1
Bagaimana data dikumpulkan? Data dapat dikumpulkan melalui tes dan non-
tes. Pada umumnya, tes terdiri dari tipe uraian dan tipe objektif. Tipe objektif sendiri
terdiri dari bentuk benar-salah, pilihan-ganda, isian singkat, dan memasangkan.
Sedangkan non-tes dapat berupa karangan, melengkapkan kalimat, angket,
wawancara, dan observasi. Khusus untuk skala sikap, hingga sekarang dapat dipakai
model Likert, Diferensial Semantik, Thurstone, dan Guttman. Tetapi, bila data itu
sudah ada tentu kita tidak memerlukan instrumen (tes dan atau non-tes). Misalnya
bila kita memerlukan data tentang hasil ujian nasional (UN), dapat diperoleh dari
kantor Dinas Pendidikan, atau data tentang banyaknya pelanggaran lalulintas dapat
diperoleh dari kantor kepolisian. Semua data-data tersebut dikumpulkan dengan
menggunakan instrumen atau alat pengumpul data.
Secara visual jenis instrumen penelitian disajikan pada diagram berikut.
B. Penyajian Data
1. Tabel Distribusi Frekuensi
Berikut ini data hasil penelitian tentang kompetensi mengajar 100 orang guru
di suatu kota tertentu (data fiktif).
45 70 49 65 53 65 65 53 74 57
57 75 60 70 75 78 70 74 63 65
63 63 80 63 80 63 65 74 65 65
53 65 50 65 74 65 63 65 74 70
74 65 65 53 65 65 70 85 70 78
70 45 70 70 63 70 70 65 70 74
60 70 74 57 74 74 63 65 74 70
65 74 65 74 74 65 74 75 75 75
75 60 75 75 60 75 78 60 78 78
70 78 63 80 80 63 80 90 70 85
Susunlah daftar distribusi frekuensi dari data tersebut!
a. Menentukan rentang (J) = data terbesar - data terkecil = 90 – 45 = 45
b. Menentukan banyaknya kelas (biasanya 5 – 15) atau dengan menggunakan
aturan Sturgess, dengan rumus:
banyaknya kelas (BK) = 1 + 3,3log 100 = 1 + 3,3 x 2 = 7,6 (karena proses
membilang maka ada dua, yaitu (BK) = 7 atau (BK) = 8)
Rentang (J) Ban Kelas (BK)
c. Panjang kelas (p) = yak
45 8 5,625 6
=
Syarat: (BK).p ≥ J + 1, misalkan (BK) = 8, maka 8x6 ≥ 45+1 (benar)
d. Menyusun tabel distribusi frekuensi
30
25 Histogram
20
15
10
5
0
44,5 50,5 56,5 62,5 68,5 74,5
80,5 86,5 92,5
Skor Kompetensi Mengajar
Jika titik-titik tengah tiap sisi yang berdekatan kita hubungkan dan sisi
terakhir dihubungkan dengan setengah jarak kelas interval pada sumbu datar, maka
akan diperoleh bentuk yang disebut poligon frekuensi (lihat gambar).
120
Frekuensi
100
80
60
40
20
0
45
1 51
2 57
3 63
4 69
5 75
6 81
7 87
8 993
120
100
80
60
40
20
0
1 2
45 513 57 4 63 5 69 6 75 7
81 8
87 9
93
Gambar 3. Ozaiv “Lebih Dari atau Sama Dengan”
4. Grafik/Diagram Data
Umumnya kita lebih cepat memahami penomena secara visual dari pada
membaca data melalui tabel. Karenanya, penyajian data dengan tabel, memiliki
kelemahan, yaitu tidak menggambarkan keseluruhan obyek secara cepat. Agar dapat
memberikan gambaran menyeluruh yang lebih cepat, data disajikan dalam bentuk
grafik atau diagram.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat diagram atau
grafik, antara lain. Pertama pemilihan sumbu (kecuali bila tidak diperlukan seperti
pada diagram lingkaran). Pada diagram umumnya ada dua buah sumbu, sumbu
tegak dan sumbu datar. Perpotongan kedua sumbu itu disebut titik pangkal, yang
biasanya diberi kode titik O (original). Kedua adalah memilih skala, pada skala biasa,
skala satuan pada sumbu datar itu sama panjang dengan satuan pada sumbu
tegaknya. Tetapi, boleh saja satuan skala pada sumbu tegak dan satuan skala pada
sumbu datar, tidak sama. Ketiga ukuran grafik/diagram, harus dibuat dengan
memperhatikan keseimbangan dari segi besar dan kecilnya, ataupun tinggi dan
pendeknya. Dapat menggunakan lompatan, pemotongan, atau pematahan. Berikut
ini adalah gambar (sistem koordinat) yang menunjukkan hubungan antara sumbu-
sumbu, titik pangkal, dan satuan skala tegak dan skala datar.
5
4
Sumbu Tegak
0
1 2 3 4 5
Titik Pangkal Sumbu Datar
Jika pada tabel judul ditulis pada bagian atas kepala kolom, maka judul
diagram atau keterangan tentang diagram itu ditulis di bawah diagram dan bila
diperlukan dilanjutkan dengan penulisan sumbernya.
Berikut ini akan dibahas bermacam-macam diagram, yaitu: diagram batang,
garis, lingkaran, batang dan daun, dan diagram interaksi.
1) Diagram Batang
Diagram batang adalah diagram yang berbentuk batang. Batang-batang yang
menunjukkan frekuensi dibuat terpisah satu sama lainnya. Batangnya boleh tegak
lurus (vertikal) atau sejajar dengan sumbu datar (horisontal). Setiap batang harus
mempunyai lebar yang sama. Panjang atau tinggi batang berbanding dengan
banyaknya data dari tiap jenis data. Diusahakan agar ruangan diagram melingkupi
batang yang terpanjang. Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram dari tabel berikut.
500
Jumlah Penduduk
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Mati Cacat Luka-luka Lain-lain
Diagram 2. Banyaknya Korban Peristiwa Kejahatan
Seperti sudah dikatakan di bagian depan, diagram batang boleh digambar mendatar,
misalnya program studi PAUD, MP, PEP, dan TP
Banyaknya Mahasiswa
Prog
PAUD
MP
PEP
TP
0 5 10 15 20 25 30 35
Prog Banyaknya Mahasiswa
30,000 85.677
27,500
25,000
22,500
20,000
Banyak Murid
17,500
15,000
12,500
10,000
7,500
5,000
2,500
0
SMEP SMEA SKKP SKKA SMP SMA SPG STP STM
Jenis Sekolah
GSLTPK
GSDK
GSDD
Tabel 7. Banyaknya Korban Jiwa Menurut Sasaran Peristiwa Kejahatan dan Jenis Kelamin
Lain-lain 45 55 100
Sumber: Data fiktif
180
160
140
Laki-laki
120 Perempuan
Jumlah
100
80
60
40
20
0
RT P RT dan P Lain-lain
Diagram 6. Banyaknya Korban Jiwa Menurut Sasaran
Peristiwa Kejahatan dan Jenis Kelamin
2) Diagram Garis
Diagram garis berguna untuk menunjukkan kecenderungan dalam periode
tertentu. Perubahan dapat berupa kenaikan, penurunan, atau tetap. Perhatikan
diagram 7 ( = data tidak dimulai dari titik nol/ada lompatan).
Tabel 8. Peristiwa Kejahatan Terhadap Jiwa Menurut Jenis Kejahatan di Indonesia
Tahun 1991
Jenis Kejahatan Per 100.000 Penduduk
Pembunuhan 2
Penganiayaan 47
Penculikan 7
Perkosaan 1
Perzinahan 5
Penghinaan 23
Lain-lain 74
Jumlah 159
Sumber : Statistik Kriminal, BPS, (1991): Data Diolah Kembali
80
70
60
50
Jumlah
40
30
20
10
0
Diagram garis dapat melukiskan dua macam data atau lebih dalam periode
tertentu.
.
3) Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran dipakai bila banyak komponen yang akan kita bandingkan
tidak banyak. Contoh, untuk melihat perbandingan jumlah pelanggaran bidang
ekonomi di antara wilayah Jawa, Sumatera, dan lainnya pada tahun 1994 yang
tercantum pada Tabel 9 dapat digunakan diagram lingkaran seperti pada Diagram 8.
Tabel 9. Jumlah Pelanggaran Bidang Ekonomi di Tiga Wilayah Tahun 1994
Wilayah Frekuensi Dalam Persen
Jawa 60 50
Sumatera 40 33
Lainnya 20 17
Jumlah 120 100
Sumber : J. Supranto, Statistika Bidang Hukum
Lainny
a 17%
Jaw a
50%
Sumatera
33%
Lainnya
17%
Diagram 9. Jumlah Pelanggaran
Bidang Ekonomi di Tiga Wilayah
Jaw a (Jawa, Sumatera, dan lainnya)
50%
Tahun 1994
Sumatera
33%
Dalam membuat diagram lingkaran, kita menganggap jumlah pelanggaran bidang
ekonomi itu sama dengan luas sebuah daerah lingkaran. Untuk memperoleh porsi
masing-masing, kita harus membagi luas daerah lingkaran itu (melalui titik pusatnya)
menjadi tiga bagian yang luasnya masing-masing sebanding dengan banyaknya
pelanggaran bidang ekonomi pada wilayah Jawa, Sumatera, dan lainnya. Mengingat
luas daerah juring lingkaran itu sebanding dengan besar sudut pusat, maka agar
lebih mudah, porsi dari lingkaran untuk pelanggaran bidang ekonomi wilayah Jawa,
Sumatera, dan lainnya dinyatakan dalam derajat. Dengan demikian maka :
60
Wilayah Jawa diwakili oleh: 360 180
120
40
Wilayah Sumatera diwakili 360 120
12
0
oleh: Wilayah Lainnya diwakili 360 60
20
12
oleh:
0
Dengan busur derajat, kita dapat melukis besarnya masing-masing sudut
dengan tepat karena adanya besar sudut yang jelas dari perhitungan di atas.
daun
Dahan
78 48 81 81 90 92 53 70 80 86
86 92 56 73 85 66 93 51 65 75
75 83 74 68 76 91 72 71 93 88
77 62 97 81 97 82 59 95 72 85
75 83 61 63 85 66 88 70 75 89
82 83 67 71 79 84 72 94 75 63
98 43 67 72 36 49 91 60 80 70
81 91 79 82 73 71 30 74 83 90
Pertanyaan:
a. Susunlah daftar distribusi frekuensi dari data tersebut.
b. Susunlan daftar distribusi frekuensi relatif dan distribusi kumulatif.
c. Buatlah histogram dan polygon frekuensi.
d. Buatlah ogive ”kurang dari” dan ogive ” lebih dari atau sama”
e. Susunlah diagram ”dahan” dan ”daun”