Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Stase Keperawatan Gerontik

Dosen Koordinator : Ns. Desy Ayu Wardani, M.Kep., Sp.Kep

Dosen Pembimbing : Ns. Desy Ayu Wardani, M.Kep., Sp.Kep

Disusun Oleh

RIMA WULANDARI

P2003028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia adalah bila seseorang berusia 60 tahun atau lebih, yang


dipengaruhi oleh faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara jasmani, rohani maupun sosial. Seiring dengan bertambahanya usia,
banyak perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia, sehingga
mengakibatkan berbagai macam masalah kesehatan dan menyebabkan
meningkatnya penyakit degeneratif pada lansia (Nugroho, 2012). Seiring
dengan bertambahnya usia, sering terjadi perubahan baik fisiologis maupun
psikis, yang dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan yang menyebabkan
masalah degeneratif. Penyakit degeneratif akan membawa akibat terhadap
perubahan dan gangguan pada system kardiovaskuler, antara lain adalah
penyakit Hipertensi (Fatmawati, 2017).

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah melebihi batas


normal, dimana sistol >140 mmHg dan diastol >90 mmHg setelah dilakukan
dua kali pengukuran, dengan selang waktu 5 menit dimana pasien dalam
keadaan tenang atau istirahat (Pusat Data Dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI, 2014). Hipertensi adalah kondisi kardiovaskuler yang paling
umum, ketika tidak diobati. Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang
parah, seperti penyakit Arteri Koroner, Infark Miokard, penyakit Arteri Perifer
dan Stroke. Hipertensi tetap menjadi penyebab utama kematian di kalangan
orang dewasa meskipun ada kemajuan dalam pencegahan dan pengobatan
(Rajka, A et all. 2018).

Semakin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia, akan mengakibatkan


masalah yang cukup banyak baik dari masalah fisik, sosial dan psikososial.
Banyak dari lansia Hipertensi yang mengeluhkan nyeri leher, dikarenakan
tekanan darah yang tinggi. Lansia dengan Hipertensi juga merasakan
kecemasan akan terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya dari Hipertensi
atau tekanan darah tinggi (Sari, 2017).

Penyakit tekanan darah tinggi atau Hipertensi telah membunuh 9,4 juta
warga dunia setiap tahunnya. Tercatat di World Health Organization (2011) ada
satu miliar orang yang terkena Hipertensi, dan akan terus meningkat seiring
jumlah penduduk yang meningkat. Jumlah penderita Hipertensi saat ini paling
banyak terdapat di Negara berkembang (Widiyani, 2013).

Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia


menderita Hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita
Hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah penderita
Hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025
akan ada 1,5 miliar orang yang terkena Hipertensi. Diperkirakan juga setiap
tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat Hipertensi dan komplikasinya.

Data dari BPJS Kesehatan, biaya pelayanan Hipertensi mengalami


peningkatan setiap tahunnya, yakni Rp. 2,8 triliun pada 2014, Rp. 3,8 triliun
pada 2015, dan Rp. 4,2 triliun pada 2016 (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Hipertensi di Kalimantan Timur mengalami peningkatan, pada tahun 2016
terdapat 48.962 orang yang terkena Hipertensi, kemudian pada tahun 2017
sebesar 50.899 orang. Dari jumlah penderita Hipertensi 2017, penderita laki-
laki sebanyak 20.243 orang dan perempuan sebanyak 30.656 orang (Ghofar,
2018). Menurut hasil Riskesdas 2018, jumlah penderita Hipertensi pada
perempuan lebih tinggi 5,6% dari penderita laki-laki.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Konsep Dasar Lanjut Usia dengan Kasus Hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan Konsep Dasar Lanjut Usia
b. Mendeskripsikan Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Lanjut Usia

1. Pengertian

Lanjut Usia adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Menua


atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan, suatu
jaringan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga
tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua adalah
proses yang pasti terjadi pada setiap orang, terjadi secara terus menerus
secara alamiah, dimulai sejak lahir dan dialami oleh makhluk hidup (Dariah,
2015).

2. Batasan Umur Lanjut Usia


a. WHO (2013) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun
b. Depkes RI (2013) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi
tiga kategori,yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan.
3. Ciri-ciri Lansia

Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :

a. Lansia merupakan periode kemunduran.

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik


dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi
yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih
lama terjadi.

b. Lansia memiliki status kelompok minoritas

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak


menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi
ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif

c. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai


mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di
masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka


cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang
rendah.
4. Perkembangan Lansia

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan


manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional.

Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif


pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan
tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih
rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan
dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini,
terdapat berbagai perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya sepakat
bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik.

5. Permasalahan Lansia di Indonesia

Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan


diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih
dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk
Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk
lansia dibandingkan bayi atau balita.

Sedangkan sebaran penduduk lansia pada tahun 2010, Lansia yang


tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di
perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Terdapat perbedaan yang cukup
besar antara lansia yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan. Perkiraan
tahun 2020 jumlah lansia tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar
28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia yang tinggal di perkotaan
lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan
yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (11,51%).
Kecenderungan meningkatnya lansia yang tinggal di perkotaan ini dapat
disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban.
Kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut UU
Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1998) pasa 1 ayat 1 : Kesejahteraan
adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman
lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang
sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. Pada ayat
2 disebutkan, Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun keatas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori yaitu
lanjut usia potential (ayat 3) dan lanjut usia tidak potensial (ayat 4).

Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu


melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang
dan/atau jasa. Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia
yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain. Bagi Lanjut Usia Tidak potensial (ayat 7) pemerintah
dan masyarakat mengupayakan perlindungan sosial sebagai kemudahan
pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup
yang wajar. Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang
bersifat terus- menerus agar lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati
taraf hidup yang wajar. Lanjut usia mengalami masalah kesehatan.
Masalah ini berawal dari kemunduran sel- sel tubuh, sehingga fungsi dan
daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap penyakit pun
meningkat.

Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia adalah malnutrisi,


gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu,
beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain
hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia,
osteoporosis, dsb. Data Susenas tahun 2012 menjelaskan bahwa angka
kesakitan pada lansia tahun 2012 di perkotaan adalah 24,77% artinya dari
setiap 100 orang lansia di daerah perkotaan 24 orang mengalami sakit. Di
pedesaan didapatkan 28,62% artinya setiap 100 orang lansia di pedesaan,
28 orang mengalami sakit. Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun
2009 tentang kesehatan, upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia
harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara
sosial maupun ekonomis. Selain itu, Pemerintah wajib menjamin
ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia
untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif, hal ini merupakan upaya
peningkatan kesejahteraan lansia khususnya dalam bidang kesehatan.
Upaya promotif dan preventif merupakan faktor penting yang harus
dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan pada lansia. Untuk
mencapai tujuan tresebut, harus ada koordinasi yang efektif antara lintas
program terkait di lingkungan Kementerian Kesehatan dan organisasi
profesi.

Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam pelayanan kesehatan


melalui penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ramah bag lansia
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia supaya lebih
berkualitas dan berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat. Upaya yang
dikembangkan untuk mendukung kebijakan tersebut antara lain pada
pelayanan kesehatan dasar dengan pendekatan Pelayanan Santun Lansia,
meningkatkan upaya rujukan kesehatan melalui pengembangan Poliklinik
Geriatri Terpadu di Rumah Sakit, dan menyediakan sarana dan prasarana
yang ramah bagi lansia.Kesadaran setiap lansia untuk menjaga kesehatan
dan menyiapkan hari tua dengan sebaik dan sedini mungkin merupakan
hal yang sangat penting. Semua pelayanan kesehatan harus didasarkan
pada konsep pendekatan siklus hidup dengan tujuan jangka panjang, yaitu
sehat sampai memasuki lanjut usia. Pendapat lain menjelaskan bahwa
lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan
beberapa masalah. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :

a. Masalah fisik

Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai


melemah, sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas
yang cukup berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra
pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang
menurun, sehingga seringsakit.

b. Masalah kognitif (intelektual)

Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan


kognitif, adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun),
dan sulit untuk bersosialisasidengan masyarakat di sekitar.

c. Masalah emosional

Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional,


adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga
tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain
itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang
terpenuhi.

d. Masalah spiritual

Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual,


adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang
mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota
keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika
menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

6. Tujuan Pelayanan Kesehatan pada Lansia


Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam
memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial,
kesehatan, perawatan dan meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia.
Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :

a. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang


setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan
mental
c. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan
kemandirian yang optimal.
d. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada
lansia yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat
mengadapi kematian dengan tenang dan bermartabat. Fungsi
pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat
informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan
sosial lansia dan pusat pemberdayaan lansia.
7. Pendekatan Perawatan Lansia
a. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan
fisik melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian
yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ
tubuh, tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan,
dan penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya.
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2
bagian:
1) Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang
masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
2) Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan
atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia
ini, terutama yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatan.
b. Pendekatan Psikologis

Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan


pendekatan edukatif pada klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai
pendukung terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia
pribadi dan sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki
kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia
merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu
sabar, simpatik dan service. Bila ingin mengubah tingkah laku dan
pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya
secara perlahan dan bertahap.

c. Pendekatan Sosial

Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu


upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia
berarti menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antar lania maupun lansia dengan
perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia
untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu
dimotivasi untuk membaca suratkabar dan majalah.

8. Prinsip Etika pada Pelayanan Kesehatan Lansia

Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada


lansia adalah (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) :

a. Empati : istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas dasar


pengertian yang dalam”artinya upaya pelayanan pada lansia harus
memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang
dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut.
Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan,
sehingga tidak memberi kesan over protective dan belas- kasihan. Oleh
karena itu semua petugas geriatrik harus memahami peroses fisiologis
dan patologik dari penderita lansia.
b. Non maleficence dan beneficence. Pelayanan pada lansia selalu
didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik dan harus
menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm). Sebagai
contoh, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari
rasa nyeri, pemberian analgesik (kalau perlu dengan derivat morfina)
yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai
hal yang mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
c. Otonomi yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak
untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya
sendiri. Tentu saja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di
bidang geriatri hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah lansia dapat
membuat keputusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika ketimuran,
seringakali hal ini dibantu (atau menjadi semakin rumit ?) oleh
pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki, prinsip otonomi
berupaya untuk melindungi penderita yang fungsional masih kapabel
(sedangkan non-maleficence dan beneficence lebih bersifat melindungi
penderita yang inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-
olah memakai prinsip paternalisme, dimana seseorang menjadi wakil
dari orang lain untuk membuat suatu keputusan (misalnya seorang
ayah membuat keputusan bagi anaknya yangbelum dewasa).
d. Keadilan : yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan
perlakuan yang sama bagi semua. Kewajiban untuk memperlakukan
seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas
dasar karakteristik yang tidak relevan.
e. Kesungguhan hati : Suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji
yang diberikan pada seorang lansia.
B. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
1. Pengertian

Hipertesnsi adalah salah satu jenis penyakit sistem kardivaskular


yang sering menyerang dewasa dan lansia. Sesuai dengan data riskesdas
2018 hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 34,1%.
Banyak penderita hipertensi belum melakukan pengontrolan yang efektif
meskipun banyak obat hipertensi yang tersedia. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah (Sylvia A. Price, 2015). WHO
mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95
mmHg (Sarif La Ode, 2012). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah penyakit degenertaif yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolic lebih
dari 90 mmHg.

2. Klasifikasi

Menurut NAND NIC-NOC 2015

No. Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg

1 Optimal <120 <80

2 Normal 120-129 80-84

3 High Normal Hipertensi 130-139 85-89

4 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

5 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

6 Grade 3 (berat) 180-209 100-119


7 Grade 4 (sangat berat) >210 >120

3. Etiologi

Menurut Reny Yuli Aspiani (2014). Berdasarkan penyebabnya


hipertensi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:

a. Hipertensi Esensial / Hipertensi Primer

Penyebab hopertensi primer belum diketahui pasti, namun ada


beberapa faktor yaitu :

1) Faktor Keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki


kemnungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah : umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamnin (laki- laki lebih tinggi dari perempuan),
ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya


hipertensi adalah : konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30
gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress, merokok, minum
alkohol, minum obat-obatan (ephedrine,prednisone, epineprin).

b. Hipertensi Sekunder

Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai berikut :

1) Penyakit ginjal : Glomerulonefritis, Plyelonefritis, Nekrosis tubular


akut,Tumor.
2) Penyakit Vascular : Ateroklerosis, Hiperplasia, Trombosis,
Aneurisma,Emboli kolestrol dan Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : Diabetes Melitus, Hiperteroidisme,
Hipotiroidisme.
4) Penyakit saraf : Stroke, Ensephalitis, Syndrom Gulian Barre.
c. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
6) Obat-obatan : Kontrasepsi Oral, Kortikosteroid.
4. Manifestasi Klinis

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi


meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa
pasien yang menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing
lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran
menurun. Menurut Nanda NIC-NOC 2015

a. Mengeluh sakit kepala dan pusing


b. Lemas dan kelelahan
c. Gelisah
d. Jantung berdebar-debar
e. Pusing
f. Penglihatan Kabur
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan


structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi


palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi
oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,1999). Menurunnya tonus
vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari
sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan
pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen
II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan
darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. (Suyono, Slamet. 1996).

6. Pemeriksaan Penunjang Menurut NIC-NOC, 2015


a. Pemeriksaan Penunjang
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
: hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi
ginjal.
3) Glucosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah,protein,glukosa,mengisaratkan disfungsi ginjal.
5) Kolestrol total serum.
6) Kolestrol LDH dan HDL serum.
7) Trigliserida serum (puasa).
b. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang Padalah salah satu tanda penyakit jantung hiprtensi.
d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikanginjal.
e. Foto dada : menunjukan distruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaranjantung.

7. Komplikasi

Menurut Priscilla Lemone, 2015

a. Gagal Jantung

Hipertensi menetap mempengaruhi sistem kardiovaskuler, saraf


dan ginjal. Laju aterosklerosis meningkat, menignkatkan resiko
penyakit jantung coroner dan stroke. Beban kerja ventrikel kiri
meningkat, menyebabkan hipertropi ventrikel yang kemudian
meningkatkan resiko penyakit jantung coroner, disritmia, dan gagal
jantung.

b. Stroke

Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan hipertensi


meningkatkan resiko infark cerebral (stroke). Peningkatan tekanan
pada pembuluh serebral dapat menyebabkan perkembangan
mikroneurisme dan peningkatan resiko hemoragi cerebral.

c. Ensefalopati hipertensi

Suatu sindrom yang di tandai dengan tekanan darah yang sangat


tinggi, perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan intracranial,
papilledema, dan kejang dapat berkembang.

d. Nefrosklerosis dan insufisiensi ginjal


Proteinuria dan hematuria mikroskopik berkembang, serta gagal
ginjal kronik.

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologi (Keperawatan)
1) Pengaturan diet

Beberapa diet yang dianjurkan :


Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. dengan pengurangan konsumsi garam
dapat mengurangi sistem renin- angiotensin sehingga dapat
berpotensi sebagai anti hipertensi jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6gram per hari.

a) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi


mekanisme nya belum jelas. Pemberian potassium secara
intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya di
mediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.
b) Diet kaya buah dan sayur.
c) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.

Diet DASH (Dietary Approaches to stop Hypertension), menurut


Priscilla Lemone, 2015

a) Gandum : tujuh sampai delapan sajian per hari.


b) Sayuran : empat sampai lima sajian per hari.
c) Buah : empat sampai lima sajian per hari.
d) Produk susu tanpa lemak/ rendah lemak : dua sampai tiga
kali sajianper hari.
e) Daging, unggas, dan ikan : dua atau kurang 3 ons sajian per
hari.
f) Kacang, biji-bijian, dan kacang kering : empat sampai lima
perminggu.
g) Lemak dan minyak : dua sampai tiga sajian per hari.
2) Penurunan berat badan

Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah,


kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume
sekuncup juga berkurang.

3) Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda,


bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung. Olahraga terartur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah. olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat
mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol, penting


untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
di ketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dapat
meningkatkan kerja jantung (Reny Yuli, 2014).

5) Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi menurut (Priscilla Lemone,


2015).
a) Pertahankan berat badan normal, turunkan berat badan jika
kelebihan berat badan.
b) Lakukan modifikasi diet : makan diet kaya buah, sayuran, dan
produk susu rendah lemak, mengurangi asupan natrium,
mengurangi asupan kolestrol, lemak total dan jenuh.
c) Batasi asupan alcohol tidak lebih dari 1 ons etanol (½ ons
untuk wanitadan orang berbobot lebih ringan) per hari.
d) Berhenti merokok.
e) Gunakan teknik pengelolaan stress seperti terapi relaksasi.

Menurut Herodes, Terapi Relaksasi Otot Progresif adalah


teknik relaksasi otot yang tidak menggunakan imajinasi, ketekunan
atau sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa tubuh manusia
berespon pada kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran
dengan ketegangan otot. Teknik Relaksasi Otot Progresif
memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan
ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan
perasaan relaks. Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu
terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan menegangkan
otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi (Setyoadi, 2011).

b. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Terapi oksigen.
2) Pemantauan hemodinamik.
3) Pemantauan jantung.
4) Obat-obatan.
a) Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan garam dan airnya.
b) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos
jantung atau arteri, sebagian penyekat saluran kalsium bersifat
lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung.
Sebagian yang lebih spesifik untuk saluran kalsium otot polos
vascular.
c) Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensin 2 dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiotensin 1 menjadi angiotensin 2. Kondisi ini menurunkan
tekanan darah secara langsung dengan menurunkan tekanan
TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi
aldosterone, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium
pada urin kemudian menurunkan volume plasma dan curah
jantung.
d) Antagonis (penyekat) reseptor beta (beta-blocker), terutama
penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk
menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
e) Antagonis reseptor alfa (beta-bloker) menghambat reseptor alfa
di otot polos vascular yang secara normal berespon terhadap
rangsangan saraf simpatis dengan vasokontriksi. Hal ini akan
menurunkan TPR.
f) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk
menurunkan TPR misalnya : Natrium, Nitropusida, Nikardipin,
Hidralazin, Nitrogliseri.
LAPORAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. I
DENGAN HIPERTENSI

Stase Keperawatan Gerontik

Dosen Koordinator : Ns. Desy Ayu Wardani, M.Kep., Sp.Kep

Dosen Pembimbing : Ns. Desy Ayu Wardani, M.Kep., Sp.Kep

Disusun Oleh

RIMA WULANDARI

P2003028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS
Menguraikan identitas klien yang meliputi (Inisal, umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama, status perkawinan)
Nama : Ny. I
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Tengkawang
II. STATUS KESEHATAN SAAT INI
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 Agustus 2021 Ny. I
mengatakan pusing dan nyeri dibagian kakinya tetapi tidak menganggu
aktivitasnya.
III. PENYAKIT SAAT INI
Ny. I mengatakan memiliki penyakit hipertensi, Ny. I mengatakan saat ini
mengkonsumsi obat amlodipine tetapi tidak rutin dalam meminum obat
dan tidak rutin dalam melakukan pemeriksaan kesehatan.
IV. PENYAKIT MASA LALU
a. Penyakit : Ny. I Mengatakan memiliki penyakit hipertensi sekitar 1
tahun yang lalu dan awalnya memeriksakan dirinya di
klinik Islamic Center.
b. Alergi. : Ny. I mengatakan tidak ada alergi obat maupun makanan.
c. Kebiasaan : Ny. I aktivitas sehari-hari melayani pembeli di warung
makan miliknya.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Pasien mengatakan kedua orangtua meninggal karna sakit tua, pasien


mengatakan orangtua tidak memiliki sakit Diabetes Melitus dan
Hipertensi.
2. Pasien memiliki 4 orang anak dan 8 cucu.

Keterangan :

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Tinggal Serumah

: Meninggal

Ny. I mengatakan memiliki penyakit keturunan yaitu hipertensi dari


orangtua yaitu Bapak dan anak Ny. I menderita hipertensi. Suami Ny. I
memiliki penyakit yaitu Diabetes Melitus.

VI. PENGKAJIAN SISTEM (dijelaskan mengikuti sistem Inspeksi, palpasi,


perkusi dan auskultasi)
a. Keadaan umum
Composmentis
Tanda-Tanda Vital
TD : 160/90 mmHg, RR : 18x/menit S : 36°C, N: 80x/menit
SPO2 : 98%
Berat Badan : 50 Kg
b. Integumen
Inspeksi : warna kulit kemerahan, tidak ada lesi atau benjolan,
Palpasi : turgor kulit <2 dtk, akral hangat
c. Sistem hemopietik
Tidak ditemukan perdarahan masif maupun aktif pada tubuh
klien.
d. Kepala
Inspeksi : Kepala bersih, rambut tipis dan warna putih, tidak
berbau
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan lesi
e. Mata
Inspeksi : Gerakan bola mata simetris, tidak ada kelainan
bentuk, tidak ada sekret, pupil isokor, konjungtiva tidak
anemis, sklera putih/tidak ikterik, penglihatan berkurang
namun tidak menggunakan alat bantu kacamata.
Palpasi : Tidak ada benjolan atau lesi, tidak ada nyeri tekan
f. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen, fungsi
pendengaran baik, tidak ada pembengkakan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
g. Mulut dan tenggorok
Inspeksi : Bentuk rahang simetris, gigi masih baik, tidak ada
edema pada gusi, mukosa mulut lembab.
Palpasi : Tidak ada lesi/benjolan, tidak ada nyeri menelan
h. Leher
Inspeksi : Warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik,
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar, tidak ada nyeri
tekan atau menelan
i. Payudara
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Tidak ada lesi dan massa
j. Sistem pernafasan
Inspeksi : Tidak ada penggunaan otot bantu nafas, Irama
reguler, RR : 18x/menit SPO2 : 98%
Palpasi : Integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara ketukan sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
k. Sistem kardiovaskuler
-
l. Sistem gastrointestinal
Inspeksi : Warna kulit sama dengan kulit lain, tidak terdapat
distensi abdomen, tidak ada tonjolan.
Auskultasi : Peristaltik usus 14x/menit
m. Sistem perkemihan
Tidak ada nyeri tekan pada bagian bawah abdomen, BAK
spontan 3-4x/hari, tidak ada nyeri atau rasa panas saat BAK.
n. Sistem genetoreproduksi (pria/wanita)
Klien seorang wanita dengan 4 orang anak, pasangan klien
masih hidup dan dalam keadaan sehat. Hubungan klien
dengan dengan suami baik.
o. Sistem muskuloskeletal
Inspeksi : Kaki simetris, postur tegap, ROM aktif

55555 55555

44444 44444

p. Sistem syaraf pusat


Kesadaran composmentis, keadaan umum baik, mata
membuka spontan (4), respon verbal baik dapat berbicara
dengan jelas (5), respon motorik baik (6) dapat mengikuti
perintah
q. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar
r. Tidur dan Istirahat
1. Lama Tidur malam : 21.00-05.00 WIB
2. Setelah mengalami gangguan : 01.00-01.30 WIB
3. Siang : 14.00-15.00 WIB
4. Keluhan dengan tidur : Tidur terganggu, sesekali terbangun

VII. MASALAH KHUSUS LANSIA (FISIK PSIKOSOSIAL,


PSYCHIATRIC DAN MENTAL HEALTH)
a. Nyeri
b. Pengkajian Inkontinensia Urin akut
c. Pengkajian Inkontinensia urin persisten
d. Psikososial
e. Identifikasi masalah emosional
f. Fungsional
g. Resiko jatuh
h. Kognitif
i. Depresi
j. Dellirium
k. Gangguan Tidur
l. Resiko dekubitus
m. Kualitas hidup
n. Mistreatment elder people
LAMPIRAN

a. Nyeri (menjelaskan tentang nyeri yang dialami klien)


P (Provocatife / paliatif) : Nyeri pada kaki
Q (Quality) : Nyeri terasa seperti ditekan
R ( Region ) : Nyeri dirasakan di kaki kanan
S ( Severity scale ) : Skala nyeri saat ini berada di skala 3
T ( Timing ) : Bertambah ketika melakukan banyak aktivitas dan
berkurang bila dibawa istirahat

b. Pengkajian Inkontinensia Urin akut


Jika ngompol merupakan suatu kejadian yang baru dialami (dalam
beberapa hari), dan atau berhubungan dengan penyakit akut, kaji hal-hal
berikut:
a. ISK d. Imobilisasi
b. Konstipasi e. Pengaruh obat
c. Gangguan mental f. Sindrome metabolik (DM, Hiperkalemia)
c. Pengkajian Inkontinensia urin persisten (dikaji kemudian dilakukan
interpretasi)
1. Riwayat
a) Apakah Anda mengeluarkan urine padahal Anda tidak ingin BAK?
(Ya/Tidak)
b) Apakah Anda pernah memiliki masalah untuk ke kamar mandi tepat
pada waktunya sehingga BAK di celana atau tempat tidur? (Ya/Tidak
Pernah)
c) Apakah Anda pernah menggunakan bantalan/pampers untuk
melindungi Anda dari ngompol? (Ya/Tidak)
2. Sudah berapa lama Anda memiliki masalah ngompol?
a) Kurang dari 1 minggu
b) 1-4 minggu
c) 1-3 bulan
d) 1-5 tahun
e) >5 tahun
3. Seberapa sering Anda ngompol?
a) Jarang (kurang dari seminggu sekali)
b) >1x/minggu dan <1x/hari
c) 1x/hari
d) >1x/hari
e) Terus-menerus
f) Tidak tentu
4. Kapan Anda biasanya ngompol?
a) Terutama siang hari
b) Terutama malam hari
c) Siang dan malam
5. Ketika Anda ngompol, seberapa banyak urin yang keluar?
a) Hanya beberapa tetes
b) > beberapa tetes, tetapi < 1 cangkir
c) > 1 cangkir (cukup untuk membuat baju/sprei basah)
d) Tidak tentu
e) Tidak tentu
6. Apa yang menyebabkan Anda ngompoll?
a) Batuk/Tertawa/Olah raga
b) Tidak dapat mencapai kamar mandi tepat pada waktunya
7. Seberapa sering biasanya Anda secara normal BAK?
a) 6-8 jam
b) 3-5 jam
c) 1-2 jam
d) Tiap jam atau lebih sering
e) Frekuensi tidak tentu
f) Tidak tahu
8. Apakah Anda bangun pada malam hari untuk BAK?
a) Jarang atau tidak pernah
b) Ya, 1-3 kali
c) Ya, > 3 kali
d) Ya, tetapi frekuensinya tidak tentu
9. Ketika Anda merasa kandung kencing Anda penuh, berapa lama Anda
dapat menahannya?
a) Selama saya ingin
b) Hanya beberapa menit
c) Kurang dari 1-2 menit
d) Tidak dapat menahan sama sekali
e) Tidak dapat mengetahui kapan kandung kencing penuh
10. Apakah Anda mengalami hal berikut ketika BAK?
a) Kesulitan untuk memulai mengeluarkan urin
b) Urine tidak lancar/pelan
c) Menahan/mengejan untuk berhenti
d) Merasakan tidak nyaman atau sakit
e) Merasa terbakar
f) Terdapat darah dalam urin
11. Apakah Anda menggunakan salah satu alat di bawah ini untuk menolong
Anda dari mengompol?
a) Pengalas di tempat tidur
b) Pampers
c) Bantalan/pembalut jenis lain pada celana Anda
d) Pengobatan
e) Pispot
f) Kateter
g) Lain-lain……………………
12. Apakah Anda merasa memerlukan evaluasi atau pengobatan lebih lanjut
mengenai masalah ngompol Anda? (Ya/Tidak)
13. Apakah Anda pernah tidak dapat mengeluarkan tinja? (Ya/Tidak)
14. Riwayat medis yang berkaitan:

Stroke/Demensia/Parkinson/Gangguan saraf lain/DM Gagal jantung

Lain-lain: .......................

15. Obat-obat yang sedang digunakan:


a) Diuretik ..............................
b) Anti hipertensi .....................
c) Obat saraf ...........................
16. Riwayat saluran kemih dan kelamin:
1. Melahirkan normal 6. Prostatektomi suprepubik
2. Melahirkan SC 7. Striktur uretra
3. Histerektomi abdomen 8. Tumor kandung kencing
4. Histerektomi vaginal 9. Iradiasi pelvis
5. Reseksi prostat transuretral 10. ISK
Interpretasi
1. Inkontinensia urin akut
2. Inkontinensia urin persisten type:
a) Stress
b) Urgensi
c) Overflow
d) Fungsional
e) Campuran
d. Psikososial
Ny. I merupakan orang yang dikenal dalam lingkungan sekitar dan sering
bersosialisasi, sikap Ny. I terhadap orang lain sangat ramah, Ny. I melakukan
aktivitas seperti biasa yaitu melayani pelanggan yang makan di warung makan
miliknya selama pandemi Ny. I biasa pergi kepasar untuk membeli kebutuhan
di warung makan miliknya dan kebutuhan pokok di rumah dengan
menggunakan sepeda motor bersama suami/anaknya.
e. Identifikasi masalah emosional

Pertanyaan Tahap 1

1. Apakah klien mengalami kesulitan tidur ?Tidak


2. Apakah klien sering merasa gelisah ?Tidak
3. Ada gangguan/masalah atau banyak pikiran ?Tidak
4. Apakah klien was-was atau khawatir ?Tidak
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1
jawaban “Ya”
Pertanyaan Tahap 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
2. Ada masalah atau banyak pikiran ?
3. Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain ?
4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter ?
5. Cenderung mengurung diri ?
Kesimpulan :
Bila lebih dari satu atau sama dengan satu jawaban “Ya” maka Masalah
Emosional Positif (+)

f. Fungsional (KATZ Indeks dan Bartel Indeks)


KATZ Indeks
Termasuk kategori yang manakah klien ?
A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah, dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah, dan satu fungsi
yang lain
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas
Keterangan :
Mandiri : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang
lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
Bartel Indeks
Termasuk yang manakah klien ?

No. Kriteria Dengan Mandiri Keterangan


Bantuan

1 Makan 5 10 Frekuensi : 3x sehari

Jumlah : 1 porsi

Jenis : Nasi, Sayur dan Lauk

2. Minum 5 10 Frekuensi : 8 x sehari

Jumlah : 1200 cc/hari

Jenis : Air Putih

3. Berpindah dari kursi roda ke 5-10 15 -


tempat tidur, sebaliknya

4. Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi : 2 x sehari


menyisir rambut, gosok gigi)

5. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10 Frekuensi : 4 - 5 x sehari


pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)

6. Mandi 5 15 Frekuensi : 2 x sehari

7. Jalan dipermukaan datar 0 5 Frekuensi : Setiap saat

8. Naik turun tangga 5 10 Setiap saat

9. Mengenakan pakaian 5 10 Setiap hari, 2-3 x/hari

10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 2 x/hari


Konsistensi : Lembek

11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 3 x/hari

Warna : Kuning jernih

12. Olah raga/latihan 5 10 Frekuensi : -

Jenis : -

13. Rekreasi/pemanfaatan waktu 5 10 Jenis : Tidur


luang
Frekuensi : 1-2 x/hari

TOTAL SCORE 0 130 Mandiri

Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total
g. Resiko jatuh
1. Postural Hipotensi
Ukur tekanan darah pasien dalam 3 posisi, yaitu:
• Tidur : 150/80 mmHg
• Duduk : 160/90 mmHg
• Berdiri : 160/90 mmHg
2. Fungtional Reach (FR) Test
• Mintalah usia lanjut berdiri menempel di tembok
• Mintalah usia lanjut mencondongkan badannya ke depan tanpa
melangkah
• Ukur jarak condong ke depan selama 1-2 menit
• (nilai < 6 inchi risiko roboh)
3. The Timed Up and Go (TUG) Test
Mintalah usia lanjut melakukan hal sebagai berikut :
• Berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah, kembali ke kursi, mengangkat
1 kaki setinggi langkah, duduk kembali.
• Ukur waktu dalam detik
- < 10 detik : mobilitas bebas
- < 20 detik : mostly independent
- 20 – 29 : variable mobility
- > 30 : gangguan mobilitas

4. Faktor Resiko Jatuh Akibat Mobilisasi

KETERANGAN KRITERIA SKORE

Usia 60 – 70 2√

> 70 1

Status mental* Bingung terus-menerus 3

Kadang-kadang bingung 2

Penurunan tingkat kooperatif 1

Riwayat jatuh dalam 1 bulan 1 - 2 kali 5

Berulang 4

Pakai kateter / ostomi 3

Kebutuhan eliminasi dibantu 2

Incontinensia /urgensi 1

Gangguan penglihatan* 1

Mobilisasi Tidur berbaring di tempat tidur / duduk di kursi 6

Gaya berjalan, melangkah lebar 5

Kehilangan keseimbangan berdiri atau berjalan* 4

Penurunan koordinasi otot 3

Kesukaran berjalan, sempoyongan 2

Menggunakan alat bantu : kruk, walker 1

Obat berisiko Menggunakan 1 obat 1√

(lihat daftar di bawah tabel) Menggunakan 2 atau lebih 1


Hospitalisasi 3 hari dirawat sejak masuk/dirujuk 2

2 hari pembedahan atau melahirkan 1

Persiapan alat IV line 2

Therapy anti embolitik 1

TOTAL SKORE 3

Daftar Obat (beri tanda ✓di belakang nama obat, jika pasien
mengkonsumsi):
• Alkohol Sedative
• Anti kejang Benzodiazeplines
• Diuretic Narcotic
• Psycotropika Hypoglicemic agent
• Antihistamin Antihipertensi

Untuk skore jatuh :


Keterangan : Pasien diobservasi selama 24 jam, jika hasil skore >10 atau yang
diberi tanda * pasien tersebut beresiko jatuh. Lakukan tindakan
pencegahan.

Kesimpulan : Pasien diobservasi selama 24 jam, hasil skore 5 pasien tidak

beresiko jatuh

h. Kognitif
1. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Postable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban

BENAR SALAH NO PERTANYAAN

√ 01 Tanggal berapa hari ini ?

√ 02 Hari apa sekarang ini ?


√ 03 Apa nama tempat ini ?

√ 04 Dimana alamat anda ?

√ 05 Berapa umur anda ?

√ 06 Kapan anda lahir ? (minimal tahun terakhir)

√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?

√ 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?

√ 09 Siapa nama Ibu anda ?

√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap


angka baru, semua secara menurun

Jumlah
Fungsi Intelektual Tubuh
10 0

Interpretasi hasil :

a. Salah 0 – 3 = Fungsi Intelektual Tubuh


b. Salah 4 – 5 = Kerusakan Intelektual Ringan
c. Salah 6 – 8 = Kerusakan Intelektual Sedang
d. Salah 9 – 10 = Kerusakan Intelektual Berat

2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan


MMSE (Mini Mental Status Exam) :
• Orientasi
• Registrasi
• Perhatian
• Kalkulasi
• Mengingat kembali
• Bahasa
No. Aspek Nilai Nilai Kriteria
Maksimal Klien
Kognitif

1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :

• Tahun
• Musim
• Tanggal
• Hari
• Bulan

Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?

• Negara Indonesia
• Propinsi DIY
• Kota Yogyakarta
• PSTW Budi Luhur
• Wisma ...........

2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa) 1 detik


untuk mengatakan masing-masing obyek.
Kemudian tanyakan kepada klien ketiga obyek tadi.
(untuk disebutkan)

3. Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100


dan kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat

• 93
• 86
• 79
• 72
• 65

4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada


no 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point untuk
masing-masing obyek

5. Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan


nama pada klien.

• (misal jam tangan)


• (misal pensil)

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut


terdiri dari 3 langkah :

“ambil kertas di tangan anda, lipat dua dan taruh di


lantai”
• Ambil kertas di tangan anda
• Lipat dua
• Taruh di lantai

Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila


aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)

• “Tutup mata anda”

Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat


dan menyalin gambar.

• Tulis satu kalimat


• Menyalin gambar

Total Nilai 30 Aspek kognitif dari fungsi mental baik

Interpretasi Hasil:
a. > 23 = Aspek kognitif dari fungsi mental baik
b. ≤ 23 = Terdapat kerusakan aspek fungsi mental

Kesimpulan : Klien diidentifikasi selama 24 jam dengan MMSE, hasil nilai

klien 30 dengan interprestasi hasil Aspek kognitif dari fungsi

mental baik.

i. Depresi

Inventaris Depresi Beck

a) Kesedihan
a. Saya sangat sedih atau tidak bahagia, dimana saya tidak dapat
menghadapinya
b. Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya
c. Saya merasa sedih atau galau
d. Saya tidak merasa sedih
b) Pesimisme
a) Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
b) Saya merasa saya tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke
depan
c) Saya merasa kecil hati mangenai masa depan
d) Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
c) Rasa kegagalan
a) Saya merasa benar-benar gagal sebagai seseorang
b) Ketika melihat perjalanan hidup saya, semua yang saya lihat adalah
kegagalan
c) Saya telah gagal melebihi kebanyakan orang
d) Saya tidak merasa gagal
d) Ketidakpuasan
a) Saya tidak puas dengan segalanya
b) Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
c) Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
d) Saya tidak merasa tidak puas
e) Rasa bersalah
a) Saya merasa seolah-olah saya buruk atau tidak berharga
b) Saya merasa sangat bersalah
c) Saya merasa buruk atau tak berharga di sebagian waktu
d) Saya tidak merasa benar-benar bersalah
f) Tidak menyukai diri sendiri
a) Saya benci diri saya sendiri
b) Saya muak dengan diri saya sendiri
c) Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
d) Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
g) Membahayakan diri sendiri
a) Saya akan membunuh diri saya sendiri jika ada kesempatan
b) Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
c) Saya merasa lebih baik mati
d) Saya tidak punya pikiran-pikiran yang membahayakan diri
sendiri
h) Menarik diri dari sosial
a) Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
peduli pada mereka semua
b) Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
c) Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
d) Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
i) Keragu-raguan
a) Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
b) Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
c) Saya berusaha mengambil keputusan
d) Saya membuat keputusan yang baik
j) Perubahan gambaran diri
a) Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan
b) Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
penampilan saya, dan ini membuat saya tidak menarik
c) Saya khawatir bahwa saya tampak tua dan tak menarik
d) Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari
sebelumnya
k) Kesulitan diri
a) Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
b) Saya telah menolong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
c) Memerlukan usaha tambahan untuk memulai sesuatu
d) Saya dapat bekerja sebaik sebelumnya
l) Keletihan
a) Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
b) Saya lelah untuk melakukan sesuatu
c) Saya lelah lebih dari yang biasanya
d) Saya tidak lebih lelah dari biasanya
m) Anoreksia
a) Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali
b) Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
c) Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
d) Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
PENILAIAN
a=3 b=2 c=1 d=0
Lakukan penjumlahan dari no.1-13
PENILAIAN :
• 0–4 = Tidak ada depresi
• 5–7 = Depresi ringan
• 8 – 15 = Depresi sedang
• 16 ke atas = Depresi berat

SKALA DEPRESI GERIATRIK (YESAVAGE)

Berilah jawaban Ya atau Tidak


1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda ?Ya
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau
kesenangan anda ?Tidak
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ?Tidak
4. Apakah anda sering merasa bosan ?Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ?Ya
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ?Ya
7. Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup anda ?Ya
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?Ya
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan
mengerjakan sesuatu yang baru ?Ya
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda
dibanding kebanyakan orang ?Tidak
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan ?Ya
12. Apakah anda merasa tidak berharga ?Tidak
13. Apakah anda merasa penuh semangat ?Ya
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?Tidak
15. Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaannya daripada anda ?Ya
PENILAIAN
Nilai 1 (satu) bila menjawab sebagai berikut :
1. Tidak 6. Ya 11. Tidak
2. Ya 7. Tidak 12. Ya
3. Ya 8. Ya 13. Tidak
4. Ya 9. Ya 14. Ya
5. Ya 10. Ya 15. Ya
Keterangan:
Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi
Kesimpulan : Skor 4 menunjukkan tidak adanya depresi pada klien
j. Gangguan Tidur
Kuesiner Insomnia Berdasarkan Insomnia Rating scale
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesui menurut pendapat anda, lalu
lingkari jawaban yang sama dengan yang dirasakan pada setiap pertanyaan.
1. Berapa jam bapak/ibu tidur dalam satu hari?
a. Lebih dari 6,5 jam
b. 5,5 - 6,5 jam
c. 4,5 - 5,5 jam
d. Kurang dari 4,5 jam
2. Apakah bapak/ibu bermimpi setiap tidur?
a. Tidak ada mimpi
b. Terkadang mimpi yang menyenangkan atau mimpi biasa saja
c. Selalu bermimpi
d. Mimpi buruk atau mimpi yang tidak menyenangkan
3. Bagaimana tidur bapak/ibu?
a. Dalam (nyenyak), sulit untuk terbangun
b. Tidur yang baik, tetapi sulit untuk terbangun
c. Tidur yang baik, tetapi mudah terbangun
d. Tidur dangkal, mudah terbangun
4. Berapa lama waktu yang bapak/ibu butuhkan untuk jatuh tertidur?
a. Kurang dari setengah jam
b. Antara setengah jam – 1 jam
c. Antara 1 – 3 jam
d. Lebih dari 3 jam atau saya tidak tidur sama sekali
5. Berapa kali bapak/ibu terbangun dari tidur di malam hari?
a. Tidak terbangun sama sekali
b. 1 – 2 kali terbangun
c. 3 – 4 kali terbangun
d. Lebih dari 4 kali terbangun
6. Berapa lama waktu yang bapak/ibu butuhkan untuk dapat tertidur kembali
setelah bangun dimalam hari?
a. Kurang dari setengah jam
b. Antara setengah - 1 jam
c. Antara 1 – 3 jam
d. Lebih dari 3 jam atau saya tidak dapat jatuh tidur lagi
7. Sudah berapa lama bapak/ibu sering terbangun dimalam hari dan
mengalami kesulitan untuk tidur kembali?
a. Tidak sama sekali atau 1 malam
b. 2 – 7 hari
c. 2 – 4 minggu
d. Lebih dari 4 minggu
8. Jam berapa bapak/ibu bangun tidur?
a. Jam 4.30 wita
b. Jam 4.00 wita dan tidak dapat tertidur kembali
c. Jam 3.00 wita dan tidak dapat tertidur kembali
d. Sebelum jam 3.00 wita dan tidak dapat tertidur kembali
9. Bagaimana perasaan bapak/ibu saat bangun tidur?
b. Terasa segar
c. Tidak terlalu baik
d. Buruk
e. Sangat buruk (tidak merasa segar)
10. Sudah berapa hari diwaktu pagi bapak/ibu bangun tapi merasa segar
badannya?
a. Tidak sama sekali atau 1 pagi
b. 2 – 7 hari
c. 2 – 4 minggu
d. Lebih dari 4 minggu
Keterangan :
1. Insomnia ringan : 11 - 17
2. Insomnia sedang : 18 - 24
3. Insomnia berat : 25 – 33
Kesimpulan :
k. Resiko dekubitus
1. Pengkajian skala resiko dekubitus menurut Braden

1 2 4
3
PERSEPSI
SENSORI Terbatas Sangat Tidak
Agak Terbatas
Penuh Terbatas Terbatas

1 2 3 4
KELEMBABAN
Lembab Sangat Kadang Jarang
Konstan Lembab Lembab Lembab

1 3 4
2
AKTIVITAS Di tempat Kadang Jalan keluar
Di Kursi
tidur Berjalan ruang

2 3 4
1
MOBILISASI
Sangat Kadang Tidak
Imobil
Terbatas Terbatas Terbatas

1 2 3 4
NUTRISI
Sangat Jelek Tidak Adekuat Adekuat Sempurna

2 3
GESEKAN & 1
TOTAL
Masalah Tidak ada SCORE : 20
CUBITAN Masalah
Potensial masalah

Catatan :
Pasien yang total nilai :
a. < 16 mempunyai resiko terjadi decubitus
b. 15/16 resiko rendah
c. 13/14 resiko sedang
d. < 13 resiko tinggi

Kesimpulan : Hasil Pengkajian skala resiko dekubitus menurut Braden

didapatkan skor 20 poin maka klien tidak mempunya resiko

terjadi dekubitus

2. Pengkajian skala resiko dekubitus menurut Norton

1 2 3 4
KONDISI FISIK
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik

1 2 3 4
KESADARAN
Soporus Delirium Apatis CM

3
1 2 4
AKTIVITAS
Dengan
Hanya Tidur Hanya Duduk Mandiri
Bantuan

1 2 3
4
MOBILITAS Tidak Bisa Sangat Sedikit
Bebas
Bergerak Terbatas Terbatas

1 2 3 4
INKONTINENSIA
Selalu Sering Kadang Tidak ada

TOTAL SCORE : 20

Catatan :
a) Nilai < 12 : Resiko Tinggi
b) Nilai < 14 : Beresiko

Kesimpulan : Hasil Pengkajian skala resiko dekubitus menurut Norton

didapatkan skor 20 poin maka klien tidak mempunya resiko

terjadi dekubitus.

l. Kualitas hidup
i. Bagaimana anda mengatakan kondisi Kesehatan anda saat ini ?
• Sangat baik sekali =1
• Sangat baik =2
• Baik =3
• Cukup baik =4
• Buruk =5
ii. Bagaimana Kesehatan anda saat ini dibandingkan satu tahun yang lalu ?
• Sangat baik sekali =1
• Sangat baik =2
• Baik =3
• Cukup baik =4
• Buruk =5
3. Dalam 4 minggu terakhir apakah keadaan Kesehatan anda sangat
membatasi aktifitas yang anda lakukan dibawah ini ?

Keterangan :

SM = sangat membatasi

SdM = sedikit membatasi

TM = tidak membatasi

No Pernyataan SM SdM TM

1. Aktifitas yang membutuhkan banyak √


energi, mengangkat benda berat,
melakukan olahraga berat

2. Aktifitas ringan seperti memindahkan √


meja, menyapu, jogging/jalan santai

3. Mengangkat atau membawa barang √


ringan (misalnya berjalan, tas)

4. Menaiki beberapa anak tangga √

5. Menaiki satu tangga √

6. Menekuk leher/tangan/kaki, bersujud √


atau membungkuk

7. Berjalan lebih dari 1,5 km √

8. Berjalan melewati beberapa gang/1km √

9. Berjalan melewati satu gang/0,5 km √

10 Mandi atau memakai baju sendiri √


4. Selama 4 minggu terakhir apakah anda mengalami masalah-masalah
berikut dibawah ini dengan pekerjaan anda atau aktifitas anda sehari-hari
sebagai akibat dari masalah anda?

No Pernyataan Ya Tidak

1. Menghabiskan seluruh waktu anda untuk √


melakukan pekerjaan atau aktifiitas lain

2. Menyelesaikan pekerjaan tidak tepat pada √


waktunya.

3. Terbatas pada beberapa pekerjaan atau aktifitas √


lain

4. Mengalami kesulitan dalam melakukan √


pekerjaan atau aktifitas-aktifitas lain (misalnya
yang membutuhkan energi extra seperti
mendongkrak/bertukang, mencuci)

5. Selama 4 minggu terakhir apakah pekerjaan atau aktifitas sehari-hari anda


mengalami beberapa masalah dibawah ini sebagai akibat dari masalah
emosi anda (seperti merasa sedih/tertekan atau cemas)

No Pernyataan Ya Tidak

1. Menghabiskan seluruh waktu anda untuk √


melakukan pekerjaan atau aktifitas lain

2. Menyelesaikan pekerjaan tidak lama dari √


biasanya

3. Dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lain √


tidak berhati-hati sebagaimana biasanya

6. Dalam 4 minggu terakhir seberapa besar Kesehatan fisik anda atau


masalah emosional mengganggu aktifitas social anda seperti biasa dengan
keluarga, teman, tetangga atau perkumpulan anda ?

- tidak mengganggu =1

- sedikit menganggu =2

- cukup mengganggu =3

- mengganggu sekali =4

- sangat mengganggu =5

7. Seberapa besar anda merasakan nyeri pada tubuh anda selama 4 minggu
terakhir
- Tidak ada nyeri =1
- Nyeri sangat ringan =2
- Nyeri ringan =3
- Nyeri sedang =4
- Nyeri sekali =5
- Sangat nyeri sekali =6
8. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa besar rasa sakit/nyeri mengganggu
pekerjaan anda sehari-hari (termasuk pekerjaan diluar rumah dan
pekerjaan dalam rumah) ?
- Tidak mengganggu =1
- Sedikit mengganggu =2
- Cukup mengganggu =3
- Sangat mengganggu =4
- Sangat mengganggu sekali =5
Pertanyaan pertanyaan, dibawah ini adalah tentang bagaimana perasaan
anda dalam 4 minggu terakhir, untuk setiap pertanyaan silahkan beri 1
jawban yang paling sesuai dengan perasaan anda.
Keterangan :
S = selalu
HS = hampir selalu
CS = cukup sering
KK = kadang-kadang
J = jarang
TP = Tidak pernah

No Pernyataan S HS CS KK J TP

1 Apakah anda merasa penuh √


semangat ?

2 Apakah anda orang yang sangat √


gugup ?

3 Apakah anda merasa sangat √


tertekan dan tak ada yang
menggembirakan anda ?

4 Apakah anda merasa tenang √


dan damai ?

5 Apakah anda memiliki banyak √


tenaga ?

6 Apakah anda merasa putus asa √


dan sedih ?
7 Apakah anda merasa bosan ? √

8 Apakah anda seorang yang √


periang ?

9 Apakah anda merasa cepat √


Lelah ?

9. Dalam 4 minggu terakhir seberapa sering Kesehatan fisik anda atau


masalah emosi mempengaruhi kegiatan social anda (seperti mengunjungi
teman, saudara dan lain-lain)?
- Selalu =1
- Hampir selalu =2
- Kadang-kadang =3
- Jarang =4
- Tidak pernah =5

Petunjuk berikut dimaksud untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di


bawah ini :

Menurut anda, sejauh mana kebenaran pernyataan berikut


menggambarkan keadaan Kesehatan anda

Keterangan:

B = Benar

BS = Benar Sekali

TT = Tidak tahu

S = Salah

SS = Salah Sekali

No Pernyataan B BS TT S SS

1 Saya merasa sepertinya √


sedikit mudah menderita sakit

2 Saya sama sehatnya seperti √


orang lain

3 Saya merasa Kesehatan saya √


makin memburuk

4 Kesehatan saya sangat baik √


B. ANALISA DATA

No Data Fokus Problem Etiologi


1. Data Subjektif : Gangguan Rasa Gejala Penyakit
- Klien mengatakan memiliki Nyaman
darah tinggi
- Klien mengatakan nyeri
dibagian kakinya
- Klien mengeluh tidak
nyaman
- Klien mengatakan pusing

Data Objektif :
- Pasien tampak merintih
- Pasien tampak pusing
- Skala Nyeri 3
- TD : 160/90mmHg
- N : 80x/menit
- S : 18x/menit
2. Data Subjektif : Pemeliharaan Ketidakmampuan
- Klien mengatakan tidak rutin kesehatan tidak Mengatasi
melakukan pemeriksaan efektif Masalah
kesehatan
- Klien terakhir melakukan
pemeriksaan kesehatan 5
bulan yang lalu
- Klien mengatakan masih
kurang memahami kondisi
kesehatan terutama tentang
masalah kesehatan yang
dialaminya yaitu hipertensi
- Klien mengatakan hanya
membeli obat yang sama di
toko obat yaitu amlodipine
tanpa memeriksakan kembali
kesehatannya di klinik
- Klien mengatakan jarang
melakukan olahraga

Data Objektif :
- Klien sering bertanya-tanya
tentang kondisi penyakitnya
- Klien ingin mengetahui
lebih dalam tentang
penyakitnya
- Klien ingin mengetahui
informasi lebih baru terkait
pengobatan penyakitnya
TD : 160/90mmHg
N : 80x/menit
RR : 18x/menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan Gejala Penyakit
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
Ketidakmampuan mengatasi masalah (Individu atau Keluarga)
D. NURSING CARE PLAN
No SDKI SLKI SIKI
1. Gangguan Rasa Nyaman Status Kenyamanan (L.08064) Terapi Relaksasi (I.09326)
berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan 3x pertemuan maka diharapkan status Tindakan
Gejala Penyakit kenyamanan meningkat. Observasi
Dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi penurunan tingkat
Kriteria Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat energi, ketidakmampuan
Menurun Meningkat berkonsentrasi, atau gejala lain yang
Perawatan √ mengganggu kemampuan kognitif
Sesuai 2. Monitor respon terhadap relaksasi
Kebutuhan
Kriteria Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Terapeutik
Meningkat Menurun
3. Gunakan relaksasi sebagai strategi
Keluhan √
Tidak penunjang dengan analgetik atau
Nyaman tindakan medis lain, jika perlu

Edukasi
4. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
5. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
6. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi untuk mengurangi
rasa nyeri
7. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih

2. Pemeliharaan Kesehatan Pemeliharaan Kesehatan (L.12106) Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan


Tidak Efektif berhubungan Setelah dilakukan perawatan 1x pertemuan maka diharapkan tingkat Tindakan :
dengan Ketidakmampuan pemeliharaan kesehatan meningkat. Observasi
mengatasi msalah (individu Dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
atau keluarga) Kriteria Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat penerimaan informasi
Menurun Meningkat
Menunjukan √ Terapeutik
perilaku 2. Sediakan materi dan pendidikan
adaptif kesehatan
Menunjukka √ 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan
n 4. Berikan kesempatan untuk bertanya
pemahaman
perilaku Edukasi
sehat 5. Jelaskan penanganan masalah
Kemampuan √
kesehatan
menjalankan
perilaku 6. Anjurkan menggunakan fasilitas
sehat kesehatan
Menunjukan √ 7. Ajarkan program kesehatan dalam
minat kehidupan sehari-hari
meningkatka
n perilaku
sehat
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Diagnosa Hari, tanggal Jam Implementasi Evaluasi Ttd/Paraf


1. Gangguan Rasa Rabu, 1. Mengidentifikasi penurunan tingkat S:
Nyaman berhubungan 22/09/21 energi, ketidakmampuan - Klien mengatakan nyeri kaki
dengan Gejala berkonsentrasi, atau gejala lain yang berkurang dan tidak menganggu
Penyakit mengganggu kemampuan kognitif aktivitasnya
2. Memonitor respon terhadap - Klien mengatakan pusing sudah
relaksasi berkurang
3. Menggunakan relaksasi sebagai - Klien mengatakan mengerti dengan
strategi penunjang dengan analgetik cara rendam kaki yang sudah
atau tindakan medis lain, jika perlu diajarkan
4. Menjelaskan tujuan, manfaat, - Klien mengatakan merasa nyaman
batasan, dan jenis relaksasi yang setelah dilakukan rendam kaki
tersedia menggunakan air hangat
5. Menjelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih (Rendam kaki O:
menggunakan air hangat) Kriteria Dikaji Tujuan
6. Menganjurkan rileks dan merasakan Perawatan 3 5
sensasi relaksasi untuk mengurangi Sesuai
rasa nyeri Kebutuhan
7. Menganjurkan sering mengulangi Keluhan 3 5
atau melatih teknik yang dipilih Tidak
Nyaman

A : Masalah Teratasi Sebagian

P : Lanjutkan Intervensi
Kamis, 1. Memonitor respon terhadap S:
23/09/21 relaksasi - Klien mengatakan nyeri kaki tidak
2. Menggunakan relaksasi sebagai mengganggu aktivitasnya
strategi penunjang dengan analgetik - Klien mengatakan pusing yang
atau tindakan medis lain, jika perlu dirasakan berkurang
3. Menganjurkan rileks dan merasakan - Klien mengatakan nyaman dan rileks
sensasi relaksasi untuk mengurangi setelah dilakukan rendam kaki
rasa nyeri
4. Menganjurkan sering mengulangi O:
atau melatih teknik yang dipilih Kriteria Dikaji Tujuan
Perawatan 4 5
Sesuai
Kebutuhan
Keluhan 4 5
Tidak
Nyaman

A :
Masalah Teratasi Sebagian

P:
Lanjutkan Intervensi

Jum’at, 1. Memonitor respon terhadap S:


24/09/21 relaksasi - Klien mengatakan tidak ada pusing
2. Menggunakan relaksasi sebagai
- Klien mengatakan merasa nyaman
strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain, jika perlu dan rileks setelah dilakukan rendam
3. Menganjurkan rileks dan merasakan kaki menggunakan air hangat
sensasi relaksasi untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Menganjurkan sering mengulangi
O:
atau melatih teknik yang dipilih
Kriteria Dikaji Tujuan
Perawatan 4 5
Sesuai
Kebutuhan
Keluhan 4 5
Tidak
Nyaman

A :
Masalah Teratasi Sebagian

P:
Intervensi dihentikan

2. Pemeliharaan Rabu, 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S:


kesehatan tidak efektif 22/09/21 kemampuan penerimaan informasi - Klien mengatakan mengerti dengan
berhubungan dengan 2. Menyediakan materi dan pendidikan kesehatan yang diberikan
Ketidakmampuan pendidikan kesehatan - Klien akan rutin melakukan
mengatasi masalah 3. Menjadwalkan pendidikan pemeriksaan kesehatan
(Individu atau kesehatan
Keluarga) 4. Memberikan kesempatan untuk O:
bertanya Kriteria Dikaji Tujuan
5. Menjelaskan penanganan masalah Menunjukan 4 5
kesehatan perilaku
6. Menganjurkan menggunakan adaptif
fasilitas kesehatan
7. Ajarkan program kesehatan dalam Menunjukkan 4 5
kehidupan sehari-hari pemahaman
perilaku sehat
Kemampuan 4 5
menjalankan
perilaku sehat
Menunjukan 4 5
minat
meningkatkan
perilaku sehat

A :
Masalah Teratasi

P:
Intervensi dihentikan
F. DIAGRAM STATISTIK PERKEMBANGAN KLIEN LANSIA
(DIBUAT SETIAP INTERVENSI YANG DILAKUKAN KEPADA KLIEN)

Diagnosa Keperawatan : Gagguan Rasa Nyaman

Hari 1 Hari 2 Hari 3

Perawatan Sesuai Kebutuhan 2 3 4

Keluhan Tidak Nyaman 2 4 4

Diagnosa Keperawatan : Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif

Hari 1

Menunjukan perilaku adaptif 4

Menunjukkan pemahaman perilaku sehat 4

Kemampuan menjalankan perilaku sehat 4

Menunjukan minat meningkatkan perilaku 4


sehat
ANALISIS JURNAL

NO Author Title Theory Objective Sampel Education Follow Up And Primary Outcome (PO) Conclusion
Design Programme Outcome Measure Secondary Outcome
Country Intervention Group (SO)
(IG) And Control
Group (CG)

1 Astutik F.M Penurunan Tekanan Sampel yang Peneliti tidak Pengukuran tekanan Hasil penelitian dari Terapi
& Mariyam Darah Pada Lansia diambil dalam studi menggunakan darah dilakukan pre- jurnal tersebut yaitu: nonfarmakologi
M, 2021. Dengan Hipertensi kasus ini adalah 2 kelompok control dan post, terapi rendam Responden pertama rendam kaki
Semarang Menggunakan pasien lansia kelompok intervensi dengan air hangat memiliki tekanan darah dengan air hangat
Indonesia. Terapi Rendam dengan rentan usia dilakukan selama 3x 160/100 mmhg, yang dilakukan
Kaki Dengan Air 60-61 tahun dengan pertemuan selama 3 responden kedua sebanyak 3x
Hangat. kriteria inklusi klien hari setiap sesi memiliki tekann darah pertemuan selama
yang bersedia dilakukan selama 20 170/90 mmHg. Kedua 3 hari, setiap sesi
diberikan terapi menit. kasus menunjukkan dilakukan 20 menit
rendam kaki dengan bahwa terdapat mampu
air hangat. penurunan tekanan darah menurunkan
setelah diberikan terapi tekanan darah pada
rendam air hangat yang lanjut usia yang
meliputi tekanan darah mengalami
dan nyeri yang dirasakan hipertensi.
sebelum dan sesudah
Berdasarkan kedua
dilakukan rendam kaki
responden ini
dengan air hangat selama
dapat disimpulkan
20 menit. Dari kedua
bahwa terapi
kasus diatas rata-rata
rendam kaki
tekanan darah kedua
dengan air hangat
responden mengalami
efektif untuk
penurunan, tekanan
dilakukan
darah sistolik turun
menurunkan
sebesar 7,21 mmHg dan
tekanan darah pada
diastolik turun sebesar
lansia. Hasil kedua
1,1 mmHg,
kasus diatas rata-
rata tekanan darah
kedua responden
mengalami
penurunan,
tekanan darah
sistolik turun
sebesar 7,21mmHg
dan diastolik turun
sebesar 1,1 mmHg
2 Alfillaturroh Pengaruh 20 responden yang Peneliti menggunakan Penelitian ini Hasil penelitian ini Kesimpulan dari
man K, Dkk Perendaman Kaki mengalami kelompok kontrol dilakukan selama satu menunjukkan bahwa jurnal tersebut
dengan intervensi
2019. Menggunakan Air hipertensi terapi air hangat yang minggu dengan nilai uji Wilxocon adalah adanya
Hangat dengan dicampur dengan memberikan terapi air diperoleh nilai p sistolik pengaruh
aroma terapi jahe.
Aromaterapi Jahe hangat yang = 0,004 dan nilai p pemberian terapi
Terhadap Sehingga terdapat dicampur dengan diastolik = 0,002, H0 rendam kaki
perbedaan tekanan
Penurunan Tekanan darah yang signifikan aromaterapi jahe ditolak, sedangkan hasil dengan air hangat
Darah Pada sebelum dan sesudah setiap pagi. uji Mann Withney menggunakan
perlakuan pada
Penderita kelompok diperoleh nilai p sistolik aromaterapi jahe
Hipertensi Di eksperimen. Hal ini = 0,001 dan nilai p terhadap
terjadi karena
Wilayah Kerja diastolik = 0,005 maka penurunan tekanan
perpindahan panas
Puskesmas 1 dari air hangat ke H0 ditolak yang artinya darah pada pasien
Sumbang pembuluh darah ada pengaruh pemberian hipertensi. Oleh
sehingga
Banyumas menyebabkan terapi rendam kaki karena itu, terapi
vasodilatasi pembuluh dengan air hangat ini dapat
darah. Efek dari
menggunakan digunakan sebagai
aromaterapi adalah
dapat membuat aromaterapi jahe pendamping terapi
seseorang merasa terhadap penurunan medis.
rileks dan dapat
mengurangi aktivitas tekanan darah pada
vasokonstriksi pasien hipertensi. Oleh
pembuluh darah,
selanjutnya aliran karena itu, terapi ini
darah menjadi lancar dapat digunakan sebagai
sehingga dapat
pendamping terapi
menurunkan tekanan
darah. medis.

3 Handono Efektifitas Terapi Tekhnik Peneliti tidak Tidak di cantumkan Hasil dari pengaruh Terapi rendam
Fatkhur Rendam Air Hangat pengambilan menggunakan oleh peneliti dalam terapi rendam kaki kaki dengan air
Rahman Pada Kaki dan sampel kelompok control dan jurnal tersebut dengan air hangat hangat efektif
2020, Terapi Musik menggunakan kelompok intervensi terhadap tekanan darah dilakukan terhadap
Bodowoso, Klasik Terhadap simple random klien hipertensi selisih penurunan tekanan
Indonesia Tekanan Darah sampling. Jumlah nilai sistol sebelum dan darah pada klien
Klien Hipertensi Di sampel yang diteliti sesudah diberikan hipertensi,
Puskesmas Ijen adalah 20 perlakuan rendam kaki sedangkan terapi
Bondowoso responden untuk air hangat adalah 2,1 music klasik tidak
rendam kaki dan 20 dengan nilai p value efektif terhadap
responden untuk 0,046, sedangkan nilai penurunan tekanan
terapi music klasik. selisih diastole sebelum darah pada klien
dan setelah diberikan hipertensi.
perlakuan rendam kaki
adalah 2,63 dengan nilai
p value 0,025.

Hasil dari terapi music


klasik terhadap tekanan
darah klien hipertensi
selisih nilai sistol
sebelum dan sesudah
diberikan treatment
music klasik adalah 0,5
dengan p value 0,31,
sedangkan nilai selisih
diastole sebelum dan
sesudah diberikan music
klasik perlakuan 1,5
dengan nilai p 0,083
artinya semua nilai p hari
pertama sampai ke tiga >
= 0,05.
PEMBAHASAN ANALISIS JURNAL

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan dia stolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau
lebih (Brunner, 2013). Hipertensi merupakan silent killer atau pembunuh diam-diam
karena merupakan penyakit yang tidak menampakkan gejala yang khas. Gejalanya
adalah sakit kepala, sesak napas, jantung berdebar-debar, mudah lelah, telinga
berdenging (tinitus), mimisan, penglihatan kabur yang disebabkan oleh kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal Tilong (2015 dalam Sari, 2015).

Terapi rendam air hangat merupakan terapi non-farmakologi yang dapat


menurunkan tekanan darah, terapi rendam kaki juga mampu meningkatkan sirkulasi
darah dengan cara memperlebar pembuluh darah sehingga dapat banyak oksigen ke
jaringan yang mengakibatkan pembengkakan. Terapi rendam kaki dapat membantu
meningkatkan sirkulasi darah dengan melebarkan pembuluh darah sehingga lebih
banyak oksigen yang dikirimkan ke jaringan, manfaat yang diberikan oleh therapy
rendam kaki dengan air hangat untuk dapat mengatasi demam, mengatasi nyeri,
memperbaiki kesuburan, mengilangkan rasa lelah, relaksasi otot dan juga
melancarkan pendarahan (Astuti & Mariyam, 2021).

Terapi rendam kaki dengan air hangat rutin dilakukan selama 3 hari dengan 3x
pertemuan dengan durasi waktu selama 20 menit agar memberikan kenyamanan pada
reponden. Dalam penelitian Astuti & Mariyam, 2021 responden yang diambil
berjumlah 2 orang lansia dengan hipertensi primer, rentan usia responden antara 60-
61 tahun dan kurang lebih masing-masing responden sudah memiliki riwayat
hipertensi selama 3 tahun serta bersedia diberikan terapi rendam kaki dengan air
hangat. Sebelum dilakukan terapi rendam kaki dengan air hangat dilakukan terlebih
dahulu pengukuran tanda-tanda vital dengan pengukuran tekanan darah sebelum dan
sesudah diberikan terapi rendam kaki dengan air hangat. Dengan instrumen yang
digunakan yaitu stetoskop, baskom, air hangat, handuk kecil, termometer, dan timer.
Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memasukan kaki klien ke dalam baskom
yang berisi air hangat sebatas mata kaki dengan suhu air 400C (Astuti & Mariyam,
2021).

Mekanisme kerja terapi rendam kaki menggunakan air hangat yang dilakukan
secara rutin dapat terjadi perubahan tekanan darah, karena efek dari rendam kaki
menggunakan air hangat yang menghasilkan energi kalor yang bersifat melancarkan
peredaran darah dan juga merangsang saraf yang ada pada kaki untuk mengaktifkan
saraf parasimpatis, sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah. Terapi rendam
kaki dengan air hangat mempunyai dampak pada pembuluh darah dimana hangatnya
air membuat sirkulasi darah menjadi lancar dan membuat otot-otot ligament berubah
sehingga mempengaruhi sendi ditubuh. Efek merendam kaki dengan air hangat
mampu menghantarkan panas atau reaksi kimia yang terjadi pada pembuluh darah
yang mengakibatkan pelebaran pada pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah,
menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan
permeabilitas kapiler (Astuti & Mariyam, 2021).

Menurut penelitian Alfillaturrohman, Dkk, 2020, salah satu cara yang dapat
menurunkan tekanan darah adalah dengan menggunakan terapi rendam kaki dengan
air hangat, perendaman bagian tubuh kedalam air hangat dapat meningkatkan sikulasi,
mengurangi edema dan meningkatkan sirkulasi otot. Terapi rendam kaki dapat
membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperbesar pembuluh darah,
sehingga lebih banyak oksigen yang dikirimkan kejaringan yang membengkak. Selain
dengan melakukan terapi rendam kaki juga dapat dikombinasikan dengan bahan
herbal seperti jahe, ada beberapa jahe yang dapat dikombinasikan yaitu jahe kuning
dan jahe merah. Jahe yang banyak digunakan untuk bahan herbal adalah jahe merah
karna jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi di bandingkan
dengan jahe lainnya, jahe memiliki kandungan lemak, protein dan minyak esensial.
Rasa hangat dan aroma pedas pada jahe dapat melebarkan pembuluh darah sehingga
darah dapat mengalir keseluruh tubuh dengan lancar.

Penurunan tekanan darah setelah diberikan rendaman kaki dengan air hangat dapat
terjadi karena air hangat dengan suhu 31-37°C menyebabkan vasodilatasi yang dapat
membuka aliran darah. Telapak kaki manusia memiliki titik saraf yang berhubungan
dengan organ tubuh lainnya. Hal ini dikarenakan manfaat dari teknik merendam kaki
air hangat itu sendiri yang memiliki beberapa efek terhadap tekanan darah melalui
media air hangat yaitu memperlebar saluran pembuluh darah dan melancarkan
peredaran darah pada jaringan.8. Merelaksasi otot yang mengalami ketegangan
sehingga menghasilkan efek relaksasi dari stimulasi media air hangat. Karena
pembuluh darah mengalami vasodilatasi sehingga menyebabkan tekanan darah
menurun. Setiap organ tubuh memiliki hubungan dengan titik-titik saraf yang terdapat
di telapak kaki. Jantung, paru-paru, perut, dan hati memiliki titik saraf terpisah di
telapak kaki (Rahman, Dkk, 2020).

Anda mungkin juga menyukai