Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

A. Pengumpulan dan Pengolahan Data


1. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data berarti mencatat peristiwa, karakteristik, elemen, nilai
suatu variabel. Hasil pencatatan ini menghasilkan data mentah yang kegunaannya
masih terbatas. Oleh karena itu agar data mentah lebih berguna harus diolah,
disarikan, disederhanakan dan dianalisis untuk diberi makna.
Penelitian dan penyelidikan ilmiah memerlukan data. Data berbeda dengan
informasi. Data adalah keterangan atau fakta mengenai suatu individu atau kelompok
sedangkan informasi adalah berita. Informasi bisa bersumber dari data tetapi tidak
sebaliknya. Contoh “Jakarta adalah ibu kota negara RI” adalah data tetapi “Kemarin
Jakarta dilanda banjir” adalah informasi. Agar data yang kita peroleh memiliki
validitas yang tinggi maka perlu dikembangkan instrumen pengumpul data yang juga
valid. Sehingga data yang diperoleh dapat menggambarkan keadaan atau kenyataan
sesungguhnya.
Mengapa data dikumpulkan? Data dikumpulkan karena si peneliti ingin
mengetahui sesuatu atau untuk menjelaskan kebenaran terhadap sesuatu masalah.
Bila kita ingin mengetahui apakah masyarakat mempunyai kesadaran terhadap
hukum maka data dapat dikumpulkan dengan memberikan skala/instrumen yang
dapat diisi oleh kelompok masyarakat yang dimaksudkan. Selain itu untuk
kepentingan menunjukkan hipotesis tentang efektivitas suatu metode. Misalnya kita
mempunyai hipotesis bahwa hasil belajar matematika dengan metode “inquiri” lebih
efektif dibanding metode diskusi atau ceramah, maka kita dapat menguji
kebenarannya dengan mengumpulkan datanya melalui eksperimen.
Macam data apa yang dikumpulkan? Data yang dikumpulkan dapat bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dengan pengelompokan dan
kategorisasi, misalnya pengelompokan aparat penegak hukum atas polisi, jaksa, dan
hakim. Data kuantitatif diperoleh dengan cara melakukan pengukuran, misalnya skor
statistika, berat dan tinggi badan. Mengingat sifat kedua data tersebut maka macam
data yang dapat dikumpulkan dapat berupa data kualitatif, data kuantitatif atau
kombinasi data kualitatif dan kuantitatif. Sebagai contoh bila kita memerlukan skor
kompetensi mengajar guru, maka datanya adalah data kuantitatif berupa skor
terbesar, terkecil, rerata, dan standar deviasinya. Bila ingin mengetahui mengenai
jenis kejahatan hukum maka datanya adalah data kualitatif, misalnya pembunuhan,
penganiayaan, penculikan, perkosaan, perzinahan, penghinaan, dan pelecehan
seksual. Tetapi bila kita ingin mengetahui interaksi yang terjadi antara siswa dan guru
di dalam suatu kegiatan pembelajaran, maka datanya kemungkinan kedua-duanya
yaitu kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatifnya mengenai apa-apa terjadi selama
kegiatan pembelajaran (kategori) dan kuantitatifnya mengenai seringnya setiap
kategori terjadi.

1
Bagaimana data dikumpulkan? Data dapat dikumpulkan melalui tes dan non-
tes. Pada umumnya, tes terdiri dari tipe uraian dan tipe objektif. Tipe objektif sendiri
terdiri dari bentuk benar-salah, pilihan-ganda, isian singkat, dan memasangkan.
Sedangkan non-tes dapat berupa karangan, melengkapkan kalimat, angket,
wawancara, dan observasi. Khusus untuk skala sikap, hingga sekarang dapat dipakai
model Likert, Diferensial Semantik, Thurstone, dan Guttman. Tetapi, bila data itu
sudah ada tentu kita tidak memerlukan instrumen (tes dan atau non-tes). Misalnya
bila kita memerlukan data tentang hasil ujian nasional (UN), dapat diperoleh dari
kantor Dinas Pendidikan, atau data tentang banyaknya pelanggaran lalulintas dapat
diperoleh dari kantor kepolisian. Semua data-data tersebut dikumpulkan dengan
menggunakan instrumen atau alat pengumpul data.
Secara visual jenis instrumen penelitian disajikan pada diagram berikut.

Tes Kemampuan (TPA, Tes IQ & Bakat)

Tes Tes Hasil Belajar (Kognitif)

Instrumen Angket (Data faktual)

Skala (Data aspek Psikologi/Konsep)


Non Tes

Pedoman Wawancara (Data tentang Uraian/penjelasan lisan)

Pedoman Observasi (Mengamati perilaku obyek/subyek)

Dalam hal pengumpulan data dengan menggunakan instrumen maka kualitas


instrumen tersebut harus memadai. Kememadaian instrumen itu dapat diketahui dari
validasi teoretik dan empirisnya. Validasi teoretik menyangkut ketepatan instrumen
mengukur apa yang seharusnya diukur ditinjau dari segi isi (content) atau konstruk
instrumen variabel yang bersangkutan. Sedangkan validasi empiris menyangkut
ketepatan suatu instrumen berkenaan dengan sekelompok responden yang menjadi
sampel uji coba. Analisis data hasil uji-coba dimaksudkan untuk melihat kualitas
instrumen dari segi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya.
Apabila kita memakai instrumen baku maka harus dilaporkan bukti-bukti kualitas
instrumen tersebut terutama dari segi validitas dan besarnya koefisien reliabilitas.
Selain itu, mengenai kecocokan instrumen yang sudah ada (baku) dengan data kita
dari segi konsep, dimensi, dan indikator yang melandasi instrumen baku tersebut.
2. Pengolahan Data
Mengolah data berarti membuat data ringkasan berdasarkan data mentah
hasil pengumpulan data dengan menggunakan rumus tertentu, misalnya menghitung
jumlah, rata-rata, proporsi (persentase), berbagai koefisien seperti koefisien variasi,
koefisien korelasi, koefisien determinasi, koefisien regresi.
Pengolahan data adalah pemberian skor, pengelompokkan, perhitungan, dan
sebagainya mengenai data yang kita miliki, yang kita peroleh melalui tahap
pengumpulan data. Soal-soal jawaban responden diberi skor. Kalau diperlukan skor
mentah itu diolah menjadi skor terolah atau menjadi nilai-nilai. Nilai-nilai yang
diperoleh, mungkin dikelompokkan ke dalam kelompok baik, sedang, dan kurang.
Atau mungkin juga, berdasarkan nilai-nilai responden dikelompokkan ke dalam
kelompok lulus dan tidak lulus, berhasil dan belum berhasil, melanjutkan dan bekerja,
dan sebagainya.
Pengolahan data itu diperlukan agar sesuatu itu dapat dilihat dan dipahami
dengan mudah dan cepat. Hasil pengolahan itu mungkin dijadikan dalam bentuk
tabel, distribusi frekuensi, diagram dahan dan daun.

B. Penyajian Data
1. Tabel Distribusi Frekuensi
Berikut ini data hasil penelitian tentang kompetensi mengajar 100 orang guru
di suatu kota tertentu (data fiktif).

45 70 49 65 53 65 65 53 74 57
57 75 60 70 75 78 70 74 63 65
63 63 80 63 80 63 65 74 65 65
53 65 50 65 74 65 63 65 74 70
74 65 65 53 65 65 70 85 70 78
70 45 70 70 63 70 70 65 70 74
60 70 74 57 74 74 63 65 74 70
65 74 65 74 74 65 74 75 75 75
75 60 75 75 60 75 78 60 78 78
70 78 63 80 80 63 80 90 70 85
Susunlah daftar distribusi frekuensi dari data tersebut!
a. Menentukan rentang (J) = data terbesar - data terkecil = 90 – 45 = 45
b. Menentukan banyaknya kelas (biasanya 5 – 15) atau dengan menggunakan
aturan Sturgess, dengan rumus:
banyaknya kelas (BK) = 1 + 3,3log 100 = 1 + 3,3 x 2 = 7,6 (karena proses
membilang maka ada dua, yaitu (BK) = 7 atau (BK) = 8)
Rentang (J) Ban Kelas (BK)
c. Panjang kelas (p) = yak
45 8 5,625  6
 =
Syarat: (BK).p ≥ J + 1, misalkan (BK) = 8, maka 8x6 ≥ 45+1 (benar)
d. Menyusun tabel distribusi frekuensi

Tabel 1. Daftar Distribusi Frekuensi


Kompetensi Mengajar guru
Nilai Nilai Tengah frekuensi
(X) absolut (f)
45 - 50 47,5 4
51 - 56 53,5 4
57 - 62 59,5 8
63 - 68 65,5 30
69 - 74 71,5 31
75 - 80 77,5 20
81 - 86 83,5 2
87 - 92 89,5 1
Jumlah - 100

2. Histogram dan Poligon Frekuensi


Untuk menyajikan data distribusi frekuensi dalam bentuk diagram, seperti
biasa digunakan sumbu mendatar untuk menyatakan kelas interval dan sumbu tegak
untuk menyatakan frekuensi. Sumbu mendatar memuat batas-batas kelas interval.
Bentuk diagramnya seperti diagram batang hanya di sisi-sisi batang berdekatan
harus berimpitan. Untuk lebih jelasnya akan dibuat diagram histogram, poligon
frekuensi dan ozaiv berdasarkan tabel 1 di depan, sebagai berikut.
35 Poligon
Frekuensi

30
25 Histogram
20
15
10
5
0
44,5 50,5 56,5 62,5 68,5 74,5
80,5 86,5 92,5
Skor Kompetensi Mengajar

Gambar 1. Histogram dan Poligon Frekuensi

Jika titik-titik tengah tiap sisi yang berdekatan kita hubungkan dan sisi
terakhir dihubungkan dengan setengah jarak kelas interval pada sumbu datar, maka
akan diperoleh bentuk yang disebut poligon frekuensi (lihat gambar).

3. Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Grafiknya


Untuk membuat ozaiv terlebih dahulu kita membuat tabel kumulatif kurang
dari dan atau kumulatif lebih dari sebagai berikut.
Tabel 2. Daftar Distribusi Frekuensi
(Kumulatif kurang dari)
Nilai frekuensi
kumulatif
Kurang dari 45 0
Kurang dari 51 4
Kurang dari 57 8
Kurang dari 63 16
Kurang dari 69 46
Kurang dari 75 77
Kurang dari 81 97
Kurang dari 87 99
Kurang dari 93 100
Ozaiv-nya dapat dilihat di bawah ini:

120
Frekuensi

100

80

60

40

20

0
45
1 51
2 57
3 63
4 69
5 75
6 81
7 87
8 993

Skor Kompetensi Mengajar

Gambar 2. Ozaiv “Kurang Dari”


.
Tabel 3. Daftar Distribusi Frekuensi
(Kumulatif atau lebih)
Nilai frekuensi kumulatif
45 atau lebih 100
51 atau lebih 96
57 atau lebih 92
63 atau lebih 84
69 atau lebih 54
75 atau lebih 23
81 atau lebih 3
87 atau lebih 1
93 atau lebih 0
Ozaiv-nya dapat dilihat di bawah ini:

120

100

80

60

40

20

0
1 2
45 513 57 4 63 5 69 6 75 7
81 8
87 9
93
Gambar 3. Ozaiv “Lebih Dari atau Sama Dengan”

4. Grafik/Diagram Data
Umumnya kita lebih cepat memahami penomena secara visual dari pada
membaca data melalui tabel. Karenanya, penyajian data dengan tabel, memiliki
kelemahan, yaitu tidak menggambarkan keseluruhan obyek secara cepat. Agar dapat
memberikan gambaran menyeluruh yang lebih cepat, data disajikan dalam bentuk
grafik atau diagram.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat diagram atau
grafik, antara lain. Pertama pemilihan sumbu (kecuali bila tidak diperlukan seperti
pada diagram lingkaran). Pada diagram umumnya ada dua buah sumbu, sumbu
tegak dan sumbu datar. Perpotongan kedua sumbu itu disebut titik pangkal, yang
biasanya diberi kode titik O (original). Kedua adalah memilih skala, pada skala biasa,
skala satuan pada sumbu datar itu sama panjang dengan satuan pada sumbu
tegaknya. Tetapi, boleh saja satuan skala pada sumbu tegak dan satuan skala pada
sumbu datar, tidak sama. Ketiga ukuran grafik/diagram, harus dibuat dengan
memperhatikan keseimbangan dari segi besar dan kecilnya, ataupun tinggi dan
pendeknya. Dapat menggunakan lompatan, pemotongan, atau pematahan. Berikut
ini adalah gambar (sistem koordinat) yang menunjukkan hubungan antara sumbu-
sumbu, titik pangkal, dan satuan skala tegak dan skala datar.
5

4
Sumbu Tegak

0
1 2 3 4 5
Titik Pangkal Sumbu Datar

Jika pada tabel judul ditulis pada bagian atas kepala kolom, maka judul
diagram atau keterangan tentang diagram itu ditulis di bawah diagram dan bila
diperlukan dilanjutkan dengan penulisan sumbernya.
Berikut ini akan dibahas bermacam-macam diagram, yaitu: diagram batang,
garis, lingkaran, batang dan daun, dan diagram interaksi.

1) Diagram Batang
Diagram batang adalah diagram yang berbentuk batang. Batang-batang yang
menunjukkan frekuensi dibuat terpisah satu sama lainnya. Batangnya boleh tegak
lurus (vertikal) atau sejajar dengan sumbu datar (horisontal). Setiap batang harus
mempunyai lebar yang sama. Panjang atau tinggi batang berbanding dengan
banyaknya data dari tiap jenis data. Diusahakan agar ruangan diagram melingkupi
batang yang terpanjang. Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram dari tabel berikut.

Tabel 4. Banyaknya Korban Peristiwa


Kejahatan di Negara X
Jenis Korban Per. 100.000 penduduk
Mati 100
Cacat 350
Luka-luka 220
Lain-lain 447
Sumber: Data Piktif
Pertama-tama diagram batang yang akan dibuat tegak lurus sumbu datar.
Untuk setiap satu skala tegak mewakili 50 orang penduduk. Bila demikian, diagram
batangnya itu sebagai berikut.

500
Jumlah Penduduk

450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Mati Cacat Luka-luka Lain-lain
Diagram 2. Banyaknya Korban Peristiwa Kejahatan

Seperti sudah dikatakan di bagian depan, diagram batang boleh digambar mendatar,
misalnya program studi PAUD, MP, PEP, dan TP
Banyaknya Mahasiswa

Prog

PAUD

MP

PEP

TP

0 5 10 15 20 25 30 35
Prog Banyaknya Mahasiswa

Diagram 3. Mahasiswa Program Pascasarjana Suatu Universitas 2003/2004.


Apabila banyaknya data atau frekuensi per kelompok terlalu besar, maka
data harus dipatahkan. Pada ujung batang yang dipatahkan harus ditulis
bilangannya. Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram batang pada Tabel 5.

Tabel 5. Keadaan Murid Sekolah Lanjutan di Jawa Barat Tahun 1970


SMEP 7.350 SMA 23.303
SMEA 9.234 SPG 11.226
SKKP 2.885 STP 18.135
SKKA 937 STM 12.039
SMP 85.667
Sumber : PPMUP Jawa Barat dalam (H.E.T. Ruseffendi, 1993: 50)

Pada diagram di bawah nampak batang komponen SMP dipatahkan.

30,000 85.677
27,500
25,000
22,500
20,000
Banyak Murid

17,500
15,000
12,500
10,000
7,500
5,000
2,500
0
SMEP SMEA SKKP SKKA SMP SMA SPG STP STM
Jenis Sekolah

Diagram 4. Keadaan Murid Sekolah Lanjutan di Jawa Barat Tahun 1970

Untuk membandingkan dua keadaan atau lebih, digunakan ”diagram batang


komponen”. Batang-batang komponen pada diagram itu dibuat berdampingan atau
diagram batang sambungan. Sebagai contoh diperlihatkan diagram batang
komponen untuk data berikut.
Tabel 6. Rata-rata Pendapatan, Pengeluaran dan Defisit
Guru SD dan SLTP di Jawa Barat per Bulan
Jenis Guru Sekolah Pendapatan Pengeluaran Defisit

Guru SD di Desa (GSDD) Rp. 301,300 Rp. 701,202 Rp. 400,902

Guru SD di Kota (GSDK) Rp. 384,885 Rp. 944,368 Rp. 559,484

Guru SLTP di Desa


(GSLTPD) Rp. 369,880 Rp. 617,000 Rp. 247,120

Guru SLTP di Kota


(GSLTPK) Rp. 349,475 Rp. 861,000 Rp. 511,525

Sumber: Supriadi dan Jalal (2001)

Jenis Guru Sekolah Rp200,000 Rp400,000 Rp600,000 Rp800,000 Rp1,000,000

GSLTPK

GSLTPD Defisit Pengeluaran Pendapatan

GSDK

GSDD

Rp-Rp200Rp400Rp600, Rp800 Rp1,000,


Jenis Guru Sekolah

Diagram 5: Rata-rata Pendapatan, Pengeluaran dan Defisit Guru SD dan SLTP di


Jawa Barat per Bulan
Sebagai contoh lain kita buat diagram batang komponen untuk Tabel 7.

Tabel 7. Banyaknya Korban Jiwa Menurut Sasaran Peristiwa Kejahatan dan Jenis Kelamin

Sasaran Peristiwa Jenis Kelamin


Jumlah
Kejahatan Laki-laki Perempuan
Rumah Tangga (RT) 127 80 207
Perorangan (P) 162 75 237
Rumah Tangga dan
Perorangan (RT dan P) 60 65 125

Lain-lain 45 55 100
Sumber: Data fiktif

180
160
140
Laki-laki
120 Perempuan
Jumlah

100
80
60
40
20
0
RT P RT dan P Lain-lain
Diagram 6. Banyaknya Korban Jiwa Menurut Sasaran
Peristiwa Kejahatan dan Jenis Kelamin

2) Diagram Garis
Diagram garis berguna untuk menunjukkan kecenderungan dalam periode
tertentu. Perubahan dapat berupa kenaikan, penurunan, atau tetap. Perhatikan
diagram 7 ( = data tidak dimulai dari titik nol/ada lompatan).
Tabel 8. Peristiwa Kejahatan Terhadap Jiwa Menurut Jenis Kejahatan di Indonesia
Tahun 1991
Jenis Kejahatan Per 100.000 Penduduk
Pembunuhan 2
Penganiayaan 47
Penculikan 7
Perkosaan 1
Perzinahan 5
Penghinaan 23
Lain-lain 74
Jumlah 159
Sumber : Statistik Kriminal, BPS, (1991): Data Diolah Kembali

80
70
60
50
Jumlah

40
30
20
10
0

Diagram 7. Peristiwa Kejahatan Terhadap Jiwa Menurut


Jenis Kejahatan di Indonesia Tahun 1991

Diagram garis dapat melukiskan dua macam data atau lebih dalam periode
tertentu.
.
3) Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran dipakai bila banyak komponen yang akan kita bandingkan
tidak banyak. Contoh, untuk melihat perbandingan jumlah pelanggaran bidang
ekonomi di antara wilayah Jawa, Sumatera, dan lainnya pada tahun 1994 yang
tercantum pada Tabel 9 dapat digunakan diagram lingkaran seperti pada Diagram 8.
Tabel 9. Jumlah Pelanggaran Bidang Ekonomi di Tiga Wilayah Tahun 1994
Wilayah Frekuensi Dalam Persen
Jawa 60 50
Sumatera 40 33
Lainnya 20 17
Jumlah 120 100
Sumber : J. Supranto, Statistika Bidang Hukum

Lainny
a 17%

Jaw a
50%

Sumatera
33%

Diagram 8. Jumlah Pelanggaran Bidang Ekonomi di Tiga Wilayah (Jawa, Sumatera,


dan lainnya) Tahun 1994

Agar gambar tampak hidup, kadang-kadang kita membuat diagram lingkaran


dalam bentuk dimensi tiga. Diagram yang berdimensi tiga, biasa disebut diagram
pastel. Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram 9.

Lainnya
17%
Diagram 9. Jumlah Pelanggaran
Bidang Ekonomi di Tiga Wilayah
Jaw a (Jawa, Sumatera, dan lainnya)
50%
Tahun 1994
Sumatera
33%
Dalam membuat diagram lingkaran, kita menganggap jumlah pelanggaran bidang
ekonomi itu sama dengan luas sebuah daerah lingkaran. Untuk memperoleh porsi
masing-masing, kita harus membagi luas daerah lingkaran itu (melalui titik pusatnya)
menjadi tiga bagian yang luasnya masing-masing sebanding dengan banyaknya
pelanggaran bidang ekonomi pada wilayah Jawa, Sumatera, dan lainnya. Mengingat
luas daerah juring lingkaran itu sebanding dengan besar sudut pusat, maka agar
lebih mudah, porsi dari lingkaran untuk pelanggaran bidang ekonomi wilayah Jawa,
Sumatera, dan lainnya dinyatakan dalam derajat. Dengan demikian maka :

60
Wilayah Jawa diwakili oleh:  360  180
120
40
Wilayah Sumatera diwakili  360  120
12
0
oleh: Wilayah Lainnya diwakili  360  60
20
12
oleh:
0
Dengan busur derajat, kita dapat melukis besarnya masing-masing sudut
dengan tepat karena adanya besar sudut yang jelas dari perhitungan di atas.

4) Diagram Dahan dan Daun


Penampilan diagram ini meniru pohon dengan dahan dan daun. Perlu dicari
kelompok data untuk dijadikan cabang, misalnya, angka puluhan sehingga digit
satuan menjadi daun

daun

Dahan

Perhatikan data mengenai hasil ujian statistika mahasiswa suatu Universitas


sebagai berikut.
50 52 54 35 65 50 55 60 68 73
75 78 39 84 76 38 78 83 85 86
80 48 42 45 47 72 74 78 79 91
93 98 96 95 81 66 62 65 78 85
67 67 68 69 67 61 64 69 68 65
Dengan demikian diagram dahan dan daun menjadi sebagai berikut.
Dahan Daun
3 589
4 2578
5 00245
6 012455567778899
7 2345688889
8 013456
9 13568
Dari diagram diatas dapat diperoleh keterangan mengenai data:
 data asli muncul, jika susunan angka di balik nampak seperti histogram
 jumlah dahan, dan daun
 nilai median terletak antar 68 – 69
 biasa digunakan untuk menggambarkan pola sebaran bagi data yang
berukuran kecil.
C. Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengumpulan dan pengolahan data.


2. Menurut anda diagram atau grafik apa yang sesuai untuk menggambarkan
keadaan dari tabel berikut. Berikan kesimpulan dari hasil analisis anda!
Tenaga Ahli dan Penduduk di Beberapa Negara
Negara Jumlah Doktor/
Sejuta Penduduk
Amerika Serikat 6.500
Jepang 6.500
Jerman 4.000
Prancis 5.000
India 1.250
Mesir 400
Israel 16.500
Indonesia 65
Sumber: Dinamika Pemikiran Islam di PT(Suyanto, 2002)
3. Buat diagram batang dari tabel berikut.
Siswa yang Terserap Menurut Jenjang Pendidikan
Tingkat Pendidikan Siswa Penduduk
PAUD 7.915,912 28.235,400
SD/MI 24.090,188 25.473,400
SMP/MTs 7.803,059 12.963,200
SMA/MA 5.031,734 12.697,000
PT 3.551,092 24.911,900
Sumber: Balitbang Diknas 2003/2004
.
4. Buat diagram lingkaran dari tabel berikut.
Faktor Penentu Keunggulan Suatu Negara
Faktor Peranan (%)
Innovation & Creativity 45
Networking 25
Technology 20
Natural Resources 10
Sumber: Hasil evaluasi 150 negara UNDP (1995)

5. Berikut ini hasil ujian mata kuliah statistika 80 mahasiswa

78 48 81 81 90 92 53 70 80 86
86 92 56 73 85 66 93 51 65 75
75 83 74 68 76 91 72 71 93 88
77 62 97 81 97 82 59 95 72 85
75 83 61 63 85 66 88 70 75 89
82 83 67 71 79 84 72 94 75 63
98 43 67 72 36 49 91 60 80 70
81 91 79 82 73 71 30 74 83 90

Pertanyaan:
a. Susunlah daftar distribusi frekuensi dari data tersebut.
b. Susunlan daftar distribusi frekuensi relatif dan distribusi kumulatif.
c. Buatlah histogram dan polygon frekuensi.
d. Buatlah ogive ”kurang dari” dan ogive ” lebih dari atau sama”
e. Susunlah diagram ”dahan” dan ”daun”

Anda mungkin juga menyukai