak pada
Maret 2010 di Surabaya disambut dengan kecaman dari MUI dan terganggu oleh demonstran
konservatif.
F. LGBT di Indonesia
Di Indonesia, pria homoseksual yang berperilaku kemayu seperti wanita, atau pria yang
berpakaian seperti perempuan disebut banci, bencong atau waria, sedangkan lesbian sering
juga dipanggil lesbi atau lines. Pria homoseksual yang berperilaku jantan selayaknya pria
biasa jarang teridentifikasi, akan tetapi jika ditemukan biasanya mereka dipanggil homo atau
gay, sedangkan gigolo homoseksual biasanya di panggil kucing.

5
Istilah-istilah banci, bencong, kucing dan homo memang memiliki makna konotatif yang
merendahkan atau menghina, kecuali untuk istilah waria, gay dan lesbian yang memperoleh
persepsi netral. Ejekan, perundungan, dan serangan terhadap kaum gay biasanya terjadi
selama masa-masa remaja, tapi jarang melibatkan kekerasan fisik dan terutama hanya
dilakukan secara verbal. Seperti di negara lain, stereotip terhadap kaum homoseksual terjadi
cukup umum di Indonesia.
Dalam budaya tradisional Indonesia, ketika seorang anak laki-laki atau perempuan
mencapai usia pubertas, hubungan dan interaksi antara mereka segera dibatasi. Norma dan
moral tradisional terutama di pedesaan dan wilayah pedalaman menenteng kaum remaja
berpacaran, karena dianggap dapat mengarah pada hubungan seks pranikah. Moral tradisional
juga menentang berkumpulnya antara gadis yang belum menikah dengan laki-laki, karena
dapat mengarah pada skandal perzinahan. Hubungan persahabatan yang erat dan ikatan antar
laki-laki justru dianjurkan.
Kaum waria, baik yang berperan sebagai ritualis atau dukun pria yang menjadi
perempuan transgender, sebagai artis dan pelacur telah lama memainkan peran dalam budaya
lokal Indonesia. Namun kaum gay dan lesbi belum teridentifikasi sebelum masa Orde Baru.
Ketika pria dan wanita homoseksual akhirnya mengenali diri mereka melalui penggambaran
yang singkat mengenai kehidupan homoseksual asing. Mereka akhirnya mencapai kesimpulan
bahwa “dunia gay” bisa juga ada di Indonesia.
Untuk pria gay, dunia mereka berada di berbagai lokasi, mulai dari taman, diskotik, spa,
panti pijat, pusat kebugaran, kolam renang tertentu, hingga kamar kost dan kediaman pribadi.
Kaum gay lazim berkumpul di tempat “terbuka” pada waktu atau hari tertentu, di mana
mereka mencari cinta, persahabatan, serta seks. Sedangkan dunia lesbian umumnya
bersosialisasi di rumah dan cenderung bersembunyi.
Kontras antara pola pergaulan kaum gay dan lesbian mencerminkan dunia budaya yang
paralel: jika laki-laki gay dapat berkumpul dengan bebas relatif tanpa hambatan di taman-
taman terbuka dan bahkan di rumah bersama keluarga dan orang tua mereka, dunia kaum
lesbian cenderung tertutup dan tersembunyi di rumah atau kediaman pribadi. Hal ini
disebabkan kepatuhan terhadap ideologi jender nasional: membatasi ruang gerak perempuan
dan mengagungkan persahabatan pria.

6
Tekanan pada pria gay atau lesbian sering kali berasal dari keluarga mereka sendiri. Ada
tekanan dari keluarga untuk segera menikah dan mereka umumnya memiliki dua pilihan. Baik
gay dan lesbian dapat memutuskan untuk menikah, hanya untuk menyenangkan keluargam
atau mereka lari dari keluarga dan mencari kehidupan yang bebas di luar. Perbedaan lain
dalam kehidupan homoseksual di Indonesia dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di
Barat ialahgay dan lesbian Indonesia lebih berkomitmen pada pernikahan heteroseksual.
Sebagian besar laki-laki gay mengaku berencana kelak akan menikahi wanita, atau bahkan
sudah menikah tetapi masih menjalani kehidupan homoseksual secara diam-diam.
G. Hak Hukum
Hukum pidana nasional tidak mengkriminasikan hubungan homoseksual pribadi yang
tidak bersifat komersial antara orang dewasa. Sebuah RUU nasional untuk
mengkriminalisasikan homoseksual bersama dengan hidup bersama, perzinahan dan praktik
sihir gagal diberlakukan pada tahun 2004 dan tidak ada rencana berikutnya untuk
memperkenalkan kembali undang-undang tersebut. Pada tahun 2002, pemerintah Indonesia
memberi provinsi Aceh hak untuk menerapkan hukum syariah Islam yang dapat
mengkriminalisasi homoseksual.
Hukum Indonesia tidak mengkriminalisasi homoseksual. Jika dilakukan secara pribadi,
non-komersil, dan di antara orang dewasa. Namun, hukum Indonesia tidak mengakui
pernikahan gay, serikat sipil atau manfaat kemitraan domestik. Pasangan sesama jenis tidak
memenuhi syarat untuk mengadopsi anak di Indonesia. Hanya pasangan menikah yang terdiri
dari suami dan istri yang boleh melakukan pengadopsian. Hari ini, tidak ada hukum untuk
melindungki warga negara Indonesia dari diskriminasi atau pelecehan atas dasar orientasi
seksual atau identitas gender mereka.
H. Homoseksualitas dalam Islam
1. Sejarah Homoseksual dalam Islam
Homoseks ialah perbuatan keji dan termaksud dosa besar, yang merusak etika, fitrah,
agama, dan jiwa manusia. Homoseks menyimpang dari fitrah manusia karena fitrah
manusia cenderung kepada hubungan biologis secara heterosex bukan hanya terdapat di
zaman modern ini, tetapi telah terjadi pada zaman Nabi Luth, seperti yang dinyatakan oleh
Al-Qur’an:

7
“ Dan Luth tatkala ia berkata kaumnya: “mengapa kamu mengerjakan perbuatan kotor
itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun di dunia ini sebelummu?
Sesungguhnya kamu mendatangi laki-laki untuk melepaskan nafsumu kepada mereka
bukan kepada wanita, bahkan kamu ini adalah suatu kaum yang melampaui batas.
Jawaban kaumnya tidak lain hanyalah mengatakan,”usir mereka (Luth beserta
pengikutnya ) dari desamu ini: sesungguhnya mereka ialah orang-orang yang berpura-pura
mensucikan diri”. Kemudian kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali
istrinya: dia adalah termaksud orang-orang yang tertinggal (dibinasakan) dan kami
turunkan kepada mereka hujan batu, maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-
orang yang berdosa itu.”(QS. Al-A’raf:80,81,83,84)
Dalam tafsir al-Manaar dijelaskan bahwa nabi Luth diutus Allah untuk memperbaiki
akidah serta akhlak kaumnya yang berdiam di negeri Sadum, Amurah, Adma, Sabubim,
Bala dan di tepi Laut Mati. Nabi Luth memilih tinggal di negeri yang paling besar dari
kelima negeri itu yaitu Sadium.
Negeri Sadium mengalami kehancuran moral, kaum laki-laki lebih bersyahwat kepada
sesama jenisnya yang berusia muda, dan tidak bersyahwat kepada kaum wanita. Ketika
menyaksikan perbuatan kaumnya yang tidak bermoral itu, Nabi Luth menegur dan
memperingatkan mereka untuk meninggalkan kebiasaannya. Ia mengajak untuk
menyalurkan naluri seks sesuai dengan fitrah, yaitu melalui perkawinan antara pria dan
wanita. Ajakan Nabi Luth ini mereka jawab dengan mengusirnya. Sementara itu, mereka
terus mengerjakan perbuatan keji dan tidak bermaksud hendak meninggalkan kebiasaan
mereka. Usaha Nabi Luth untuk menyadarkan kaumnnyaa dari perbuatan keji tidak
membawa hasil yang maksimal, karena sikap kaumnnya yang ingkar terhadap ajaran
agama. Kesabaran Nabi Luth menghadapi kaumnnya mendapat perlindungan dari Allah,
seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran:
“ Dan tatkal datang utusan-utusan kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah
dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka. Dia berkata,”ini adalah hari-hari
yang sulit”. Dan datanglah kaumnya bergegas-gegas. Yang sejak dahulu selalu
mengerjakan perbuatan keji. Luth berkata, “hai kaumku, inilah putri-putriku, mereka lebih
suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan namaku
terhadap tamuku ini.

8
Tidak adakah di antaramu orang yang berakal?. Mereka menjawab, “sesungguhnya
kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu dan
sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki. Luth
berkata, “seandainya aku mempunyai kekuatan untuk menolakmu atau kalau aku dapat
berlindung kepada keluarga yang kuat, tentu aku lakukan. “para utusan (malaikat) berkata,
“ Hai Luth, sesungguhnya kami ialah utusan-utusan tuhanmu, sekali-kali mereka tidak
akan dapat menggangunkamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan
pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu
yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa
mereka.
Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh. Bukannkah
subuh itu sudah dekat? “maka tatkala datang azab kami. kami jadikan negeri kaum Luth
itu yang di atas ke bawah, dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar
dengan bertubi-tubi. Yang di beri tanda oleh tuhanmu dan siksaan itu tiadalah jauh dari
orang-orang yang zalim.” (Al-Qur’an: Al-A’ ayat 80-84)
Kejahatan kaum Nabi Luth yang bertentangan dengan fitrah dan syariat itu mendapat
hukuman dari Allah dengan memutarbalikan negeri mereka, sehingga penduduk Sadum,
termaksud istri Nabi Luth sendiri. Terbenam bersamaan dengan terbaliknya negeri itu.
Yang tidak terkena azab hanyalah Nabi Luth beserta para pengikutnya yang saleh, taat
menjalankan perintah Allah dan menjauhkan diri dari homoseks.
2. Islam dan Hukum Homoseks
Para ulama fiqih sepakat atas keharaman homoseks menurut ketentuan syari’at.
Homoseks merupakan perbuatan keji sebagaimana jarimah zina. Keduannya termaksud
dosa besar dan merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. “mengapa
kami mengerjakan perbuatan keji atau homoseks itu yang belum pernah dikerjakan oleh
seorang pun sebelum kamu.”
3. Pembuktian terhadap Perbuatan Homoseks
Menurut Muhammad Rashfi dalam kitabnya Al-Islam Al-Thib, sebagaimana dikutip
oleh Huzaemah T. Yanggo bahwa Islam melarang keras Homoseks, karena mempunyai
dampak yang negatif terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat antara lain:

9
a. Seorang homo tidak mempunyai keinginan terhadap wanita. Jika mereka
melangsungkan perkawinan, maka isterinya tidak akan mendapatkan kepuasan
biologis, karena nafsu birahi suaminya telah tertumpah ketika melangsungkan
homoseks terhadap laki-laki yang diingingkannya. Akibatnya hubungan suami istri
menjadi renggang, tidak tumbuh rasa cinta dan kasih sayang dan tidak memperoleh
keturunan, sekalipun isterinya subur dan dapat melahirkan.
b. Perasaan cinta dengan sesama jenis membawa kelainan jiwa yang menimbulkan suatu
sikap dan perilak ganjil. Seorang homo kadang-kadang sebagai perempuan.
c. Mengakibatkan rusaknya saraf otak, melemahnya akal dan menghilangkan semangat
kerja.
Dalam menjatuhkan hukuman terhadap para pelaku homoseks memerlukan bukti yang
jelas, baik melalui pengakuan dari pelakunya maupun keterangan saksi. Malikiyah,
Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa saksi terhadap homoseks sama halnya
dengan saksi zina, yaitu empat orang laki-laki yang adil, tidak terdapat salah seorang di
antaranya perempuan. Sedangkang Hanafiah berpendapat bahwa saksi homoseks tidak
sama dengan saksi zina, karena kemudaratan yang ditimbulkan oleh homoseks lebih
ringan daripada yang ditimbulkan oleh zina, dan jarimahnya lebih kecil daripada jarimah
zina, serta tidak menimbulkan percampuran keturunan. Karena itu, untuk membuktikan
homoseks cukup hanya dengan dua orang saksi saja, dan tidak perlu menghubungkannya
dengan zina, kecuali ada dalilnya.
4. Hukuman bagi Homoseks
Para ulama fiqh berbeda pendapat tentang hukum bagi homoseks. Ada tiga pendapat:
pertama dibunuh secara mutlak. Kedua dihad sebagaimana had zina. Bila pelakunya jejaka
ia harus didera, bila pelakunya muhsaan ia harus dihukum rajam. Ketiga dikenakan
hukuman ta’ziir. Pendapat pertama dikemukakan oleh sahabat Rasul, Nashir, Qasim bin
Ibrahim dan Imam Syafi’I (dalam suatu pendapat) ia menyatakan bahwa para pelaku
homoseks dikenakan hukum bunuh, baik pelaku homoseks itu seorang bikr atau muhsaan.
Yag menjadi dasar hukumannya ialah hadis Rasulullah dari Ikrimah, bahwa Ibn Abbas
berkata, “ Rasulullah saw bersabda, “ Barang siapa orang yang berbuat sebagaimana
perbuatan kaum Nabi Luth, maka bunulah pelakunya dan yang diperlakukan.”

10
Hadis ini dimuat pula dalam kitab al-Nail yang dikeluarkan oleh Hakim dan Baihaqi.
Al-Hafizh mengatakan bahwa para rawi hadis ini dapat dipercaya, akan tetapi hadisnya
masih diperselisihkan kebenarannya. Malikiyah, Hanabilah dan Syafi’iyah, berpendapat
bahwa had homoseks ialah rajam dengan batu sampai mati, baik pelakunya seorang bikr
maupun muhsaan. Yang menjadi dasar pendapatnya ialah sabda Rasulullah saw:
“Bunuhlah pelakunya dan pasangnya.” Dalam suatu riwayat, Abu Bakar pernah
mengumpulkan para sahabat Rasul untuk membahas persoalan homoseks. Di antara para
sahabat Rasul yang paling keras pendapatnya ialah Ali ibn Abi Thalib. Ia mengatakan:
“sebagaimana kalian ketahui, homoseks ialah perbuatan dosa yang belum pernah
dilakukan umat manusia kecuali Luth. Maka pelakunya harus dibakar dengan api.”
Berdasarkan keterangan di atas, had yang dikenakan kepada pelaku homoseks ialah
hukum bunuh. Akan tetapi para sahabat Rasul berbeda pendapat dalam menetapkan cara
membunuhnya. Menurut Abu Bakar, pelaku homoseks dibunuh dengan pedang kemudian
di bakar. Demikian juga pendapat Ali ibn Abi Thalib dan sebgaian sahabat Rasul seperti
Abdullah ibn Zubair, Hisyam ibn Abdul Malik dan lainnya. Menurut Umar dan Usman,
pelaku homoseks harus dijatuhi benda-benda keras sampai mati. Sedangkan Ibnu Abbas
berpendapat bahwa ia harus dijatuhkan dari atas bangunan yang paling tinggi di suatu
tempat tertentu. Al-Baghawi meriwayatkan bahwa Sya’by, Zuhri, Malik,Ahmad dan Ishaq
mengatakan pelaku homoseks harus dirajam. Sedangkan Tirmidzi meriwayatkan hukum
seperti ini dari Malik, Syafi’I, Ahmad dan Ishaq.
Dasar pemikiran para sahabat menetapkan hukum homoseks ialah dibunuh, yaitu
bahwa homoseks merupakan perbuatan yang sangat keji, dicela oleh Allah sebagaimana
firman-Nya: “Maka tatkala datang azab kami, kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di
atas ke bawah (dibalikkan), dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar
dengan bertubi-tubi yang di beri tanda oleh Tuhanmu dan siksaan itu tidak jauh dari
orang-orang zalim.” (Al-Qur’an Hud: 82-83) .
Pendapat kedua yang menyatakan bahwa pelaku homoseks harus dihad sebagaiman
had zina dipelopori oleh Sa’id bin Musayyab, Atha bin Abi Rabah, Hasan, Qatadah,
Nakha’I, Tsauri, Auza’I, Abu Thalib, Imam Yahya dan Imam Syafi’i. jadi bagi pelaku
homoseks yang masih bikr dijatuhi had dera serta dibuang.

11
Sedangkan pelaku yang mushan dihad rajam. Pendapat ini berdasarkan dalil hadis
Rasullah saw: “ hukumnya sebagaiman hukum pezina, bila muhshan di rajam bila bikr di
campuk seratus kali.” Dalam riwayat lain ulama Syafi’iyah menyatakan bahwa had bagi
homoseks ialah hukuman rajam, baik yang dilakukan seorang bikr ataupun muhshan.
Akan tetapi pendapat mereka yang umum ialah sejenis dengan zina. Sebab homoseks
memasukkan faraj ke dalam anus lelaki. Dengan demikian, pelakunya termaksud di bawah
keumuman dalil dalam masalah zina, baik bikr maupun muhshan. Jadi berlaku ayat yang
menyatakan:
“Dan para wanita yang mengerjakan perbuatan keji hendaklah ada empat orang saksi
di antara kamu. Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, kurunglah mereka
(wanita-wanita itu) dalam rumah sampai menemui ajalnya atau sampai Allah memberi
jalan yang lain kepadanya. Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di
antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat
dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Menerima
Taubat lagi Maha Penyayang.”
Para ulama fiqh berpendapat bahwa ketentuan yang terdapat dalam Surah AN-Nisa di
atas merupakan hukuman yang pertama dikenakan terhadap kejahatan zina. Menurut al-
Razi, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Muslim Al-Ishfahani, bahwa ayat “ Dan para
wanita yanng mengerjakan perbuatan keji…” ialah khusus berkenaan dengan kejahatan
sesama wanita. Hukumannya seperti tersebut dalam ayat, yaitu di kurung di rumah sampai
mati. Sedangkan ayat selanjutnya, “Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan
keji di antarmu…” ialah khusus berkenaan dengan kejahata, antara sesama laki-laki.
Hukumannya ialah siksaan dengan perkataan dan perbuatan. Ketentuan hukum zina, yakni
hubungan seksual ilegal antara pria dan wanita diatur dalam firman Allah:
“Perempuan dan laki-laki yang berzina, deralah tiap-tiap seorangnya dari keduanya
seratus kali, dan janganlah belas kasiha kepada keduanya mencegah kamu untuk
menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan hukuman) disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina atau
perempuan musyrik dan perempuan yang berzina atau laki-laki musyrik. Dan yang
demikian itu diharamkan atas orang-orang mu’min.( QS. Al-Nur: 2-3)

12
Para ulama fiqh berpendapat bahwa ayat ini ditunjukan bagi orang yang buka muhsan.
Sedangkan bagi muhsan mereka menetapkan hukuman rajam, berdasarkan perbuatan dan
sabda Rasulullah saw dalam sebuat hadis:
“Diberitakan kepadaku oleh Abdullah Ibn Syu’aib Ibn Lais Ibn Sya’id. Diberitakan
kepadaku oleh bapakku dari nenekku, ia berkata terlah dikabarkan kepadaku oleh.. Akil
dari Ibn Syahab dari Abi Salamah Ibn Abdurrahman Ibn Auf dan Sya’id Ibn Al-
Musyaiyab dari Abu Hurairah bahwa ia berkata “ada seorang laki-laki datang kepada
Rasul, beliau sedang berada di dalam masjid. Laki-laki itu memanggil Nabi seraya
mengatakan: Hai Rasulullah, aku telah berbuat zina, tapi aku menyesal. Ucapan ini
diulanginya sampai empat kali. Setelah Nabi mendengarkan pernyataannya yang sudah
empat kali diulanginya itu, beliau memanggilnya, seraya berkata: apakah engkau ini gila?.
Tidak, jawab laki-laki itu. Lalu Nabi bertanya lagi, adakah engkau ini orang yang
muhshan?. Ya, jawabnya. Kemudian Nabi bersabda lagi. Bawalah laki-laki ini dan
rajamlah.” (HR. Bukhri dan Muslim)
Dalam kaitan hadis ini Ibnu Syuhab mengatakan, “aku ikut melakukan arajam atas
laki-laki itu. Dia kami rajam di Masjid, dekat perkuburan yang juga tempat
menyembahyangkan mayitnya sebelum di kubur. Ketika dikenai lemparan pertama, laki-
laki itu lari dan kami kejar dan tertangkap. Lalu kami teruskan hukuman rajamnya.
Kemudian, pendapat ketiga menyatakan bahwa pelaku homoseks harus di beri sanksi
berupa ta’zir. Pendapat ini pertama kali dikemukakan oleh Abu Hanifah. Ta’zir ialah
hukuman yang bertujuan edukatif dan berat-ringannya diserahkan kepada pengadilan.
Hukuman Ta’zir dijatuhkan terhadapa kejahatan atau pelanggaran yang tidak ditentukan
macam dan kadar hukumannya oleh nash Al-Qur’an dan hadis.
Penetapan hukuman secara Ta’zir terhadap homoseks oleh Hanafiyah berdasarkan
pemikirannya bahwa homoseks tidak membawa akibat yang lebih berbahaya bila di
bandingkan dengan zina. Homoseks tidak akan membuahkan keturunan dan tidak pula
merusak garis keturunan seseorang. Karena itu, homoseks tidak dapat dihubungkan
dengan zina dan tidak diperoleh dalil dari Al-Qur’an dan hadis mengenai dengan
ketetapan hukumannya. Masalah ini diserahkan kepada hakim secara Ta’zir. Berdasarkan
pendapat-pendapat para ulama fiqh di atas dapatlah dipahami bahwa pendapat pertama,
yang menyatakan pelaku dihukum bunuh merupakan pendapat yang terkuat, karena

13
berdasarkan hadis yang jelas maknanya. Sedangkan pendapat kedua yang menyatakan
hukumannya sama dengan hukuman zina dianggap lemah. Karena memakai dalil qiyas,
padahal nashnya dan dalil hadis yang di pakai lemah. Demikian pula pendapat ketiga,
yang menyatakan hukuman homoseks ialah Ta’zir dipandang lemah, karena nash telah
menetapkan hukuman mati dan bukan Ta’zir.
I. Hukum Lesbian dalam Islam
Sihaq (lesbi) ialah apa yang terjadi antara wanita dengan wanita berupa gesekan dua farji
kemaluan wanita, “ jika telah bergesek dua wanita maka keduanya melakukan zina yang
terlaknat berdasarkan apa yang diriwayatkan dari Nabi SAW bahwasannya beliau bersabda:
Artinya: “apabila seorang wanita mendatangi (menyetubuhi) seorang wanita maka keduannya
berzina” (Ibnu Qudamah berkata dalam kitabnya Al-Mughi )
Dari Hudzaifah Ra:
Artinya: “sesungguhnya benarlah ucapan (Allah SWT) atas kaum Luth tatkala kaum wanita
merasa cukup dengan para wanita dan kaum lelaki merasa cukup dengan para lelaki.”
Para ulama menggolongkannya sebagai dosa besar. Para ulama sepakat bahwa pelaku
lesbi tidak dihukum had. Karena lesbi bukan zina. Hukuman bagi pelaku lesbi ialah ta’zir,
dimana pemerintah berhak menentukan hukuman yang paling tepat agar memberikan efek
jerat terhadap pelaku. Disebutkan dalam Ensiklopedi Fiqh, ulama sepakat bahwa tidak ada
hukuman had untk pelaku lesbi. Karena lesbi bukan zina. Namun wajib dihukum Ta’zir
karena perbuatan ini termaksud maksiat.
Wancana seksualitas yang dibakukan ialah seks yang tetap pada jalur-jalur Ilahi, pemilih
asli kelamin. Tuhan sebagai pencipta, maka kelamin menjadi instrumen ketuhanan yang
melestarika penciptaan dengan memberikan keturunan. Tuhan ada karena ciptaannya ada,
Tuhan berkuasa karena ciptaannya taat, dan kelamin menjadi aparatus (alat) yang hanya boleh
dikuasai oleh Tuhan dan tidak boleh dimiliki oleh ciptaannyam kecuali sesuai dengan jalur
dan aturan yang sudah dikemas dalam aturan agama.
J. Jenis dan Ciri-Ciri Wanita Lesbi
Ciri-ciri wanita lesbi dan wanita normal memang agak sulit diketahui. Terkadang ketika
wanita lesbi berpakaian dan bertingkah seperti wanita pada umumnya, tak akan ada orang
yang menyadarinya. Ciri wanita lesbi juga sulit diketahui karena wanita ialah makhluk yang
pandai menyimpan rahasia.

14
Ada dua jenis wanita lesbi:

1. Wanita yang berdandan seperti laki-laki dan gayanya Macho


2. Wanita yang berdandan sangat modis dengan gaya yang feminism

Ciri khusus seorang lesbian ialah:

a. Penampilan sepert laki-laki, jika penampilannya seperti laki-laki kemungkinan besar dia
lesbi, namun bukan berarti semua wanita tomboy itu lesbian. Wanita tomboy ialah wanita
yang suka gaya cuek (masa bodoh dengan penampilan) seperti laki-laki tapi tetap
menyukai lawan jenis
b. Butchy dan Femme, dalam pasangan lesbian selalu ada dua peran yang dimiliki oleh
masing-masing pasangan. Wanita yang berdandan dan bergaya seperti laki-laki yang
dinamakan Butchy, dan wanita yang berdandan layaknya seorang gadis biasa yang
disebut Femme
c. Kontak fisik, wanita Femme biasanya merupaka wanita yang manja, sering cemas, dan
susah dekat dengan wanita lain selain pasangannya, si Femme ini selalu ingin dipeluk
oleh Butchy-nya. Selain itu, kalau ada wanita yang suka memegang bagian tubuh wanita
lain seperti yang disukai laki-laki, seperti payudara, bokong, atau bagian tubuh lain bisa
dipastikan wanita itu lesbi, kerena termasuk wanita yang tidak normal atau abnormla
dalam kategorinya jiwanya.
d. Kebaikan berlebihan, dalam pertemanan adalah hal yang lumrah memberi kado ataupun
hadiah ketika teman sedang bahagia. Namun bila pemberiannnya terlalu ‘berlebihan’
patut curiga kalau si dia mengincar untuk jadi pasanga lesbinya
K. Pengobatan dengan yang perlu Dilakukan oleh Perilaku Homoseks dan Lesbian
Untuk dapat menemukan penyebab datangnya penyakit yang kita derita termaksud
mengenai lesbi ini, maka pengobatan pertama yang harus dilakukan ialah dengan membenahi
kesalahan dan bertobat dari kekhilafan, dengan cara:
1. Berdoa kepada Allah SWT
Perbuatan dosa dan Khilaf dapat terjadi karena menuruti bisikan kotor, baik bisikan yang
datang dari iblis atau dari jiwa yang tidak suci. Oleh karena itu, dahulu Nabi SAW
senantiasa memohon agar dikaruniai hati yang suci dan dijauhkan dari perilaku yang
buruk:

15
“Ya Allah, limpahkan ketaqwaan kepada jiwaku dan sucikanlah. Engkau adalah sebaik-
baik Dzat Yang Mensucikan jiwaku.” (HR. Muslim)
Dan pada kesempatan lain, beliau berdoa:
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari akhlaq, amalan dan hawa nafsu yang buruk”
(HR. At Tirmizy, Al Hakim, dan At Thabrani)
Mohonlah kepada Allah SWT agar jiwa disucikan, dan perangkai anda diluruskan.
Yakinlah bahwa bila bersungguh-sungguh dalam berdoa terlebih-lebih ketika sedang
bersujud dan pada sepertiga akhir malam yaitu shalat Tahajjud, pasti Allah akan
mengabulkannya. Selain itu perbanyaklah shalat-shalat sunnah lainnya yang memang
sudahh ada dan jelan boleh dikerjakan seperti shalat sunnah Rawatib (Qoblyah dan
Ba’diyah), Dhuha, Hajat, Taubat, Istikharah dan shalat sunnah Tasbih dapat dilakukan
pada siang hari (empat Rakaat sekaligus dan satu salam) maupun malam hari (dua rakaat
salam sampai dua salam).
Melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan jenis kelamin kita
Diantara cara yang dapat di tempuh untuk memupuk subuh jati diri kita ialah dengan
melakukan kegiatan yang selaras dengan diri. Misalnya dengan mengasuh anak kecil,
memasak, berdandan, menjahit, membuat karangan bunga, bagi kaum wanita. Atau
mencangkul, olahraga angkat besi, bela diri, bertukang kayu, berenang, bagi kaum lelaki.
Dan hendaknya kita menjauhi segala perbuatan dan perilaku yang biasa dilakukan oleh
lawan jenis.
2. Terapi hormone
Salah satu metode pengobatan yang sekarang dikenal masyarakat ialah dengan terapi
hormon. Oleh karena itu, tidak ada salahnya bila orang yang menderita penyakit suka
sesama jenis mencoba pengobatan dengan cara ini. Akan tetapi sebelum ia mencoba terapi
ini, seyogyanya ia terlebih dahulu berkonsultasi kepada tenaga medis yang berkompeten
dalam hal ini, guna mengetahui sejauh mana kegunaanya dan juga menyakinkan bahwa
pada seluruh prosesnya tidak terdapat hal hal yang diharamkan atau melanggar syari’at.
3. Besarkan harapan dan korbarkan semangat
Sebagaimana telah diisyaratkan di atas, bahwa masing-masing manusia terlahir ke dunia
dalam keadaan normal dan berjiwa suci. Hanya karena pengaruh dunia luarlah kita
mengalami perubahan.

16
“Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi: sesungguhnya aku telah menciptakan
seluruh hamba-ku dalam keadaan lurus lagi suci, kemudian mereka didatangi oleh syetan
dan kemudian syetanlah yang menyesatkan mereka dari agamanya.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, hendaklah senantiasa membesarkan harapan dan optimis bahwa segala
penyakit yang derita dapat disembuhkan. Yakinlah bahwa penyakit yang di deritanya ialah
salah satu akibat dari ulah dan godaan syetan. Syetanlah yang telah menodai kesucian jiwa.
Besarkan harapan, bulatkan tekad dan korbarkanlah semangat untuk merebut kembali
kesucian jiwa dari belenggu syetan.
Ketahuilah, bahwa membaca Al Qur’an dengan khus’yu dan penuh penghayatan ialah
senjata yang paling ampuh untuk menghancurkan perangkap syetan. Dan di antara metode
untuk menghindari perangkap syetan ialah dengan senantiasa menghadiri majelis-majelis
ilmu dan berusaha untuk senantiasa berada bersama-sama dengan sahabat yang baik.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kesucian jiwa dan keluhuran budi pekerti
kepada kita.
L. Hikmah Larangan Homoseks dan Lesbian
Islam menetapkan legislasi dan hukum pada dasarnya bersifat mendidik dan preventif,
yang dapat menjamin ketenteraman individu dan masyarakat. Sanksi hukum yang diterapkan
islam merupakan suatu jalan dengan melaksanakan hukuman tersebut masyarakat dapat
terpelihara dari berbagai kejahatan dan penyimpangan.
Hikmah lain yang dapat ditarik dari larangan homoseks ialah mempertahankan lembaga
perkawinan. Bila homoseks tidak diberantas atau dilarang secara syari’at akan
menghancurkan fitrah manusia sebagai khalifah Allah dan melanggar sunnatullah dan hukum-
Nya. Dalam Islam, perkawinan merupakan cara yang manusiawi dan terpuji untuk
menyalurkan nafsu seks bagi masyarakat. Perkawinan merupakan oasis alami, tempat
bertemunya pria dan wanita dalam usaha mencari ketenangan rohani dan jasmani. Di samping
itu, ia memberika jalan yang aman bagi naluri seks untuk memperoleh keturunan yang baik.
Islam mengakui bahwa naluri seks merupakan naluri yang paling kuat dan keras yang
menutup jalan keluar.
Bila ia tidak dipuaskan maka manusia akan mengalami kegoncangan biologi dan
cenderung mengarah ke berbagai penyimpangan seks. Karena itu, perkawinan merupakan
jalan yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan naluri seks. Sebagaimana yang

17
dinyatakan oleh Allah dalam Al Quran surat Ar-Rum: 21. “Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang.
Sungguh pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi
kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum:21)
Bila naluri seks tidak disalurkan melalui perkawinan, maka manusia akan mengalami
kekacauan. Zina umpamanya akan membawa kekacauan hubungan nasab, sebab anak yang
dilahirkan tidak mempunya garis keturunan yang jelas dari silsilah bapaknya. Demikian pula
halnya dengan homoseks, yang menghilangkan fitrah manusia dan akan meruntuhkan sistem
keluarga dan masyarakat bahkan memutus generasi manusia berikutnya. Sebab, hubungan
seks sesama laki-laki tidak akan membuahkan keturunan.
Sementara itu, perempuan pun akan kehilangan kesempatan untuk memuaskan kebutuhan
biologisnya. Rasa kesepian semacam ini akan mengakibatkan penyimpangan seks di kalangan
perempuan itu sendiri. Hal ini akan mendorong mereka untuk mengadakan hubungan seks
antar-sesama (lesbian). Sikap ini akan menghindarkan perkawinan dengan laki-laki. Bila hal
ini terjadi, maka seluruh pranata sosial akan mengalami kehancuran.
Hikmah lainnya yang amat besar artinya ialah terpeliharanya akhlak. Hukum Islam
sangat mengutamakan kemulian akhlak, karena dengan itu manusia dapat menjalankan
fitrahnya sesuai dengan sunnatullah. Akhlak yang baik akan membawa ketenteraman bagi
manusia untuk menjalankan perintah dan menghentikan larangan yang telah disyari’atkan.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah umum dalam homoseksualitas yang sering digunakan ialah lesbian untuk
perempuan pecinta sesama jenis dan gay untuk pecinta sesama jenis, meskipun gay dapat juga
merujuk pada laki-laki atau perempuan. Bagi para peneliti, jumlah individu yang
diidentifikasikan pengalaman seksual sesama jenis sulit diperkirakan atas berbagai alasan
anonim melaporkan memiliki perasaan homoseksual, meskipun relatif sedikit peserta dalam
penelitian ini menyatakan diri mereka sebagai homoseksual.
Untuk hukumann homoseksual menurut Para ulama fiqh berbeda pendapat tentang
hukum bagi homoseks. Ada tiga pendapat: pertama dibunuh secara mutlak. Kedua dihad
sebagaimana had zina. Bila pelakunya jejaka ia harus didera, bila pelakunya muhsaan ia harus
dihukum rajam. Ketiga dikenakan hukuman ta’ziir.
Dan untuk hokuman bagi lesbian ialah Ta’zir. Para ulama menggolongkannya sebagai
dosa besar. Para ulama sepakat bahwa pelaku lesbi tidak dihukum had. Karena lesbi bukan
zina. Hukuman bagi pelaku lesbi ialah ta’zir, dimana pemerintah berhak menentukan
hukuman yang paling tepat agar memberikan efek jerat terhadap pelaku. Disebutkan dalam
Ensiklopedi Fiqh, ulama sepakat bahwa tidak ada hukuman had untk pelaku lesbi. Karena
lesbi bukan zina. Namun wajib dihukum Ta’zir karena perbuatan ini termaksud maksiat.
Pengobatan yang tepat bagi homoseksual dan lesbian ialah:
1. Berdoa kepada Allah SWT
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan jenis kelamin kita
3. Terapi hormone
4. Besarkan harapan dan korbarkan semangat

19

Anda mungkin juga menyukai